Bangunan
seputar teknik sipil May 13, 2018
Seperti yang kita ketahui konsekuensi dari kegagalan struktur bangunan selain
rusaknya bangunan tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan yang timbulnya
korban jiwa, cedera dan lainya yang disebabkan oleh jatuhnya material .
Kegagalan bangunan dapat berupa bagian dari bangunan yang retak,
misalnya struktur beton bertulang yang suatu waktu bisa saja mengalami
keretakan yang serius atau lebih besar dan menyebabkan robohnya suatu
bangunan. Bayangkan saja andaikan orang-orang yang berada pada suatu
bangunan yang mengalami kegagalan struktur apalagi bangunan gedung tinggi
maka hal buruk apapun bisa terjadi.
2) Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit
untuk diprediksi secara tepat, faktor bencana merupakan faktor yang sangat
fatal terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa
bencana alam maupun akibat faktor internal yang disebabkan oleh kelalaian
manusia seperti bencana gempa, tsunami, tanah longsor, badaitopan, kebakaran,
ledakan dan lainya sehingga menyebabkan kegagalan pada struktur. Oleh
karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat faktor ini maka pihak
pengelola konstruksi mengalihkan risiko tersebut sepertimendaftarkan
ke asuransi.
3) Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan
kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem
manajemen perawatan bangunan. Biasanya seorang pengawas owner yang
ditugasi untuk mengecek kondisi bangunan, atau konsultas pengawas yang
ditunjuk oleh owner. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara
rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko
kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi
secara dini kerusakan dari fisik bangunan sehingga langkah perbaikan dapat
dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk
serta pembengkakan biaya.
Contoh dari perawatan ini seperti ketika konstruksi baja dibiarkan tidak
dilakukan perawatan dan pengecat-an maka lama-lama bisa berkarat, atau
jembatan struktur baja tetapi menggunakan pelat lantai yang terbuat dari bahan
material kayu, karena seiring bertambahnya umur jembatan, maka kayu juga
bisa rusak dan lapuk, maka dengan adanya perawatan, pelat yang terbuat dari
kayu itu bisa di perbarui.
Tetapi dalam hal ini tidak hanya perencanan dalam hal desain tetapi
jugaPerencanaan yang dapat berupa perencanaan anggaran, perencanaan mutu,
perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan
fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan
dihasilkan. Kesimpulan-nya semua mode kegagalan perlu diperiksa dengan
menggunakan perangkat lunak modern pada subjek. Namun, seorang perancang
dan pembangun tidak dapat sepenuhnya yakin tentang desain, dan oleh karena
itu faktor keamanan yang tepat dimasukkan pada perhitungan desain.
5) Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam
tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika
pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya
maka dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya
bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi
menjadi gudang atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari
perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan
gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta
perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana
awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat
fisik maupun nonfisik.
Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi
metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi
dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang kurang atau
tidak ahli dan berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif,
kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk. Tentunya jika
aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko kegagalan konstruksi
dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.
9) Kegagalan Pondasi
Banyak pondasi bangunan tidak dirancang dan dibangun dengan baik untuk
kondisi tanah pada lokasi yang ada, misalnya tanahnya memiliki daya dukung
yang jelek atau tidak memadai untuk mendukung berat struktur.
Pergerakan pondasi dapat terjadi jika pelapisan dan pengeringan tanah tidak
seragam, seperti drainase yang tidak memadai, kebocoran pipa, dan evaporasi,
dapat menyebabkan variasi tanah. Lapisan tanah atas memberikan daya dukung
untuk menahan struktur, dan memastikan stabilitas pondasi. Jika tanah bantalan
tidak dipadatkan dengan cukup sebelum pelaksanaan konstruksi maka peluang
terjadinya kegagalan struktur sangatlah besar.