MODUL PERKULIAHAN
W582100007-
Proses
Manufaktur
Material Dan Karakteristinya
Abstrak Sub-CPMK
Jenis bahan baku yang digunakan industri saat ini sudah sangat manca ragam. Masing-
masing memiliki keunggulan yang saling berbeda antara satu dengan lainnya. Pemilihan
tidak lagi berdasarkan pertimbangan teknis belaka, karena pertimbangan ekonomis
memegang peran yang sangat penting pula.
Penentuan bahan yang tepat pada dasarnya merupakan kompromi antara berbagai
sifat bahan, lingkungan dan cara pemakaian.serta sampai dimana sifat bahan dapat
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Karena ada beberapa jenis bahan yang masih diimpor, maka masalah pengadaan,
persediaan dan harga memegang peranan yang penting. Faktor ini berubah dari waktu
ke waktu maupun dari tempat ke tempat dan sangat tergantung dari situasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa pemilihan bahan merupakan suatu proses berkesinambungan yang
perlu ditinjau secara teknis – ekonomis dan objektif.
Ada beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan seorang perancang mesin sewaktu
memilih bahan :
Sifat mekanik.
Daya tahan korosi : dalam cuaca atau lingkungan biasa dan di bawah pengaruh
unsure-unsur kimia, minyak, gemuk, pelumas, korosi lubang dsb.
Daya tahan panas.
Ketahanan aus.
Pelapukan.
Secara garis besar, bahan-bahan yang digunakan dalam teknik dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok besar :
Bahan Logam
Seperti : besi (Fe), baja karbon (Fe3C), molybdenum (Fe2C-Mo), triple alloy steels
(FeCrNiMo) dan lain-lain.
seperti : timah (Sn), alumunium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), mangan
(Mn), vanadium (V), tintanium (Ti), wolfram (W) dan lain-lain.
Umumnya logam jarang digunakan dalam keadaan murni, kecuali untuk hal-hal khusus.
Organik, berasal dari alam (tumbuhan, hewan atau bahan yang mengandung
unsur karbon).
seperti : karet alam, kertas, minyak bumi, gas alam, kayu, kulit dan plastik.
Anorganik
Seperti : mineral-mineral, batuan-batuan, semen, beton, keramik, gelas dan grafit
(memiliki struktur tersendiri).
Bahan organik memiliki perbedaan sifat yang mendasar dibandingkan bahan anorganik.
Bahan organik umumnya larut dalam cairan organik, seperti : alkohol, tetapi sukar larut
Bahan baku logam berasal dari bijih-bijih (Fe 3O4 , Fe2O3 , FeCO2) yang ditambang dari
alam. Diolah melalui penggiling dan pemisah (secara fisis dan kimia) untuk kadar yang
lebih tinggi agar kotoran seperti bahan organik dan tanah terpisah. Pada proses
ekstraksi dan peningkatan kadar ini diperlukan energi (panas) atau bahan-bahan kimia.
Proses pengolahan ini pada dasarnya merupakan proses reduksi oksida besi yang
terdapat di alam bebas.
Struktur Logam
Dalam keadaan padat struktur logam memiliki atom-atom yang tersusun mengikuti pola
geometri tertentu, sehingga berbentuk kristal. Dikenal ada 7 sistim kisi ruang kristal
logam, yaitu : Kubik, Tetragonal, Orthorombik, Monoklinik, Triblinik, Heksagonal dan
Rombohedarial. Bentuk dan ukuran atom kisi tersebut dapat ditentukan secara difraksi
sinar – X . Logam biasanya mempunyai struktur Kubik, yaitu :
Kubik pemusatan ruang (kpr), yang mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus
dan sebuah dipusatnya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu ruang, khrom, molibden, vanadium dan
tungsten (wolfram).
Kubik pemusatan sisi (kps), mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan
sebuah atom pada bagian tengah setiap sisinya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu tinggi, alumunium, perak, emas,
tembaga dan nikel.
sebagai besi ( - Fe). Pada suhu diatas 910 o C, strukturnya berubah menjadi kps atau Besi
( - Fe).
Sifat logam berkaitan erat dengan strukturnya. Logam dengan struktur htp umumnya
kurang kenyal dan rapuh bila ditekuk atau dimesin, sedangkan logam kps umumnya lebih
kenyal.
Paduan logam akan menghasilkan susunan atom yang berlainan dengan logam induknya.
Diantaranya :
Larutan padat subtitusi, seperti pada paduan seng dan tembaga yang membentuk
kuningan, dimana atom-atom seng menggantikan atom-atom
tembaga pada kisi.
Larutan padat interstisi, seperti pada paduan karbon dengan besi. Karena ukuran
atom karbon lebih kecil dari atom besi, maka atom karbon menempati ruang kosong
disela-sela atom-atom besi dalam kisi.
Ikatan atom logam paduan akan mencair pada suhu tertentu dan memiliki konduktivitas
dan keuletan yang lebih rendah, sebaliknya memiliki kekuatan dan kekerasan yang lebih
tinggi. Contoh lainnya adalah Alumunium – tembaga, Tembaga – magnesium dan timah
putih – antimony.
Pembentukan Butir
Terjadi pada saat logam cair membeku, atom-atomnya mengatur diri mengikuti suatu pola
geometris tertentu. Mula-mula terbentuk inti yang kemudian tumbuh menjadi kristal
dengan susunan kisi yang teratur. Inti terbentuk sewaktu logam cair mulai membeku
dengan arah pertumbuhan yang acak.
Pertemuan antara kristal yang satu dengan kritas lain yang atomnya sama-sama sedang
tumbuh, menghentikan pertumbuhan tersebut pada permukaan singgung diantaranya
yang disebut batas butir. Orientasi (arah) kristal akan selalu berbeda pada batas butir.
Pada umumnya pertumbuhan kristal tidak merata, ada yang cepat ada yang
lambat dan strukturnya menyerupai dahan dan ranting pepohonan. Besar butir tergantung
laju pendinginan pada saat proses pengerjaan panas dan pengerjaan dingin, sewaktu
logam dibentuk. Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan
keuletan yang lebih baik dibanding logam berbutir kasar. Karena pada proses deformasi
yang dialaminya, logam berbutir halus memiliki hambatan slip yang lebih besar dibanding
yang berbutir kasar. Selain itu logam berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup
(didinginkan dengan tiba-tiba). Logam berbutir kasar lebih mudah pemesinannya, lebih
mudah dikeraskan melalui perlakuan panas, memiliki daya hantar panas dan listrik yang
lebih baik serta merata tingkat kekerasannya.
Besarnya ukuran butir menentukan sekali pada sifat-sifat logam. Penambahan zat-
zat tertentu pada logam yang sedang mencair dapat mengendalikan pertumbuhan
butirnya. Pemberian alumunium pada baja dapat menghasilkan butir-butir yang halus.
Kuningan pada selonsong peluru, butirnya yang kasar akan memudahkan pada proses
pembentukan. Pembentukan butir yang halus setelah proses pencetakan akan
menghasilkan permukaan yang lebih halus dan meningkatkan keuletan logamnya.
Dengan demikian tingkat kekerasan maupun ukuran butir logam tergantung dari riwayat
thermalnya. Pendinginan logam dari suhu tinggi secara cepat dengan mencelupkannya
dalam air, akan meningkatkan kekerasannya. Sebaliknya pendinginan secara perlahan
dengan celupan minyak melalui proses Anil, akan melunakkannya, meningkatkan
keuletan dan ketangguhan serta meniadakan tegangan-tegangan.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik ditentukan pada percobaan tarik. Ia merupakan salah satu sifat bahan
yang dapat digunakan untuk memperkirakan karakteristik bahan sewaktu mengalami
pelenturan dan pemesinan.
Dari data yang berhasil dihimpun selama penarikan benda uji, dapat dibuat kurva
tegangan – regangan, dimana :
Bentuk kurvanya biasa jadi berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan dan perlakuan
panas yang diterima logam. Dalam hal ini sebagai berikut :
Awal garis yang lurus akibat besarnya tegangan sama dengan regangan
menunjukkan daerah batas sifat elastis logam. Jadi jika pembebanan masih diwilayah ini,
maka perubahan bentuk dan ukuran benda tidak bersifat permanen dan dapat kembali
kesediakala. Pada daerah inilah terletaknya Modulus Elastisitas.
Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan besarnya
kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik.
Kekuatan tekan pada benda yang rapuh mudah ditentukan, karena mudah patah. Tapi
pada bahan yang ulet (duktil) kekuatan tekannya baru terlihat bila beban yang
diberikan besar. Bahan rapuh seperti besi cor kira-kira 3 – 4 kali kekuatan tarik. Tetapi
untuk baja, karena sangat ulet sulit untuk ditentukan.
Bahan yang mudah untuk ditekuk, ditarik, diregang dan dibentuk (bentuknya dirubah
secara permanen) adalah bahan yang ulet. Bahan yang ulet memiliki sifat yang
bertolak belakang dengan bahan yang keras, karena bahan yang keras biasanya
rapuh dan gampang patah.
Percobaan tarik dapat digunakan sebagai patokan suatu bahan dengan menentukan
besar regangannya (dalam %) saat benda uji putus.
Suatu jenis logam bisa jadi keras dan kuat, namun tidak tahan terhadap beban kejut atau
impak. Guna mengetahui ketahanan bahan dari beban kejut, pengujian yang lazim
digunakan adalah percobaan Charpy. Untuk ini, benda uji yang sudah diberi takik di
bagian tengah panjangnya, diletakkan pada sebuah tumpuan. Ayunan palu bandul
kemudian ditimpakan pas dibagian yang bertakik. Dari besarnya gerakan akhir ayun
bandul yang tercatat, akan dapat ditentukan besarnya jumlah energi yang diperlukan
untuk mematahkan benda uji, yang menjadi indikasi ketahanan logam terhadap beban
kejut.
Kekerasan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kekerasan bahan.
Untuk keperluan industri biasanya digunakan metode pengukuran ketahanan terhadap
penetrasi bola kecil, kerucut atau piramida. Dalam pelaksanaannya, alat tekan yang
berujung bola kecil, kerucut atau piramida ditekan kedalam bahan dengan beban mula
tertentu. Kemudian beban dinaikkan, sehingga akhirnya kekerasan dapat dibaca dari
selisih kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir dikurangi beban mula. Sedangkan
skala kekerasan tergantung dari bentuk dan jenis penekan dan beban. Pengujian
kekerasan Rockwell dalam hal ini banyak digunakan, karena penekan dan besarnya
beban dapat diubah sesuai kebutuhan. Dengan demikian kekerasan dari selaput tipis
hingga logam yang paling keraspun dapat diukur oleh alat ini.
Bila penekannya terbuat dari intan dan beban yang digunakan besarnya 331 pound,
maka disebut kekerasan skala Rockwell C. Skala ini umumnya digunakan untuk baja
Daftar Pustaka
1. Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan,
2002
2. Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.