JOB 1
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tata cara perhitungan penggabungan agregat.
2. Untuk menentukan perbandingan pencampuran agregat sehingga menghasilkan
mutu beton yang diinginkan.
B. DASAR TEORI
Penggabungan agregat kasar dan halus bertujuan untuk mencari prosentase
agregat kasar dan halus yang memenuhi spesifikasi / syarat (grafik 2.5 batas gradasi
agregat kasar untuk besar butir maksimum 19 mm dan grafik 2.6 batas gradasi
agregat kasar untuk besar butir maksimum 38,0 mm) terlampir.
Dalam penggabungan agregat data-data yang diperlukan :
1. Persentase lolos kumulatif agregat halus
2. Persentase lolos kumulatif agregat kasar
3. Ukuran butir maksimum
4. Lengkung gradasi (sesuai ukuran butir maksimum)
Metode penggabungan yang sering digunakan adalah :
A. Metode analitis
B. Metode coba-coba
D. Kesimpulan
Proporsi agregat yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan analitis
yaitu pasir = 35% dan agg. Kasar = 65%
B. DASAR TEORI
Mix design dimaksudkan untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi sesuai
dengan perencanaan, mudah dikerjakan, tahan lama (awet), murah dan tahan
terhadap keausan.
Pada perencanaan beton, dapat digunakan beberapa cara perancangan
campuran, salah satunya yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI)
2003 dimana perancangannya menggunakan tabel dan grafik.
C. LANGKAH KERJA
1. Menentukan standar deviasi
2. Menentukan margin (M)
3. Menentukan kuat tekan rata – rata yang direncanakan
4. Menetukan kuat tekan yang diinginkan
5. Menentukan jenis semen dan jenis agregat
6. Menentukan faktor air semen (fas)
7. Menentukan slump
8. Menentukan ukuran maksimum agregat
9. Menentukan kadar air bebas
10. Menentukan kadar semen
11. Menentukan koreksi faktor air semen (fas)
12. Menentukan proporsi agregat
13. Menentukan berat jenis agregat
14. Menentukan berat jenis spesifik gabungan
15. Menentukan berat volume beton segar
16. Menentukan berat agregat total
KELOMPOK 2 / KELAS 3B D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG 5
LABORATORIUM PENGUJIAN BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
1. Agregat halus
- Kadar air = 12,414 %
- Berat jenis SSD = 2,5415
- Penyerapan = 4,8274 %
- Modulus kehalusan = 2.14
- Zona =3
2. Agregat Kasar
- Kadar air = 2.788 %
- Berat jenis SSD = 2,5665
- Penyerapan = 2,016 %
- Modulus kehalusan = 7.91
- Gradasi = 40 mm
- Proporsi agregat Pasir = 25 %
- Proporsi agregat Kasar = 75 %
E. ANALISA PERHITUNGAN
Deviasi standar
6 MPa
M = 2,64 (sr) – 4
= 2,64 (6) – 4
= 11,84 MPa
=35 + 11,84
=46,84 MPa
5. Jenis Agregat
Grafik 1. Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen dan kuat tekan silinder beton (Balitbang
Kimpraswil, 2003)
Tabel 2. Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0,5 (Balitbang
Kimpraswil, 2003)
3 7 28 91
Semen Portland Batu tak dipecahkan Batu 170 230 330 400 Silinder
tipe I atau semen pecah 190 270 370 450
sulfat tipe II,V Batu tak dipecahkan 200 280 400 480 Kubus
Batu pecah 250 320 450 540
Batu tak dipecahkan 210 280 330 440 Silinder
Semen portland Batu pecah 250 330 440 480
tipe III Batu tak dipecahkan 250 310 460 580 Kubus
Batu pecah 300 400 530 600
Grafik 1.5 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen dan kuat tekan beton
(Balitbang Kimpraswil, 2003)
Tabel 3. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum untuk Berbagai
Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus.
Jumlah semen
Faktor air semen
Uraian minimum per m³ beton
maksimum
( kg )
0,60
325
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
375 0.52
b. Air laut
maks = 0.6
maks >
Maka, = 0,482
= 0,482
Tabel 5. Perkiraan kabutuhan air per meter kubik beton (Balitang Kimpraswil, 2003)
Ukuran Kebutuhan air per meter kubik beton (ltr) pada nilai
maksimum slump (mm)
Jenis agregat
agregat kasar
(mm) 0-10 10-30 30-60 60-180
Berdasarkan Tabel 1.27, untuk ukuran butir maksimum agregat 40 mm dan nilai slump
30-60 mm, diperoleh :
Agregat halus dan agregat kasar berasal dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan),
sehingga perkiraan jumlah air dihitung dengan persamaan :
W = wh + wk
= 175 + 205
= 116.67 + 68.33
= 185 kg/
pasir agak
MHB = 2.14 halus
persentase persentase
jumlah jumlah
ukuran lolos lolos persentase
pemakaian pemakaian
saringan agregat agregat gabungan
agregat kasar aggregat halus
kasar (%) halus (%)
(A) (B) (C) (D) = (B) x 65% (E) = (C) x 35% (F) = (D) + (E)
38 100 100 65 35 100
19 7.9054 100 5.138481172 35 40.13848117
9.6 0.3585 100 0.233045553 35 35.23304555
4.8 0.0423 99.9880 0.027506306 34.99580149 35.0233078
2.4 0.0423 99.6561 0.027506306 34.87964273 34.90714903
1.2 0.0423 97.6813 0.027506306 34.1884631 34.2159694
0.6 0.0423 69.5328 0.027506306 24.33648555 24.36399185
0.3 0.0423 16.9340 0.027506306 5.926895952 5.954402258
0.15 0.0423 2.2992 0.027506306 0.804714326 0.832220632
pan 0 0 0 0 0
persentase agregat 75% agg. kasar 25% agg. Halus
38 0 0 0 100
19 0 0 0 100
9.6 0 0 0 100
4.8 0.24 0.01 0.01 99.99
2.4 6.64 0.33 0.34 99.66
1.2 39.51 1.97 2.32 97.68
0.6 563.17 28.15 30.47 69.53
0.3 1052.35 52.60 83.07 16.93
0.15 292.80 14.63 97.70 2.30
pan 46.00 2.30 100.00 0.00
Jumlah 2000.71 213.91
KET. : Termasuk pasir zona 3 (pasir agak halus) dengan MHB = 2.14
= 0,482
C=
C= = 383.82 kg/
= 0.635375 + 1.924875
= 2.56025
Grafik 7. Korelasi Kadar Air Bebas Berat Jenis Spesifik Gabungan SSD dan Berat Volume.
Tabel 12. Daftar Uraian Rancangan Campuran Beton dengan Metode ”DOE”
Jenis agregat :
18. Kebutuhan Bahan Campuran Beton Secara teoritis (Per m³ beton) silinder
F. Penutup
1. Kesimpulan
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. Saran
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Setelah ditetapkan unsur – unsur campuran (air, semen, batu pecah , dan pasir)
prosedur praktikum untuk pelaksanaan campuran beton adalah sebagai berikut :
Jumlah bahan
Semen = 0.09831375 x 383.82 kg
= 37.734783525
= 37.74 kg
Pasir = 0.09831375 x 666.94 kg
= 65.569372425
= 65.57 kg
Kerikil = 0.09831375 x 1160,16 kg
= 114.0596802
= 114.06 kg
Air = 0.09831375 x 114,08 kg
= 11.2156326
= 11.22 kg
A. TUJUAN
Untuk mengatur kekentalan beton dalam keadaan segar yaitu beton yang baru
dikeluarkan dari mesin pengaduk (Mesin Molen)
B. DASAR TEORI
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar
dimana dalam Mix Design telah ditentukan ( 60 – 180 mm ). Campuran beton
dikatakan encer apabila penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya
beton dikatakan kental/kaku apabila penggunaan air kurang dari air yang
direncanakan.
D. LANGKAH KERJA
1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi terlebih dahulu.
2. Meletakkan kerucut terpancung di atas plat.
3. Kerucut terpancung diisi dengan beton segar dalam 3 bagian. Tiap lapisan
berisi kira – kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut, dan dipadatkan dengan
25 kali tumbukan pada setiap lapiasan.
4. Setelah kerucut penuh dan penumbukan selesai ratakan permukaan kerucut
terpancung dan angkat kerucut terpancung secara perlahan dan ukur
ketinggiannya dangan mistar ukur yang telah disediakan.
= 80 mm
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan besarnya slump 80
mm sedangkan syarat yang telah ditentukan 60 – 180 mm, jadi hasil percobaan
memenuhi syarat.
Mistar Baja.
BAHAN
H. DOKUMENTASI
JOB 2
MIX DESIGN
A. TUJUAN
1. Untuk menentukan campuran beton dari data-data yang diperoleh dari pengujian
karakteristik agregat.
2. Untuk mengetahui cara pencampuran material beton
3. Untuk menentukan komposisi dan pengaruh jumlah bahan tambah Viscocrete
terhadap kuat tekan beton.
B. DASAR TEORI
Bahan tambah adalah bahan - bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton
pada saat pengecoran untuk mengubah sifat - sifat beton agar menjadi lebih baik seperti
kemudahan pengerjaan (workability), menambah kuat tekan (strength), menghemat
biaya, mempercepat waktu pengikatan awal, ataupun memperlambat pengikatan untuk
kemudahan transportasi beton. Bahan tambah dapat berupa bahan kimia, bahan tambah
mineral, ataupun bahan lainnya.
Untuk memperoleh manfaat optimal dari pengurangan air dalam jumlah disarankan
pengadukan dalam kondisi basah minimal 60 detik. Dosis untuk beton soft plastic
adalah 0,3 - 0,8 % dari berat semen dan untuk beton mengalir adalah 0,8 - 2,0 % dari
berat semen.
13. Menentukan kadar bahan tambah sebesar 0,6% terhadap berat air.
E. DATA PENGUJIAN
Komposisi campuran beton metode Trial Mix DOE K-350
Semen (Pc) = 500 kg
F. ANALISA DATA
a. Kebutuhan bahan campuran beton secara teoritis (per m³ beton)Hasil rancang
campuran beton secara teoritis/kondisi SSD (sebelum dikoreksi).
Semen (C) = 500 kg
Jumlah = 2330,0244 kg
b. Kebutuhan bahan campuran beton jika digunakan 3 buah benda uji berupa kubus
dengan ukuran: 15 x 15 x 15 cm
Volume 1 Kubus , Vk = s x s x s
= 15 x 15 x 15
= 3375 cm3 = 0,003375 m3
Benda uji kubus, kebutuhan bahan setelah dikoreksi (cara pendekatan) adalah:
Kebutuhan benda Uji = Vk x Sf x jumlah kubus
= 0,003375 x 1,2 x 3
= 0,01215 m3
Semen = C x 0,01215
= 500 x 0,01215
= 6.075 kg
= 6.9255 kg
= 6,93765 kg
= 5,94135 kg
Air = W x 0,01215
= 200 x 0,01215
= 2,43 kg 2430 ml
Menggunakan bahan tambah Visco Crete 10 0,4 % air yang digunakan, maka :
= 2405,6 gr
= 2206 ml/m3
Metode
Jenis Bahan satuan %Viscocrete
DOE
Air 200.00 kg
Semen 500.00 kg
BP 1-2 570.50 kg
0.40%
24.49 gram
BP 2-3 489.00 kg
Slump 80 – 100 mm
G. HASIL PENGUJIAN
Pengujian Kuat Tekan Pada Umur 21 Hari
Pembacaan Alat
No. Beban (KN)
Stress (N/mm2)
1 733,2 32,59
2 748,5 33,27
3 699,3 31,09
= 225 cm2
= 74.764,404 kg
= 332,28624 kg/cm2
Kuat tekan Umur 28 hari = Kuat Tekan Benda Uji / koefisien umur
= 332,28624 / 1
= 332,28624 kg/cm2
Tanggal
Kuat Tekan Kuat Tekan
Kuat Tekan
Umur Berat Luas A Beban P Koreksi Umur 28 Rata-Rata
No. Kode (fic)
(hari) (Kg) (cm²) (Kg) Umur hari (fcr)
(Kg/cm2)
(Kg/cm2) (Kg/cm2)
Cor Tes
TABEL REKAPITULASI
Variasi Viscocrete
Metode
Jenis Bahan
DOE
0.40% 0.60% 0.80% 1.00%
TABEL GABUNGAN PERHITUNGAN KUAT TEKAN (Fcr) PADA SETIAP PENAMBAHAN VISCOCRETE (0,2% ; 0,4% ; 0,8% ; 1,0 %)
Kuat
Tanggal Kuat Tekan
Kuat Tekan Kuat Tekan
Umur Berat Luas A Beban P Koreksi Umur 28
No. Kode Tekan (fic) Rata-Rata Karakteristik
(hari) (Kg) (cm²) (Kg) Umur hari
(Kg/cm2) (fcr) (f'c)
Cor Tes (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
Viscocrete 0.4%
1 K1 17-05-19 24-05-19 7 8,18 225 74,764.40 332.286 0.7 474.695
2 K2 17-05-19 24-05-19 7 8,14 225 76,324.55 339.220 0.7 484.600 470.681 385.681
3 K3 17-05-19 24-05-19 7 8,31 225 71,307.62 316.923 0.7 452.747
Viscocrete 0.6%
1 K1 17-05-19 24-05-19 7 7.79 225 66,000.00 293.333 0.7 419.048
2 K2 17-05-19 24-05-19 7 7.97 225 59,470.00 264.311 0.7 377.587 455.915 370.915
3 K3 17-05-19 24-05-19 7 7.99 225 89,950.00 399.778 0.7 571.111
Viscocrete 0.8%
1 K1 17-05-19 24-05-19 7 7.95 225 91,997.33 408.877 0.7 584.110
2 K2 17-05-19 24-05-19 7 7.87 225 88,193.85 391.973 0.7 559.961 574.032 489.032
3 K3 17-05-19 24-05-19 7 8.19 225 91,038.82 404.617 0.7 578.024
Viscocrete 1%
1 K1 17-05-19 24-05-19 7 7.96 225 57,184.78 254.155 0.7 363.078
2 K2 17-05-19 24-05-19 7 7.88 225 69,655.71 309.581 0.7 442.258 423.591 338.591
3 K3 17-05-19 24-05-19 7 8.05 225 73,306.23 325.805 0.7 465.436
H. KESIMPULAN
Dari pengujian trial mix dengan bahan tambah Visco Crete 10 yang dilakukan,
diketahui bahwa dengan menambah Visco Crete 10 yaitu 0,4 %, kuat tekan rata-
rata yang diperoleh yaitu 385,681 kg/cm2. Sampel yang diuji tidak memenuhi mutu
beton yang direncanakan yaitu K – 350.
Cetakan
KELOMPOK 2 / KELAS 3B D3 TEKNIK Mortar bentuk
KONSTRUKSI Kubus
GEDUNG 44
LABORATORIUM PENGUJIAN BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
Bahan
Visco Crete
J. DOKUMENTASI
JOB 3
A. TUJUAN
Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja, serta untuk
mengetahui kekuatan baja melalui kurva hasil uji tarik.
B. DASAR TEORI
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat. Salah satu cara untuk mengetahui besaran
sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui
adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Nilai kekuatan dan elastisitas dari
material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
E adalah gradient kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan
regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama "Modulus Elastisitas" atau "Young Modulus".
Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat
kurva SS (SS curve).
Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik
dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.5.
Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D sesuai dengan
arah panah dalam gambar.
KELOMPOK 2 / KELAS 3B D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG 48
LABORATORIUM PENGUJIAN BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada
titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali kekondisi
semula (tepatnya hampir kembali kekondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada
standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan
batas elastis.
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila
bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastic ke plastis.
Regangan yang diakibatkan perubahan elastic bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastic dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan
luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen
sebesar 0.2 %, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6).
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2)
dan strain adalah besaran tanpa satuan.
Beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
2. Toleransi Diameter
Diameter Penyimpangan
Toleransi
No. (d) Kebundaraan
mm Mm %
1 6 0,3
8≤d≤
2 0,4
14
Maksimum 70
16 ≤ d ≤
3 0,5 dari batas
25
toleransi
28 ≤ d
4 0,6
≤34
5 d > 346 0,8
3. Toleransi berat
Diameter
Toleransi
Nominal
(%)
(mm)
6≤d≤8 ±7
10 ≤ d ≤11 ±6
16 ≤ d ≤
±5
28
d ≥ 28 ±4
Diameter
Toleransi
Nominal
(%)
(mm)
6≤d≤8 ±6
10 ≤ d
±5
≤11
16 ≤ d ≤
±4
28
d ≥ 28 ± 3,5
Adapun rumus – rumus yang digunakan untuk perhitungan uji tarik baja ini, yaitu:
Keterangan :
D = Diameter (mm)
b. Tegangan Leleh (fy)
Keterangan:
ReH = Tegangan setelah leleh (Mpa)
ReL = Tegangan sebelum leleh (Mpa)
c. Tensile Strenght (fu)
Keterangan:
Fm = Kekuatan Maksimum (kN)
A = Luas Penampang (mm2)
d. Lower Yield Strenght (ReL)
Keterangan :
P = Beban sebelum leleh (kN)
A= Luas Penampang (mm2)
e. Upper Yield Strenght (ReH)
Keterangan :
P = Beban sebelum leleh (kN)
A= Luas Penampang (mm2)
f. % Elongasi
Keterangan:
Lf = Panjang setelah pengujian (mm)
L0 = Panjang mula – mula (mm)
g. % Reduction of Area
Keterangan:
A0 = Luas Penampang mula – mula (mm2)
Batang logam yang berpenampang bulat atau persegi empat dengan ukuran sesuai
standard benda uji menurut Standarisasi Industri Indonesia (SII) atau PUBI 1982.
D. LANGKAH KERJA
1. Mengukur dimensi benda uji, beserta jarak dua titik ukuran awal.
2. Memasang penolok ukur regangan pada benda uji.
3. Memperhatikan 2 indikator yaitu perpanjangan (mm) dan juga beban (Kn),
mencatat beban untuk setiap perpanjangan terjadi kelipatan (mm)
4. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) jarak titik ukur dicatat diameter
pada tempat putus dari keadaan putusnya benda uji.
Analisa perhitungan
a. Luas Penampang (A)
= ¼ x 3,14 (9,410)²
= 69,510 mm²
= ¼ x 3,14 (6,480)²
= 32,962 mm²
= 613,714 Mpa
= 419,098 Mpa
= 424,356 Mpa
= 421,727 Mpa
g. % Elongasi
= 19,5 %
h. % Reduction of Area
= 52,58 %
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum uji tarik baja tulangan maka dapat disimpulkan:
Syarat SNI 07-2052-
Hasil
2014
Uraian Mutu Keterangan
fy fu Ɛ fyMin fuMin ƐMin
(Mpa) (Mpa) (%) (Mpa) (Mpa) (%)
BjTp
P-10 421,727 613,714 19,5 300 445 20 TIDAK MEMENUHI
30
Dari tabel di atas diperoleh bahwa sampel yang diujikan tidak memenuhi syarat BJTP
30 untuk hasil Elongasi (Ɛ) (19,5 < 20 %). Namun memenuhi hasil kuat tarik min (fu)
(613,714 > 445) Mpa dan hasil batas ukur min (fy) (421,727 > 300 Mpa), sesuai SNI
07-2052-2014.
G. FOTO ALAT DAN BAHAN
Alat
Baja P-10
KELOMPOK 2 / KELAS 3B D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG 61
LABORATORIUM PENGUJIAN BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
H. DOKUMENTASI
JOB 4
HAMMER TEST
A. TUJUAN
Untuk mengetahui besar nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur, yang
diukur atas dasar besarnya pantulan suatu alat (Hammer) terhadap permukaan beton
yang diuji.
B. DASAR TEORI
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak
beton.Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan didapatkan cukup
banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya murah.
Pada grafik diatas terlihat beberapa hubungan korelasi antara Nilai Hammer
Rebound, yang tergantung dari arah beban impact ke struktur beton, A, B atau C.
Keterangan:
: Kolom = 43,84 Mpa
: Balok = 38,55 Mpa
: Plat = 46,58 Mpa
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian hammer test dapat disimpulkan bahwa kolom yang telah
diuji, ditembakkan dengan sudut 0 memiliki rata – rata keseluruhan sebesar 42,39,
dengan kuat tekan yang diperoleh dari grafik sebesar 43,84 Mpa. Sedangkan, balok
yang telah diuji, ditembakkan dengan sudut – 90, memiliki rata – rata keseluruhan
sebesar 43,00, dengan kuat tekan yang diperoleh dari grafik sebesar 38,55 Mpa.
Dan plat yang telah diuji, ditembakkan dengan sudut – 90, memiliki kuat tekan rata
– rata sebesar 47,16, dengan kuat tekan yang diperoleh dari grafik sebesar 46,58
Mpa
Pembacaan Nilai
KELOMPOK 2 / KELAS 3B D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG 69