Anda di halaman 1dari 10

2

MODUL PERKULIAHAN

W582100007-
Proses
Manufaktur
Pembuatan Besi dan Paduannya

Abstrak Sub-CPMK

Pertemuan ini berisi Teori Sub-CPMK 1.3


jenis dan proses pembuatan Mahasiswa dapat memahami jenis dan
besi, jenis-jenis paduan besi proses pembuatan besi, jenis-jenis
dan sifat-sifatnya. paduan besi dan sifat-sifatnya.

Pembuatan Besi dan Paduannya


Penggunaan besi dan baja meliputi 95 % dari penggunaan seluruh manufaktur dunia dan
satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis. Diperkirakan,
besi telah dikenal manusia sejak tahun 1200 SM. Di beberapa bidang, penggunaannya
sudah mulai disaingi oleh logam bukan besi dan bahan baku bukan logam. Proses
pembuatan baja diperkenalkan pertama kali oleh Sir Henry Bessemmer dari Inggris,
sekitar tahun 1800. Sedangkan dalam waktu yang hampir bersamaan William Kelly dari
Amerika berhasil membuat besi mampu tempa (malleable iron).

3.1 Pembuatan Besi Kasar

Besi kasar merupakan bahan utama untuk pembuatan besi dan paduannya. Dihasilkan
dari proses pencampuran bijih besi dengan kokas dan batu gamping (batu kapur) yang
dilebur dalam tanur tinggi. Bijih besi yang lazim digunakan adalah hematite, magnetit,
siderit dan himosit. Hematit (Fe2 O3) adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan,
karena kadar besinya tinggi dan kadar kotorannya rendah.

3.2 Tanur Tinggi

Pada proses pembuatannya, bahan baku dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat
otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Untuk menghasilkan 1000 Mg besi
kasar diperlukan sekitar 2000 Mg bijih besi, 800 Mg kokas, 500 Mg batu kapur yang

disusun berlapis-lapis melalui hembusan 4000 Mg udara panas temperatur 500 2C dari
tuyer. Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang
keluar dari tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.

Batu kapur digunakan sebagai fluks untuk mengikat kotoran yang terdapat dalam bijih,
dan membentuk terak cair. Karena lebih ringan dari besi cair, terak ini akan terapung di
atasnya dan secara berkala disadap. Disamping setiap Mg besi dihasilkan pula 0,5 Mg
terak dan 6 Mg gas panas. Terak dapat digunakan sebagai bahan bangunan (campuran
beton) atau sebagai bahan isolasi panas.

Reduksi Langsung

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada proses ini bijih besi (pellet) direaksikan dengan gas alam menjadi besi spons yang
berbentuk butiran. Dari 100 Mg besi pellet dapat dihasilkan 63 Mg besi spons.Besi spons
memiliki komposisi kimia : Fe (88 – 91 %), C (1,5 – 2,5 %), SiO2 (1,25 – 3,43 %), Al2O3
(0,61 – 1,63 %), CaO (0,2 – 2,1 %), MgO (0,31 – 1,62 %), Cu (0,001 – 0,004 %) dan
kotoran / oksida-oksida lainnya (0,1 – 0,5 %). Tingkat metalisasi 86 – 90 %. Besi spons
bersama-sama besi tua (scrap) dan paduan fero dilebur dan diolah menjadi billet baja.

Pengolahan Besi Kasar

Besi kasar umumnya dituangkan dalam cetakan untuk dicairkan nantinya. Pada
pengolahan lanjut, jenis logam ferro yang dihasilkan ditentukan oleh kadar karbon dan
proses pengolahannya, yakni sebagai berikut :

Besi Kasar

Karakteristik setiap proses/dapur berlainan. Bahan dan sumber energi yang digunakan
berbeda pula. Pembuatan baja pada hakekatnya adalah proses pemurnian besi kasar,
diiringi perpaduan dengan persyaratan kimia tertentu.

Logam ferrous dapat dikelompokan berdasarkan komposisi kimia, khususnya


kadar karbon, sifat-sifat mekanis/fisis atau tujuan penggunaannya.

Besi Karbon Rendah Mengandung C < 0,1 % dan 1 – 3 % terak halus yang
tersebar secara merata di dalamnya yang dibuat melalui proses pudding atau proses
Aston.Pada proses pudding, besi kasar dicampur dengan besi bekas lalu dilebur dalam
dapur pudding manual melalui pemanasan dengan kokas, minyak atau gas. Hasil produk

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang berbentuk campuran besi dan terak kemudian dituang dari dalam dapur untuk
digiling guna memisahkan teraknya.Pada proses Aston, besi kasar dilebur dalam kupola
dan kemudian dimurnikan dalam bejana Bessemer. Logam murni yang mengandung
sejumlah terak kemudian dituang ke ladel / shotting. Suhu terak yang lebih rendah
menyebabkan logam cair cepat membeku. Letupan-letupan gas-gas yang larut bebas
memecah logam menjadi bagian-bagian kecil. Kepingan ini akhirnya mengendap menjadi
satu membentuk besi spons.

Baja terdiri dari paduan besi, karbon dan unsur lainnya yang dibentuk melalui
proses pengecoran, pencanaian atau penempaan. Karbon menjadi salah satu unsur
terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja. Baja menjadi logam
yang paling banyak digunakan dalam teknik. Bisa dalam bentuk plat, lembaran, pipa,
batang, profil dan sebagainya. Berdasarkan unsur paduannya, klasifikasi baja dilakukan
mengikuti SAE (Society of Automotive Engineers) dan AISI (American Iron and Steel
Institute). Secara garis besar, baja dikelompokkan sebagai berikut :

Baja karbon :

 Baja karbon rendah (C < 0,3 %)

Digunakan untuk : kawat, profil, sekrup, ulir dan baut.

 Baja karbon sedang (0,3 < C < 0,7 %)

Digunakan untuk : rel kereta api, as, roda gigi dan suku cadang yang
berkekuatan tinggi atau dengan kekerasan sedang sampai tinggi.

 Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,4 %)

Digunakan untuk : perkakas potong seperti pisau, gurdi, tap dan bagian-bagian
yang harus tahan gesekan.

Baja paduan :

 Baja paduan rendah (paduan khususnya < 8 %)

 Baja paduan tinggi (paduan khususnya > 8 %)

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Baja paduan meliputi 15 % dari seluruh manufaktur baja. Digunakan untuk keperluan
khusus, karena sifatnya yang unggul dibanding baja karbon.

Sifat-sifat yang dimiliki baja paduan :

 Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik.

 Kemampuan pengerasan saat dicelup dalam minyak atau udara tanpa mengalami
retak.

 Tahan terhadap korosi dan keausan, tergantung pada jenis keausan.

 Tahan terhadap perubahan suhu, yang berarti sifat fisiknya tidak banyak berubah
dengan perubahan temperatur.
 kelebihan dalam sifat metalurgi, seperti butiran yang halus.

Batang kawat, plat baja, pipa atau baja propil dibuat dari ingot baja panas yang dirol,
ditekan atau ditarik menjadi bentuk tertentu dan terakhir dicetak sesuai kebutuhan bentuk
masing-masing. Susunan komposisi dan bentuk produk akhir menentukan ukuran ingot.
Dikenal dua jenis cetakan ingot, yakni :

 Model A, dengan ujung bawah lebih luas memudahkan pengeluaran ingot dari
cetakan. Tetapi terdapat kerugian berupa cacat akibat penyusutan (pipe) sewaktu
pendinginan tinggi. Laju pendinginan sangat menentukan mutu ingot.

 Model B, dilengkapi dengan wadah penambah logam cair, berupa sambungan dari
batu tahan api, yang akan menjaga logam tetap cair selama proses pembekuan.
Dengan demikian akan dapat mengatasi kerugian akibat terbentuknya pipe dalam
ingot.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.1 Cetakan ingot

Struktur ingot yang berbeda dapat diperoleh dengan meniadakan atau mengendalikan
terbentuknya gas selama proses pembekuan. Ada beberapa jenis baja dengan struktur
ingot berbeda :

 Baja killed (tenang), merupakan baja yang telah mengalami deoksidasi dan selama
pembekuan tidak terjadi pelepasan gas. Proses pembuatannya sangat rumit dan
bahan yang digunakan berkadar karbon lebih tinggi dari yang dipersyaratkan. Bila
penurunan kadar karbon akibat terjadinya reduksi sampai pada batas minimum, baja
dideoksidasi di dalam dapur atau ladel dengan menambahkan besi kasar atau
paduan berkadar silikon tinggi. Baja berkadar C > 0,3 % yang dihasilkan harus
ditenangkan guna mendapatkan ingot dengan segresi minimal dan struktur yang baik.
 Baja rimmed. Jenis ini sama sekali tidak mengalami deoksidasi. Sewaktu dituang,
terjadi pelepasan gas karbon monoksida, akibatnya logam cair tampak seolah-olah
mendidih. Struktur yang terjadi disebut struktur sarang tawon (honey comb). Renik-
renik atau pori tidak berakibat buruk asalkan tidak bersentuhan dengan udara luar
dan dapat tertutup akibat tekanan pada proses pengerjaan panas. Ingot yang
dihasilkan mempunyai permukaan mulus, karena kecil kemungkinannya untuk
pembentukan rongga/pipe.

Selain melalui proses pembentukan ingot, juga terdapat proses pengolahan baja secara
kontinyu. Disini pembekuan dimulai saat baja mendingin pada waktu melalui cetakan, jadi

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
logam cair lansung dibentuk menjadi slab dalam waktu 45 menit saja. Dibanding waktu 12
jam yang diperlukan pada proses pembentukan ingot.

Gambar 3.2 Proses pengolahan baja secara kontinyu

Dikenal ada lima jenis tanur dapur : Tanur terbuka, tanur busur listrik, dapur induksi,
dapur oksigen basa dan dapur kowi untuk mengecor baja. Karena suhu tuang baja cair
o
berkisar antara 1590 – 1760 C maka diperlukan bahan tahan api dan pasir yang tahan
temperatur tinggi. Cetakan yang digunakan untuk benda cor sedang dan besar biasanya
dipanaskan atau dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah pelepasan gas dalam
cetakan. Khusus pada cetakan cor baja diperlukan saluran penambah yang agak besar
untuk kompensasi penyusutan yang cukup tinggi.

Besi Cor terbuat dari paduan besi – karbon – silikon dengan unsur tambahan lainnya.
Tingginya kadar karbon menyebabkan besi cor bersifat rapuh dan tidak dapat ditempa.
Unsur-unsur paduan yang dimasukan ke dalamnya seperti : karbon, silicon, mangan,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
fosfor dan belerang akan berpengaruh besar pada pembentukan sifat fisik/mekaniknya.
Ada beberapa jenis besi cor :

 Besi kasar, dihasilkan dari tanur tinggi. Tidak cocok untuk benda coran, sehingga
perlu dilebur kembali dalam dapur kupola atau dapur jenis lain.

 Besi cor kelabu, sesuai dengan patahannya yang berwarna keabu-abuan, karena
kandungan karbonnya membentuk serpihan grafit. Grafit ini ternyata memberikan
kekuatan kepada besi cor. Semakin halus dan merata serpihnya, semakin kuat
logamnya. Kekuatan tarik besi cor kelabu bervariasi antara 140 – 415 Mpa akan
tetapi keuletannya sangat rendah.

 Besi cor putih, memiliki bidang perpatahan yang berwarna putih. Karbon yang
dikandungnya terikat sebagai karbida Fe3 C yang bersifat keras. Sehingga besi cor
yang banyak mengandung karbida sulit untuk dimesin.

Besi Cor Berintik (mottled), Namanya sesuai dengan permukaan perpatahannya.


Merupakan produk antara besi cor kelabu dan besi cor putih yang diperoleh dengan cara
mendinginkan permukaan secara cepat (chilled). Memiliki sifat permukaan yang tahan
aus dan diterapkan pada pembuatan roda kereta api, rol penggerus dan plat penghacur
batu.

Besi Cor Mampu Tempa Dibuat dari besi cor putih dengan komposisi : karbon (1,75 –
2,3 %); silicon (0,85 – 1,2 %); mangan (< 0,4 %); fosfor (< 0,2 %); belerang (< 0,12 % )
dan besi (sisanya). Berdasarkan ASTM spec. A 47 – 33, Grade 35018. Pengolahannya
dapat menggunakan dapur kupola, tanur udara atau dapur listrik. Kadang-kadang
digunakan dua dapur secara berdampingan, kupola dan tanur udara yang dikenal dengan
proses duplexs. Dengan cara ini logam cair dapat dituang secara terus menerus, selain
itu suhu penuangan dan komposisi logam dapat dikendalikan dengan baik. Besi cor ini
mempunyai kekuatan tarik sebesar 380 MPa dengan perpanjangan 18 %. Benda cornya
memiliki daya tahan terhadap beban kejut dan mudah untuk dimesin, banyak digunakan
dalam industri perkeretaapian, kendaraan bermotor, sambungan pipa dan industri
pertanian.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Besi cor nodular Merupakan jenis besi cor mampu tempa yang kuat dan ulet.
Kandungan karbonnya berbentuk nodul grafit yang diperoleh dengan menambahkan
bahan yang mengandung magnesium seperti nikel – magnesium atau magnesium
tembaga – ferrosilicon dalam besi cor kelabu cair. Besi cor nodular umumnya digunakan
dalam kondisi tuang (as-cast). Untuk meningkatkan sifat tertentu dari benda cornya, dapat
dilakukan dengan meng-anilnya sebentar. Dengan mutu yang jauh lebih baik, bahan ini
banyak digunakan untuk membuat poros engkol dan berbagai suku cadang mesin
lainnya.

Pengaruh Unsur Kimia Dalam Besi Cor

Karbon: Besi yang mengandung kadar karbon > 2 % adalah besi cor dan besi cor kelabu
(3 – 4 %). Kadar karbon ini tergantung dari jenis besi kasarnya, besi bekas dan yang
diserap dari kokas selama proses peleburan. Sifat fisis logam selain tergantung pada
kadar karbon, juga ditentukan oleh bentuk karbon (grafit)nya. Morfologi grafit tergantung
dari laju pendinginan dan kadar silikon. Kadar silikon yang tinggi memperbesar
kemungkinan pembentukan grafit. Grafit meningkatkan kemampuan pemesinan.
Kekuatan dan kekerasan besi meningkat dengan bertambahnya kadar karbon.

Silikon: Kandungan kadar silikon sampai 3,25 % bersifat menurunkan kekerasan besi.
Sebaliknya kelebihan silikon diatas 3,25 % akan membentuk ikatan yang keras dengan
besi, sehingga meningkatkan kekerasan besi. Kadar silikon menentukan berapa bagian
dari karbon terikat dengan besi dan berapa bagian membentuk grafit (karbon bebas)
setelah tercapai keadaan setimbang. Pada benda coran yang kecil dianjurkan
menggunakan kadar silicon yang tinggi dan yang besar dengan kadar yang lebih rendah.
Untuk memperoleh paduan yang tahan asam dan tahan korosi, sebaiknya diberi kadar
silicon 13 – 17 %. Besi tuang kelabu berkadar silicon rendah mudah untuk perlakuan
panas. Siliko yang mungkin hilang selama proses peleburan berkisar 10 %.

Mangan: Mangan merupakan unsur deoksidasi, pemurni sekaligus meningkatkan


fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila kadarnya ditingkatkan, kemungkinan
terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon meningkat dan kekerasan besi cor akan
naik. Jumlah mangan yang hilang selama proses peleburan berkisar antara 10–20 %.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Belerang: Belerang sangat merugikan, karena menyebabkan terjadinya lubang-lubang
(blow holes) akibat membentuk ikatan dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga
mengurangi kemampuan tuang besi cor. Jadi, selama proses peleburan selalu
diusahakan untuk mengikatnya, antara lain dengan menambahkan ferromangan. Setiap
kali melebur besi cor, kadar belerang akan meningkat sebesar 0,03 % yang berasal dari
bahan bakar.

Fosfor: Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik cair.
Karenanya diberikan fosfor sampai 1 % dalam benda cor yang kecil dan yang memiliki
bagian-bagian yang tipis.Saat peleburan umum terjadi peningkatan kadar fosfor sampai
0,02 %. Untuk mengendalikannya perlu dipilih grade besi bekas yang tepat.

Daftar Pustaka

 A.Schey.John, Proses Manufaktur : Introduction to Manufacturing Process 3rd edition,


2009, Mc.Graw-Hill.Co.

 Al-Rasyid.Soepardi.Haroen, Pengetahuan Dasar Pengecoran Logam Besi, 2005,


Bandung.

 Surdia.Tata, Teknik Pengecoran Logam, 2002,Pradnya Paramita,Jakarta

 Surjana.Hardi,Teknik Pengecoran Logam,2008,Depdiknas

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Dafit Feriyanto, M.Eng., Ph.D
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai