Anda di halaman 1dari 46

STRUKTUR BAJA I

PENDAHULUAN

1. Baja adalah suatu bahan besi yang tanpa dikerjakan sudah dapat di tempa. Baja

merupakan suatu bahan yang keserbasamaannya (homogenitasnya) tinggi yang

terutama terdiri dari Fe dalam bentuk kristal dan 1/6% zat arang (C).

2. Baja bangunan adalah baja yang pada proses pembuatannya ditambahkan lagi

logam-logam seperti Cr, Ni, Mo dan lain-lain sehingga mendapatkan sifat-sifat

yang istimewa.

3. Semua jenis baja sedikit banyak dapat ditempa dan di sepuh, sedangkan baja

yang lunak pada tegangan yang jauh di bawah kekuatan tarik atau batas patah (σ B)

yaitu apa yang dinamakan batas lumer/tegangan lumer (σ V) terjadi suatu keadaan

aneh dimana perubahan bentuk baja berjalan terus beberapa waktu, dengan tidak

memperbesar beban yang ada.

PROSES PEMBUATAN BAJA

Pembuatan baja dilakukan pada temperatur tinggi dengan cara memisahkan senyawa-

senyawa bijih besi mentah didalam proses dapur tinggi. Besi mentah tidak dapat

ditempa. Biih besi yang baik berkadar Fe 60%.

Dapur tinggi/tanur tinggi merupakan dapur arang yang tingginya 20 atau 30 m dean di

dalamnya di beri lapisan batu tahan api.


Proses-proses pembuatan baja

1. Proses Besemen (1855) ..........B

Proses ini dinamakan juga proses asam, bahan yang dipakai Fe dengan sedikit

phosphor. Dapurnya dinamakan converter

2. Proses Thomas (1879) ..........Th

Dapurnya dilapisi dengan bahan-bahan basa. Bahan dasarnya Fe dengan kadarnya

phospornya tinggi ≥ 1,8% karena P merupakan bahan pembakar utama

3. Proses Martin (dengan tanda pengenal M)

4. Proses dapur Elektro ..........E

Dimana hasil dari proses ini adalah amat kuat dan liat

5. Proses dengan mempergunakan cawan

Proses ini sudah dipergunakan ± 200 tahun untuk pembuatan baja bernialai tinggi,

tetapi adanya proses dapur elektro membuat proses ini sudah terdesak. Bahan

dasarnya baja yang dapat ditempa (bukan besi mentah). Hasil yang didapatkan

dari proses ini misalnya kabel jembatan gantung.

6. Proses aduk/pudde (1784)

Dimana besi yang dihasilkan dinamakan besi cor (kadar C nya besar) dan proses ini

merupakan proses yang lama dan dari hasil proses ini dinamakan besi tempa

Sifat umum baja

Sifat-sifat umum dari baja tergantung dari beberapa faktor antara lain :

• Cara melebur

• Macam dan banyak logam campuran

• Cara/proses yang digunakan dalam proses pembuatan

Sifat utama baja

1. Tahan terhadap kekuatan tarik/keteguhan

Batas dari tegangan-tegangan dalam di mana perpatahan mulai berlangsung.

Berarti daya lawan terhadap tarikan, tekanan, atau lentur (dan biasanya sifat ini

digunakan pada beton bertulang)


2. Elastisitas

Kesanggupan dalam batas-batas pemuatan tertentu, bila muatan di lepas maka

kembali ke dalam bentuk seperti semula.

3. Keliatan (fenacity)/kekenyalan

Kesanggupan untuk menerima perubahan-perubahan bentuk yang besar tanpa

menderita kerugian berupa cacat-cacat yang kelihatan dari luar. Dan

kesanggupannya merubah bentuknya sebelum patah

4. Kemungkinan di tempa

Baja dalam keadaan merah menjadi lembek dan plastis sehingga bisa dibentuk

tanpa mengurangi sifat-sifat keteguhannya

5. Kemungkinan di las (weldability)

Baja dalam keadaan panas dapat digabungkan satu dengan bahan tambahan lain

atau tanpa bahan tambahan

6. Kekerasan (hardness)

Kekerasan gaya perlawanan terhadap masuknya benda lain.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAJA BANGUNAN

Keuntungan baja bangunan bernilai tinggi terhadap baja biasa :

a. Bahannya lebih enteng

b. Tegangan sekundernya akan menjadi lebih kecil

ST 37 dibutuhkan sekian jumlah lapisan pelat-pelat dan paku tetapi ST 52

dibutuhkan pelat lebih sedikit

c. Bahan ini lebih tahan terhadap pembebanan bentukan

Kerugian dari baja bangunan

a. Harga lebih tinggi

b. Sifatnya lebih getas

c. Sulit di las karena kadar C nya tinggi

d. Lendutannya terlampau besar sehingga bila digunakan untuk jembatan menjadi

kurang kaku
Catatan :

1. Bila kadar C terlamapu rendah baja akan menjadi lembek sehingga mudah di

tempa, tetapi praktis tidak dapat diperkeras jadi tidak dapat dibuat pisau atau

pedang yang tajam

2. Kadar P jika terlalu banyak dapat

a. Menimbulkan getas pada saat dingin, jika P > 0,2% baja akan pecah bila

dijatuhkan

b. Menimbulkan pengulman dan kontraksi (mengecilnya potongan sebelum baja

itu putus) praktis menjadi nol

c. Keteguhan tarik menjadi berkurang

3. Kadar S terlampau banyak dapat

a. Menimbulkan getas pada saat dingin

b. Kegetasan dalam keadaan merah sehingga dalam keadaan itu tidak dapat di

tempa lagi

4. P dan S akan mengumpul pada ujungnya dan ujung-ujung baja profil ini harus

dipotong secukupnya

PERCOBAAN BAUSCHINGER

Merupakan percobaan tarik pukul untuk mengetahui perubahan sifat baja oleh

pembebanan yang melampui batas. Menurut Bauschinger pembebanan yang melampui

batas yang terjadi satu kali saja dapat merubah sifat-sifat dari baja itu.

1. Saat elastis

a. σo = 0

σ1 ≤ σP
ε = 0 dan bila dipasang beban dan dihilangkan lagi tidak terjadi

perubahan bentuk apa-apa

b. σo = 0

σ1 > σP

≤ σE

Bila beban dihilangkan terjadi ε sangat kecil dan bila dihapus dan dipasang

lagi masih terjadi elastis sempurna tetapi σ meningkat σ1-2

2. Daerah plastis

a. σo = 0

σ1 > σE

≤ σV

ε besar , tetap elastis σ meningkat σ1-3

b. σo = 0

σ1 > σV

≥ σB

ε sangat besar, bila beban dipasang lagi dengan cepat maka E menjadi lebih kecil

dan garis membengkok

σP , σE maksimum

PERBEDAAN BESI TUANG DAN BAJA BANGUNAN

Besi tuang : dengan melebur kembali besi mentah kelabu dalam dapur kupol semacam

dapur corong, dengan kokas sebagai bahan pembakar/lewat dapur nyala api

Diagram tegangan ulir

1. Baja Bangunan

a. Bagian yang lurus menunjukkan E konstan

b. σB 3700-4500 kg/cm2 (keteguhan putus untuk tarik , lentur dan tekan)

c. Regangan putus dari baja bangunan lebih besar

d. Konstruksinya lebih kecil dari besi tuang


2. Besi Tuang

a. Sudah membengkok artinya E berubah-ubah lebih kecil

b. σB

1200 – 2600 tarik

2800 – 4600 lentur

6000 – 9000 tekan

c. Besi tuang lebih getas

d. Konstruksinya besar
BAJA PROFIL/PELAT

 Dapur tinggi/tanur menghasilkan besi mentah

 Pabrik baja menghasilkan dari besi mentah

a. batang profil

b. pelat

 Perdagangan baja

a. mempunyai persediaan batang profil dan pelat

b. daftar dari bahan-bahan tersedia

 Pabrik konstruksi bisa mendapatkan profil dari

a. stock sendiri (terbatas karena membutuhkan banyak modal)

b. dari perdagangan baja dan pabrik baja

BATANG PROFIL

Disebut pula batang oleh karena digunakan sebagai kolom, tiang dsb tetapi lazim pula

disebut balok jika dipergunakan sebagai gelagar (bila berbaring). Berikut beberapa

batang profil yang sering digunakan pada konstruksi baja.

