Anda di halaman 1dari 13

Audit Investigasi Terhadap Kasus Mega Proyek Hambalang

Oleh
Kelompok 3

1. A.A Ngurah Putra Wiwekanandha


(202033122062)
2. Ngakan Made Wisnu Prayuda
(202033122060)

Kelas F3 Akuntasi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2021

1
1. Latar Belakang

Begitu ironis melihat praktik – praktik korupsi kian menjamur di Indonesia.


Seiringan dengan usaha maksimal pemerintah dengan memberdayakan lembaga-
lembaga penegak Kepolisian,Pengadilan, BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun
oleh kalangan LSM seperti MTI dan ICW dengan banyaknya strategi dalam
pemberantasan korupsi sepertinya belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi
yang sudah merajalela.

Kehadiran Audit investigasi sebagai bentuk pemeriksaan atau audit yang


memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan dengan
menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan
dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.Audit investigasi
menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi tindak korupsi. Audit
Investigasi menjadi sangat penting apabila nanti hasil audit menunjukkan bukti
adanya pelanggaran hukum materiil dan formil.

Dalam Kasus Hambalang atau Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan


Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat,
menuai kontroversional dengan dugaan tindak pidana korupsi dalam audit BPK yang
menjelaskan bahwa adanya indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya Rp 243,66
miliar

Berdasarkan kasus Hambalang maka Makalah ini akan membahas bagaimana


dan seperti apa pengungkapan audit investigasi atas kasus Hambalang ini.

2
2.1 Awal Kasus Hambalang

Proyek ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora
(Kementerian Pemuda dan Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan
dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Oleh karena itu, Kemenpora
memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pembanugnan proyek pusat
pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang, Bogor. Selain itu
juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional. Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor
nomor 641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama
Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan CiteureupBogor. Atas keberlanjutan
tersebut, maka Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga
Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012.

Berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana, untuk membangun semua


fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah disempurnakan,
anggaran mencapai Rp 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport science,
asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli
pasir. Kasus Hambalang adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan
banyak pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum;
Istri dari Anas Urbaningrum komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan
Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras;
dan lain sebagainya. Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana
mereka
merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga men-
subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M.

2.2 Hasil Temuan Audit Kasus Hambalang

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah merampungkan audit investigasi


tahap I proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. BPK
telah menyerahkan hasil audit ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung
Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 31 Desember 2012

Hadi Purnomo, ketua BPK, menjelaskan bahwa BPK menyimpulkan ada


indikasi penyimpangan peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan
kewenangan yang dilakukan berbagai pihak dalam proyek Hambalang. Indikasi
kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012 mencapai Rp 243,66
miliar.

Temuan penyimpangan BPK yang didapat melalui autit investigasi Berupa:

1) Temuan yang terkait surat keputusan hak pakai


a. Surat keputusan pemberian hak pakai diberikan Kepala Badan
Pertahanan Nasional (BPN) pada tanggal 6 Januari 2010 bagi
Kementerian Pemuda dan Olahraga atas tanah seluas 312.448
meter persegi di Desa Hambalang. Padahal, terdapat dugaan bahwa
persyaratan berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak
sebelumnya palsu.
b. Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN
menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada
surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon hak. Hal ini menjadi
dasar terhadap dugaan pelanggaran Kep.Ka.BPN 1 tahun 2005 Jo
Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010.
2) Temuan yang terkait lokasi dan site plan
Didapati adanya dugaan pelanggaran terhadap UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengesahan Master Plan, Site Plan, dan Peta Situasi. Dugaan ini terkait
dengan temuan bahwa Bupati Bogor menandatangani site plan
meskipun Kemenpora belum melakukan studi amdal terhadap proyek
Hambalang.
3) Temuan yang terkait Izin Mendirikan Bangunan
Dugaan pelanggaran terhadap Perda Kabupaten Bogor Nomor 12
Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung. Dugaan ini didapatkan karena
diterbitkannya Ijin Mendirikan Bangunan oleh Kepala Badan
Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor meskipun Kemenpora belum
melakukan studi amdal terhadap proyek Hambalang.
4) Temuan yang terkait tentang teknis
Dugaan pelanggaran terhadap Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007
karena adanya temuan berupa dikeluarkannya pendapat teknis seperti
dimaksudkan dalam PMK 56/PMK.02/2010 yang diberikan oleh
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum tanpa memperoleh pendelegasian dari Menteri PU
5) Temuan yang terkait revisi Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
a. Dugaan akan pelanggaran terhadap PMK 69/PMK. 02/2010 Jo
PMK 180 /PMK. 02/2010. Terkait dengan ada temuan bahwa
Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010
pada 16 November 2010
b. Dugaan pelanggaran terhadap PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180
/PMK. 02/2010. Terkait temuan berupa pengajukan permohonan
revisi RKA-KL oleh Sesmenpora pada tahun 2010 dengan
menyajikan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula
108.553 meter persegi menjadi 121.097 meter persegi. Padahal,
sebenarnya turun dari 108.533 meter persegi menjadi 100.398
meter persegi.
6) Temuan yang terkait permohonan kontrak tahun jamak
a. Dugaan pelanggaran terhadap PMK 56/PMK.02/2010 berdasarkan
temuan bahwa Sesmenpora menandatangani surat permohonan
persetujuan kontrak tahun jamak tanpa memperoleh pendelegasian
dari Menpora.
b. Menpora diduga membiarkan tindakan yang dilakukan
Sesmenpora dan tidak melaksanakan pengendalian dan
pengawasan sebagaimana PP 60/2008.
7) Terkait kontrak tahun jamak
Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan Dirjen
Anggaran menyelesaikan proses persetujuan kontrak tahun jamak
setelah melalui proses penelaah secara berjenjang secara bersama-
sama. Padahal, kontrak tahun jamak itu diduga melanggar PMK
56/PMK.02/2010. Pelanggaran itu antara lain, tidak seluruh unit
bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan
dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran. Selain itu, permohonan
persetujuan kontrak tahun jamak tidak diajukan oleh menteri. Terakhir,
revisi RKA-KL Kemenpora 2010 yang menunjukkan kegiatan lebih
dari satu tahun anggaran belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran.
8) Terkait persetujuan RKA-KL 2011
Dugaan pelanggaran terhadap PMK 104 /PMK.02/2010 yang
dilakukan oleh Dirjen Anggaran dengan menetapkan RKA-KL
Kemenpora tahun 2011 dengan skema tahun jamak sebelum penetapan
proyek tahun jamak disetujui.
9) Terkait pelelangan
a. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai
kontrak di atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari
Menpora sehingga diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.
b. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan
wewenang Menpora tersebut dan tidak melaksanakan
pengendalian dan pengawasan seperti diatur dalam PP 60 Tahun
2008.
c. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon
rekanan tidak dilakukan oleh panitia pengadaan, tetapi diatur oleh
rekanan yang direncanakan akan menang. Hal itu diduga
melanggar Keppres 80 Tahun 2003.
d. Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan kontruksi
pembangunan Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi
(KSO) berinisial AW.
10) Terkait pencarian anggaran 2010
Kabag Keuangan Kemenpora menandatangani dan menerbitkan Surat
Perintah Membayar (SPM) meskipun Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) belum ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Hal itu diduga melanggar PMK 134 /PMK. 06/2005 dan Perdirjen
Pembendaharaan Per-66/PB/ 2005.
11) Terkait pelaksanaan perkerjaan konstruksi
Dugaan pelanggaran terhadap Keppres 80 Tahun 2002 yang dilakukan
oelh KSO AW yang mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamannya
kepada perusahaan lain.
2.3 Tahapan Audit Investigasi Kasus Hambalang

Pelaksanaan audit investigatif dilakukan dalam tiga tahap pelaksanaan audit


investigative. Tahapan pelaksanaan ini dilakukan oleh BPK saat melaksanakan audit
investigasi terhadap proyek Hambalang. Tahapan tersebut terdiri dari:

1) Perencanaan

Tahapan ini dilaksanakan setelah diterimanya informasi awal yang


kemudian ditindaklanjuti organisasi pengawas dengan membentuk tim Audit
Investigasi. Tim Audit Investigasi terdiri dari para auditor yang kompeten,
memiliki integritas yang tinggi, serta independensi. Tim Audit Investigasi
kasus Hambalang haruslah terdiri dari auditor-auditor yang berkompeten dan
paham mengenai peraturan terkait pelaksanaan proyek seperti: keputusan hak
pakai, lokasi dan site plan, izin mendirikan bangunan, teknis, kontrak tahun
jamak, pelelangan, pencarian anggaran, dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Tim Investigasi harus menentukan jenis-jenis penyimpangan yang


terjadi, sebab-sebab penyimpangan, modus operandi, pihak-pihak yang
terlibat, unsur-unsur kerjasama,dan estimasi besarnya kerugian negara atau
daerah akibat kasus ini.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan Tim Audit Investigasi bertugas untuk


memperoleh bukti audit yang nantinya dapat memperkuat dugaan adanya
tindakan pidana korupsi. Bukti audit ini dapat diperoleh Tim Audit Investigasi
melalui observasi, inspeksi, konfirmasi, analisa, wawancara, pemeriksaan
bukti tertulis, review analitis, perhitungan kembali, penelusuran, dll.
3) Pelaporan

Tahap pelaporan hasil investigasi yang dikeluarkan oelh Tim Audit


Investigasi harus memenuhi unsur akurasi, berimbang, relevan, jelas,dan
tepat waktu.

Mengenai teknik yang dilakukan Tim Audit Investigasi sehingga


mendapatkan hasil temuan audit investigasi seperti pada berita di atas meliputi
pemeriksaan fisik, meminta informasi dan konfirmasi, pemeriksaan dokumen,
review analitis, perhitungan kembali, penggunaan metode net worth, dan
mengikuti jejak keuangan atau follow the money.

2.4 Tersangka Kasus Hambalang

1) 3 Desember 2012 ; KPK menjadikan tersangka Andi Alfian


Mallarangeng dalam posisinya sebagai Menpora dan
pengguna anggaran.
2) Pada 2010-2011 ; mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama
Operasi (KSO) PT Adhi Karya-PT Wijaya Karya senilai Rp 471
miliar. Selain itu, KPK juga mencekal Zulkarnain Mallarangeng,
adik Andi, dan M. Arif Taufikurrahman, pejabat PT Adhi Karya.
3) 5 Juli 2012 ; KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro
Keuangan dan Rumahtangga Kemenpora. Dedi disangkakan
menyalahgunakan wewenang sebagai pejabat pembuat komitmen
proyek.
4) 22 Februari 2013 ; Anas Urbaningrum dijadikan sebagai tersangka.
Anas diduga menerima gratifikasi berupa barang dan uang, terkait
dengan perannya dalam proyek Hambalang.
5) Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp
2,2 miliar)
6) Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar).
7) Lisa Lukitawati. Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
8) Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng
alias Choel. Sebagai Presiden Direktur PR FOX Indonesia.
9) Mantan Ketua Komisi Olahraga DPR Mahyudin (Rp 500 juta).
10) Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5 miliar).
11) Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3
miliar).
12) Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp 6,5
miliar).
13) Muhammad Nazaruddin. Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai
anggota Banggar DPR periode 2009-2014 dari Fraksi Partai Demokrat
dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara Umum Partai Demokrat.
14) Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp
4,5 miliar).
15) M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus
Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor)
16) Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor
dan M Arief Taufiqurahman)
17) Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
18) Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta).

Saat Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng, proyek Hambalang


terealisasi. Tender pun dilakukan. Pemenangnya adalah PT Adhi Karya dan PT
Wijaya Karya. Anas Urbaningr um diduga mengatur pemenangan itu bersama
Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan teman dekat Anas, Mahfud Suroso.
Masalah sertifikasi juga berhasil diselesaikan.
Pemenangan dua perusahaan BUMN itu ternyata tidak gratis. PT Dutasari
Citralaras menjadi subkontraktor proyek Hambalang dan mendapat jatah senilai Rp
63 miliar. Perusahaan yang dipimpin Mahfud itu dikomisarisi oleh Athiyyah Laila,
istri Anas. Selain itu, PT Adhi Karya juga menggelontorkan dana terima kasih senilai
Rp 100 miliar. Setengah dana itu dipakai untuk pemenangan Anas sebagai Ketua
Partai Demokrat dan sisanya dibagi-bagika n oleh Mahfud kepada anggota DPR RI,
termasuk kepada Menpora Andi Mallarangeng. Selain itu, Anas juga mendapatkan
gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dari Nazar.

Dari pihak subkontraktor :

1) PT Global Daya Manunggal


Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama junior dan
gedung serba guna senilai Rp 142,4 miliar. Perusahaan ini telah
menerima pembayaran Rp 60,2 miliar. Dari Global dana mengalir ke:
a. Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4
miliar dan US$ 550 ribu).
b. Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
c. Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga
Deddy Kusdinar (Rp 250 juta).
2) PT Dutasari Citralaras
Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan penyambungan
listrik PLN senilai Rp 328 miliar. Perusahaan ini telah mendapat
pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana dari
perusahaan milik istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila ini.
3.1 Kesimpulan
1) Dalam kasus ini melibatkan praktik penyuapan dan penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh banyak pihak salah satunya Andi
sebagai Kemenpora. Jenis tindak korupsi ini jelas hanya untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan. Serta pengendalian internal yang tidak
baik.
2) Peran Audit Investigatif membantu mengungkapan bagaimana
kasus Hambalang terjadi serta membantu pihak penegak hukum
dalam pengambilan keputusan terhadap para pihak yang ikut
terlibat.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan.2015. Analisa Kasus Penyimpangan Proyek Pembangunan Pusat


Pendidikan Pelatihan DanSekolah Olahraga Nasional (P3son) Kementerian Pemuda
Dan Olahraga Ditinjau Dari Aspek Pengelolaan Keuangan Negara. Makalah

Permatahati,Hani.2019. Kasus Hambalang. Makalah

Zezen, Andri.2019. Audit Forensik Hambalang. Makalah

Pitaloka,Maharani.2019. Hasil Audit Investigasi BPK terhadap Kasus Hambalang.


Makalah

Kaskus. (2012), “Kasus Hambalang : Inilah Hasil Audit BPK soal Hambalang.”
https://www.kaskus.co.id/thread/5091be57552acf111700005e/kasus-hambalang---
inilah-hasil-audit-bpk-soal-hambalang/ (diakses 27 Desember 2019, 15:50)

Anda mungkin juga menyukai