2019 1. Apa Pengertian Gagal dan Cacat pada Konstruksi ?
Gagal adalah suatu kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau
kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan keruntuhan konstruksi sehingga konstruksi tidak bisa digunakan. Cacat adalah suatu kondisi penyimpangan atau ketidak sempurnaan hasil dan atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam batas toleransi. Artinya belum atau tidak membahayakan konstruksi secara keseluruhan sehingga konstruksi masih bisa digunakan.
2. Aspek hukum yang terkait dengan Gagal dan Cacat terhadap rencana dan konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 31: menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari pengguna jasa atau penyedia jasa Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 34: mendefinisikan kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia dan/atau Pengguna setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (FHO, Final Hand Over) PP no. 29 tahun 2000 Pasal 36: tentang Penilaian Kegagalan Bangunan PP no. 29 Tahun 2000 Pasal 46: tentang Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan mengenai pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 1 ayat 6: bahwa yang dimaksud dengan kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia dan/atau pengguna jasa. PP no. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Pasal 5 ayat 2: mengenai pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi PP no. 29 tahun 2000 pasal 23 ayat 1 tentang pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi: jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan.
3. Contoh Gagal dan Cacat pada Tahap
a. Tahap Perencanaan Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa kesalahan perencanaan desain fisik/ukuran, perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan kelayakan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan. Contohnya : Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong (November 2011)
Jembatan yang merupakan tipe Gantung (Suspension Bridge)
ini memiliki panjang total 710 m. Keruntuhan terjadi pada tanggal 26 November 2011 sekitar sepuluh tahun setelah diresmikan.
Jembatan Tenggarong Runtuh
Identifikasi penyebab keruntuhan ini merupakan hasil investigasi yang dilakukan oleh tim LPPM UGM pada tanggal 27 November 2011
Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan
bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya terjadi akibat kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertikal (clamps and sadle) yang menghubungkan dengan kabel utama. Clamps and Sadle Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung ini mengalami kegagalan diantaranya:
Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik sipil dalam
perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung harusnya lebih kuat daripada kabel penggantung yang disambungkan dalam kabel utama. Kesalahan desain dalam menentukan jenis bahan/ material untuk alat penyambung kabel penggantung vertikal yang dibuat dari besi tuang/ cor (cas iron) atau kesalahan dalam menentukan jenis atau kapasitas kekuatan alat tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan atau Konstruksi
Contoh kegagalan dan kecacatan pada tahap ini antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.
Contohnya : Robohnya Jembatan Penghubung Gedung
Perpustakan Daerah DKI (November 2014)
Bangunan jembatan penghubung ini menghubungkan gedung
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. Keruntuhan terjadi pada tanggal 3 November 2014. Jembatan Penghubung runtuh Keruntuhan terjadi diakibatkan sistem perancah yang mengalami kegagalan. Scafolding yang digunakan merupakan scafolding besi dengan kondisi yang sudah tidak layak pakai:
Kondisi scafolding banyak yang sudah keropos dan ada
beberapa yang sudah bolong. Pemasangan scafolding tidak dilengkapi dengan bracing, sehingga scafolding tidak stabil.
Scafolding bengkok
c. Tahap Penggunaan dan Perawatan
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam penggunaan misalnya
bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang, menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali. Sedangkan dalam tahap Perawatan misalnya jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan atau metode dalam melakukan perawatan yang tidak sesuai prosedur juga dapat menimbulkan kegagalan dan kecacatan
Contohnya : Bendungan South Fork
Bendungan ini berada di Johnstown. Pada tahun 1889
Bendungan South Fork menumpahkan 20 juta ton air ke kota Johnstown dan menewaskan 2200 orang. Meskipun pengadilan memutuskan bahwa itu adalah murni bencana, penduduk kota Johnstown tetap menganggap kurangnya perawatan terhadap bendungan oleh pemiliknya. Lobang kebocoran yang ada pada bendungan hanya ditambal dengan jerami dan lumpur. Selain itu ternyata pemilik bendungan terdahulu mengambil dan menjual tiga pipa besi cor yang berfungsi mengatur keluarnya air.
4. Bagaimana hubungan mata kuliah di teknik sipil dalam membahas fenome
kegagalan dan cacat. Berikan contoh dan jelaskan! Mata kuliah yang sering bersangkutan dengan masalah kegagalan dan cacat konstruksi yaitu mata kuliah beton dan baja karena dalam mata kuliah tersebut diajarkan bagaimana cara mendesain dan menguji beton dengan mutu yang baik begitu pula dengan mata kuliah baja yang mengajarkan cara menghitung, mendesain, dan menguji baja yang baik untuk sebuah struktur. Contoh
Jembatan Rainbow ini berlokasi di propinsi Sichuan. Jembatan
bagi pejalan kaki ini membentang menyeberangi sungai Qi. Tiga tahun setelah dibangun, jembatan ini roboh dan membuat 40 jiwa melayang dan melukai 14 orang. Beton yang buruk dan sambungan las besi yang kurang baik menjadi sebab bencana di tahun 1999 itu
5. Apa rekomendasi yang dapat diberikan pada kasus no 4?
Dalam tahap perencanaan desain harus dipertimbangkan kembali beton yang akan dipakai pada jembatan, beton harus mempunyai mutu yang tinggi, setalah itu dilakukan pengujian baik di lab maupun dilapangan. Pada sambungan las besi yang kurang baik menjadi salah satu penyebab rubuhnya jembatan tersebut solusinya adalah dilakukannya pengawasan pada proses tersebut agar sesuai dengan prosedur dan memakai teknologi serta pekerja yang baik agar hasilnya bagus.