Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR ILMU MATERIAL

TENTANG
“ LOGAM FASA TUNGGAL ”

Disusun Oleh :

Kelompok 8 Sesi 046

Fu’ad Sofaturrohman (19034011)


Maritza Syalsabilla (19034019)

Dosen Pembimbing : Dra, Yenni Darvina, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah tentang “Logam Fasa Tunggal” ini, guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Material.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Dra. Yenni Darvina, M.Si, selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Material. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Logam
Fasa Tunggal bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan
maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata, harapan kami makalah ini bisa memberikan manfaat untuk
pembaca dan kita sekalian.

Padang, Agustus 2021

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

1.1 Latar belakang masalah.…...…………..........………………………………4

1.2 Rumusan masalah …………………...........……..........................................5

1.3 Tujuan penulisan……………………..........…………………………..........5

BAB II PEMBAHASAN………………..........……………………………….5

2.1 Paduan fasa tunggal......................................................................................5

2.2 Sifat mekanik logam.....................................................................................6

2.3 Deformasi pada logam..................................................................................7

2.4 Sifat logam yang mengalami deformasi......................................................8

2.5 Rekristalisasi.................................................................................................11

2.6 Pemprosesan logam......................................................................................11

2.7 Sifat-safat logam polikristalin......................................................................12

2.8 Kerusakan pada logam.................................................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

3.1 Simpulan......................................................................................................14

3.2 Saran............................................................................................................14

Dafar Pustaka..................................................................................................15

Page | 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Logam adalah zat dengan konduktivitas tinggi listrik, kelenturan, dan kilau, yang
secara sukarela kehilangan trons pemilu mereka untuk membentuk kation. Distribusi logam
di atmosfer dipantau oleh sifat dari logam yang diberikan dan oleh berbagai faktor
lingkungan (Charlena, 2004).

Logam berat tergolong kriteria yang sama dengan logam lainnya. Hal yang
membedakan adalah pengaruh yang dihasilkan saat logam berat berikatan dan atau masuk ke
dalam organisme hidup. Contoh ketika unsur logam besi atau Fe masuk ke dalam tubuh,
walaupun dengan kadar berlebihan, seringkali tidak menimbulkan dampak negatif bagi
tubuh. Karena sejatinya unsur besi (Fe) diperlukan dalam darah untuk mengikat oksigen.
Lain hal dengan unsur logam berat, baik itulogamberat beracun yang dipentingkan seperti
tembaga atau Cu, bila masuk kedalam tubuh dengan kadar yang berlebih akan menimbulkan
dampak
negatif terhadap fungsi fisiologi tubuh. Ketika unsur logam berat beracun seperti hidragyrum
(Hg) atau disebut air raksa, masuk kedalam tubuh organisme hidup maka dapat dipastikan
organisme tersebut akan langsung keracunan (Palar, 1994).

Disadari atau tidak, pada dasarnya kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari
penggunaan bahan. Berbagai jenis bahan telah di buat, dikembangkan dan digunakan untuk
menunjang keperluan / kebutuhan manusia. Banyaknya jenis bahan, baik logam maupun
non-logam menuntut pengguna/pemakai untuk mengetahui semua karakteristik bahan,
seperti sifat mekanik, sifat fisik, sifat kimia dan sifat teknologinya. Pesatnya perkembangan
industri di Indonesia, terutama industri manufaktur dapat menyebabkan meningkatnya
penggunaan bahan sebagai bahan untuk komponen-komponen pada berbagai peralatan
(mesin-mesin produksi, konstruksi, kendaraan, peralatan rumah tangga, pesawat terbang,
dan lainlain). Untuk itu pengetahuan yang baik akan sifat-sifat bahan menjadi bagian yang
sangat penting dalam rangkaian pembuatan suatu peralatan. Selain itu komponen-komponen
peralatan yang digunakan akan mengalami perilaku yang berbeda dengan berbedanya
penggunaan (misalnya beban, temperatur, waktu dan lingkungan yang berbeda) yang akan
menyebabkan komponen tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan akan dapat diatasi
apabila pengetahuan yang berkaitan dengan sifat-sifat bahan, fungsi dan penggunaannya
diketahui dikuasai dengan baik (Nurdin, Hendri 2019).

