Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH

GAGAL DAN CACAT KONSTRUKSI


Kegagalan Bangunan pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Di Susun Oleh:
Roihans Muhammad Iqbal
4117110005

Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan Konsentrasi Jalan Tol


Politeknik Negeri Jakarta
Depok
2020
1.1. Definisi Kegagalan Konsturksi

Kegagalan konstruksi adalah kegagalan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak


sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana yang telah disepakati dalam
kontrak kerja baik sebagian maupun secara keseluruhan sebagai kesalahan dari
pengguna jasa atau penyedia jasa.
Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, dan seringnya
terjadi akibat kesalahan manusia itu sendiri atau Human Error. Kesalahan manusia
itu dapat diakibatkan dari ketidaktahuan, kesalahan kinerja (kecerobohan dan
kelalaian) termasuk salahnya dalam perhitungan dan tidak terperinci, tidak benar
dalam membaca gambar dan spesifikasi dan cacat konstruksi. Walaupun demikian,
para praktisi konstruksi harus merencanakan segala sesuatunya dengan baik,
sehingga mendapat kan hasil yang maksimal juga.
Untuk mencegah terjadinya kegagalan konstruksi,oleh karena itu sebagai
praktisi konstruksi secara etika profesi dan profesionalisme harus benar-benar bisa
mempertanggungjawabkan pekerjaannya karena menyangkut keselamatan orang
banyak.

Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak


sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa atau penyedia jasa.
Pada Pasal 34, Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang
tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan, atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi.
Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah
terimakan oleh penyedia jasa kepada penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik
secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang
sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Menurut UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi :
• Pasal 1: Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah
diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak
berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia
jasa dan/atau pengguna jasa.
• Pasal 6: Bidang usaha jasa konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural
dan/atau sipil dan/atau mekanikal dan/atau elektrikal dan /atau tata
lingkungan, masingmasing beserta kelengkapannya
1.2. Tahapan Konstruksi

Tahap pada pelaksanaan terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap penggunaan, dan tahap perawatan.
1. Tahap Perencanaan
Dalam melakukan pekerjaan konstruksi, hal paling utama harus
kita ketahui adalah tahapan perencanaan konstruksi. Tahapan ini
merupakan awal dari kegiatan pekerjaan konstruksi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
penyelenggara Jasa Konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
wajib dimulai dengan tahap perencanaan selanjutnya diikuti dengan tahap
pelaksanaan berserta pengawasannya yang masing-masing tahap
dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran.
Lingkup tahap perencanaan pekerjaan kontruksi tersebut meliputi
pra-studi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik. Pekerjaan konstruksi wajib didukung dengan
ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas, dan peralatan serta tenaga
kerja konstruksi yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan
tahapan perencanaan.
2. Tahap Pelaksanaan (Construction)
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan
bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh
Konsuktan Perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan semua operasional di lapangan.
3. Tahap Penggunaan/Pemakaian
Tahap pemakaian, yaitu proses pemanfaatan hasil proses
konstruksi yang telah dibuat, manfaat yang diambil tergantung dari tujuan
proses konstruksi awalnya sehingga setelah jadi hasilnya dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
4. Tahap Perawatan (Maintenance)
Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and
star-up) ini bertujuan menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai
dengan dokumen kontrak dan kinerja fasilitas sebagaimana mestinya. Selain
itu, pada tahapan ini juga dibuat suatu catatan mengenai kostruksi berikut
petunjuk operasinya danmelatih staf dalam menggunakan fasilititas yang
trsedia.
1.3. Penyebab Kegagalan Konstruksi

Untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi ini tidaklah


mudah. Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan
nonteknis. Kegagalan ini dapat disebabkan karena kegagalan pada proses
pengadaan barang atau jasa, atau kegagalan saat proses pelaksanaan konstruksi,
kegagalan dalam pengawasan maupun kegagalan di masa pemeliharaan. Kegagalan
perkerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa atau penyedia jasa. (PP. 29/2000 pasal 31 tentang Penyelenggaran Jasa
Konstruksi).
Seringkali sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari
berbagai faktor. Oyfer (2002) menyatakan “construction defects” di Amerika
disebabkan oleh faktor manusia (54%), desain (17%), perawatan (15%),
material(12%), dan hal tak terduga (2%). Vickynason (2003) menyatakan bahwa
80% dari total projects risk in construction dimungkinkan penyebabnya faktor
manusia.Sementara itu, Carper (1989) menyatakan bahwa penyebab potensial
untuk kegagalan konstruksi secara umum disebabkan oleh : site selection and site
developments errors, programing deficiencies, construction errors, material
deficiencies and operational errors.

Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi dapat


menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa.Oleh karena itu perlu
diantisipasi secara cermat.Penanggung jawab kegagalan bangunan dapat dikenakan
kepada institusi maupun orang perseorangan,yang melibatkan keempat unsur utama
dalam pembangunan yaitu:

1) menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 26, ketiga unsur utama
proyek yaitu: perencana, pengawas dan kontraktor (pembangun).
2) menurut pasal 27, jika disebabkan karena kesalahan pengguna jasa/bangunan
dalam pengelolaan dan menyebabkan kerugian pihak lain,maka pengguna
jasa/bangunan wajib bertanggung-jawab dan dikenai ganti rugi.
Penyebab keruntuhan yang mungkin terjadi berdasarkan data yang
dikumpulkan pengamatan dilapangan, maka akibat beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemilihan lokasi yang beresiko
2. Ketentuan proyek yang tidak jelas
3. Kesalahan perencanaan
4. Kesalahan pelaksanaan
5. Material yang tidak bermutu
6. Pemeliharaan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya

Dalam kegagalan proyek konstruksi tidak lepas dari semua unsur utama
diatas. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan proyek konstruksi
dalambidang perencanaan hingga pelaksanaan :

1. Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh beberapa faktor


yaitu:

• Tidak mengikuti TOR,


• Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku,
• Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
• Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi,
• Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat,
• Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana(misalnya
beban rencana) dalam perencanaan,
• Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik,
• Kesalahan gambar rencana.
2. Penyebab kegagalan pengawasan umumnya disebabkan oleh :

• Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,


• Tidak mengikuti TOR,
• Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi,
• Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh
metode konstruksi yang benar,
• Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.

3. Penyebab kegagalan pelaksanaan umumnya disebabkan oleh :

• Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,


• Salah mengartikan spesifikasi,
• Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
• Tidak menggunakan material yang benar,
• Salah membuat metode kerja,
• Salah membuat gambar kerja,
• Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
1.4. Contoh Kasus Kegagalan Konstruksi

Kasus Jembatan Penyebrangan Orang, Pasar Minggu

"Jembatan penyeberangan orang (JPO) di depan Robinson setelah jembatan


bawah tanah (underpass) kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ambruk pada
Sabtu (24/9/2016) sekitar pukul 15.34 WIB. Jembatan penyebrangan orang di Pasar
Minggu ini dibangun oleh Dinas Perhubungan dengan sumber dana APBD pada
tahun 2002.JPO tersebut ambruk setelah diterpa hujan lebat sekitar pukul 15.20
WIB dan menelan 10 korban. Tercatat, tiga orang tewas dan tujuh lainnya
mengalami luka-luka. " (sumber : okezone.com)

Pada kasus rubuhnya jembatan penyebrangan orang di Pasar Minggu,


analisa kejadian tersebut adalah :

1. Pemasangan Papan Reklame Yang Tidak Sesuai Prosedur

Pemasangan papan reklame pada bagian atas jembatan atau pada railing jembatan
seharusnya tidak dibolehkan karena JPO tak pernah diuji menahan terpaan angin
dalam kondisi ekstrem dengan sesuatu yang menempel di pagar.Akibat angin yang
terhambat di bagian reklame, sehingga kemudian JPO jadi roboh karena tak mampu
menahan dorongan angin yang terhambat tersebut.Soal reklame di pagar atas
jembatan, pihak Dinas Perhubungan mengklaim sudah berulang kali memberikan
rekomendasi pencabutan reklame ke Ketua Tim Penertiban Reklame di Satuan
Polisi Pamong Praja tetapi tidak digubris. Dan pihak Dishub DKI tidak bisa berbuat
apa-apa sebab kewenangan mencabut reklame ada di tim penertiban reklame Satuan
Pamong Praja.
Kondisi JPO Pasar Minggu Yang Rubuh Akibat Pemasangan Papan Reklame Yang
Tidak Sesuai Prosedur

2. Umur JPO dan Masa Perawatan Yang Tidak Berjalan Semestinya

Jembatan penyebrangan orang di Pasar Minggu ini dibangun pada tahun


2002 dan sudah berumur 14 tahun. Perawatan terakhir dilakukan oleh Dinas
Perhubungan Jakarta Selatan pada tahun 2012. Sementara itu umur rencana JPO
adalah 10 tahun. Dari pihak Dinas Perhubungan DKI sebenarnya sudah mengirim
surat untuk merekomendasikan penggantian dan pembuatan JPO baru di Pasar
Minggu itu. Permohonan sudah dilakukan sejak Januari 2016 lalu tetapi sampai JPO
itu roboh belum juga ada persetujuan.
Material JPO Yang Sudah Korosi Akibat Kurangnya Pemeliharaan Terhadap JPO
1.5. Kegagalan Konstruksi pada Tiap Tahap Konstruksi

1. Kegagalan Pada Tahap Perencanaan


Aspek perencanaan konstruksi meliputi, perencanaan pembebanan,
perencanaan bentuk struktur (kerangka), pengujian (berupa uji beban) dan
metode konstruksi yang dipakai. Tahap perencanaan ini merupakan tahap
yang vital dalam proses konstruksi. Hal ini disebabkan, tahap ini meliputi
pengambilan data di lapangan, transformasi dari data menjadi suatu bentuk
desain, pemilihan material serta metode yang akan digunakan dalam proses
konstruksi.
Pengambilan data yang akurat akan menghasilkan perrencanaan
struktur yang baik dan aman. Penelitian teknik saat perencanaan ini dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mengumpulkan dan merekam
semua data yang diperlukan dalam proses pelaksanaan konstruksi nantinya.
Dalam industri konstruksi, penelitian teknik meliputi (Pranoto,1997):
a. Penelitian Lapangan ( site investigation )
b. Penelitian Geoteknik ( geo-technique investigation )
c. Penelitian material yang dipakai ( material investigation )
d. Metode pelaksanaan yang diaplikasikan
Rekomendasi teknik yang baik merupakan hasil dari penelitian yang
akurat. Selanjutnya, rekomendasi teknik yang baik akan mengarah kepada
perencanaan struktur yang akurat dan aman. Sebaliknya, bila penelitian
lapangan dilakukan dengan tidak mematuhi standar operasional prosedur,
akan menghasilkan rekomendasi dengan kualitas semu.
Kesalahan perencanaan dan perancangan yang menyebabkan
kecacatan & kegagalan pada bangunan merupakan faktor yang sangat
penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi
yang akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek perencanaan dan
perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau menganalisis
maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan
sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan.
Perencanaan dalam hal ini dapat berupa perencanaan dan perancangan
desain fisik/ukuran dan keamanan, perencanaan anggaran, perencanaan
mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit,
perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk
konstruksi yang akan dihasilkan.

Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh beberapa factor,


yaitu :
• Tidak mengikuti TOR
• Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku
• Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik
• Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi
• Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat
• Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya
beban rencana) dalam perencanaan
• Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik

Penyebab kegagalan & kecacatan bangunan saat perencanaan pekerjaan


pembetonan :

• Ketidakcukupan gambaran tentang distribusi gaya atau pengabaian beberapa


pengaruh tertentu (misalnya : temperatur) akan membawa keretakan yang
tidak diinginkan, ketidak telitian detail (misalnya terlalu rapatnya tulangan
akan mengakibatkan lubang-lubang, sangkar-sangkar atau beton porous),
dan kesalahan perhitungan,
• Penyelimutan pada baja tulangan untuk pondasi beton, kelder (basement)
dan lantai dasar gedung.
• Kurang cukupnya perhatian untuk detail sambungan struktural (terutama
untuk jalur daerah gempa bumi)
Penyebab kegagalan & kecacatan struktur bangunan gedung pada tahap
perencanaan :
a. Kesalahan hitung yang berasal dari :
• Sistem mekanika yang salah
• Pembebanan kombinasi
• Lendutan yang terlalu besar
b. Kesalahan pendetailan :
• Kekurangan tulangan
• Tulangan terlalu rapat
• Persyaratan selimut tidak terpenuhi
• Toleransi pendetailan tidak terpenuhi
• Pendetailan yang tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin
dilaksanakan
c. Kesalahan lainnya :
• Serangan fisik/ kimia yang tidak diperkirakan
• Investigasi tanah yang minim
• Akibat deformasi struktur yang tidak diperkirakan. dan
perencanapun harus memperhatikan daerah beton yang akan
terkena air, sehingga dapat direncanakan untuk memberi pelindung
berupa water proofing. Hal ini dapat memperkecil merembesnya air
kedalam struktur beton bertulang.

Pada tahap perencanaan, terdiri dari beberapa tahap lainnya, seperti


pra-studi kelayakan, studi kelayakan, desain awal, hingga desain akhir yang
menjadi gambar DED (Detail Engineering Design).
a) Pra-Studi Kelayakan
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa
kesalahan mendapatkan data tanah wilayah studi.

b) Studi Kelayakan
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa
kesalahan saat survey wilayah studi sehingga terjadi kesalahan dalam
penafsiran data tanah, wilayah studi bekas gorong-gorong atau tanah
dari wilayah studi yang tidak cocok untuk bangunan yang akan
dibangun, dll.

c) Desain Awal
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa
kesalahan saat perencanaan perhitungan beban struktur, kesalahan
desain bangunan, ada hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya saat
perencanaan sehingga menimblkan gagal/cacat pada bangunan,
kesalahan desain material bangunan, dsb.

d) Desain Akhir
Contoh kegagalan dan kecacatan dalam tahap ini dapat berupa
kesalahan saat perencanaan perhitungan beban struktur, kesalahan
desain bangunan, ada hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya saat
perencanaan sehingga menimblkan gagal/cacat pada bangunan, hingga
kesalahan dalam penggambaran desain bangunan (gambar DED).

Contoh Kasus Kegagalan Perencanaan Secara Umum:

Harbour Cay Condominium (March 27, 1981)

Harbour Cay Condominium adalah bangunan struktur beton


bertulang bertingkat rendah (lima lantai) yang runtuh akibat kesalahan
design dan konstruksi. Bangunan ini runtuh akibat kegagalan punch shear.
Kegagalan plat pada suatu kolom mengawali keruntuhan keseluruhan
lantai lima. Lalu lantai lima yang runtuh jatuh dan menjadi beban plat di
bawahnya. Akibat kelebihan beban, lantai empat menjadi runtuh dan begitu
seterusnya hingga terjadi keruntuhan total bangunan.
Gambar 7. Tampak Gedung Harbour Cay Condominium

Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi kesalahan


design dimana:

1. syarat ketebalan plat adalah 11 inch dimana pada gedung tersebut


didesain 8 inch.
2. Ditemui pula bahwa tulangan terlalu rapat

3. Tidak ada perhitungan mengenai kapasitas punching shear atau

geser balok
4. Tidak dilakukan pengecekan peraturan untuk spasi penulangan

kolom
5. Perhitungan menggunakan mutu tulangan U40 namun di gambar

menggunakan U60.
6. Tidak dilakukan perhitungan actual ketebalan actual pelat
berdasarkan penulangan yang terjadi
7. Penulangan kolom yang terlalu padat sehingga menyulitkan beton
untuk mengisi keseluruhan elemen kolom sehingga mengurangi
gaya lekat tulangan dan beton
Gambar 8. Keruntuhan Gedung Harbour Cay Condominium

Dari sisi konstruksi juga terdapat kesalahan sebagai berikut:

1. Dari sisi konstruksi didapati pula bahwa kaki ayam untuk menopang
tulangan atas terlalu pendek sehingga mengurangi ketebalan efektif
pelat lantai yang akhirnya akan mengurangi kapasitas geser “punch”.
2. Banyak tulangan bawah plat yang tidak terpasang melewati kolom.

3. Beberapa tulangan vertical telah dibengkokkan selama proses

fabrikasi
4. Kualitas beton yang tidak konsisten yang sulit untuk dilakukan

pengecoran yang baik


Gambar 9. Gambar Penulangan yang Menyebabkan Ketebalan Efektif
Pelat Berkurang

Pelajaran atas keruntuhan struktur bangunan ini adalah:

1. Harus dilakukan pengecekan kapasitas “punch shear” sesuai

ketebalan actual yang akan terjadi di lapangan untuk design flat


slab
2. Ketebalan minimum plat harus dicek terhadap defleksi dan

persyaratan minimum
3. Tulangan pelat harus masuk ke dalam kolom melewati batas

tepinya untuk menghindari keruntuhan menerus.


4. Design bekisting dan pembongkaran bekisting yang harus

memadai
5. Pekerjaan harus distop secara keseluruhan apabila terjadi tanda-

tanda keruntuhan awal.


6. Benda uji test menggunakan field-cured test cylinder (benda uji

yang dirawat di lapangan)

2. Kegagalan Pada Tahap Pelaksanaan (Construction)


Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan kecacatan & kegagalan
pada bangunan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi,
dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap
kegagalan kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada pihak
pelaksana proyek/kontraktor. Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor
tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas
material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan,
penggunaan tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan
peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek
yang buruk. Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka
tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.

Penyebab kegagalan pelaksanaan umumnya disebabkan oleh :


• Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak
• Salah mengartikan spesifikasi
• Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar
• Tidak menggunakan material yang benar
• Salah membuat metode kerja
• Salah membuat gambar kerja
• Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah

Penyebab kegagalan & kecacatan bangunan saat pelaksanaan pekerjaan


pembetonan :
w kurangnya kekokohan bekesting
w kekurangan selimut pelindungbeton terutama pada tempat-tempatgenangan
air (saluran, dak atap, balkon dan tempat terbuka lainnya)
w kurangnya perhatian pada sambungan pengecoran
w tidak menggunakan jenis semen yang tepat ataupun bahancampuran beton
yang tidak memenuhi syarat
w penggunaan bahan kimia tambahan yang mengandung sulfat
w terlalu besar tinggi penuangan bebas dari beton (mortar), terutamapada
kolom-kolom dengan tulangan campuran tidak homogeny
w susunan dari campuran tidak tepat dan kadang-kadang
kurangkepadatannya
w terlalu tinggi atau terlalu rendah faktor air semen
w kurangnya perawatan kemudian sehingga porous kulit luar (pengeringan),
dan sebagainya, keranjang (jaring-jaring) dapat menimbulkan sangkar
kerikil

Contoh Kasus:

Skyline Plaza – Bailey’s Crossroads (March 2, 1973)

Bangunan ini adalah suatu kompleks bangunan yang besar di


Virginia. Kompleks yang terdiri atas delapan apartemen, enam tower
perkantoran, sebuah hotel, dan pusat perbelanjaan. Insiden terjadi pada
suatu tower apartemen dan garasi parkir yang mengakibatkan 14 orang
tewas dan melukai 34 orang.
Gambar 1. Keruntuhan Gedung Skyline Plaza
Penyebab dari keruntuhan ini adalah pada pembongkaran bekisting
penyangga lantai 23 yang tidak benar yang mengakibatkan peningkatan
gaya geser sekitar kolom. Bangunan ini hancur secara keseluruhan karena
keruntuhan satu lantai teratas. Kolom mengalami kelebihan tegangan
sehingga terjadi keruntuhan pada seluruh lantai 23. Keruntuhan tersebut
menyebabkan lantai 22 kelebihan beban sehingga menyebabkan
keruntuhan lantai 22, begitu seterusnya hingga ke lantai dasar.

Kesalahan utama dari keruntuhan ini adalah pada sequence


pembongkaran bekisting yang terlihat tidak diperhitungkan dengan cermat
terutama penyebaran beban ke lantai bawah oleh system perancah dan
asumsi kekuatan beton pada saat dilakukan pembongkaran bekisting.
Gambar 2. Tanggal Realisasi Pengecoran

Pelajaran atas tragedi ini adalah sebagai berikut:

§ Kehati-hatian yang tinggi dalam desain struktur adalah penting untuk


menghindari terjadinya keruntuhan beruntun
§ Beban konstruksi harus diperhitungkan dengan baik dalam desain
metode pelaksanaan. Ini harus dikontrol oleh pihak terkait
§ Bekisting dan sistem perancah harus detail dalam desain dan metode
atau sequence nya
§ Test beton harus dilakukan sebelum bongkar bekisting
§ Inspeksi harus memastikan bahwa kontraktor telah memasang
perancah yang benar dan beton yang telah tercor telah mencapai
kekuatan desainnya.
3. Kegagalan Pada Tahap Penggunaan/Pemakaian
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek
konstruksi dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi
tersebut, dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal
merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi menimbulkan
terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya
diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang
atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya
hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang
setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta perubahan-
perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya
juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik
maupun nonfisik.

Penyebab kegagalan pengguna umumnya disebabkan oleh :


• Tidak mengikuti tujuan awal
• Tidak memperhatikan cara pemakaian
• Tidak melaksanakan apa yang dilarang
• Pemakaian yang tidak sesuai aturan
• Pemakaian yang berlebihan

Penyebab kegagalan & kecacatan bangunan saat pemakaian :


ü Pembebanan yang berlebih pada struktur, contohnya: suatu bagian dari
kantor yang digunakan untuk tempat arsip-arsip.
ü Perubahan pada tujuan semula, contohnya : tempat tinggal di bagian bawah
digunakan sebagai pertokoan atau tempat kerja.
ü Perubahan pada lingkungan, contohnya : gudang mesin-mesin yang
digunakan sebagai gudang pupuk.
ü Bangunan baru terletak pada bangunan-bangunan yang ada; peretakan akibat
pelasakan tambahan.
Contoh Kasus :
Sebuah jembatan di Taiwan tiba-tiba ambrol dan menimpa kapal-
kapal pencari ikan yang sedang berlabuh di bawahnya. Sedikitnya 14 orang
mengalami luka-luka dalam insiden ini.
Seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (1/10/2019), sebuah truk
tangki bensin yang ada di atas jembatan terjatuh dan masuk ke dalam air.
Jembatan ini membentang di atas sebuah pelabuhan kecil di wilayah
Nanfangao, pantai timur Taiwan.
Potongan gambar dari rekaman CCTV yang dramatis menunjukkan
momen saat jembatan jenis single-arch sepanjang 140 meter ini ambruk
dan terbenam ke dalam air. Insiden ini dilaporkan terjadi sekitar pukul 09.30
waktu setempat.
Gambar-gambar itu menunjukkan momen saat ruas jalan yang ada
di jembatan itu runtuh ke dalam air laut. Bagian lengkungan jembatan
tersebut terlihat masih utuh, hanya bagian bawah yang runtuh. Sedikitnya
tiga kapal pencari ikan tertimpa reruntuhan jembatan itu.
Gambar yang beredar menunjukkan sebuah truk pembawa tangki
bensin nyaris mencapai ujung jembatan, sebelum jembatan itu runtuh. Truk
bensin itu sempat terbakar dan memicu kepulan asap pekat ke udara.
Dalam postingan Facebooknya, seorang anggota parlemen Taiwan,
Wang Ting-yu, menyebut jembatan Nanfang'ao itu menimpa tiga kapal
pencari ikan dan membuat sebuah truk tangki bensin terbakar. Wang yang
mengutip keterangan Wali Kota setempat, menyebut lima orang berhasil
diselamatkan dan enam pekerja asing masih menunggu upaya
penyelamatan.
Gambar Jembatan Nanfang'ao Ambruk

4. Kegagalan Pada Tahap Perawatan


Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan
umur dan kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan
sistem manajemen perawatan bangunan. Jika tingkat frekuensi perawatan
tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi
terhadap meningkatnya risiko kegagalan & kecacatan bangunan. Inspeksi
perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari
fisik bangunan/infrastruktur sehingga langkah repair/perbaikan dapat
dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih
buruk serta pembengkakan biaya.
Contoh dari perawatan ini seperti ketika konstruksi baja dibiarkan
tidak dilakukan perawatan dan pengecatan maka lama-lama bisa berkarat,
atau jembatan struktur baja tetapi menggunakan pelat lantai yang terbuat
dari bahan material kayu, karena seiring bertambahnya umur jembatan,
maka kayu juga bisa rusak dan lapuk, maka dengan adanya perawatan, pelat
yang terbuat dari kayu itu bisa di perbarui.

Penyebab kegagalan pemakaian umumnya disebabkan oleh :


• Tidak menjaga hasil konstruksi
• Tidak melakukan yang dapat mempertahankan umur konstruksi
• Membiarkan begitu saja hasil konstruksi tanpa adanya pemantauan
• Tidak terjadwalnya proses perawatan
• Tidak sesuai metode perawatan yang diterapkan

Contoh Kasus :

Pakar konstruksi Dr. Ir. Wiratman Wangsadinata memperkirakan, Jembatan


Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur runtuh disebabkan saat itu terjadi
pelampauan beban dari batas kekuatannya. "Sesuatu struktur jembatan bisa runtuh
apabila ada komponen yang dilampaui batas kekuatannya saat itu," kata pendiri dan
Direktur Utama Wiratman & Associates, sebuah perusahaan konsultan di bidang
rancang bangun, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (29/11).
Dari pengamatan melalui gambar di media massa, ia memperkirakan yang
memicu keruntuhan jembatan secara progresif (beruntun) adalah putusnya satu
kabel penggantung atau gagalnya sambungan kabel penggantung dengan kabel
utama. Putusnya satu kabel penggantung, ujarnya, kemudian memicu putusnya
kabel penggantung di sebelahnya dan kembali memicu putusnya kabel berikutnya
dan seterusnya, sehingga menyebabkan keruntuhan jembatan tersebut. Apa lagi,
tambahnya, saat kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (26/11) itu, jembatan memang
sedang dalam perbaikan, namun kemungkinan digunakan tidak sesuai aturan yang
ada.
"Mungkin juga disebabkan perawatannya yang tidak memadai karena
anggaran yang minim, padahal biaya maintenance sebuah jembatan itu cukup
besar," katanya. Soal teknologi jembatan bentang pendek Kukar itu, menurut dia
tidak masalah, dimana teknologi yang dipakai adalah teknologi jembatan gantung
generasi ke satu sama seperti yang dipakai pada jembatan Golden Gate di San
Fransisco (yang bentang tengahnya sampai 1.280m) dan sama dengan teknologi
yang dipakai pada jembatan Akashi Kaikyo (bentang tengah 1.991m).
Menurut perancang Jembatan Selat Sunda itu, jembatan di Tenggarong itu
tidak dapat diperbaiki lagi untuk dimanfaatkan kembali, sebaliknya perlu dibongkar
total lalu dibangun baru. Menurut dia, banyak jembatan lain di Indonesia yang
selama ini kurang mendapat pemeliharaan yang semestinya dan harus segera
diaudit dan diperbaiki jika ditemukan kekurangan agar tidak mengalami hal yang
sama dengan jembatan Kukar.
Sebelumnya tim ITS Surabaya menemukan ada tali Jembatan Kutai
Kartanegara yang putus dan menyebabkan jembatan itu runtuh. "Kami menemukan
ada tali jembatan yang putus sehingga timbul efek domino yang akhirnya
menyebabkan jembatan runtuh, namun kami belum mengetahui penyebab putusnya
tali jembatan itu," kata ahli beton ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD. Mantan
Rektor ITS Surabaya dari Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS itu mengemukakan hal
itu ketika dikonfirmasi hasil penyelidikan yang dilakukan tiga ahli teknik sipil ITS,
termasuk dirinya, tentang penyebab runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara itu
pada Sabtu (26/11) sore.(ant/hrb)
Daftar Sumber:
PP. 29/2000 pasal 31 tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi

UU RI No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

https://investor.id/infrastructure/jembatan-runtuh-saat-batas-kekuatannya-
dilampaui

http://duniatekniksipil76.blogspot.com/2017/01/kegagalan-konstruksi-dilihat-dari-
sudut.html

https://nikifour.co.id/bencana-konstruksi/

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1303

http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/blog-page_14.html

https://news.detik.com/internasional/d-4728940/jembatan-tiba-tiba-ambrol-di-
taiwan-14-orang-luka-luka/1

Anda mungkin juga menyukai