Anda di halaman 1dari 7

Tugas Soal Gagal dan Cacat Konstruksi

Pengajar :

Ir. Fauzri Fahimuddin, M.Sc.Eng, D.Eng.

Oleh :

Ardion Fikri Zatami 4116110016

Ester Maharani 4116110007

Kholifatudin Nugroho 4116110008

3 KONSENTRASI JALAN TOL

TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2019
1. Apa Pengertian Gagal dan Cacat pada Konstruksi ?

 Gagal adalah suatu kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau


kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan
keruntuhan konstruksi sehingga konstruksi tidak bisa digunakan.
 Cacat adalah suatu kondisi penyimpangan atau ketidak sempurnaan
hasil dan atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam batas
toleransi. Artinya belum atau tidak membahayakan konstruksi secara
keseluruhan sehingga konstruksi masih bisa digunakan.

2. Aspek hukum yang terkait dengan Gagal dan Cacat terhadap rencana dan
konstruksi

 Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 tentang


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 31:
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi adalah
keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari
pengguna jasa atau penyedia jasa
 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 34:
mendefinisikan kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang
tidak berfungsi, baik keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis,
manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum
sebagai akibat kesalahan Penyedia dan/atau Pengguna setelah penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi (FHO, Final Hand Over) 
 PP no. 29 tahun 2000 Pasal 36:
tentang Penilaian Kegagalan Bangunan
 PP no. 29 Tahun 2000 Pasal 46: 
tentang Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan mengenai
pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan.
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Pasal 1 ayat 6:
bahwa yang dimaksud dengan kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara
keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang
sebagai akibat kesalahan penyedia dan/atau pengguna jasa.
 PP no. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi Pasal 5 ayat 2:
mengenai pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam
proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi
 PP no. 29 tahun 2000 pasal 23 ayat 1 tentang pertanggungan dalam
kontrak kerja konstruksi:
jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang
berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil
pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan.

3. Contoh Gagal dan Cacat pada Tahap


a. Tahap Perencanaan
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa
kesalahan perencanaan desain fisik/ukuran, perencanaan anggaran,
perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan
kelayakan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan
perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan
dihasilkan.
Contohnya : Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong
(November 2011)

Jembatan yang merupakan tipe Gantung (Suspension Bridge)


ini memiliki panjang total 710 m. Keruntuhan terjadi pada tanggal 26
November 2011 sekitar sepuluh tahun setelah diresmikan.

Jembatan Tenggarong Runtuh


Identifikasi penyebab keruntuhan ini merupakan hasil investigasi
yang dilakukan oleh tim LPPM UGM pada tanggal 27 November
2011

Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan


bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya terjadi akibat
kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertikal
(clamps and sadle) yang menghubungkan dengan kabel utama.
Clamps and Sadle
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung
ini mengalami kegagalan diantaranya:

 Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik sipil dalam


perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung
harusnya lebih kuat daripada kabel penggantung yang
disambungkan dalam kabel utama.
 Kesalahan desain dalam menentukan jenis bahan/ material untuk
alat penyambung kabel penggantung vertikal yang dibuat dari besi
tuang/ cor (cas iron) atau kesalahan dalam menentukan jenis atau
kapasitas kekuatan alat tersebut.

b. Tahap Pelaksanaan atau Konstruksi


Contoh kegagalan dan kecacatan pada tahap ini antara lain dapat
dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak
sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga
kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak
efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.

Contohnya : Robohnya Jembatan Penghubung Gedung


Perpustakan Daerah DKI (November 2014)

Bangunan jembatan penghubung ini menghubungkan gedung


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Keruntuhan terjadi pada tanggal 3 November 2014.
Jembatan Penghubung runtuh
Keruntuhan terjadi diakibatkan sistem perancah yang
mengalami kegagalan. Scafolding yang digunakan merupakan
scafolding besi dengan kondisi yang sudah tidak layak pakai:

 Kondisi scafolding banyak yang sudah keropos dan ada


beberapa yang sudah bolong.
 Pemasangan scafolding tidak dilengkapi dengan bracing,
sehingga scafolding tidak stabil.

Scafolding bengkok

c. Tahap Penggunaan dan Perawatan

Contoh kegagalan dan kecacatan dalam penggunaan misalnya


bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran
diubah fungsi menjadi gudang, menambah jumlah tingkat bangunan
yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai
atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan
sama sekali.
Sedangkan dalam tahap Perawatan misalnya jika tingkat frekuensi
perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga
berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan atau
metode dalam melakukan perawatan yang tidak sesuai prosedur juga
dapat menimbulkan kegagalan dan kecacatan

Contohnya : Bendungan South Fork

Bendungan ini berada di Johnstown. Pada tahun 1889


Bendungan South Fork menumpahkan 20 juta ton air ke kota
Johnstown dan menewaskan 2200 orang. Meskipun pengadilan
memutuskan bahwa itu adalah murni bencana, penduduk kota
Johnstown tetap menganggap kurangnya perawatan terhadap
bendungan oleh pemiliknya. Lobang kebocoran yang ada pada
bendungan hanya ditambal dengan jerami dan lumpur. Selain itu
ternyata pemilik bendungan terdahulu mengambil dan menjual tiga
pipa besi cor yang berfungsi mengatur keluarnya air.

4. Bagaimana hubungan mata kuliah di teknik sipil dalam membahas fenome


kegagalan dan cacat. Berikan contoh dan jelaskan!
 Mata kuliah yang sering bersangkutan dengan masalah kegagalan
dan cacat konstruksi yaitu mata kuliah beton dan baja karena dalam
mata kuliah tersebut diajarkan bagaimana cara mendesain dan
menguji beton dengan mutu yang baik begitu pula dengan mata
kuliah baja yang mengajarkan cara menghitung, mendesain, dan
menguji baja yang baik untuk sebuah struktur.
 Contoh

Jembatan Rainbow ini berlokasi di propinsi Sichuan. Jembatan


bagi pejalan kaki ini membentang menyeberangi sungai Qi. Tiga tahun
setelah dibangun, jembatan ini roboh dan membuat 40 jiwa melayang
dan melukai 14 orang. Beton yang buruk dan sambungan las besi yang
kurang baik menjadi sebab bencana di tahun 1999 itu

5. Apa rekomendasi yang dapat diberikan pada kasus no 4?


 Dalam tahap perencanaan desain harus dipertimbangkan kembali
beton yang akan dipakai pada jembatan, beton harus mempunyai
mutu yang tinggi, setalah itu dilakukan pengujian baik di lab
maupun dilapangan.
 Pada sambungan las besi yang kurang baik menjadi salah satu
penyebab rubuhnya jembatan tersebut solusinya adalah
dilakukannya pengawasan pada proses tersebut agar sesuai dengan
prosedur dan memakai teknologi serta pekerja yang baik agar
hasilnya bagus.

Anda mungkin juga menyukai