Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pengantar Ilmu Material

“LOGAM FASA TUNGGAL”

Dosen Pengampu:

Dra. Yenni Darvina, M.Si

Kelompok 8:

1. Alifa Mahmudya Jasmine (19034003)

2. Kiki Yuliza Noerman (19034015)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta
nikmat-Nya kita masih bisa diberi kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Logam Fasa Tunggal”.

Makalah ini dikerjakan oleh kami dari kelompok 8 bertujuan untuk


mengetahui dan memahami tentang logam fasa tunggal dalam mata kuliah
pengantar ilmu material. Makalah ini berisi uraian tentang apa saja bagian-bagian
dari logam fasa tunggal.

Oleh karena itu, keterbatasan literatur dan wawasan dalam menyusun


makalah ini, maka kami dari kelompok 8 berharap mendapat masukan atau saran
dari kelompok lainnya sehubungan dengan bahasan yang disampaikan dalam
makalah ini demi kesempurnaan pemahaman dan pengetahuan tentang Pengantar
Ilmu Material. Untuk hal ini, kami ucapkan terima kasih.

Padang, Agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkandengan dua kelompok
bahan utama lainnya (polimer dan keramik). Hal ini dikarenakan logam pada umumnya
hanya terdiri dari satu jenis atom (atau merupakan larutan padat seperti kuningan dimana
seng menggantikan tembaga tanpa adanya perubahan struktur).

Pada umumnya logam terdiri dari satu fasa, termasuk logam murni komersil dengan satu
komponen. Sebagai contoh: kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran baja, dan
aluminium untuk alat-alat rumah tangga.

Meskipun demikian tidak sedikit dilakukan perpaduan atau pencampuran (alloy) antar
logam berbeda jenis untuk memperbaiki sifat antara lain membuat lebih kuat, membuat
pewarnaan/mengkilap dll.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu paduan fasa tunggal?

2. Apa-apa saja sifat mekanik dari logam?

3. Apa itu Deformasi pada logam?

4. Apa-apa sifat logam yang mengalami deformasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu paduan fasa tunggal

2. Mengetahui apa-apa saja sifat mekanik dari logam

3. Mengetahui apa itu deformasi pada logam

4. Mengetahui apa-apa saja sifat logam yang mengalami deformasi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Paduan Fasa Tunggal

2.2 Sifat-sifat mekanik dari logam

Sifat – sifat mekanik material logam adalah satu kelompok material yang paling
banyak dipakai dalam bidang teknik dan industri.

Sebelum dimanfaatkan, para metallurgists yang mempelajari mengenai logam harus


mengekstraksi dan mengambil material berharga dari logam ini.

Dalam melakukannya, para metallurgist harus memperhatikan 8 sifat mekanik material


logam yang terdiri antara lain sebagai berikut :

a. Kegetasan (brittleness)

Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum material logam mengalami
kerusakan.

Material logam yang memiliki sifat kegetasan ini tidak memiliki titik mulur atau
proses penampang yang mengecil dan kekuatan tanah.

Material seperti ini menggunakan uji tekan untuk menentukan kekuatannya.

b. Ketangguhan (toughness)

Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan beban impact yang
tinggi atau beban kejut.
Pengukuran ketangguhan dapat ditentukan berdasarkan luasan di bawah kurva
tegangan regangan dari titik asal hingga ke titik patah.

c. Kekuatan (strength)

Sifat material logam ini ditentukan berdasarkan tegangan paling besar saat material
mampu renggang sebelum akhirnya rusak.

Logam yang memiliki sifat ini tidak mempunyai nilai tertentu yang bisa
mendefinisikan kekuatannya.

Sebab perilaku logam berbeda baik terhadap pembebanan maupun beban.

d. Keuletan (ductility)

Material logam dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi terhadap beban
tarik sebelum akhirnya patah.

Logam yang memiliki sifat ulet bisa ditarik menjadi kawat tipis panjang dengan gaya
tarik tanpa mengalami kerusakan.

Keuletan material logam ditandai dengan persentase perpanjangan ukur dan luas
penampang.

e. Kekakuan (stiffness)

Material logam dengan sifat ini mempunyai kemampuan renggang pada tegangan
tinggi dan tidak diikuti dengan regangan yang besar.

Kemampuan ini disebut dengan ketahanan terhadap deformasi.

Kekakuan material logam adalah fungsi dari modulus elastisitas dengan simbol E.

f. Elastisitas (elasticity)

Sifat ini membuat material logam dapat kembali ke dimensi awal sesudah beban
dilepaskan atau dihilangkan.
Namun, sulit untuk dapat menentukan nilai yang tepat untuk sifat elastisitas ini.

Biasanya pengukuran dilakukan dengan menentukan batas elastisitas ataupun rentang


elastisitas sebuah material.

g. Kelenturan (resilience)

Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam menerima beban impact
tinggi tanpa mengakibatkan tegangan lebih pada batas elastis.

Sehingga energi yang diserap selama masa pembebanan disimpan dan dikeluarkan saat
material tidak lagi dibebani.

Pengukuran yang dilakukan sama seperti pengukuran terhadap ketangguhan material.

h. Kelunakan (malleability)

Material logam yang lunak menjadikan material ini mampu mengalami deformasi
plastis terhadap beban tekan sebelum akhirnya patah.

Pada umumnya, material yang sangat liat juga mempunyai sifat cukup lunak.

2.3. Deformasi pada logam

Perubahan bentuk pada bahan/logam dapat dibedakan menjadi dua yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis.

Deformasi elastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebanigaya.
Bila beban berupa gaya tarik, benda akan bertambah panjang; setelah gaya
ditiadakan, benda akan kembali ke bentuk semula. Sebaliknya, beban berupa
gaya tekan akan mengakibatkan benda menjadi pendek sedikit. Regangan elastik
adalah hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik, atau kontraksi
dari sel satuan dalam arah tekanan.Bila hanya ada deformasi elastis, regangan
akan sebanding dengan tegangan. Perbandingan antara tegangan dan regangan
disebut modulus elastisitas (modulus Young), dan merupakan karakteris-tik suatu
logamtertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar atom logam, makin tinggi
pula modulus elastisitasnya.Setiap perpanjangan atau perpendekan struktur kristal
dalam satu arah tertentu, karena gaya searah, akan menghasilkan perubahan
dimensi dalamarah tegak lurus dengan gaya tadi. Gambar 4.2: Kurva tegangan-
regangan suatu materialDeformasi PlastikPada deformasi plastik terjadi bila
sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya. Logam akan mengalami
perubahan bentuk, dan setelah gaya

Deformasi Plastik

Pada deformasi plastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat
dibebani gaya. Logam akan mengalami perubahan bentuk, dan setelah gaya

3ditiadakan, terjadi perubahan bentuk permanen. Hal ini terjadi akibat sliding antar
bidang atom, dan atau ikatan atom-atomnya pecah

2.4. Sifat logam yang mengalami deformasi

2.5. Rekristalisasi

Energi yang terhimpun dalam struktur pengerjaan dingin menjadikan logam tidak
stabil. Bila dipanaskan hingga suhu yang menyebabkan difusi berlangsung
dengan cepat, rangkaian dislokasi terlepas dan terbentuk batas butir baru. Logam
menjadi lunak dan dikatakan bahwa logam telah dianil. Inti untuk butir baru
terdapat di lokasi di dalam butir kristal yang rusak. Daerah tersebut kemudian
tumbuh, sehingga terjadi kristal baru bebas regangan. Proses disebut rekristalisasi.
Makin besar jumlah energi yangtersimpan dengan perkataan lain, pengerjaan
dingin logam lebih besar semakin besar jumlah lokasi inti makin halus butir akhir.
Gambar 4.1: Perubahan butir setelah dianil

Seperti telah diperlihatkan pada Gambar 4.2., sifat bahan yang dianil berubah
menjadi sifat keadaan bebas regangan, meskipun kekuatan dan keuletan
meningkat (dibandingkan dengan benda coran). Sesungguhnya, proses
rekristalisasi tidak semudah itu. Terdapat tahap antara yang tidak dapat diamati
dengan mikroskop optik. Pada tahap ini rangkaian dislokasi membentuk batas
butir bersudut kecil, dan disebut tahap pemulihan. Meskipun sifat mekanik
hampir tak berubah, tetapi terjadi pengaturan kembali struktur pada skala atom,
mendahului perubahan struktur mikro di atas.

Gambar 4.2: Perubahan struktur mikro dan sifat mekanik logamTerdeformasi selama
proses rekristalisasi

Temperatur rekristalisasi biasanya sekitar 0.4– 0.6 Tm . Proses


rekristalisasi bergantung pada waktu dan temperatur, biasanya dipilih suhu sekitar
0.6 Tm agar proses berlangsung lebih cepat. Pengerjaan mekanik mempunyai
efek yang sangat berbeda bila dilakukan di atas atau di bawah daerah
rekristalisasi. Bila di bawah suhu rekristalisasi, struktur yang dihasilkan
terdistorsi, mengandung energi, dan disebut struktur pengerjaan dingin.

Bila deformasi dilakukan di atas suhu rekristalisasi, struktur yang dihasilkan lebih
lunak, mempunyai sifat mekanik yang sama dengan logam awal, dan disebut
struktur pengerjaan panas. Perlu dicatat bahwa istilah "panas" atau "dingin"
berkaitan suhu kerja yang dihubungkan dengan 0.6 Tm atau suhu rekristalisasi.

Sebagai contoh untuk timbal (Pb) pengerjaan pada suhu ruang termasuk
pengerjaan panas, sedang untuk tungsten (W) 1000 0 C masih merupakan
pengerjaan dingin.

Rekristalisasi logam pengerjaan dingin belum tentu menghasilkan produk akhir


yang stabil. Bila logam dipanaskan terus setelah proses rekristalisasi berakhir,
butir yang besar akan "memakan" butir yang kecil sehingga batas butir
keseluruhan sistem berkurang. Dengan pengerjaan dingin sebesar 2 –5 %
diperoleh beberapa daerah berenergi regangan tinggi, yang kemudian menjadi inti.
Setelah proses anil pada 0.8 Tm tumbuh butir berdiameter beberapa cm.
Meskipun percobaan ini bermanfaat untuk memperlihatkan jalannya proses
rekristalisasi, secara teknis kurang bermanfaat. Tujuan anil adalah untuk
menuntaskan proses rekristalisasi. Pertumbuhan butir ditekan untuk mencapai
kekuatan optimal, keuletan juga meningkat bila butir tetap halus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai