Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES

MANUFAKTUR II

PRAKTIKUM LAS LISTRIK , LAS OKSIASETILIN


(LAS KARBIT) DAN LAS TITIK (SPOT WILDING)

DISUSUN OLEH :

Muhammad Irfan Wibisono (021117400000189)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN REKAYASA SISTEM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan


Proses manufaktur adalah proses pengerjaan suatu material. Pada proses
ini berbagai macam perlakuan dilakukan untuk memproduksi barang atau
perkakas sesuai dengan yang diinginkan. Produk yang dihasilkan beragam,
tergantung metode dan jenis mesin apa yang digunakan pada proses
pengrjaannyanya.
Salah satu metode pengerjaan yang sering digunakan adalah las. Las
adalah proses penyambungan logam untuk dijadikan barang produksi. Proses
ini memanfaatkan titik lebur dari logam itu sendiri maupun dari logam
lainnya.
Wawasan mahasiswa mengenai aplikasi langsung dari proses las akan
membantu mahasiswa dalam dunia kerja. Sehingga diperlukan praktikum las
untuk mendukung keselarasan antara materi yang diberikan di kelas dengan
aplikasi langsung di lapangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah dan praktikum ini antara lain:
1) Mengetahui mekanisme kerja dari LAS Listrik.
2) Mengetahui mekanisme kerja dari LAS Karbida.
3) Mengetahui kelebihan dan kekurangan LAS Listrik.
4) Mengetahui kelebihan dan kekurangan LAS Karbida.
5) Mmengetahui mekanisme kerja dari LAS Titik.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah dan praktikum ini antara lain:
1) Memberikan informasi mengenai mekanisme LAS
2) Sebagai referensi tambahan untuk mempelajari LAS
3) Sebagai referensi tambahan untuk pemilihan proses LAS
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Proses Las


Pengelasan adalah proses penyambungan material sehingga menjadi satu
dengan menggunakan energi panas dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan
dapat dilakukan dengan :
1) Pemanasan tanpa tekanan

2) Pemanasan dengan tekanan

3) Tekanan tanpa memberikan panas dari luar


Disamping itu pengelasan dapat dilakukan tanpa logam pengisi ataupun
dengan logam pengisi. Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam
penyambungan logam.
a. Berikut merupakan beberapa macam-macam pengelasan:
1. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc Welding);
2. Las Listrik Dengan Ekktroda Berselaput (SMAW);
3. Las Listrik GMAW / MIG;
4. Las Listrik Submerged.
b. Posisi Pengelasan terdiri dari empat macam yaitu:
1. Posisi di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan
pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan.
2. Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya
keatas atau kebawah.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya
keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling
sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah
dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º – 15º terhada
garis vertikal dan 70º – 85º terhadap benda kerja.
4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru.
c. Macam-macam Cacat Las
1. Porositas merupakan cacat yang dikarenakan adanya gas yang
terperangkap di daerah lasan dalam jumlah yang melebihi syarat batas.

Gambar 2.1 Porositas


2. Slag Inclusion terjadi akibat pembersihan pada saat pengelasan yang
berlapis kurang bersih. Hal ini juga dapat diakibatkan penggunaan flux
pada pengelasan yang berlapis.

Gambar 2.2 Slag Inclusion


3. Incomplete Fusion, cacat ini dapat diakibatkan oleh kesalahan
penggunaan besar arus, kecepatan pengelasan, incorrect electrode
manipulation, maupun kesalahan pengelas.

Gambar 2.3 Incomplete Fusion


4. Undercut, merupakan cacat yang melemahkan sambungan, mengawali
karat permukaan, dan dapat menimbulkan tegangan geser
(Displacement Stress) yang berpotensi retak. Cacat ini dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Suhu metal terlalu tinggi;
2) Amper capping tinggi;
3) Speed capping terlalu rendah.

Gambar 2.4 Undercut


4) Overlap, Cacat ini dikarenakan :
 Arus terlalu rendah;
 Kecepatan pengelasan rendah;
 Kesalahan teknik mengelas;
 Kontaminasi sekitar.

Gambar 2.5 Overlap


5. Crack (retak), banyak hal yang dapat menyebabkan cacat ini. contoh
bentuk crack adaah seperti berikut:
Gambar 2.6 Crack

2.2 Pengertian Las Karbit


Las Gas / Karbit atau las asitelin  adalah proses penyambungan logam
dengan logam menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan
bakar. Prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan
O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan
logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-
gas asetilen, propana atau hidrogen.
a. Bagian dan Fungsi Peralatan Las Karbit

Gambar 2.7 Peralatan Las Karbit


Berikut ini adalah merupakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
Las karbit:
 Gas oksigen berfungsi dalam proses pembakaran.
 Gas asetilen, berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses
pembakaran.
 Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.
 Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan
gas dari tabung gas oksigen dan asetilen menuju brander.
b. Jenis Nyala api
Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan
pengelasan. Berikut merupakan jenis nyala api yang di dapat dari
pencamputan gas.
 Nyala Api Netral
Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar
mengalami surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih
menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api netral yang
diakibatkan karena pembakaran campuran gas oksigen dan acetylene
dengan perbandingan relative sama (biasanya sedikit lebih banyak
oksigen). Nyala berbentuk busur dengan warna putih kekuningan dan
panjangnya melebihi nyala oksidasi tetapi lebih pendek dari nyala
karburasi. Temperatur yang dapat dicapai sekitar 3200 oC dan sangat
cocok jika digunakan untuk pengeLasan baja.

Gambar 2.8 Nyala Api Netral


 Nyala Api Oksigen Lebih
Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan.
Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen
maka kita akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Campuran gas yang
terlalu banyak oksigen disebut nyala oksidasi. Nyala intinya berbentuk
kerucut dengan warna putih kebiruan, panjangnya lebih pendek dari nyala
Netral, dan bersuara mendesis. Temperature nyala oksidasi sekitar 3500
o
C. Walaupun temperatur tersebut sudah dapat mencairkan baja namun
jika diterapkan dalam pengeLasan baja akan terjadi oksidasi, karena
banyak sisa gas oksigen yang tidak terbakar mengikat elemen Fe dan
membentuk oksida besi (FeO, Fe2O3). Oksida besi ini dapat menyebabkan
cacat Las yang berupa slag inclution (kotoran yang ikut ke dalam deposit
logam las).

Gambar 2.9 Nyala Api Oksidasi


 Nyala api Asitelin Lebih
Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas
oksigen. Campuran yang terlalu banyak acetylene menyebabkan banyak
gas acytelene yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan
warna kuning kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala
karburasi. Nyala Karburasi mempunyai suhu sekitar 1000 oC sehingga
cocok untuk proses Brazing, Soldering dan pengelasan alumunium, namun
tidak dapat digunakan untuk pengelasan baja.

Gambar 2.10 Nyala Api Karburasi


c. Prinsip Kerja
Proses pengelasan dilakukan dengan memanaskan material yang akan
disambung. Pemanasan dilakukan hingga material memerah. Namun
pemanasan juga tidak boleh terlalu lama, agar material tidak meleleh. Setelah
itu ujung material dikunci ujungnya dengan filler. Hal ini bertujuan agar
material tidak tergeser selama proses pengelasan. Lalu penelasan dilakukan di
sepanjang smabungan.
Dalam proses pembakaran, tidak semua campuran gas oksigen dan
acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar sempurna membentuk
nyala inti yang digunakan untuk mencairkan logam, sedangkan sisanya
membentuk nyala luar yang berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam
Las.
Gambar 2.11 Kerja Las Karbit
d. Keuntungan Proses Las dengan Oksi-Asetilin
1) Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
2) Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
3) Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau
di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana
4) Dengan teknik pengeLasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat
diLas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun
penyambungan.

2.3 Dasar Teori Las Busur Listrik (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)
a. Pengertian
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan
mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan
mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung,
kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Gambar 2.12 Proses Las listrik
Mesin Las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi
akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada Las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau
logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan Las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda
dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 C.
b. Menyalakan Dan Mematikan Elektroda
Untuk menyalakan atau membuat nyala busur listrik perlu diperhatikan
mesin Las yang digunakan. Jika mesin Las yang digunakan adalah mesin Las
AC, maka menyalakan dengan menggoreskan elektroda yang sudah terjepit
pada penjepit elektroda, pada benda kerja yang sudah terhubung dengan kabel
massa. Arah penggoresan elektroda membentuk busur atau seperti cara
menggoreskan korek api, seperti terlihat pada gambar .Setelah nyala busur
listrik terjadi, maka posisi elektroda harus tetap dijaga pada jarak tertentu dari
benda kerja agar nyala busur listrik yang terjadi dapat menyala secara
kontinyu. Selama elektroda menyala, maka elektroda akan berkurang sehingga
jarak ujung elektroda (panjang busur nyala) dengan benda kerja akan semakin
renggang. Untuk menjaga agar panjang busur nyala tetap sama, maka
pemegang elektroda harus diturunkan secara perlahan-lahan

Gambar 2.13 Menyala Busur Dengan Menggoreskan Elektroda.


c. Mematikan Busur Listrik
Setelah satu bagian pengelasan selesai maka nyala busur listrik harus
dimatikan. Cara mematikan nyala busur harus hati-hati, karena mematikan
busur nyala berarti mengakhiri proses pengelasan yang berada pada ujung rigi
Las. Agar ujung akhir pengelasan tidak keropos dan terlalu tinggi atau rendah,
maka cara mematikan nyala busur harus benar. Untuk memutuskan dan
mematikan lengkung listrik las dari benda kerja dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. elektroda diangkat dan diturunkan sedikit kemudian di tarik keluar
2. elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas dengan
cara mengayunkan kekiri atas.

Gambar 2.14 Cara Mematikan Las


d. Menyambung Pada Alur Las
Bila elektroda harus diganti sebelum pengeLasan selesai, maka untuk
menyambung pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi, menyalakan busur
kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 25 mm di muka Las berhenti.
Elektroda digerakkan kebawah Las dan diisi hingga sama besar dengan alur
sebelumnya
Gambar 2.15 Menyambung Pada Alur Las

e. Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las

Gambar 2.16 Pengaruh Kecepatan Arus Pengelasan Terhadap Hasil Las


Busur Nyala Listrik
f. Keuntungan
Berikut ini merupakan keuntungan yang di dapat apabila menggunakan
proses las listrik :
1. Busur nyala listrik yang dihasilkan stabil
2. Dapat menggunakan semua jenis elektroda
3. Dapat digunakan untuk pengelasan pelat tipis

2.4 Las Titik


a. Pengertian Las Titik
Las titik adalah salah satujenis yang  harus diketahui, las titik adalah jenis
las resistansi listrik yang dikembangkan setelah energi listrik dapat
dipergunakan dengan mudah, yang merupakan suatu teknik penyambungan
yang ekonomis dan efisien khususnya untuk pengerjaan logam plat. Pada las
titik, benda kerja plat (logam) yang akan di sambungkan di jepit dengan kawat
las dari paduan tembaga dan kemudian dalam waktu singkat dialirkan arus
listrik yang besar. Karena aliran listrik antara kedua kawat las tersebut harus
melalui (logam) plat yang di jepit, maka timbul panas pada tempat jepitan
yang menyebabkan logam di tempat tersebut mencair dan tersambung. Pada
tempat kontak antara kawat las dan plat logam juga terjadi panas karena
tahanan listrik, tetapi tidak sampai mencairkan logam karena ujung-ujung
kawat las didinginkan.
b. Cara Kerja Las Titik
Cara kerja las titik adalah, transformator dalam mesin las merubah
tegangan arus bolak-balik dari 110 volt atau 220 volt menjadi 4 volt sampai 12
volt  maka arusnya menjadi cukup besar sehingga dapat menimbulkan panas
kemudian pelat logam yang dilas dijepit pada tempat sambungan dengan
sepasang kawat las dari paduan tembaga dan kemudian dalam waktu yang
singkat dialiri arus listrik yang cukup besar. maka pada tempat jepitan timbul
panas karena tahanan listrik yang menyebabkan logam mencair dan
tersambung. Panas ini juga timbul di tempa kontak antara kawat las dan pelat,
tetapi tidak sampai mencairkan logam, karena ujung-ujung kawat las
didinginkan dengan air. saat aliran listrik dihentikan, maka logam yang
mencair tadi akan menjadi dingin dan terbentuk sambungan dibawah tekanan
gaya kawat las agar tidak terjadi busur antara kawat las dan sambungan.
c. Siklus Las Titik
Pada las titik, Siklus pengelasan dimulai saat proses waktu tekan atau
disebut squezee time adalah ketika kawat las menekan plat dimana arus belum
dialirkan. Kemudian adalah proses waktu pengelasan (heat or weld time) arus
dialirkan ke kawat las sehingga timbul panas pada pelat di posisi kawat las
sehingga terbentuk sambungan las. Selanjutnya proses waktu tenggang (hold
time) saat arus dihentikan namun tekanan tetap ada. Kemudian logam
dibiarkan mendingin sampai sambungan menjadi kuat dan tekanan di
hilangkan dan plat siap dipindahkan untuk dilakukan proses pengelasan
dimulai lagi untuk titik yang baru. Peralatan mesin las titik ada tiga jenis
yaitu : [1] mesin las titik tunggal stasioner, [2] mesin las titik tunggal yang
dapat dipindahkan dan [3] mesin las titik ganda. Mesin las stasioner dapat
dibagi lagi atas jenis : lengan ayun dan jenis tekanan langsung. Jenis lengan
ayun merupakan jenis yang sederhana dan mempunyai kapasitas kecil.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Las Karbit


3.1.1 Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
praktikum las karbida :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 2 mm (St 37)
2. Filler ϕ 3 mm x 100 mm
3. Safety gogles
4. Sarung tangan kulit
5. Apron pelindung badan
6. Masker hidung dan mulut
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja
Gambar 3.1 Benda Kerja Untuk Las Karbit
3.1.2 Langkah Praktikum
Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan,
diantaranya adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam praktikum las karbit :
1. Letakkan tas/buku pada lemari yang telah disediakan
2. Gunakan safety gogles , apron , masker dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : filler, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan palu
4. Buka nozel asitelin lalu nyalakan api, atur tekannanya agar tidak
terlalu tinggi
5. Buka nozel oksigen dan atur tekanannya
6. Atur nyala api dengan nyala api yang netral.
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja
dengan pas, agar material filler bisa masud diantara celahnya.
8. Panaskan ujung material hingga memerah, lalu letakan filler diujung
material dan panaskan agar material terkunci. Lakukan hal yang sama
di ujung lainnya
9. Setelat material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja.
Filler dimiringkan dengan sudut 600. Biarkan filler meleleh sehingga
dapat masuk ke celah antar benda. Selain itu filler harus diratakan
sepanjang celah yang di las.
10. Setelah celah benda tertutup filler dengan rata, tutup nozel asytelin
kemudian tutup nozel oksigen hingga rapat.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa filler dengan sikat baja dan palu.

3.2 Las Listrik


3.2.1 Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
praktikum las listrik :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 4 mm (St 37)
2. Elektroda ϕ 2,3 mm – 3,25 mm
3. Shield
4. Sarung tangan kulit
5. Masker hidung dan mulut
6. Apron pelindung badan
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.2 Benda Kerja Las Listrik


3.2.2. Langkah Praktikum
Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan,
diantaranya adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
 Jenis arus pengelasan : AC
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam praktikum las listrik :
1. Letakkan peralatan yang tidak berhubungan dengan praktikum diloker
2. Gunakan apron, makser dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : shield, elektroda, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan
palu
4. Panel listrik di nyalakan dengan di switchkan ke on.
5. Trafo las di switch kan ke on dan atur tegangan.
6. Pasang elektrode ke alat las
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja
dengan pas, agar material elektrode bisa masuk diantara celahnya.
8. Nyalakan elektrode dengan menggoreskan di meja kerja
9. Las bagian ujung benda kerja sebagai kunci material agar tidak berpindah
posisi saat proses pengelasan
10. Setelah material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja.
Elektode dimiringkan dengan sudut 450. Biarkan elektrode meleleh
sehingga dapat masuk ke celah antar benda. Selain itu elektrode harus
diratakan sepanjang celah yang di las.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa elektrode dengan sikat baja dan palu.

Gambar 3.2. Sudut di las listrik

3.3 Las Titik


3.3.1 Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
praktikum las listrik :
1. Besi strip ukuran 100 mm x 22 mm x 2 mm
2. Safety gogles
3. Sarung tangan kain
4. Apron pelindung badan
5. Palu Las
6. Tang jepit
7. Sikat Baja
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.3 Benda Kerja Las Titik (Spot Welding)


3.2.2. Langkah Praktikum
Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan,
diantaranya adalah :
1. Sebelum melakukan pengelasan
a. Memakai pakaian kerja/wearpack
b. Meminjam peralatan praktikum :
c. Menerima bahan praktikum
2. Pelaksanaan Praktikum
 Sebelum melakukan pengelasan
a. Identifikasi jenis material benda kerja (besi plat st 37)
b. Lakukan pengukuran dimensi benda kerja (tebal benda kerja
maksimum 3 mm)
c. Menghubungkan kabel power las titik ke stop kontak
d. Menghubungkan selang air pendingin elektroda dengan air
e. Miningkatkan setting tingkatan ampere mesin las titik antara 1
sampai 8
f. Melakukan setting time las titik dengan tombol digital
g. Membersihkan benda kerja dengan karat dan sikat baja/kain majun
 Pelaksanaan pengelasan
a. Pakailah apron dari kulit
b. Pakailah masker hidung/mulut
c. Pakailah kacamata pengaman/Safety Googles
d. Meletakkan benda kerja yang akan disambung/dilas, dengan
menggunakan tang jempit, pada antara elektroda atas dan elektroda
bawah
e. Tekan dengan kaki (injak) pedal las titik dengan cukup kuat selama
waktu settingnya habis/selesai
f. Kedua benda kerja telah di las dengan baik
g. Ambil kedua benda kerja dengan tang jepit, kemudian celupkan ke
dalam timba air selanjutnya letakkan diatas bangku kerja
h. Pengelasan selesai
 Selesai pelaksanaan pengelasan
a. Matikan/tutup kran air
b. Matikan/cabut kabel power dari stop kontaknya
c. Bersihkan benda kerja dari kerak-kerak atau kotoran dengan sikat
baja
d. Tulis Nama dan NRP pada benda kerja hasil pengelasan
e. Serahkan semua peralatan kepada petugas laboratorium
3. Selesai praktikum
a. Serahkan benda kerja pada PLP untuk dilakukan evaluasi
b. Buat laporan praktikum
c. Lapora Praktikum dikumpulkan di Sekretariat Lab. Proses Manufaktur,
paling lambat 2 minggu setelah praktikum dilaksanakan
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1 Las Karbit
Pada praktikum ini praktikan diberi 2 plat datar yang harus disambung
menggunakan las karbit atau OAW. Elektrode yang digunakan adalah
kuningan. Pada proses ini yang meleleh adalah elektrodenya tetapi pada saat
mengelas benda kerja juga harus dipanaskan agar elektrode dapat menempel
pada benda kerja secara sempurna. Hal pertama yang dilakukan pada saat
melakukan proses pengelasan yaitu kita harus mengunci kedua plat terlebih
dahulu dengan cara mengelas kedua ujung plat agar benda kerja tidak terpisah
saat diakukan proses pengelasan. Setelah itu, kedua plat baru dilas. Saat
melakukan praktikum, ada praktikan yang mengelas sampai menyebabkan
benda kerja menempel pada meja, hal ini dikarenakan posisi pengelasan yang
kurang baik. Dan ada praktikan yang mengelas tetapi tidak merata, hal ini
dikarenakan proses pengelasan yang tidak kontinu, praktikan mengelas
dengan elektrode yang terputus-putus pada saat mengenai benda kerja.
4.1.2 Las Listrik
Pada praktikum ini praktikan diberi 2 buah plat datar. Kemudian
mengatur arus litrik menjadi 150 A dan voltasenya sebesar 220 V. Setiap
praktikan diharuskan mengelas masing - masing benda kerja yang disediakan.
Pada praktikum ini elektrode yang digunakan adalah elektrode tembaga RB-
76. Proses pengelasan dengan cara ini yang meleleh adalah elektrode dan
benda kerjanya. Elektrode didekatkan dengan benda kerja sejauh 2-3 mm dan
elektrode harus cepat di angkat dari benda kerja. Seperti las karbit, hal
pertama yang dilakukan pada saat melakukan proses pengelasan yaitu kita
harus mengunci kedua plat terlebih dahulu dengan cara mengelas kedua ujung
plat agar benda kerja tidak terpisah saat diakukan proses pengelasan. Setelah
itu, kedua plat baru dilas. Untuk melakukan proses las menggunakan las
listrik, kita harus menyalakan elektroda terlebih dahulu, yaitu dengan cara
menggesekkan elektroda pada benda kerja. Gesekan ini akan memicu
elektroda untuk menyala. Diantara kami ada yang hasil las nya tidak merata.
Hal ini dikarenakan pada saat mengelas elektrode dijalankan terlalu cepat,
sehingga elektrode tidak meleleh dan melumuri benda kerja secara merata.
Ada juga yang sulit untuk menempelkan ujung-ujung dari benda kerja,
dikarenakan jarak pengelasan antara elektrode dengan benda kerja terlalu
dekat atau sampai menempel sehingga electrode tidak bisa dijalankan dan
menempel terus pada benda kerja.
Kesulitan yang kami saat melakukan proses pengelasan
menggunnakan las listrik yaitu menjaga jarak elektroda dengan benda kerja.
Seiring berjalannya waktu, elektroda akan meleleh sehingga saat mengelas,
selain kecepatan penggerakan elektroda kearah horizontal harus konstan, kita
juga harus menjaga kecepatan penggerakan eektroda kearah vertikal secara
konstan dengan memperhatikan jarak antar elektroda dan benda kerja yang
juga harus komstan. Jika jaraknya terlalu kecil, maka eektroda akan
menempel dengan benda kerja. Namun, bila jarak terlalu besar, maka
elektroda akan mati.

4.2 Pembahasan Pertanyaan


4.2.1 Las Karbit
1. Apa yang terjadi apa bila saat pengelasan filler lebur dahulu sebelum
meleburnya benda kerja ? Jelaskan !
Apabila benda kerja tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka sebanyak
apapun filler yang kita leburkan tidak akan bisa membuat benda kerja
menyatu antar satu dengan yang lain sehingga logam filler hanya
menempel pada benda kerja.
2. Apa yang terjadi apabila cara mematikan welding torch, terlebih dahulu
yang diamatikan kran pengetur oksigen ? Jelaskan !
Dalam mematikan welding torch sebenarnya asetilen yang harus di
matikan terlebih dahulu, namu apabila oksigen yang dimatikan terlebih
dahulu maka api tetap menyala pada welding torch.
3. Untuk tebal benda kerja ≤ 3 mm dilakukan arah pengelasan ke arah kiri,
jelaskan alasannya!
Agar dampak pembakaran tidak terlalu besar sehingga tidak merusak
benda kerja.
4. Apa fungsi regulator ?
Kegunaan regulator adalah mengatur tekanan pada asetilen dan oksigen
yang keluar dari tabung penyimpanan sehingga dalam keadaan aman dan
optimal.
5. Apa yang terjadi apabila pengelasan dilakukan pada kecepatan yang tidak
konstan ?
Setiap pengelasan diperlukan konsistensi kecepatan, apabila kecepatan
pada pengelasan karbit tidak konstan maka hasil las akan tidak rata dan
menimbulkan tumpukan filler yang berbeda di beberapa tempat.
6. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu cepat ?
Jika terlalu cepat maka terjadi pola las yang seperti bola – bola yang
menggumpal. Tidak rata permukaannya dengan benda kerja dan ada
kemungkinan terjadi kegagalan penyambungan pada benda kerja.
7. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu lambat ?
Jika terlalu lambat, maka benda kerja akan melebur total dan
menghasilkan kekuatan las yang kecil
8. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya !
 Undercut : terjadi karena kelebihan panas, pengelasan terlalu cepat,
sudut dan bahan filler yang tidak benar
 Incomplete fusion: pengelasan terlalu cepat, tekanan api terlalu kecil
 Overlapping : pengelasan terlalu lambat, api terlalu kecil

4.2.2 Las Listrik


1. Dengan pertimbangan kwalitas pekerjaan pengelasan, langkah apa yang
perlu dilakukan ?
Dibersihkan terlebih dahulu, lalu kedua benda kerja di kunci terlebih
dahulu, untuk menghindari celah. Sehingga tidak menyebabkan hasil yang
berlubang ketika proses pengelasan.
2. Kenapa dalam pengelasan benda kerja anda, menggunakan kampuh I ?
Jelaskan !
Karena benda kerja yang di las tipis (4 mm). Sehingga dengan digunakan
kampuh I filler sudah bisa masuk antara celah
3. Dengan efesiensi pemakaian electrode 90 %, berapa jumlah electrode yang
digunakan untuk latihan pengelasan? Dan berapa buah electrode untuk
pengelasan benda kerja ?
Dalam pelatihan pengelasan, membutuhkan rata – rata tiga hingga empat
elektroda. Dan saat pengelasan pada benda kerja membutuhkan satu
elektroda.
4. Jelaskan apa yang terjadi jika kecepatan pengelasan tidak konstan ?
Apabila kecepatan pengelasan tidak konstan, maka hasil yang ditunjukan
akan berbedar-beda, dapat tipis atau tebal sehingga kekuatan las juga tidak
sama.
5. Bagaimana cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah mati/padam ?
Agar busur listrik tidak padam, maka perlu menjaga ketinggian dari
elektroda terhadap benda kerja. Seiring proses pengelasan maka elektroda
akan berkurang, maka perlu mengatur jarak antara tangan kita dengan benda
kerja saat terjadi penurunan elektroda.
6. Jelaskan efeknya bila ada kotoran atau kerak terperangkap pada kampuh
las? Jelaskan !
Apabila terdapat kerak atau benda asing pada benda kerja, maka hasil
pengelasan menjadi tidak rata dan akan membuat percikan padam karena
bisa jadi kotoran bukan merupakan bahan konduktor. Jika perikan padam
maka hasil mengelasan menjadi kurang bagus.
7. Jelaskan apa yang terjadi pada hasil las jika kecepatan terlalu cepat atau
terlalu lambat?
Jika terlalu cepat maka bentuk dari sambungan lasnya menggumpal dan
tidak rata permukaan pengelasannya. Sedangkan jika terlalu lambat bentuk
sambungan las melebur total dengan benda kerja sehingga hasil kekuatan
pengelasan kecil.
8. Jelaskan apa yang terjadi bila arus terlalu kecil atau besar!
Bila arus terlalu kecil maka terjadi penumpukkan elektroda pada sambungan
karena panas tidak mampu meleburkan elektroda dan benda kerja dengan
baik. Sedangkan bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu
cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar.
9. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya!

4.2.3 Las Titik


1. Apa yang kamu ketahui las titik atau spot welding?
Las titik adalah salah satujenis yang  harus diketahui, las titik adalah jenis
las resistansi listrik yang dikembangkan setelah energi listrik dapat
dipergunakan dengan mudah, yang merupakan suatu teknik penyambungan
yang ekonomis dan efisien khususnya untuk pengerjaan logam plat. Pada las
titik, benda kerja plat (logam) yang akan di sambungkan di jepit dengan
kawat las dari paduan tembaga dan kemudian dalam waktu singkat dialirkan
arus listrik yang besar. Karena aliran listrik antara kedua kawat las tersebut
harus melalui (logam) plat yang di jepit, maka timbul panas pada tempat
jepitan yang menyebabkan logam di tempat tersebut mencair dan tersambung.
Pada tempat kontak antara kawat las dan plat logam juga terjadi panas karena
tahanan listrik, tetapi tidak sampai mencairkan logam karena ujung-ujung
kawat las didinginkan.
2. Jelaskan tentang kelebihan dan kekurang dalam proses pengelasan las
titik?
 Kelebihan
1) cepat dan mudah
2) Tidak perlu menggunakan fluks atau logam pengisi untuk
membuat sambungan las spot, dan tidak ada nyala api terbuka
yang berbahaya
3) Pengelasan spot dapat dilakukan tanpa keahlian khusus
4) Spot welding dapat digunakan untuk bergabung dengan banyak
logam yang berbeda, dan dapat menggabungkan berbagai jenis
satu sama lain.
 Kekurangan
1) Elektroda harus dapat mencapai kedua sisi potongan logam yang
disatukan.
2) Mesin pengelasan spot tertentu hanya dapat menampung ketebalan
logam tertentu - biasanya 5 hingga 50 inci - dan meskipun posisi
elektroda dapat disesuaikan, hanya akan ada gerakan dalam
jumlah terbatas pada sebagian besar pemegang elektroda.
3) Ukuran dan bentuk elektroda akan menentukan ukuran dan
kekuatan las. Gabungan terbentuk hanya di tempat di mana
elektroda bersentuhan dengan logam. Jika arus tidak cukup kuat,
cukup panas atau logam tidak disatukan dengan kekuatan yang
cukup, las titik mungkin kecil atau lemah.
4) Bengkok dan kehilangan kekuatan kelelahan dapat terjadi di
sekitar titik di mana logam telah dilas.
5) Penampilan sambungan sering agak jelek, dan bisa ada celah.
6) Logam juga menjadi kurang tahan terhadap korosi.
3. Jelaskan 1 prinsip kerja las titik (spot welding)!
Las titik mempunyai tiga proses :
1) Penekanan
2) Arus listrik
3) Penahanan
Saat yang mengalir arus listrik besar diarea konsentrasi, ujung-ujung
elektroda diberikan tekanan menyebabkan permukaannya saling
berhubungan.

Arus listrik yang besar disalurkan pada ujung-ujung elektroda dan saat aliran
listrik menembus dua pelat logam dasar tersebut, panas joule (joule heat)
terjadi diarea sambungan (dimana tahanan paling besar) menyebabkan suhu
diarea tersebut naik dengan segera.

Dengan melanjutkan penggunaan arus listrik,area sambungan dari logam


dasar melumer dan melebur bersama,sebagai penekan digunakan ujung-ujung
elektroda.

Ketika arus listrik dihentikan area yang dilas bertahap menjadi dingin dan
membentuk satu gumpalan. Dengan menggunakan tekanan, sifat gumpalan
itu dibuat lebih rapat pengerjaan dan kinerja mekanisnya disempurnakan.
Dalam pengerjaan sebenarnya ,langkah-langkah ini harus dilakukan tanpa
kesalahan, karena mudah terlalaikan.
4. Apa yang terjadi apabila setting ditingkatan ampere relative lebih kecil
terhadap tebal benda kerja yang akan disambung/di las? Jelaskan!
Ukuran diameter elektroda mempunyai pengaruh penting terhadap besar
arus las listrik yang tepat untuk digunakan. Semakin kecil diameter elektroda
yang digunakan, maka ampere yang digunakan juga semakin kecil.
Sebaliknya jika dimeter kawat las yang dipakai semakin besar, maka arus
yang digunakan juga semakin besar. Untuk pemilihan diameter kawat las dan
besar arus yang dipakai Anda dapat melihat table di atas.
5. Lakukan setting time bervariasi (10”, 15”, 20”), berikan ulasan pendapat
kamu tentang hasil proses pengelasan tersebut!
Faktor-faktor tersebut akan berperan pada pembentukan panas yang
dihasilkan. Hal ini akan berpengaruh pada pembentukan fasa akhir yang
terbentuk, sehingga akan menentukan kekuatan sambungan las. Selain itu
waktu las dan jenis bahan yang mudah menghantarkan listrik (konduktor),
juga mempengaruhi intensitas panas yang masuk.
LAMPIRAN PRAKTIKUM

Gambar 1 Benda Kerja Hasil Proses Las Karbit dan Las Listrik
Gambar 2 Benda Kerja Hasil Proses Las Titik

Anda mungkin juga menyukai