PENDAHULUAN
1.1 Defenisi
BAJA (steel) adalah bahan yang kebersamaannya (homogenitasnya) tinggi. Baja
konstruksi adalah alloy steel (baja paduan) yang umumnya mengandung lebih dari 98%
besi dan kurang dari 1% karbon (Spiegel & Limbrunner, 1998). Sekalipun komposisi
aktual kimiawi sangat bervariasi untuk sifat-sifat yang diinginkan, seperti kekuatan dan
tahanan terhadap korosi, baja dapat juga mengandung elemen paduan lainnya seperi
silikon, magnesium, sulfur, posfor, tembaga, krom dan nikel dalam berbagai jumlah. Baja
tidak merupakan sumber yang dapat diperbarui (renewable), tetapi dapat didaur-ulang
(recycled).
Spiegel & Limbrunner (1998) menjelaskan keuntungan yang dapat diperoleh dari
penggunaan bahan baja sebagai elemen konstruksi, yaitu keseragaman bahan dan sifat-
sifatnya yang dapat diduga secara cukup tepat, kestabilan dimensional, kemudahan
pembuatan dan waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih cepat. Sementara itu, selain
keuntungan penggunaan tersebut, terdapat juga kerugian dari penggunaan baja, yaitu
mudahnya bahan baja mengalami korosi (kebanyakan baja, tetapi tidak semua jenis baja)
dan berkurangnya kekuatan bahan baja pada temperatur yang tinggi. Perlu pula diketahui
bahwa baja merupakan bahan yang tidak mudah terbakar.
Schodek (1998) secara sederhana mendefenisikan STRUKTUR sebagai sarana untuk
menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah.
Berkaitan dengan defenisi tersebut, perlu difahami bahwa struktur adalah objek fisik yang
nyata, yaitu bangunan yang terdiri dari gabungan sejumlah elemen struktur (balok, kolom
dan sebagainya) yang ditempatkan dan digabungkan satu sama lain dimana susunan
resultannya dan hubungan timbal balik diantara semua unsur dapat berfungsi sebagai unit
keseluruhan dalam menyalurkan semua jenis beban yang diantisifasi ke dalam tanah.
Salmon & Johnson (1990) membagi STRUKTUR BAJA dalam 3 kategori umum,
yaitu :
a. Struktur rangka (framed structure), dimana elemen pada struktur ini terdiri dari
batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban
Pendahuluan 1
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
aksial. Sebagai contoh : gedung bertingkat banyak, bangunan sekolah, gereja, arena, dan
jembatan.
b. Struktur selaput (shell structure). Tegangan aksial pada struktur ini adalah dominan.
Pada jenis ini, selaput memiliki fungsi pemakaian disamping ikut mendukung beban.
Sebagai contoh : tangki air diatas tanah, silo, tangki dan badan kapal.
c. Struktur gantung. Pada struktur ini kabel tarik merupakan elemen pendukung paling
utama. Contoh struktur pada jenis ini yang paling umum adalah jembatan gantung.
Pendahuluan 2
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
Untuk mengeluarkan bahan yang tidak berguna (dengan dioxydasi) dari bawah
ditiupkan udara dengan tekanan ± 2 atm. Kemudian diberikan bahan bahan-bahan
tambahan yang perlu, yaitu : Ferro mangan + besi cermin, dengan masing-masing kadar C
dan Mn tinggi. Keuntungan dari proses ini adalah harga yang murah. Sedangkan kerugian :
kontrol baru dapat dilakukan pada tahap terakhir.
c. Proses Martin
Baja diberi tanda letter M. Pada proses ini, melalui lubang-lubang tertentu dimasuk-
kan gas panas, misalnya gas generator dengan suhu ± 13000 C. Melalui lubang-lubang lain
dimasukkan udara panas. Selain gas generator dan udara panas, dapat juga diguna-kan gas
dapur tinggi. Bahan dasar pada proses ini adalah besi mentah dan juga schrott, yaitu sisa-
sisa potongan besi/baja yang tidak dipakai lagi (scrap). Karena schrott digunakan sebagai
bahan dasar, maka temperatur harus sampai 20000 C.
Pendahuluan 3
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
akan bergesekan dengan udara hingga kada C yang lebih akan terbakar. Dengan
berkurangnya kadar C tersebut titik cair meningkat lebih tinggi, dan bahan cait itu menjadi
lebih kental. Akhirnya dalam bentuk tepung adonan, dapat diangkat. Dengan palu uap
terak-terak yang mungkin masih tertinggal dipukul keluar. Selanjutnya bahan ini ditempa
dan digiling. Sesudah dipanaskan lagi dan ditempa, kemudian dapat digiling dan dijadikan
profil-profil tertentu.
Pendahuluan 4
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
bf
Umum digunakan untuk tiang pancang
→ h ≈ bf
tf
t ≈ tf
h tw Contoh HP 14 x 117
- Angle (Siku L)
Contoh :9x4x½
Artinya : tinggi salah satu kaki = 9 inch
tinggi kaki lainnya = 4 inch
tebal kedua kaki = 0,5 inch
- Bentuk T
Profil ini dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atai balok I dan biasanya
digunakan sebagai batang pada rangka batang. Profil T misalnya diidentifikasikan
Pendahuluan 5
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
sebagai WT5 x 44, yang artinya profil ini dibuat dengan memotong profil W 10 x 88,
dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki.
- Profil UNP
Pendahuluan 6
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
- Profil T
Pendahuluan 7
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
Perbandingan tegangan terhadap regangan pada daerah garis lurus awal (lihat
Gambar 1.2) dikenal sebagai modulus elastisitas, atau modulus Young, E, yang untuk baja
struktur dapat diambil sekitar 200.000 MPa (Salmon & Johnson, 1990). Pada daerah garis
lurus, pembebanan dan penghilangan beban tidak mengakibatkan deformasi permanen, dan
daerah ini disebut sebagai daerah elastik (elastic range). Bagian kurva yang datar pada
Gambar 1.2, yaitu tercapainya tegangan leleh (fy), disebut sebagai daerah plastik (plastic
range). Pada daerah ini terjadi regangan yang besar dengan tegangan yang konstan.
Metode LRFD secara sadar telah menggunakan daerah ini. Setelah daerah plastik, atau
setelah regangan yang terjadi berkisar 15 sampai 20 kali regangan elastik maksimum,
tegangan naik lagi dengan kemiringan yang lebih datar dari kemiringan elastik aslinya.
Kenaikan dalam kekuatan ini disebut sebagai pengerasan regangan (strain hardening),
dan hal ini terus berlangsung sampai pada kekuatan tarik.
Pendahuluan 8
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
Sifat-sifat mekanis lainnya dari baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan
menurut SNI 03-1729-2002 pasal 5.1.3 adalah :
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah Poisson : π = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12×10-6/°C
keamanan (kekuatan yang cukup) bagi struktur tersebut. Secara umum persyaratan
keamanan dapat ditulis sebagai berikut :
R ∑ γ Q (1.1)
Selanjutnya untuk allowable stress design, Persamaan (1.1) dapat dirumuskan ulang
sebagai berikut :
∑ Q (1.2)
Dalam filosofi ASD ini, semua beban dianggap memiliki variabilitas rata-rata yang sama,
dimana keseluruhan variabilitas beban-beban dan kekuatan-kekuatan ditempatkan pada
ruas kekuatan dari persamaan tersebut.
Terkait dengan persyaratan keamanan tersebut, Surahman (2000) menjelaskan bahwa
pada struktur yang diberi pembebanan, apabila tegangan yang terjadi telah mencapai
tegangan lelehnya, maka pada struktur akan terjadi perpanjangan (regangan) yang besar.
Dalam praktek, hal ini akan mempengaruhi bagian-bagian konstruksi lainnya yang
berhubungan dengan batang itu, walaupun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya
batang tersebut. Oleh sebab itu perlu dijaga agar tegangan yang terjadi pada setiap bagian
konstruksi tidak melebihi tegangan leleh, sehingga tegangan yang diijinkan (fs) pada suatu
komponen struktur harus dibatasi dengan hubungan sebagai berikut :
౯
fs =
(1.3)
dimana SF adalah angka keamanan (safety factor). Di Indonesia, dalam ketentuan
perencanaan untuk bangunan yang disebut PPBBI, angka keamanan yang digunakan
adalah 1,5. Harga SF pada Persamaan (1.3) ini sama dengan / pada Persamaan (1.2).
Alasan penggunaan angka keamanan, menurut Surahman (2000), adalah akibat
adanya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut dapat terjadi karena hal-hal berikut :
1. Pada saat perhitungan pembebanan. Beban hidup, beban gempa, beban angin dll,
adalah besaran-besaran yang tidak dapat dipastikan oleh perencana. Beban hidup
sangat tergantung pada sifat dan perilaku pengguna bangunan, sedangkan beban
angin, hujan dan gempa sangat tergantung pada keadaan alam yang selalu berubah-
ubah. Demikian juga dengan beban mati yang masih mempunyai andil sebagai
penyebab ketidakpastian dalam perhitungan besarnya beban. Akan tetapi
ketidakpastian ini lebih disebabkan karena kesalahan-kesalahan dalam perhitungan
berat jenis dan ukuran bahan.
2. Sifat-sifat bahan yang tidak seragam. Walaupun suatu pabrik telah menentukan
kekuatan nominal bahan baja dalam bentuk tegangan leleh, tetapi percobaan-
percobaan membuktikan bahwa kekuatan baja tidak seragam.
3. Analisa struktur yang sifatnya tidak eksak. Hal ini termasuk dalam asumsi
pendekatan yang dilakukan dari segi ukuran komponen struktur yang biasanya
dianggap garis, hingga metodologi perhitungan kekakuan, deformasi dan
keseimbangan.
4. Pelaksanaan yang tidak sempurna. Dalam hal ini kesalahan dalam pelaksanaan dapat
berupa kesalahan yang tidak disengaja, yaitu akibat faktor manusia, ataupun yang
disengaja, yaitu dalam rangka mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar.
Pendahuluan 10
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
Pendahuluan 11
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
4. LRFD cenderung memberikan struktur yang lebih aman karena metode tersebut
seharusnya membawakan kesadaran yang lebih baik terhadap perilaku struktur.
Pendahuluan 12
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
Pendahuluan 13
Diktat Kuliah Elemen Struktur Baja
Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasih
PROSEDUR PERENCANAAN bisa dianggap terdiri atas dua bagian sebagai berikut
(Salmon & Johnson, 1990) : (a) Perencanaan fungsional, adalah perencanaan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki; dan (b) Perencanaan kerangka struktural, adalah
pemilihan tata letak dan ukuran elemenn struktural sehingga beban kerja dapat dipikul
dengan aman. Garis besar prosedur perencanaan adalah sebagai berikut (Salmon &
Johnson, 1990):
1. Perancangan, penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan kriteria
yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau tidaknya perencanaan yang
dihasilkan.
2. Konfigurasi struktur prarencana, penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi
dalam langkah 1.
3. Penentuan beban yang harus dipikul.
4. Pemilihan batang prarencana, berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2 dan 3,
pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria objektif, seperti berat
atau biaya terkecil.
5. Analisa, untuk menentukan aman (tetapi tidak berlebihan) atau tidaknya batang yang
dipilih. Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan dan
stabilitas untuk batang serta sambungannya.
6. Penilaian, untuk mengetahui apakah semua ketentuan telah dipenuhi dan hasilnya
optimum. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan dengan kriteria yang telah
ditentukan diatas.
7. Perencanaan ulang, merupakan pengulangan suatu bagian dari langkah 1 sampai 6
yang dipandang perlu atau dikehendaki berdasarkan penilaian diatas.
8. Keputusan akhir, berupa penilaian optimum atau tidaknya perencanaan yang telah
dilakukan.
Pendahuluan 14