Page | 4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan pada paparan di atas, ada beberapa
permasaahan yang bisa diangkat yaitu :

1. Apakah yang dimaksud paduan fasa tunggal?


2. Bagaimana sifat mekanik logam?
3. Apakah yang dimaksud deformasi pada logam?
4. Bagaimana sifat logam yang mengalami deformasi?
5. Apakah yang dimaksud rekristalisasi?
6. Bagaimanakah perosesan pada logam?
7. Bagaimana sifat-sifat logam polikristalin?
8. Bagaimana kerusakan pada logam?

1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud paduan fasa tunggal.


2. Untuk mengetahui bagaimana sifat mekanik logam.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud deformasi pada logam.
4. Untuk mengetahui bagaimana sifat logam yang mengalami deformasi.
5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud rekristalisasi.
6. Untuk mengetahui bagaimanakah perosesan pada logam.
7. Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat logam polikristalin.
8. Untuk mengetahui bagaimana kerusakan pada logam.

BAB II PEMBAHASAN

1. Paduan Fasa Tunggal

Logam merupakan bahan yang lebih sederhana dibandingkan dengan dua kelompok
bahan utama lainnya yaitu polimer dan keramik. Hal ini dikarenakan logam pada umumnya
hany terdiri dari satu jenis atom atau merupakan larutan padat seperti kuningan dimana seng
menggantikan tembaga tanpa adanya perubahan struktur.

Pada umumnya logam terdiri dari dua fasa, termasuk logam murni komersil dengan satu
komponen, sebagai contoh kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran baja, dan
alumunium untuk alat alat rumah tangga. Meskipun demikian tidak sedikit dilakukan
perpaduan atau pencampuran (alloy) antarlogam berbeda jenis untuk memperbaiki sifat
antara lain membuat lebih kuat, membuat pewarnaan/mengkilap dan lain-lain. Paduan
adalah logam fasa tunggal bila batas solubilitas tidak dilampaui. Paduan fasa ganda/rangkap
mengandung fasa tambahan karena batas larut telah dilampaui.

Page | 5
Contoh :
1). Kuningan (paduan tembaga dan seng).
2). Perunggu (paduan tembaga dan timah putih).
3). Tembaga nikel.

Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Salah satu sifat yang ditimbulkan
adalah peningkatan kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh adanya atom-atom yang
larutyang menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal sewaktu terjadi deformasi plastik.
Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi daya hantar listrik logam dimana atom asing
menganggu uniformitas medan listrik dalam kisi kristal. Pada logam, elektron membawa
sebagian besar energi hantaran panas. Karena elektron menghantar panas yang baik pula.
Jadi ada kaitan antara daya hantar panas dan daya hantar listrik.

Struktur mikro dengan fasa tunggal dapat diubah dengan cara mengubah ukuran,
bentuk, dan orientasi butiran. Aspek ini saling bergantung karena bentuk dan ukuran butir
tergatung pada pertumbuhan butir. Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada
orientasikristal butir selama pertumbuhan. Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan
bahan yang berbutir banyak disebut poligranular atau polikristalin. Kristal yang berdekatan
memiliki orientasi yang berbeda oleh karena itu terdapat batas butir.

2. Sifat Mekanik Logam

Sifat mekanik bahan adalah hubungan antara respons atau deformasi bahanterhadap
beban yang bekerja. Sifat mekanik berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan
kekakuan.
a. Kekerasan (hardness) adalah kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan,
penetrasi, pengikisan. Sifat ini berkaitan dengan sifat keausan (wear resistance)
dan kekuatan.
b. Kekuatan (strenght) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa patah.
Kekuatan ada beberapa macam, tergantung pada beban yang bekerja antara lain
dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan puntir,
dan kekuatan bengkok.
c. Kekenyalan (elasticity) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Jika
bahan mengalami tegangan maka terjadi perubahan bentuk. Jika tegangan yang
bekerja besarnya tidak melewati suatu batas tertentu maka perubahan bentuk
yang terjadi bersifat sementara, perubahan bentuk ini akan hilang bersama
dengan hilangnya tegangan, akan tetapi jika tegangan yang bekerja telah
melampaui batas tersebut, maka sebagian bentuk itu tetap ada walaupun tegangan
telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan
bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen
mulai terjadi, dengan kata lain kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk
kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang
menimbulkan deformasi.
Page | 6
d. Kekakuan (stiffness) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa
terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
e. Ketangguhan (toughness) adalah kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah
energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga sebagai ukuran
banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja. Sifat ini
dipengaruhi banyak faktor sehingga sifat ini sulit untuk diukur.
f. Plastisitas (plasticity) adalah kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi plastis (yang permanen) tanpa terjadinya kerusakan. Sifat ini
diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan
seperti, forging, rolling, extruding dan sebagainya. Sifat ini juga disebut sebagai
keuletan (ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang
cukup tinggi dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan tinggi, dimana
bahan tersebut dikatakan ulet (ductile). Sedang bahan yang tidak menunjukan
terjadinya deformasi plastis dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan
yang rendah atau dikatakan getas – rapuh (brittle).
g. Kelelahan (fatique) adalah kecenderungan dari logam untuk patah jika menerima
tegangan yang berulang-ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh di bawah
batas kekuatan elastisitasnya. Sebagian besar kerusakan yang terjadi pada
komponen mesin disebabkan oleh kelelahan. Karenanya kelelahan merupakan
sifat yang sangat penting tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak
faktor yang mempengaruhinya.
h. Keretakan (creep – crack) adalah sifat suatu logam untuk mengalami deformasi
plastik yang besarnya merupakan fungsi waktu, dimana pada saat bahan tersebut
menerima beban yang besarnya relatif tetap (Suarsana, 2017).

3. Deformasi Pada Logam

Deformasi pada logam ketika diberi pembebanan atau perlakuan dariluar bisa berupa
deformasi elastis dan deformasi plastic.

Deformasi elastic terjadi bila sepotong logam atau bahan padat diberi gaya yang dapat
berupa gaya tarik dan gaya tekan. Hasil dari pembebanan memberikan regangan elastic yang
merupakan hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik atau tekanan.
Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut modulus elastik (E), dimana makin
besar gaya tarik antar logam makin tinggi pula modulus elastisnya. Sedangkan perbandingan
negatif antara regangan melintang ey dan regangan tarik ez disebut bilangan poisson (v).
Kebergantungan modulus elastik dengan suhu adalah semakin tinggi suhu nilai modulus
elastik bahan akan menurun. Sedangkan terhadap arah kristal, modulus elastik akan berubah
jika arah kristalografi berubah.

Page | 7
Deformasi plastik terjadi pada logam kubik dimana terjadi pergeseran bidang atom
yang satu terhadap bidang atom didekatnya. Juga terhadap logam heksagonal, deformasi
terjadi dengan cara deformasi geser.

4. Sifat Logam Yang Mengalami Deformasi

Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan menyerap
energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi. Sekecil apapun gaya
yang bekerja,maka benda akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran.Perubahan ukuran
secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi elastis dan
deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat
adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan kembali keukuran semula.
Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika bebannya
dilepas.

Penambahan beban pada bahan yang telah mengalamikekuatan tertinggi tidak dapat
dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami deformasi total. Jika beban tetap
diberikan maka regangan akan bertambah dimana material seakan menguat yang disebut
dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami
putus pada kekuatan patah (Singer dan Pytel, 1995).

Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap akan mengalami
deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi elastis sampai pada kondisi tertentu
bahan akanmengalami deformasi plastis. Pada awal pembebanan bahan di bawah kekuatan
luluh bahan akan kembali kebentuk semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan.
Peningkatan beban melebihi kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan
mengakibatkan aliran deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula,
hal ini bisa dilihat dalam diagram tegangan-regangan pada gambar II.2.

Page | 8
Batas σma C
elastisitas x
σpata
B D
Batas σy h

Proporsion σ ata
s
al
e σp
σy
A bawah

O
Regangan ε
elasti plastis plastis
s taksempur
na

Gambar II.2. Diagram Tegangan–Regangan.

Kesebandingan antara gaya tarik dan elongasi yang timbul


sebenarnya hanya berlaku sampai pada harga batas tegangan tarik tertentu, yang biasa kita
sebut batas proporsional, batas ini tergantung pada sifat – sifat bahan. Didalam penyelidikan
sifat – sifat mekanis diatas batas proporsional, hubungan antara regangan tegangan biasanya
dilukiskan secara grafik dengan suatu diagram pengujian tarik.

Page | 9
Disini elongasi dilukiskan sebagai sumbu horisontal dan tegangan-regangan yang
terjadi dilukiskan dengan ordinat–ordinat OABCD. Tegangan dari ”O” hingga ”A” adalah
merupakan daerah proporsional. Diatas ”A” mulai terjadi penyimpangan, jadi titik ”A”
merupakan batas proporsional. Pembebanan yang berkelanjutan menyebabkan pertambahan
panjang ( elongasi ) pada titik ”B”sehingga diagram menjadi melengkung, pada titik ”B”
elongasi plat berlangsung dengan penambahan gaya tarik yang lebih sedikit sehingga
mengalami luluh yang biasa disebut dengan titik lumer (yield point).

Penarikan plat yang lebih jauh lagi akan menyebabkan adanya perlawanan internal
oleh molekul plat hingga dicapai titik ”C”, pada titik inilah gaya tarik memperoleh harga
maksimum. Tegangan yang ditimbulkan merupakan kekuatan tertinggi (ultimate strength)
dari bahan yang dipakai. Setelah melewati titik ”C” elongasi plat masih berlangsung
meskipun beban semakin berkurangdan akhirnya batang mengalami pengecilan dan
akhirnya patah (fracture), ditunjukkan oleh titik ”D”.

Kekuatan luluh adalah harga tegangan terendah dimana material mulai mengalami
deformasi plastis. Titik σy atas adalah titik luluh atas dan titik σy bawah adalah titik luluh bawah
yang ditandai oleh pengurangan beban yang mendadak, diikuti dengan perpanjangan yang
meningkat dan peningkatan beban yang mendadak lagi. Gejala ini disebut meluluhnya
bahan, yang ditandai dengan perubahan bentuk yang plastik dan naik-turunnya beban
Pada titik mulur hubungan tegangan-regangan sudah tidak linier, namun sifat elastis masih
terjadi sedikit diatas batas proporsional.

Pada umumnya batas daerah elastis dan daerah plastis sulit untuk ditentukan. Karena
itu, maka didefinisikan kekuatan luluh(yield strength). Batas proporsional merupakan
tegangan tertinggidimana material masih mengalami deformasi elastis dan belum mengalami
deformasi plastis. Titik mulur atau yang biasa disebut dengan titik luluh (yield point) adalah
titik transisi dari elastis ke daerah plastis. Pada titik mulur ini material mulai mengalami
deformasi plastis yang bersifat permanen jika beban mulai dilepas.

Page | 10
5. Rekristalisasi

Proses rekristalisasi adalah pertumbuhan kristal baru dari kristal yang telah mengalami
deformasi, karena kristal yang telah terdeformasi mempunyai lebih banyak energi karena
mengandung dislokasi dan cacat-cacat titik. Bila ada kesempatan, atom-atom akan bergerak dan
membentuk susunan yang lebih sempurna tanpa mengalami regangan. Hal ini dapat terlaksana bila
kristal dipanaskan dan melalui suatu proses annealing (anil).

Suhu rekristalisasi tergantung pada beberapa faktor antara lain, laju difusivitas dan waktu.
Bahan murni berekristalisasi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan padat.
Contohnya kawat listrik dari tembaga lebih mudah dianil daripada kawat kuningan.

Sebagian energi yang diberikan uni.uk mendeformasi logam dikeluarkan sebagai panas, dan
sebagian lagi tetap tersimpan dalam struktur kristal sebagai energi dalam atau tegangan dalam
yang dikaitkan dengan cacat krital yang tejadi akibat dari deformasi. Dengan kata lain logam yang
mengalami pengerjaan dingin akan menyimpan sejumlah tegangan dalam sebagai akibat
terjadinya sebagian besar dislokasi. Bila logam yang telah mengalami pengerjaan dingin ini
dipanaskan kembali maka atom-atom akan menerima sejumlah energi panas yang dapat dipakai
untuk bergerak menuju atau membentuk sejumlah kristal yang lebih bebas cacat, bebas
tegangan dalam. Peristiwa perubahan yang terjadi selama proses pemanasan kembali dapat dibagi
menjadi tiga tahap recovery, recrystallization dan grain growth.

6. Pemrosesan Logam

Proses permulaan yang dialami sebagian besar logam adalah pengecoran. Dalam keadaan cair,
logam-logam tersebut dimurnikan secara kimia untuk menghilangkan ketidakmurniannya. Pada
paduan seperti kuningan atau perunggu, seng, atau timah putih ditambahkan pada tembaga cair.
Dalam keadaan cair, seng atau timah mudah laarut dan bercampur secara merata. Langkah
berikutnya, logam cair dituang kedalam cetakan dan dibiarkan membeku. Cetakan terakhir
memerlukan pemesinan lebih lanjut misalkan pengerjaan mekanik menjadi batang, kawat, pipa,
pelat, benda tempa dan lain-lain.

Selama mengalami proses mekanik, bentuknya berubah. Pada benda bekerja gaya-gaya
melebihi kekuatan luluh. Pengerjaan mesin dilakukan pada suhu yang lebih tinggi agar bahan
tempaan lebih lunak dan ulet. Pada suhu tinggi energi deformasi yang diperlukan lebih rendah dan
kemungkinan terjadi pepatahan selama proses pembeentukan. Proses deformasi antara lain berupa
pencairan, penempaan, dan ekstrusi.
Langkah deformasi pertama dilakukan pada suhu ruang, hal ini di lakukan karena ukuran sudah
lebih kecil dan gaya serta energi yang diperlukan juga lebih kecil. Disamping itu logam mudah
teroksider pada suhu tinggi.

Page | 11
7. Sifat-Sifat Logam Polikristalin

Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom,


ion-ion atau molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur
dalam tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris
yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat.
Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, benda padat dibedakan menjadi tiga
yaitu kristal tunggal (monocrystal), polikristal (polycrystal) dan amorf (Smallman,
2000: 13).
Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap
karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur
dalam pola tiga dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang
yang panjang tak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari
kristal-kristal tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk
yang membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai pola hampir sama
dengan kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul
yang dimiliki tidak teratur. Amorf terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu
cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya,
benda seperti gelas, plastik dan aspal memiliki struktur yang identik dengan
amorf.
Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom,
ion-ion atau molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur
dalam tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris
yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat.
Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, benda padat dibedakan menjadi tiga
yaitu kristal tunggal (monocrystal), polikristal (polycrystal) dan amorf (Smallman,
2000: 13).

Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap


karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur
dalam pola tiga dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang
yang panjang tak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari
kristal-kristal tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk
yang membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai pola hampir sama
dengan kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul
yang dimiliki tidak teratur. Amorf terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu
cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya,
benda seperti gelas, plastik dan aspal memiliki struktur yang identik dengan
amorf.