1. Profil I atau profil T dobel

 Eksentrisitas (jarak titik berat profil ke

garis netral ) = 0

 INP 60 (profil I normal dengan h = 60 cm)

b = 0,4 h + 10 mm (h ≤ 40 mm)

d = 0,03 h + 1 ½ mm

b = 0,3 h + 35 mm(h ≥ 260 mm)

d = 0,036 h

2. Balok Greg

3. Balok dengan flens lebar/Differdinga

 Hasil penemuan pabrik Differdinga di

Luxemburg

 DIN 28 berarti b = h = 28 cm (normal)

DIL

DIR

DIE
DIN

 Digunakan untuk balok atupun kolom

4. Profil

 30 bila h = 30 cm

Untuk h ≤ 300 mm b = 0,25h + 25mm

Profil C biasa digunakan untuk gelagar,

batang rangka, kolom, gording yaitu bila di

rangkap

5. Profil L atau siku-siku

a. Siku tidak sama sisi misal L 60.60.5

b. Sama sisi misal L 70.60.5


BAJA PELAT

1. Pelat pipih untuk konstruksi ada 3 golongan :

a. Pelat tipis

b. Pelat yang tebalnya sedang

c. Pelat yang tebalnya besar

Pelat tipis dan sedang umumnya untuk atap, dinding, pembungkus/mantelsesuatu

dsb

Pelat yang tebalnya besar umumnya untuk konstruksi dengan tebal 6 a 8 – 20 a 25

mm secara khusus s.d 60 mm

2. Pelat Bucket untuk lantai yang dapat memikul beban yang cukup besar. Pelat ini

mempunyai jari-jari lengkung

3. Pelat bulat tong

4. Pelat berusuk untuk lantai border, lantai tingkatan dari rumah atau gedung

5. Pelat bergelombang digalvanisir

TEGANGAN-TEGANGAN IJIN BAJA

Dari sifat-sifat bahan dengan percobaan-percobaan yang telah dilakukan telah

diketahui sifat-sifat keteguhan baja.

Keteguhan ada batas-batasnya, saat baja memulai perpatahannya σ B = SB = tegangan

putus

Pada perencanaan konstruksi nilai-nilai tersebut tidak digunakan langsung tetapi

dibagi dengan angka keamanan

keteguhan putus 
 keteguhan yang diijinkan  B  
n n
n = angka keamanan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dengan

memperhatikan antara lain :

 Konstruksi harus cukup kuat untuk memikul faktor-faktor yang tidak termasuk

dalam perhitungan (tegangan-tegangan sekunder dll)

 Konstruksi harus cukup hemat, agar terdapat konstruksi yang ekonomis dapat

dipertanggungjawabkan
ALAT PENYAMBUNG

Fungsi sambungan / alat penyambung

a. Menggabungkan profil-profil menjadi batang, kolom, balok dan bagian-bagian

konstruksi lainnya

b. Menggabungkan konstruksi menjadi satu kesatuan bangunan

Macam / jenis sambungan

a. Sambungan definitif : tidak dapat dibuka lagi bila tidak dirusak alat

penyambungnya paku keling atau las

b. Sambungan teta p : bagian yang disambung tidak dapat bergerak (paku keeling

atau las)

c. Sambungan sementara : dapat dibuka, biasanya pada jembatan montage, jembatan

pertologan atau darurat, panggung

Alat penyambungnya : baut

d. Sambungan bergerak : sambungan ini memungkinkan pergerakan yang dibutuhkan

menurut perhitungan statis pada bagian-bagian yang dibutuhkan alat penyambung

engsel (sendi) dan tumpuan (landasan)

Faktor-faktor pemilihan alat penyambung paku keling atau las didasarkan pada :

a. Sifat konstruksi

Konstruksi yang sulit dilaksanakan acapkali dilaksanakan dengan las lumer,

misalnya untuk sambungan serong, sulit dilaksanakan oleh paku keling tetapi

dengan las mudah sekali


Di Eropa jembatan dinding penuh seluruhnya digunakan las sedang jembatan

rangka dengan paku keling

b. Macam baja yang digunakan

Tidak semua baja dapat di las , umumnya baja lembek baik untuk di las selama

kadar C tidak lebih dari 0,25%, pengelasan umumnya masih mungkin

c. Letak tempat pekerjaan

Penyelenggaraan kampuh/las lumer di tempat pekerjaan lebih sulit dari di pabrik.

Sehingga kampuh-kampuh las harus dibuat di pabrik sebanyak mungkin. Dilihat

dari sudut ini maka jika tempat pekerjaan terpencil, pengangkutan, ongkos dan

berat harus di pertimbangkan

d. Cara montage

e. Tingkat perkembangan pengelasan

Keuntungan dan kerugian las lumer/listrik

Keuntungan las lumer adalah :

a. Lebih enteng sebab pengurangan potongan karena lubang paku keling/baut tidak

ada. Yang disebut baja siku penyambung juga tidak ada

b. Bentuknya lebih bagus

Kerugian las lumer adalah :

a. Sulit mengerjakannya sehingga harganya tinggi

b. Labih peka terhadap kesalahan

c. Keteguhan baja pada saat dikerjakan (dalam keadaan panas) dapat menurun
Paku Keling

Paku keling merupakan sambungan definitif dan tetap

1. Diadakan perbedaan diameter lubang dan batang ± 1 mm agar mudah dimasukkan

dalam keadaan merah pijar

d = diameter batang (mm)

d1 = diameter lubang (mm)

Pengukuran diameter batang pada jarak 5 mm di bawah kepala

2. Perhitungan kekuatan didasarkan pada diameter lubang

3. Batang harus lebih panjang (menonjol) karena nanti akan dipukul / dipress

Jenis-jenis paku keling :

a. Paku keling kepala bulat/bola (lazim digunakan)

b. Paku keling kepala pipih digunakan jika terpaksa misalnya kurang tempat

c. Paku keling kepala ½ terbenam/terbenam bulat

Digunakan untuk diameter batang yang kecil

Cara pengelingan adalah :

a. Dengan tangan (palu snap atau palu udara)

b. Dengan mesin press

Pengelingan dengan palu udara lebih baik dari mesin press


Penempatan paku keling

1. Harus cukup tempat

b ≤ 2,2 d + 10 mm

P ≥ 1,1 d + 5 mm

t ≥ 2 d + 5 mm 1,1d + 5 + 0,9 mm

c = 1,8d = d1

2. Harus cukup kuat

a. e 1 ≥ 2d

e2 ≥ 1½d

t ≥ 3d untuk baut agar pemasangan

mm mudah diambil

t ≥ 3½d

b. e 1 ≥ 2d

e2 ≥ 3/2d

t ≥ 3d

c.
3. Harus cukup rapat

Untu menjaga agar pelat luar tidak terbuka (tetap rapat) sehingga air tidak

mungkin masuk sehingga perlu diperhatikan jarak antara paku keling dengan tepi

pelat. Hal-hal tersebut dapat dilihat pada buku Ir. Loa hal 88-89

Misal

e1 ≤ 3d atau 6δ

e2 ≤ 3d atau 6 δ

δ = tebal pelat luar yg tertipis

Catatan :

1. Ketentuan lain pada buku Ir. Loa

2. Dalam suatu baris yg sejajar dengan gaya hanya boleh dipasang 5-6 buah

paku dan kalau perlu lebih harus digunakan baja siku balik/penolong

Misal :
Baut

Digunakan untuk sambungan sementara. Baut terbagi atas 2 macam :

1. Baut hitam : kelonggaran diameter lubang dan batang baut ± 1 mm biasanya untuk

bangunan konstruksi enteng dan beban-beban tidak bentukan (umumnya pada

gedung-gedung).

2. Baut bubut, (baut pas) kelonggarannya < 0,1 mm bahkan teoritis harus tepat.

Baut bubut digunakan pada jembatan dan keadaan khusus misalnya :

a. Untuk batang anker

b. Untuk menghubungkan benda-benda tuang

c. Untuk menjepit bagian-bagian yang akan dibor atau dikeling sehingga bagian-

bagian itu tidak bergerak satu terhadap yang lain saat dikerjakan

d. Digunakan di pojok-pojok karena sempitnya ruangan sehingga paku tidak dapat

digunakan

e. Untuk baut penyetel

f. Untuk mengganti paku jika jumlah tebal pelat yang disambungkan besar. Jika

banyak pelat yang harus digabung maka batang paku akan panjang dan dalam

keadaan merah pijar saat pengelingan akan mudah membengkok (dengan adanya

selisih diameter 1 mm) sehingga pembentukan kepala penutup yang baik tidak

mungkin lagi. Karena itu diganti baut dengan batangnya berbentuk KONIS.
Alat-alat pembantu baut

1. Pisau/lereng pelat

Untuk memberikan dasar yang horizontal pada baut agar dapat diputar kencang

2. Pelat penjepit

3. Baut kait tanpa harus melubangi flens tetapi daya dukungnya tidak terlampau

besar
Baut Mutu Tinggi

Baut yang paling banyak digunakan biasanya A 325 dan A 490. Bentuk kepalanya segi

enam dan tertulis tanda baut diatasnya. Ada tiga tipe dari baut ini yaitu :

 Tipe 1 : baut baja karbon sedang

* = simbol pabrik

 Tipe 2 : baut baja karbon rendah

* = simbol pabrik

 Tipe 3 : baut baja tahan karat

* = simbol pabrik

Baut Hitam

Dibuat dari baja karbon rendah sesuai dengan standar ASTM – 307. Biasa dipakai

untuk struktur ringan seperti gording, rangaka batang yang kecil. Ada dua jenis yaitu:

 Baut yang tidak diulir penuh (ulir tidak ada pada bidang geser)

 Baut yang diulir penuh (ulir baut berada pada bidang geser)

Mutu Baut Hitam

Pada kepala baut biasanya ditulis kode seperti 4 . 6 ; 4 . 8 dst. Arti dari 4 . 6 adalah

tegangan leleh minimum dari baut tersebut adalah : 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm 2. Jika

4 . 8 berarti tegangan leleh minimumnya = 3200 kg/cm2.


Diameter Nominal (dn) dan Diameter Inti (dk) dari Baut

Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama perdagangan untuk

baut tersebut ; misalnya baut M12 artinya diameter nominal baut tersebut adalah 12

mm.

 Untuk baut tidak diulir penuh dn adalah diameter terluar dari batang baut

dn

 Untuk baut yang diulir penuh dk adalah diameter dalam dari batang baut tersebut

dk

Baut hitam yang sering digunakan adalah seperti yang ada pada tabel baja untuk baut

hitam dibawah ini :

Diameter nominal Tinggi Diameter inti (dk) Keterangan


Inchi mm (mm) (mm)
⅜ 9,52 9 7,49 M10
½ 12,70 13 9,99 M12
⅝ 15,87 16 12,92 M16
¾ 19,05 19 15,80 M20
⅞ 22,22 22 18,61 M22
1 25,40 25 21,34 M25
1½ 38,10 38 32,68 M38

Menghitung luas penampang baut

 Untuk baut tidak diulir penuh

dn

Abaut = ¼ πdn2

 Untuk baut yang diulir penuh

dk dn

ds = ¼ (dn + 3dk) ; sehingga Abaut = ¼ πds2


Jenis-jenis sambungan yang menggunakan baut

1. Lap joint (sambungan overlap/irisan tunggal)

2. Baut joint (baut bekerja 2 irisan)

Daya pikul/kekuatan (N) satu baut dan tegangan ijin untuk baut

Untuk irisan tunggal kekuatan satu baut dituliskan sbb :

N1 geser = Abaut x 0,6 σijin = ¼ πdn2 x 0,6 σijin (untuk baut tidak diulir penuh)

N1 geser = Abaut x 0,6 σijin = ¼ πds2 x 0,6 σijin (untuk baut diulir penuh)

Untuk dua irisan : N1 geser = 2 x N1 geser

Selain kekuatan geser kita juga meninjau kekuatan (Ntp) tumpu dari baut

Ntp = d . s . σtp

dengan : d = diameter lubang, baik diulir penuh atau tidak

untuk baut hitam d = dn + 1 mm dan baut mutu tinggi d = dn + 2 mm

s = tebal pelat terkecil antara pelat yang disambung dan pelat

penyambung

σtp = tegangan tumpu yang diijinkan

Karena s1 < s2 maka s = s1

s = pilih yang terkecil antara 2 (s1 dan s2)


Tegangan ijin baut yang diatur dalam PPBBI adalah sbb :

Tegangan geser ijin :  ijin = 0,6 σijin

Tegangan tarik ijin : σtp = 0,7 σijin

Tegangan ideal (akibat geser dan tarik) ijin :  1   2  3. 2 ≤ σtr

Tegangan tumpu yang diijinkan :

σtp = 1,5 σijin untuk s1 ≥ 2d

σtp = 1,2 σijin untuk1,5d ≤ s1 ≤ 2d

s1 = jarak sumbu baut paling luar ke tepi bagian yang disambung

Jarak baut dan jumlah baut dalam satu baris :

Jumlah baut maksimum dalam satu baris = 5 buah (PPBBI pasal 8.2.2)

Jarak antara baut ke baut dalam satu baris = s

Jarak antara sumbu baut paling luar dengan ujung bagian pelat yang disambung = s 1

1,2d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t dimana t = tebal terkecil pelat yang disambung

2,5d ≤ s1 ≤ 7d atau 14t

Jarak antara baris baut yang satu dengan baris yang lain = u

1,2d ≤ u1 ≤ 3d atau 6t

2,5d ≤ u ≤ 7d atau 14t


Untuk pemasangan baut yang berseling

Contoh soal

1. Diketahui sambungan pelat sbb :

Mutu dan pelat yang digunakan adalah Bj 37. diameter baut 16 mm, baut tidak diulir

penuh, tebal pelat yang disambung adalah 10 mm dan 12 mm.

Berapa jumlah baut, jarak baut dan lebar pelat jika gaya P sebesar 12 ton?

Penyelesaian

 Baut bekerja 1 irisan

Ng 1 irisan = ¼ . π . dn 2 = ¼ . π . 1,62 . 0,6 . 1600 = 1930,19 kg

Ntumpuan = d . s . σtp = 1,7 . 1 . 1,5 . 1600 = 4080 kg

d = diameter lubang = diameter baut + 1 = 17 mm = 1,7 cm

s = pilih tebal pelat terkecil antara 10 mm dan 12 mm

dari perhitungan diatas pilih N terkecil yaitu = 1930,19 kg

 n = P /N = 12000 / 1930,19 = 6,22 buah baut

karena jumlah baut lebih dari 5 maka kita harus pakai 2 baris baut

 Syarat dari PPBBI untuk jarak baut

Untuk u1 : 1,2d ≤ u1 ≤ 3d atau 6t

1,2 . 1,6 ≤ u1 ≤ 3 . 1,6 atau 6 . 1

1,92 cm ≤ u1 ≤ 4,8 atau 6 cm

u1 dipilih 3 cm

Untuk u : 2,5d ≤ u ≤ 7d atau 14t

2,5 . 1,6 ≤ u ≤ 7 . 1,6 atau 14 . 1

4 cm ≤ u ≤ 11,2 atau 14 cm
u dipilih 6 cm

 Jadi lebar pelat 3 + 6 + 3 = 12 cm

2. Rencanakan sambungan dengan alat penyambung berupa baut, jika posisi

sambungan seperti pada gambar berikut :

P = 20 ton , mutu pelat dan baut adalah Bj 37 diameter baut 16 mm, baut diulir penuh

Penyelesaian

 Kekuatan baut Keterangan :


Ng 2 irisan = 2 . (¼ . π . d ) . 0,6 σijin
2 d n  3d k
s
ds =  13,69 mm
4
= 2 . (¼ . π . 1,3692) (0,6 . 1600)
dn = 16 mm
= 2826 kg dk M 16 = 12,92 mm (lihat tabel baja)
d = lubang = baut+1mm = 17 mm
Ntumpuan = d . s . σtp
s = nilai terkecil antara (6+6) &
= 1,7 . 1,2 . 2400 16 ambil 12 mm
 tp = 1,5 (1600) = 2400 kg/cm2
= 4896 kg

Dari dua perhitungan diatas dipilih terkecil sebagai kekuatan baut yaitu 2826 kg

 Jumlah baut = 20000/2826

= 7,08 ≈ 8 dipasang 2 baris masing-masing 4 baut

 Jarak baut :

1,2d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t ; 2,5d ≤ u ≤ 7d atau 14t

1,2 . 1,6 ≤ s1 ≤ 3 . 1,6 atau 6 . 1,2 ; 4 ≤ u ≤ 11,2 atau 16,8

1,92 cm ≤ s1 ≤ 4,8 atau 7,2 cm ; coba u = 8 cm dan s = u = 8 cm

Coba s1 = 4 cm dan u1 = s1 = 4 cm

 Lebar pelat penyambung =8+4+4 = 16 cm

 Panjang pelat penyambung = 2 . (2 . 4 + 3 . 8) = 65 cm

 Catatan = jarak antar 2 pelat ambil 1 cm

 Cek kekuatan pelat yang disambung

Anetto = 16 . 1,6 – 2(1,7 . 1,6) = 20,16 cm2


Anetto = 85% . (16 . 1,6) = 21,76 cm2

Ambil nilai terkecil = 20,16 cm2

 Tegangan yang terjadi

σ = 20000 / 20,16 < 0,75 . 1600

= 992,1 kg/cm2 < 1200 kg/cm2 ............................Ok

3. Diketahui sambungan seperti gambar di bawah ini :

Diameter baut 19 mm, baut tak diulir penuh. Tebal pelat masing-masing 10 mm. Mutu

baut 4 . 6 dan mutu baja Bj 37. Berapakah gaya P maksimum yang boleh bekerja pada

sambungan tersebut dan berapa efisiensi sambungan tersebut?

Penyelesaian

 Tinjau kekuatan baut

Ng 1 irisan = ¼ . π . d . 0,6 σijin = ¼ . π . 1,92 . 0,6 . 1600 = 2722 kg

Ntumpuan = d . s . σtp = 2 . 1 . 2400 = 4800 kg

Dari dua perhitungan diatas pilih nilai terkecil yaitu 2722 kg

Jumlah baut 6 sehingga P = 6 . 2722 = 16332 kg

 Tinjau kekuatan pelat

Anetto = 30 . 1 – 3 . 2 . 1 = 24 cm2

Anetto = 85% . (30 . 1) = 25,5 cm2

Ambil nilai terkecil = 24 cm2

P = 24 . 0,75 . 1600 = 28800 kg

Dari dua P yang ada diambil P maksimum adalah 16332 kg

 Efisiensi sambungan

Jika tidak ada sambungan maka gaya yang dapat dipikul pelat

= 30 . 1 . 1600 = 48000 kg /cm2

16332
Sehingga efisiensi sambungan adalah = .100% = 34,03%
48000
4. Diketahui sambungan pelat seperti pada gambar di bawah ini :

Tiap baut dianggap memindah gaya yang sama besar, dari pelat utama ke pelat

penyambung, diameter baut 19 mm (tidak diulir penuh). Tebal pelat penyambung 10

mm, pelat yang disambung 16 mm. Mutu baja 4 . 6 dan mutu pelat Bj 37. Berapa P

maksimum yang dapat dipikul oleh sambungan tersebut ?

Penyelesaian

 Tinjau terhadap kekuatan baut

Mutu baut 4 . 6 sehingga σleleh = 4 . 6 . 100 = 2400 kg/cm2

σijin = 2400/1,5 = 1600 kg/cm2

Ng 2 irisan = 2 . (¼ . π . d . 0,6 σijin) = 2 . (¼ . π . 1,92 . 0,6 . 1600) = 5444 kg

Ntumpuan = d . s . σtp = 2 . 1,6 . 2400 = 7680 kg

Dari dua perhitungan diatas dipilih nilai terkecil yaitu = 5444 kg

Jumlah baut 6 sehingga total P = 6 . 5444 = 32664 kg

 Tinjau terhadap kekuatan baut

Gaya pada pelat adalah P. Tiap baut diasumsikan memikul gaya sebesar 1/6P

sehingga

 Pelat pot 1 memikul gaya P

Pot 1-1 >> Anetto = 18 . 1,6 – 1 . 2 . 1,6 = 25,60 cm2

Anetto = 85% . (18 . 1,6) = 24,48 cm2

Ambil nilai terkecil = 24,48 cm2

P = 24,48 . 0,75 . 1600 = 29376 kg

 Pelat pot 2 memikul gaya P – 1/6 P = 5/6 P

Pot 2-2 >> Anetto = 18 . 1,6 – 2 . 2 . 1,6 = 22,40 cm2

Anetto = 85% . (18 . 1,6) = 24,48 cm2

Ambil nilai terkecil = 22,40 cm2

5/6 P = 22,40 . 0,75 . 1600 = 32256 kg


 Pelat pot 3 memikul gaya 5/6P – 2/6 P = 3/6 P

Pot 3-3 >> Anetto = 18 . 1,6 – 3 . 2 . 1,6 = 19,20 cm2

Anetto = 85% . (18 . 1,6) = 24,48 cm2

Ambil nilai terkecil = 19,20 cm2

3/6 P = 19,20 . 0,75 . 1600 = 46080 kg

>> Nilai terkecil dari perhitungan diatas adalah P = 29376 kg

 Tinjau terhadap kekuatan pelat penyambung

Pot 3-3 >> Anetto = 2 . (18 . 1 – 3 . 2 . 1) = 24 cm2

Anetto = 2 . (85% . 18 . 1) = 30,60 cm2

Ambil nilai terkecil = 24 cm2

3/6 P = 24 . 0,75 . 1600 = 28800 kg

>> Nilai terkecil dari perhitungan diatas adalah P = 28800 kg

5. Diketahui sambungan dobel siku pada pelat buhul sbb :

Gaya tarik P = 40 ton bekerja pada titik berat profil dobel tsb. Baut M19 tidak diulir

penuh dengan mutu 4 . 6. Mutu profil Bj 37.

 Jika eksentrisitas gaya terhadap lokasi baut diabaikan maka berapa jumlah baut

yang diperlukan ?

 Jika eksentrisitas diperhitungkan berapa jumlah baut yang dibutuhkan?

Penyelesaian

 Tinjau terhadap kekuatan baut

Baut bekerja 2 irisan

Ng 2 irisan = 2 . (¼ . π . d2 . 0,6 σijin)

= 2 . (¼ . π . 1,92 . 0,6 . 1600) = 5444 kg

Ntumpuan = d . s . σtp

= 2 . 1 . 2400 = 4800 kg

Nilai s = tebal pelat terkecil antara 10 mm dan (11 +11)

Dari dua perhitungan di atas pilih nilai terkecil yaitu = 4800 kg


Jumlah baut 40000 / 4800 = 8,33 dipakai 9 buah

Syarat maksimum baut dalam 1 baris = 5 sehingga ada dua baris masing-masing 5

dan 4

 Jarak baut :

1,2d ≤ u1 ≤ 3d atau 6t ; 2,5d ≤ u ≤ 7d atau 14t

1,2 . 1,9 ≤ u1 ≤ 3 . 1,9 atau 6 . 1 ; 4(1,9) ≤ u ≤ 7 (1,9) atau 14 (1)

2,28 cm ≤ u1 ≤ 5,7 atau 6 cm ; 4,75 ≤ u ≤ 13,3 atau 14 cm

Ambil u1 = 5 cm ; ambil u = 6 cm

 Ternyata lebar flens siku lebih kecil daripada 2u1 + u = 2 . 5 + 6 = 16 cm, untuk itu

perlu adanya siku tambahan misalnya dipasang siku 75.75.7 (ukuran profil

terserah) atau profil siku diganti yang sesuai

 Jika eksentrisitas gaya diabaikan maka gaya P dipikul oleh 9 baut yang ada

 Jika eksentrisitas gaya diperhitungkan maka :

Menentukan lokasi garis berat dari pola baut

Statis momen terhadap baris baut ke dua (baris bawah)

4(10)
y= = 4,44 cm
9
Statis momen terhadap deret baut sebelah kiri

2 (10)  2 (20)  2 (30)  1 ( 40)


x= = 17,77 cm
9
Eksentrisitas gaya P thd garis berat pola baut e = 4,44 – (5 – 2,62) = 2,08 cm

Gaya P dipindah ke garis berat pola baut sehingga timbul momen M = P . e

Masing-masing baut memikul gaya sebesar = P / 9 = 0,111 . 40000 = 4440 kg

 Akibat Momen M

M = P . e = 40000 . 2,06 = 82400 kgcm

Perhitungan selanjutnya ditabelkan sbb :


No. M=P.e M.X M.Y
Baut (kgcm) X (cm) Y (cm) (kgcm2) (kgcm2) X2 (cm2) Y2 (cm2) KX (kg) KY (kg) P (kg)
1 82400 -17.77 5.56 -1464248 458144 315.7729 30.9136 280.5229 -896.5634 -4440
2 82400 -7.77 5.56 -640248 458144 60.3729 30.9136 280.5229 -392.0257 -4440
3 82400 2.23 5.56 183752 458144 4.9729 30.9136 280.5229 112.5119 -4440
4 82400 12.23 5.56 1007752 458144 149.5729 30.9136 280.5229 617.0495 -4440
5 82400 -17.77 -4.44 -1464248 -365856 315.7729 19.7136 -224.015 -896.5634 -4440
6 82400 -7.77 -4.44 -640248 -365856 60.3729 19.7136 -224.015 -392.0257 -4440
7 82400 2.23 -4.44 183752 -365856 4.9729 19.7136 -224.015 112.5119 -4440
8 82400 2.23 -4.44 183752 -365856 4.9729 19.7136 -224.015 112.5119 -4440
9 82400 22.23 -4.44 1831752 -365856 494.1729 19.7136 -224.015 1121.587 -4440
1410.956 222.2224
1633.1785

M .Y
Kx =
( X 2  Y 2 )
M .X
Ky =
( X 2  Y 2 )
Dari tabel diatas terlihat baut yang memikul gaya paling besar adalah baut

K9 = ( PX  K X ) 2  K Y2 = ( 4440  224,015) 2  1121,587 2 =

 = K9 / 2 . (¼ . π . d2)

= / 2 . (¼ . π . 22)

= kg/cm2 ≤ kg/cm2

σtp = K9 / d . s ≤ 1,5  ijin

= /2.1 ≤ 1,5 . 1600

= kg/cm2 ≤ kg/cm2
6. Diketahui sambungan balok INP 30 dengan kolom memikul beban/gaya lintang 10

ton dan momen 6 ton/m

*mutu baut 4 . 6 dan mutu baja Bj 37 (σijin = 1600 kg/cm2)

Ditanyakan : apakah pola baut seperti diatas cukup kuat?

Penyelesaian

 Mengecek baut yang menghubungkan profil T dengan flens balok

Momen 6 tm yang ada bisa digantikan dengan kopel yang bekerja pada badan profil T

baik yang atas ataupun bawah.

M
Gaya kopel yang terjadi = ; h = tinggi profil INP
h
6 x 10 5
=
30
= 20000 kg

Gaya kopel tsb dipikul oleh 8 baut diameter 19 mm sehingga tiap baut memikul

2500 kg

Kekuatan 1 baut :

Ng 2 irisan = ¼ . π . d2 . 0,6 σijin

= ¼ . π . 1,92 . 0,6 . 1600 = 2722 kg

Ntumpuan = 2 . 1,1 . 1,5 . 1600 = 5280 kg

*dari dua nilai yang ada diambil yang terkecil yaitu = 2722 kg

Gaya yang bekerja pada baut (2500 kg) < kekuatan 1 baut (2722 kg) ……………Ok

Mengecek baut yang menghubungkan profil T dengan flens kolom


Karena letak baut 1 dan 2 ; 5 dan 6 simetris, maka jarak lengan momen antara

titik berat baut 1 , 2 dengan titik berat 5 , 6 adalah = 30 + 1,1 = 31,1 cm

M
Gaya kopel yang terjadi = h = jarak lengan momen
h
6 x 10 5
= = 19293 kg
31,1

Gaya kopel tsb dipikul oleh 8 baut diameter 19 mm sehingga tiap baut memikul

2411,6 kg

Karena baut (tarik) maka kekuetan 1 baut :

Ntarik = ¼ . π . 1,92 . 0,7 . 1600 = 3175,5 kg

Gaya yg bekerja pada baut (2411,6 kg) < kekuatan 1 baut (3175,5 kg) ..........Ok

 Mengecek baut yang menghubungkan siku 120.120.13 dg badan balok

Baut diameter 25 mm

Gaya lintang D = 10 ton dipindahkan ke titik berat pola baut shg timbul momen

M = 10 x 5 = 50 ton

50 x 1000
Akibat momen KX =  6250 kg
8
10 x 1000
Akibat lintang KY =  5000 kg
2

Ktotal = 6250 2  5000 2

= 8004 kg

Kekuatan 1 baut

Ng 2 irisan = 2 . ¼ . π . d2 . 0,6 σijin

= 2 . ¼ . π . 2,52 . 0,6 . 1600 = 9425 kg

Ntumpuan = 2,6 . 1,08 . 1,5 . 1600 = 6740 kg

Untuk kekuatan baut Ok, tetapi pelat di sekitar baut akan meleleh karena nilai

Ktotal = 8004 kg > Ntp = 6740 kg

Pemecahannya : jumlah baut diperbanyak shg gaya yang bekerja pada baut

menjadi lebih kecil

Mengecek baut yang menghubungkan siku 120.120.13 dg flens kolom

Gaya lintang D = 10 ton dipikul oleh 4 baut diameter 25 mm, masing2 2500 kg
Kekuatan 1 baut :

Ng 1 irisan = ¼ . π . d2 . 0,6 σijin

= ¼ . π . 2,52 . 0,6 . 1600 = 4712 kg

Ntumpuan = 2,6 . 1,2 . 1,5 . 1600 = 7488 kg

Gaya yg bekerja pada baut (2500 kg) < kekuatan 1 baut (4712 kg) ...............Ok

7. Diketahui dua buah profil baja CNP 24 dihubungkan dengan pelat yg tebalnya 10

mm, sebagai alat penyambung digunakan baut diameter 20 mm diulir penuh.

Tersedia dua pola baut yaitu poloa I dan pola II seperti gambar di bawah. Pada

konstruksi tersebut bekerja gaya P yg sama besar dan berlawanan arah. Mutu

baja dan baut sama yaitu Fe 360 (Bj 37 dg σijin = 1600 kg/cm2)

a. Dari dua pola tersebut, mana yg lebih baik?

b. Dengan pola yg dipilih, tentukan P maksimum yg dapat dipikul oleh konstruksi

tsb?

Penyelesaian

Tinjau pola baut I

Gaya P dipindahkan ke titik berat pola baut shg timbul momen sebesar :

M = P x (184 + 36) = 220 P tmm


Karena ada dua P maka M = 440 P tmm

Baut yang memikul gaya terbesar adalah baut : 1 ; 2 ; 5 ; 6

M .r1 440 P.78,71


K1 =   1,265 P ton
r 2
4(78,71) 2  2(36) 2

r = 7 2  3,6 2

Tinjau pola baut II

Gaya P dipindahkan ke titik berat pola baut shg timbul momen sebesar :

M = P x 220 = 220 P tmm

Karena ada dua P maka M = 440 P tmm

Masing-masing baut memikul gaya yg sama besar yaitu :

M .r1 440 P.70


K1 =  = 1,048 P ton
r 2
6(70) 2
Dari dua perhitungan diatas dapat kita ketahui kalau pola II lebih menguntungkan

dari pada pola I, dg besar momen yg sama tiap baut pada pola II memikul beban

lebih kecil dan sama dari pada baut pola I.

 Kekuatan baut :

Baut diulir penuh sehingga kita pergunakan ds

ds = ¼ . (dn + 3dk)

ds = ¼ . (20 + 3 x 15,80) = 16,85 mm

Ng 2 irisan = 2 . ¼ . π . ds2 . 0,6 σijin

= 2 . ¼ . π . 16,852 . 0,6 . 1600 = 4281,5 kg

Ntumpuan = d . s . 1,5 σijin

= 2,1 . 1 . 1,5 . 1600 = 5040 kg

Kita pilih yg terkecil yaitu = 4281,5 kg

Dari pola baut II di dapat :

1,048 P = 4281,5 kg

P = 4085,4 kg
Jadi P maksimum yg dapat dipikul konstruksi tsb (pola II) adalah 4085,4 kg

Pelemahan Potongan Akibat Lubang Paku atau Baut

Pelemahan adalah akibat dari lubang paku (baut) yang terpotong. Dalam hal ini perlu

diperhitungkan adanya perbedaan batang tekan dan tarik pada umumnya

P
F

Fnetto = Fbruto – Fperlemahan

d. Pada batang tekan

a. Bila digunakan paku dipakai Fbruto

b. Bila digunakan baut dipakai Fnetto

tekan
P P

e. Pada batang tarik


Alat penyambung paku/baut dipakai Fnetto

tekan
P P

Selama jarak antara baris paku yang siku atas gaya memenuhi persyaratan jarak-

jarak berhubung harus kuat /rapat maka pelemahan dianggap sebagai lubang jumlah

paku yang terpotong begitu pula dengan baja siku.

Prinsip Perhitungan Paku dan Baut

1. Pembebanan yang normal adalah gaya yang bekerja as paku (baut)

2. Ada 2 macam sambungan

a. Sambungan berpotong tunggal

Bila di satu potongan paku putus maka seluruh sambungan akan putus
b. Sambungan berpotong ganda/dobel

Bila di dua potongan batang paku putus maka seluruh sambungan akan putus

3. Tegangan yang diijinkan

Terhadap geser :   0,8

Terhadap tumpuan :  tp  1,6.a.2

4. Luas penampang

a. Terhadap geser

Potongan tunggal = 1/4πd2 x 1

Potongan dobel = 1/4πd2 x 2

b. Terhadap tumpuan

Potongan tunggal =d.S

Potongan dobel = d . S (S diambil yang terkecil) S = tebal

5. Gaya yang dapat dipikul oleh 1 paku (N)

σ = N/F N=σ.F

a. Terhadap geser

Ng = 1/4πd2 x 1 x0,8σ (tunggal)

Ng = 1/4πd2 x 2 x0,8σ (dobel)

b. Terhadap tumpuan

Ntp = d . S . 2σ
6. Momen pada sambungan berpotong dobel dapat saling menghapus sehingga

perputaran itu tidak ada. Jadi jika tidak terpaksa benar sambungan sebaikny

adalah dobel.

Perbedaan Perhitungan Baut dan Paku Keling

1. Tegangan-tegangan yang diijinkan untuk baut hitam labih keci yaitu   0,6 dan
 tp  1,5

2. Jika pada paku dalam perhitungan senantiasa diameter lubang, untuk baut diambil

diameter batang

3. Baut mempunyai diameter inti dari uliran. Pada pembebanan tidak berpengaruh

tetapi untuk pembebanan as baut akan berpengaruh

Catatan :

Untuk pembebanan as baca Loa hal 104-107

Contoh Soal

Suatu batang yang terdiri dari 2L45.45.5 dengan P(tarik) 9 ton, harus disambungkan

pada suatu pelat dengan tebal 8 mm dengan menggunakan alat sambung. Tegangan

yang diijinkan σ = 1400 kg/cm2.

Hitung sambungan bila menggunakan :

a. Paku keling

b. Baut bubut

c. Gambar sambungan L 45.45.5

P = 9 ton σ = 1400 kg/cm2

Penyelesaian
8 mm
Tegangan-tegangan

Tegangan geser (  ) = 0,8 σ = 0,8 . 1400 = 1120 kg/cm2

Tegangan tumpuan (σ tp) = 2 σ = 2 . 1400 = 2800 kg/cm2

a. Paku keling
Diameter paku keling = 2 x tebal rata-rata pelat yang disambungkan

58
=2x = 13 mm
2
Diameter lubang = 13 + 1 = 14 mm (1 mm untuk memudahkan pemasukan paku

pada saat pijar)

Untuk baja siku dengan siku dan 35 s.d 100 mm, baris paku diambil, terhitung dari

sisi yang tegak sebesar nilai lebar sisi dinaikkan ke terdekat dibagi dua, jadi

45  5
= 25 mm L2 = 45 – 25
2
= 20 mm ≥ 3/2d (syarat)

= 20 mm ≥ 21 mm

Karena perbedaannya hanya 1 mm maka dapat diterima

Mencari jumlah paku

Ngeser = ¼ πd2 . 2.  (dikalikan 2 karena dobel)

= ¼ π (1,4)2 . 2. 1120

= 3400 kg

Ntp = d . s . σ tp

= 1,4 . 0,8 . 2800

= 3150 kg

(Untuk s harus dipilih yang terkecil diantara tebal pelat tengah atau tebal pelat

kanan/kiri bersama, oleh karena itu sambungan berpotongan dobel)

Ngeser > Ntp sehingga Ntp yang menentukan jumlah paku yang dibutuhkan
P 9000
n=   2,86 ∞ 3 buah paku
Ntp 3150

Gambar

e1 t t e1

25

20 = e2

8 mm
e1= 2d = 2 . 1,4 = 2,8 cm = 28 mm
b. Baut bubut t = 3d = 3 . 1,4 = 4,2 cm = 42 mm
e2= 20 mm
Diambil diameter ½” = 1,27 cm ∞ 13 mm
Sehingga pengontrolan terhadap e2 tidak perlu

Jumlah baut

N geser = ¼ πd2 . 2. 
= ¼ π (1,27)2 . 2. 1120

= 2830 kg

Ntp = d . s . σ tp

= 1,27 . 0,8 . 2800

= 2850 kg

Ngeser < Ntumpuan sehingga digunakan Ngeser

Jumlah baut
P 9000
n=   3,2 ∞ 4 buah baut
Ngeser 2830

Gambar

e1 t t e1

25

e2

8 mm

e1= 2d = 2 . 1,4 = 2,8 cm = 28 mm


t = 3 1/2d = 3 1/2 . 1,4 = 4,9 cm = 49 mm
e2= 20 mm

BATANG TARIK (TEORI, RUMUS DAN CONTOH SOAL)


 Definisi dari batang tarik adalah : batang-batang dari struktur yang dapat

menahan pembebanan tarik yang bekerja searah dengan sumbunya

 Bentuk penampang tarik yang umumnya digunakan

 Batang tarik tanpa adanya perlemahan akibat lubang

N
σtarik =
Abruto

N = gaya tarik yang bekerja

Abruto= luas penampang bruto

σtarik= tegangan dasar

 Batang tarik dengan adanya perlemahan akibat lubang

Teg. max kira-kira 3x teg. rata2

PPBBI membatasi harga teg. rata 2

sbb:

N
σrata-rata =  0,75  ijin
Anetto

 Cara menentukan besarnya luas penampang netto

Jika letak lubang dalam satu garis

 Anetto = b . tebal – 3 . Alubang

Alubang = d1 . tebal

d1 = diameter lubang

Jika letak lubang tidak satu garis


Ada dua potongan dari gambar diatas yaitu pot. a-a dan pot. b-b. Tiap potongan kita

hitung dan diambil nilai yang terkecil.

Pot. a-a Anetto = Abruto – 1. Alubang

s 2 .t
Pot. b-b Anetto = Abruto – 2. Alubang +
4.u
Dari ketiga nilai Anetto yang ada diambil yang terkecil

Syarat PPBBI Anetto = 85% . Abruto

Ada tiga potongan dari gambar diatas yaitu pot. a-a, pot. b-b, pot. c-c. Tiap potongan

kita hitung dan diambil nilai yang terkecil.

Pot. a-a (1 & 2) Anetto = Abruto – 2. Alubang

s12 .t s 2 .t
Pot. b-b (1, 3, 2) Anetto = Abruto – 3. Alubang +  1
4.u1 4.u 2

s12 .t s 22 .t
Pot. c-c (1, 3, 4) Anetto = Abruto – 3. Alubang + 
4.u ` 4.u 2
Syarat PPBBI Anetto = 85% . Abruto

Dari keempat nilai Anetto yang ada diambil yang terkecil


Jarak lubang dalam arah horizontal = s , dan jarak vertikal = u1 dan u2

Ada dua potongan dari gambar diatas yaitu pot. a-a dan pot. b-b. Tiap potongan kita

hitung dan diambil nilai yang terkecil.

Pot. a-a (1 & 5) Anetto = Abruto – 2. Alubang

s 2 .t s 2 .t
Pot. b-b (2, 4, 6) Anetto = Abruto – 3. Alubang + 
4.u1 4.u 2

 dimana u2 = gb + ga - t

Syarat PPBBI Anetto = 85% . Abruto

Dari ketiga nilai Anetto yang ada diambil yang terkecil

Contoh Soal

1. Diketahui sambungan pelat ke pelat buhul, diameter lubang 23 mm. Mutu baja Bj

37 (σ ijin = 1600 kg/cm2). Berapakah besar gaya tarik N yan dapat dipikul oleh

sambungan tersebut?
Penyelesaian

Abruto = 20 x 320 = 6400 mm2 = 64 cm2

Alubang = 23 x 20 = 460 mm2 = 4,6 cm2

Pot a-a (1, 2, 3)

Anet = 64 – 3 x 4,6 = 50,2 cm2

Pot b-b (1, 4, 2, 5, 3)

10 2 .2
Anet= 64 – 5(4,6) + 4 ( ) = 74,33
4 .6
cm2

Pot c-c (1, 4, 5, 3)

10 2 .2 10 2 .2
Anet = 64 – 4(4,6) + ( 0 ) = 62,30 cm2
4.6 4.6
Pot d-d (1, 4, 6)

10 2 .2 5 2 .2
Anet = 64 – 3(4,6) + (  ) = 60,60 cm2
4 .6 4.6
Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 64 = 54,40 cm2

Dari hasil perhitungan yang ada diambil nilai terkecil yaitu 50,2 cm2

Tegangan yang terjadi harus kurang dari tegangan yang diijinkan

N
σtjd =  0,75  ijin
Anetto

N
= 0,75 . 1600
50,2

N = 60240 kg

2. Diketahui profil siku 120.120.13 digunakan sebagai batang tarik. Letak lubang

seperti pada gambar berikut. Diameter lubang 23 mm. Luas profil 29,7 cm2.

Berapa Anetto dari profil tsb?


Penyelesaian

Pot a-a (1 , 5)

Anet = Aprofil - 2. Alubang

= 29,7 – 2(2,3 . 1,3) = 23,72 cm2

Pot b-b

s 2 .t s 2 .t
Anet = Aprofil – 3. Alubang + 
4.u1` 4.u 2

7 2 .1,3 7 2 .1,3
= 29,7 – 3(2,3 . 1,3) +  = 25,21 cm2
4 .6 4.8,7

Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 29,7 = 25,245 cm2

Dari hasil perhitungan yang ada diambil nilai terkecil yaitu 23,72 cm2

3. Tentukan besar gaya tarik N untuk profil dobel siku 120.120.15. Jika diameter

baut ¾ “. Mutu baja Bj 37. Luas penampang 1 profil 33,9 cm2

Penyelesaian

Diameter lubang = ¾ . 25,4 + 1 = 20,05 mm = 2 cm

Pot a-a (3 , 5)

Anet = Aprofil - 2. Alubang

= 33,9 – 2(2,0 . 1,5) = 27,90 cm2

Pot b-b (1, 3, 5)

s 2 .t
Anet = Aprofil – 3. Alubang +
4.u1`

5 2 .1,5
= 33,9 – 3(2,0 . 1,5) + = 27,24 cm2
4.4

Pot c-c (1, 3, 6)


s 2 .t s 2 .t
Anet = Aprofil – 3. Alubang + 
4.u1` 4.u 2

5 2 .1,5 5 2 .1,5
= 33,9 – 3(2,0 . 1,5) +  = 28,10 cm2
4.4 4.11
Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 33,9 = 28,815 cm2

Dari hasil perhitungan yang ada diambil nilai terkecil yaitu 27,24 cm 2 untuk satu

profil, jika untuk dua profil Anet = 27,24 . 2 = 54,48 cm2

Tegangan yang terjadi harus kurang dari tegangan yang diijinkan

N
σtjd =  0,75  ijin
Anetto

N
= 0,75 . 1600
54,48

N = 65376 kg

4. Tentukan gaya normal tarik yang diijinkan untuk profil kanal C16 yang disambung

ke pelat buhul (tebal 12 mm) dengan perantaraan baut diameter 16 mm. Mutu

baja Fe 360 (Bj 37)

Penyelesaian

Abruto = 160 . 7,5 + 2(57,5 . 10,5)

= 2407,5 mm2

= 24 cm2

Alubang = 1,6 . 0,75

= 1,2 cm2

Pot a-a (1, 2, 3, 4)

Anet = Aprofil - 2. Alubang


= 24 – 4 . 1,2 = 19,2 cm2

Pot b-b (1, 6, 3, 8)

3(7,5 2 .0,75)
Anet = 24 – 4 . 1,2 + = 23,42 cm2
4.7,5

Pot c-c (1, 6, 10)

7,5 2 .0,75 7,5 2 .0,75


Anet = 24 – 3 . 1,2 +  = 22,51 cm2
4.7,5 4.15

Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 24 = 20,4 cm2

Dari hasil perhitungan yang ada diambil nilai terkecil yaitu Anetto = 19,2 cm2

Tegangan yang terjadi harus kurang dari tegangan yang diijinkan

N
σ yg tjd =  0,75  ijin
Anetto

N
= 0,75 . 1600
19,2

N = 23040 kg

N = 23,04 ton

5. Tentukan profil dobel siku untuk memikul gaya tarik sebesar 80 ton diameter

baut 22 mm. Panjang batang 4,5 m dan jumlah lubang dalam satu baris 4 buah.

Mutu baja Bj 37. Potongan sambungan seperti pada gambar.

Penyelesaian

σ yg tjd = 0,75  ijin

= 0,75 . 1600 = 1200 kg/cm2


Anet = 80000 / 1200 = 66,67 cm2

Abruto = 66,67 / 85% = 78,44 cm2

Iminimum = L /240 = 450 /240 = 1,875 cm

Dari tabel baja kita coba profil siku 140.140.15 dg data :

A = 40 cm2 untuk 2 profil = 80 cm2 > Abruto ..........................Ok

i = 2,73 cm untuk 2 profil = 5,46 cm2 > i minimum...............Ok

Alubang = (2,2 + 0,1) . 1,5 = 3,45 cm2

 Kontrol

Pot a-a (1 , 2)

Anet = 80 – 4 . 3,45 = 66,2 cm2

Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 80 = 68 cm2

N
σ yg tjd =  0,75  ijin
Anetto

80000
= 0,75 . 1600
66,2

1208,46 kg/cm2 ≥ 1200 kg/cm2 ............................................tidak ok

Cari profil lain, misal siku 140.140.17 dengan data :

A = 45 cm2 untuk 2 profil = 890 cm2 > Abruto ..........................Ok

i = 2,72 cm untuk 2 profil = 5,44 cm2 > i minimum...............Ok

 Kontrol

Pot a-a (1 , 2)

Anet = 90 – 4 . 3,45 = 76,2 cm2

Syarat PPBBI

Anetto = 85% . 90 = 76,5 cm2

N
σ yg tjd =  0,75  ijin
Anetto

80000
= 0,75 . 1600
76,2

1049,87 kg/cm2 ≤ 1200 kg/cm2 ............................................ ok

6. Rangka batang seperti gambar berikut, batang BE terdiri atas dobel siku

100.75.7 (Abruto = 11,9 cm2). Jumlah baris dari baut = 1 dan jumlah baut dalam
satu baris = 3 buah . Diameter baut 19 mm. Mutu baja Bj 52 (Fe 510). Apakah BE

cukup kuat memikul beban/gaya yang bekerja padanya?

Penyelesaian

 ∑MB = 0

RA = (15 . 13,5 + 15 . 9 + 7,5 . 9 + 15 . 4,5 + 15 . 3) : 18 = 28,75 kg

 ∑MA = 0

RB = (15 . 13,5 + 15 . 9 + 7,5 . 9 + 15 . 4,5 - 15 . 3) : 18 = 23,75 kg

 Kontrol

∑V = 0

RA + R B = ∑P

28,75 + 23,75 = 7,5 + 3 . 15

52,5 kg = 52,5 kg ………………………………………Ok

Analisa titik simpul

tg α = 3 / 4,5

α = 33,69o ∑V = 0

23,75 + BH sin 33,69 = 0

BH = -23,75 : sin 33,69

= -42,82 ton

∑H = 0

BE + BH cos 33,69 = 0

BE = -(-42,82) x cos 33,69

= 35,63 ton

Abruto = 11,9 cm2 untuk dobel siku = 23,8 cm2

Alubang = (19 . 1) . 7 = 140 mm2 = 1,4 cm2

Pot a-a (1)


Anet = 23,8 – 2 . 1,4 = 21 cm2

Syarat PPBBI Anetto = 85% . 23,8 = 20,23 cm2

N
σ yg tjd =  0,75  ijin
Anetto

= 0,75 . 1600
23,20

Batang BE dengan dobel siku 100.75.7 cukup kuat untuk memikul beban yang ada

Anda mungkin juga menyukai