Page | 12
8. Kerusakan Pada Logam

Kerusakan logam merupakan hal yang riskan didalam dunia industri, terlebih apabila ini
terjadi pada komponent atau bagian yang kritis. Kerusakan logam ini sendiri dapat disebabkan
oleh banyak faktor, seperti: kekeliruan dalam pemilihan material, cacat fabrikasi, kesalahan
perlakuan panas, kekeliruan dalam perencanaan mekanik, kondisi operasi yang tidak terduga,
pengontrolan lingkungan yang tidak cermat, kontrol kualitas dan inspeksi yang kurang.

Kerusakan itu senduiri terjadi dengan mekanisme-mekanisme tertentu, tergantung pada faktor
penyebab dan sifat dari bahan itu. Dimana mekanisme-mekanismenya antara lain; korosi, fatik,
patah getas, overload, korosi temperatur tinggi, stress corrosion cracking, creep(stress repture) dan
aus(wear).

1. Makroskopik
Aturan umum yang baik untuk diterapkan dalam meninjau skala pembesaran yang harus
digunakan dalam menguji kerusakan adalah : semakin tinggi pembesaran, (a) semakin mahal
pengujian (b) semakin tinggi keahlian yang dibutuhkan dalam penanganan dan penyiapan bahan
dan (c) semakin lama waktu pengujian. Pengujian makroskopik memerlukan penyiapan yang
sedikit. Tetapi aturan yang telah diberikan sebelumnya tentang kehati-hatian dalam penanganan
harus diterapkan. Hasil makroskopik kadang-kadang memberikan informasi yang cukup untuk
menjelaskan penyebab suatu masalah atau menuntun peneliti selanjutnya dengan memberikan
terhadap benda yang utuh.

Makroskopik sendiri merupakan pengujian yang dilakukan dengan masih dapat ditinjau
dengan indera penglihatan atau mata. Beberapa faktor yang harus ditinjau adalah : distorsi yang
berhubungan dengan kerusakan, perubahan letak dari permukaan retak, produk korosi, ukuran,
jumlah dan lokasi dari potongan, kekasaran atau kekerasan permukaan retak, dan setiap hubungan
kerusakan tersebut dengan kerusakan luar, seperti nicks atau kondisi desain seperti sudut atau
radian.

2. Mikroskopik
Pengujian secara mikroskopik ialah suatu proses penelitian yang ditujukan untuk melihat dan
menganganalisa struktur mikro suatu logam. Hal ini terkadang menjadi sangat penting untuk
mendapatkan jawaban dari suatu kegagalan yang terjadi yang tidak dapat di jelaskan sepenuhnya
oleh pengujian secara makro. Pengujian ini biasanya lebih mengarah kepada struktur penyusun
dan bentuk dari mikrostruktur logam itu sendiri, apakah itu serat maupun batas butir dan struktur
penyusunnya.

Ada dua alasan untuk melakukan pengujian mikroskoptis : untuk menguji mikrostruktur untuk
menentukan sebelum dilakukan pemrosesan yang sesuai (misal perlakuan panas) atau untuk
menguji hubungan antara bentuk rengkahan terhadap mikrostrukturnya. Pada saat mikrostruktur
sedang dipelajari, setiap bahan harus diuji. Seperti halnya dalam semua kerja metalografik,
pengawasan harus dilakukan dalam mengangkat, menghaluskan dan penyempurnaan. Tetapi tidak
perlu memastikan ujung bahan tidak bulat.
Pengujian mikroskopik yang lebih dari 1000× biasanya jarang dilakukan terhadap permukaan
yang retak. Dangkalan bidang secara jelas mengurangi manfaat cara ini. Tetapi walaupun
pengujian mikroskopik hanya dibuat untuk membedakan fase penyelidikan yang lain, pengujian
ini kadang-kadang dapat juga digunakan untuk memberikan jalan terhadap suatu masalah dan
untuk menjelaskan penyebabnya.

Page | 13
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Logam merupakan bahan yang lebih sederhana dibandingkan dengan dua kelompok bahan
utama lainnya yaitu polimer dan keramik. Hal ini dikarenakan logam pada umumnya hany terdiri
dari satu jenis atom atau merupakan larutan padat seperti kuningan dimana seng menggantikan
tembaga tanpa adanya perubahan struktur.

Pada umumnya logam terdiri dari dua fasa, termasuk logam murni komersil dengan satu
komponen, sebagai contoh kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran baja, dan
alumunium untuk alat alat rumah tangga. Meskipun demikian tidak sedikit dilakukan perpaduan
atau pencampuran (alloy) antarlogam berbeda jenis untuk memperbaiki sifat antara lain membuat
lebih kuat, membuat pewarnaan/mengkilap dan lain-lain. Paduan adalah logam fasa tunggal bila
batas solubilitas tidak dilampaui. Paduan fasa ganda/rangkap mengandung fasa tambahan karena
batas larut telah dilampaui.
Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Salah satu sifat yang ditimbulkan
adalah peningkatan kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh adanya atom-atom yang larutyang
menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal sewaktu terjadi deformasi plastik.
Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi daya hantar listrik logam dimana atom asing menganggu
uniformitas medan listrik dalam kisi kristal. Pada logam, elektron membawa sebagian besar energi
hantaran panas. Karena elektron menghantar panas yang baik pula. Jadi ada kaitan antara daya
hantar panas dan daya hantar listrik.

Struktur mikro dengan fasa tunggal dapat diubah dengan cara mengubah ukuran, bentuk,
dan orientasi butiran. Aspek ini saling bergantung karena bentuk dan ukuran butir tergatung pada
pertumbuhan butir. Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada orientasikristal butir
selama pertumbuhan. Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan bahan yang berbutir
banyak disebut poligranular atau polikristalin. Kristal yang berdekatan memiliki orientasi yang
berbeda oleh karena itu terdapat batas butir.

3.2 Saran
Dalam pengerjaan makalah ini masih banyak sekali kekurangan, yang mana dapat
diperbaiki atau dikembangkan lagi. Berikut ini beberapa saran yang harus diperhatikan adalah :
1. Dengan memperbanyak buku referensi.
2. Dengan menjabarkan materi lebih lanjur.
3. Penggunaan rumus diperbanyak lagi.

Page | 14
Daftar Pustaka

Adhani, Rosihani & Husaini. 2017. Logam Berat sekitar Manusia. Banjarmasin: Lambung
mangkurat University Press.

Azhari, Ahmad. Pengaruh proses tempering dan proses pengerolan di bawah dan di atas
temperatur rekristalisasi pada baja karbon sedang terhadap kekerasan dan ketangguhan
serta struktur mikro untuk mata pisau permanen sawit, Volume II, No.2 September 2012.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.

Charlena. 2004. Pencemaran logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada sayur
sayuran. Institut Pertanian Bogor Jawa Barat , Thesis, 30th April 2004.

https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/mesn/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-
24491014-15661-cold_work-chapter2

https://pdfcoffee.com/logam-fasa-tunggal-5-pdf-free.html

https://ilmutambang.com/8-sifat-mekanik-logam-yang-wajib-diketahui/

http://yudysi.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/ProsManufIIMetalForm02nd

https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/mesn/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-
24491014-15661-cold_work-chapter2

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Abstrak-Analisis-Perifiton-
Penyebab-Kerusakan-Pada-Logam-Dan-Beton

Kaniawati, Keukeu & Sunardi. Analisis perifeton penyebab kerusakan pada logam dan
beton. Bandung: Unpad.

Nurdin, Hendri. 2019. Metalurgi Logam. Padang: UNP Press.

Palar, H. 1994. Pencemaran & Toksiologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Pytel, Andrew & Singer. 1995. Kekuatan Bahan. Padang: Erlangga.

Suarsana. 2017. Ilmu Material Teknik. Denpasar : Universitas Udayana.

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai