Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH
SIFAT-SIFAT BAHAN LOGAM

Oleh :
Nama : Muhamad Rendika Swara

Nim : 201010850039

Kelas : 02TIDE002

TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya. Atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini, adalah untuk
memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah pengetahuan bahan.
Dan juga untuk menambah wawasan mengenai karakteristik dari
bahan-bahan. Melalui makalah ini, Penulis berusaha untuk menyajikan
materi tentang “Sifat-Sifat Bahan Logam”

Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja penulis


mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
isi, teori, dan sistematika penulisannya. Maka dari itu Karena belum
luasnya wawasan penulis, penulis sangat terbantu bila pembaca
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat
menyempurnakan makalah ini dari segi mamapun.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua baik untuk hari ini dan untuk masa yang akan dating.

Bogor, Oktober
2021
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................2

1.3. Tujuan.............................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Sifat-Sifat Bahan Logam...................................................3

2.2. Bahan Logam...................................................................4

2.3. Prose Perlakuan Panas (Heat Treatment)........................4

2.4. Karakteristik Bahan Logam..............................................5

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan......................................................................8

3.2. Daftar Pustaka.................................................................9


4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bijih logam yang ditemukan merupakan hasil tambang yang masih

bercampur dengan kontaminan berupa tanah liat, pasir dan unsur-unsur lain

seperti belerang (S), Phospor (P), Silikon (Si) dan Arang Bismuth (Bi)

Adapun bijih logamyang murni misalnya : Platina (Pt), Emas (Cu), Perak (Ag)

dan Bismuth (Bi). Selain bijih logam, dari hasil pertambangan juga didapat

bahan non logam (non metal) dan unsur yang menyerupai logam disebut

Metaloid. Menentukan karakteristik bahan logam, diperlukan pengujian

untuk menentukan sifat mekanis, yaitu kemampuannya menahan beban

yang diberikan baik statis maupun dinamis, pada suhu biasa, suhu tinggi dan

suhu dibawah 0ºC Kemudian sifat fisika karena mengalami peristiwa fisika,

yaitu adanya pengaruh panas dan listrik dilanjutkan dengan sifat kimia, yaitu

kelarutan bahan tersebut pada larutan biasa, larutan garam dan

pengoksidasi baha tersebut. Terakhir adalah sifat teknologis atau sifat

pengerjaan, yaitu sifat bahan yang timbul dalam proses pengolahan meliputi pengujian
mampu las, mampu mesin,

mampu cor dan mampu kerap.


5

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam ?

2. Bagaimana menentukan sifat-sifat mekanis suatu bahan ?

3. Apa yang dimaksud perlakuan panas (Heat Treatment)?

4. Sebutkan apa yang dimaksud dengan logam fero ?

1.3. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam

2. Menjelaskan bagaimana menentukan sifat-sifat mekanis suatu logam

3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tegangan dan regangan

4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan logam fero


6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sifat-sifat bahan logam ini diantaranya:


1. Setiap bahan logam mempunyai masa jenis yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya.

2. Warna bahan logam juga merupakan ciri khusus dari setiap bahan.

3. Bahan logam mempunyai titik lebur yang berbeda untuk setiap jenis bahan

logam.

4. Bahan logam dapat juga sebagai penghantar panas dan sebagai penghantar

listrik. Bahan logam yang paling baik untuk penghantar panas dan

penghantar listrik diantarnya tembaga dan perak.

5. Sifat kemagnitan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Bahan logam yang

baik sifat kemagnitannya antara lain: baja, cobal, nikel dan sebagainya.

6. Sifat elastis atau kemampuan logam untuk kembali kekeadaan semula

setelah mengalami pembebanan, juga dimiliki setiap bahan logam.

Elastisitas dari suatu bahan logam mempunyai batasan menurut jenisnya

masing-masing.

7. Bahan logam mempunyai ukuran kekerasan yang dapat diukur tingkat


7

kekerasannya dengan berbagai macam pengujian kekerasan. Uji kekerasan

untuk bahan logam ini diantaranya: Brinell, Vickerss, Rockwell, Shore.

Biasanya kekerasan suatu bahan logam dipengaruhi oleh kandungan

karbon pada bahan logam tersebut. Semangkin besar kandungan karbonnya

pada bahan logam maka kekerasannya juga akan bertambah.

8. Sifat kelunakan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Kelunakan suatu

bahan logam ini perlu diperhitungkan pada pekerjaan pembentukan.

Apabila logam mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi maka akan sangat

menyulitkan untuk dilakukan proses pembentukan.

9. Sifat rapuh dimiliki setiap bahan logam khususnya pada besi tuang. Sifat

rapuh atau mudah pecah ini sangat kurang baik terhadap proses

pembentukan pelat. Untuk mengatasi sifat rapuh ini biasanya dibutuhkan

penambahan unsur yang bersifat mengikat seperti: Si (silisium).

KARAKTERISTIK BAHAN LOGAM

1. Sifat Mekanis

Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam adalah

kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan beban yang

diberikan, baik beban statis maupun dinamis pada suhu biasa, suhu

tinggi maupun suhu di bawah O°C. Beban statis adalah beban yang tetap,

baik besar-maupun arahnya pada setiap saat, sedangkan beban dinamis adalah

beban yang besar dan arahnya berubah menurut waktu.

Beban statis dapat berupa beban tarik, tekan lentur, puntir, geser

dan kombinasi dari beban tersebut. Sementara itu, beban dinamis


8

dapat berupa beban tiba-tiba, berubah-ubah dan beban jalar. Sifatmekanis logam
meliputi kekuatan, kekenyalan, keliatan, kegetasan,

keuletan, laban aus, batas penjalaran

a. Sifat Logam pada Pembeban Tarik

Bila suatu logam dibebani tarik, maka akan menmgalami doformasi,

yaitu perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang

dikenakan padanya. Deformasi ini dapat terjadi secara elastis dan

secara plastis.

Deformasi elastis yaitu suatu perubahan yang segera hilang kembali

apabila beban ditiadakan. Deformasi plastis yaitu suatu perubahan

bentuk yang tetap ada meskipun beban yang menyebabkan deformasi

ditiadakan

b. Sifat Logam pada Pembeban Dinamis

Bahan yang dibebani secara dinamis akan lelah dan patah, meskipun

dibebani di bawah kekuatan statis. Kekelahan adalah gejala patah dari

bahan disebabkan oleh beban yang berubah-ubah. Kekuatan

kelelahan suatu logam adalah tegangan bolak balik tertentu yang dapat

ditahan oleh logam itu sampai banyak balikan tertentu. Sementara itu

batas kelelahan adalah tegangan bolak balik tertinggi yang dapat

ditahan oleh logam itu sampai banyak balikan tak terhingga

c. Penjalaran

Yang dimaksud penjalaran adalah pertambahan panjang yang terus

menerus pada beban yang konstan. Bila suatu bahan mengalami

pembebanan tarik tertentu dan tetap, maka pertambahan panjangnya

mungkin tidak berhenti sampai iia patah atau mungkin berhenti pada
9

besarnya beban tarik tersebut

d. Sifat Logam Terhadap Beban Tiba-tiba

Bila deformasi mempunyai kecepatan regangan yang tinggi, maka

bahan pada umumnya akan mengalami patah getas, akibat bahan

dikenai beban tiba-tiba. Untuk melihat sifat tersebut dilakukan

percobaan pukul, yang dilakukan pada batang uji dan diberi tarikan

menurut standar yang telah ditditentuka

e. Sifat Kekerasan Logam

Kekerasan adalah ketahana bahan terhadap deformasi plastis karena

pembebanan setempat pada permukaan berupa goresan atau

penekanan. Sifat ini banyak hubungannya dengan sifat kekuatan,

daya tahan aus dan kemampuan dikerjakan dengan mesin.

Cara pengujian kekerasan ada tiga macam , yaitu :

1. Goresan

2. Menjatuhkan bola baja

3. penekanan

f. Sifat penekanan

Sifat ini hampir sama dengan sifat tarikan untuk bahan getas besaran

sifat tekanannya cenderung lebih tinggi dari sifat tarisnya. Sebagai

contoh, besi cor kelabu sifat tekanannya kira-kira empat kali lebih

besar dari sifat tariknya

g. Sifat plastis

Sifat plastis adalah kemampuan suatu logam atau bahan dalam

keadaan padat untuk dapat diubah bentuk yang tetap tanpa pecah.
10

Sifat itu penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan bentuk

suatu logam. Kebanyakan logam pada suhu tinggi mempunyai sifat

palstis yang baik dan cenderung bertambah dengan kenaikan suhu.

Logam yang tidak plastis pada suhu tinggi disebut getas panas, yaitu

mudah retak karena deformasi disebabkan adanya suatu beban pada

suhu tersebut. Bial gejala ini terjadi pada suhu kamar biasa disebut

getas dingin.

2. Sifat Fisik

Sifat disik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika,

seperti adanya pengaruh panas pada listrik

a. Sifat karena pengaruh panas antara lain mencair, perubahan

ukuran dan struktr karena proses pemanasan

b. Sifat listrik yang terkenal adalah tahanan daris uatu bahan

terhadap alairan listrik atau sebaliknya sebagai daya hantar listrik

3. Sifat Pengerjaan atau Teknologis

Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam

proses pengolahannya. Sifat itu harus diketahui lebih dahulu

sebelumpengolahan bahan dilakukan. Pengujian yang dilakukan

antara lain pengujian mampu las, mampu mesin, mampu cor dan

mampu keras

4. Sifat Kimia

Sifat kimia dari suatu baha mencakup kelarutan bahan tersebut pada

larutan basa atau garam dan pengoksidasian bahan tersebut. Hampir

semua sifat kimia erat hubungannya dengan kerusakan (Deterisasi)


11

secara kimia. Kerusakan tersebut berupa gejala korosi dan ketahanan

bahan terhadap serangan korosi.

2.2. BAHAN LOGAM


Bahan logam terdiri dari logam ferro dan non ferro Logam Ferro

Logam ferro adalah suatu logam yang mengandung unsur besi . Bahan dasar

logam ferro adalah unsure fe dan C , tatapi ada unsure lain yang kadarnya

lebih rendah. Contoh logam ferro antara lain :

a. Besi tuang

Besi tuang adalah campuran antara besi dan karbon 4%,

Sifat besi tuang antara lain : rapuh, tidak dapat ditempa dan sukar dilas .

Banyak digunakan untuk membuat : komponen mesin bubut, blok silinder,

meja datar dan cincin torak.

b. Besi tempa

Besi tempa adalah campuran antara besi murni 99% dan sedikit rongsokan.

Sifatnya liat dan dapat ditempa.

Banyak digunakan untuk membuat rantai dan jangkar.Fasa besi tempa berupa

ferit (alpha), didalamnya terdapat sisa terak yang masih terperangkap. Terak

tersebut banyak mengandung silikat (silikon oksida), bentuknya menyerupai

fiber (cukup kuat). Sifat dari besi tempa ini Ulet dan cukup kuat. Contoh

komposisi dari besi tempa :

- Carbon : 0.06%

- Mangaan : 0.045%

- Silicon : 0.101%
12

- Phospor : 0.068%

- Sulfur (belerang) : 0.009%

- Terak (dalan berat) : 1.97%

Besi tempa digunakan pada bangunan kereta api, bangunan kapal laut,

industri minyak, tujuan arsitektur, perlengkapan pertanian, dll. Umumnya,

pembuatan dari besi tempa ini menggunakan dapur puddle (dapur aduk

c. Baja lunak

Baja lunak adalah ampuran antara besi dengan karbon 0,1 – 0,3 %.

Sifatnya dapat ditempa dan lunak,

Digunakan u/ membuat Mur dan baut.

d. Baja karbon sedang

Baja karbon sedang adalah campuran antara besi dan karbon 0,4 – 0,6 %

Banyak digunakan u/ membuat rel kereta api, poros, atau untuk membuat alat

pertanian.

e. Baja karbon tinggi

Baja kabon tinggi adalah campuran antara besi dan karbon 0,7 – 1,5 %

Sifatnya dapat ditempa dan disepuh.

A. Sifat-sifat logam antara lain:

Sifat mekanis

sifat mekanis ialah kemampuan suatu logam untuk menahan beban yg diberikan

kepadanya,dan adapun sifatnya yaitu:

Strength (kekuatan bahan)

Kekerasan : ketahanan suatu benda,menahan beban,pembebanan yg berupa


13

goresan/penekukan

Elastisitas/kekenyalan : kemapuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula

setelah menerima beban yg mengakibatkan perubahan bentuk

Kekakuan : kemampuan dari suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk


setelah

diberikan beban

Plastisitas : kemampuan dari suatu bahan padat untuk mengalami perubahan


bentuk

tetap tanpa ada kerusakan

Kelelahan bahan : kemampuan suatu bahab untuk menerima beban yg berganti-

ganti dengan tegangan maksimum diberikan pd setiap pembebanan

Sifat pengerjaan

sifat pengerjaan ialah suatu sifat yg timbul setelah diadakannya proses


pengolahan

tertentu,adapun sifatnya yaitu:

pengerjaan panas: dilaksanakan pd temperatur diatas rekristalisasi

pengerjaan dingin : dapat menimbulkan bertambahnya kekuatan,kekerasan,dan

kegetasandari suatu logam.

Sifat kimia

sifat kimia ialah: kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa

korosi(pengkaratan), korosi terjadinya reaksi kimia antara logam dan

lingkungannya.
14

Sifat fisika

Sifat fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika

seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang termasuk sifat-sifat fisika

adalah sebagai berikut: titik lebur, kepadatan, daya hantar panas, dan daya

hantar listrik. Sifat kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami

peristiwa korosi. Korosi adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan

dengan lingkungannya. Secara garis besar ada

Karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika(fisik)

x titik lebur/cair

x kepadatan benda(massa benda dan jarak antar atom)

x daya hantar panas

x daya hantar listrik

Bahan pelat terdiri dari berbagai jenis bahan. Secara garis besar bahan pelat

ini dikelompokkan menjadi dua bagian besar yakni bahan pelat logam ferro

dan pelat logam non ferro . Bahan pelat logam ferro ini diantaranya adalah

pelat baja lembaran yang banyak beredar di pasaran. Bahan pelat dari logam

non ferro ini diantaranya bahan pelat allumanium, tembaga, dan kuningan.

Sifat-sifat bahan pelat sangat penting untuk diketahui. Sifat-sifat bahan ini

sangat berpengaruh terhadap prpses pembentukan yang akan dilakukan pada

bahan pelat tersebut. Kualitas suatu bahan sangat ditentukan oleh sifat mampu

bentuk dari bahan. Biasanya bahan pelat dihasilkan dari proses pengerolan

dengan tekanan tinggi. Proses ini menghasilkan pelat dengan struktur

memanjang. Struktur mikro yang terbentuk memanjang dari hasil pengerolan

ini memberikan kontribusi yang baik terhadap proses pembentukan pelat.


15

Struktur memanjang ini memberikan sifat yang lebih elastis dari bahan pelat

lembaran tersebut. Kondisi ini perlu diketahui. Secara umum bahan-bahan

logam ini mempunyai sifat-sifat fisik dan sifatsifat kimiawi terhadap efek

kualitas pengerjaannya. Sifat-sifat bahan logam ini diantaranya:

Setiap bahan logam mempunyai masa jenis yang berbeda antara satu dengan

yang lainnya.

Warna bahan logam juga merupakan ciri khusus dari setiap bahan.

Bahan logam mempunyai titik lebur yang berbeda untuk setiap jenis bahan

logam. Bahan logam dapat juga sebagai penghantar panas dan

sebagai penghantar listrik. Bahan logam yang paling baik untuk

penghantar panas dan penghantar listrik diantarnya tembaga dan perak.

Sifat kemagnitan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Bahan logam yang

baik sifat kemagnitannya antara lain: baja, cobal, nikel dan sebagainya.

Sifat elastis atau kemampuan logam untuk kembali kekeadaan semula setelah

mengalami pembebanan, juga dimiliki setiap bahan logam. Elastisitas dari

suatu bahan logam mempunyai batasan menurut jenisnya masing-masing.

Bahan logam mempunyai ukuran kekerasan yang dapat diukur tingkat

kekerasannya dengan berbagai macam pengujian kekerasan. Uji kekerasan

untuk bahan logam ini diantaranya: Brinell, Vickerss, Rockwell, Shore.

Biasanya kekerasan suatu bahan logam dipengaruhi oleh kandungan karbon

pada bahan logam tersebut. Semangkin besar kandungan karbonnya

pada bahan logam maka kekerasannya juga akan bertambah.

Sifat kelunakan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Kelunakan suatu bahan

logam ini perlu diperhitungkan pada pekerjaan pembentukan. Apabila logam


16

mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi maka akan sangat menyulitkan

untuk dilakukan proses pembentukan.

Sifat rapuh dimiliki setiap bahan logam khususnya pada besi tuang. Sifat rapuh

atau mudah pecah ini sangat kurang baik terhadap proses pembentukan pelat.

Untuk mengatasi sifat rapuh ini biasanya dibutuhkan penambahan unsur yang

bersifat mengikat seperti: Si (silisium)

Dalam prakteknya antara sifat-sifat tersebut saling berpengaruh satu dengan

yang lainnya dan memungkinkan pengetahuan berkembang terus. Kalau sifat

mekanik bagus, maka sifat teknologinya tidak. Kalau sifat teknologinya bagus,

sifat yang lainnya tidak. Contoh: Baja yang kuat maka tidak tahan korosi,

makadilapisi Zn (seng), sehingga ketahanan korosi naik. Sifat keras, maka tak

mudah dibentuk. Sifat fisik lebih lanjut dibahas pada struktur dan sifat fisik

material, sedang yang banyak dibahas disini ”sifat mekanik dan sifat teknologi

teknik pembentukan, pelapisan dan seterusnya.

Sifat-sifat di atas diperoleh dengan cara pengujian, dan pada pengujian harus

ada: prosedur uji dan peralatan uji. Karena hasil pengujian harus bisa

dibandingkan. Standar uji yang harus diikuti tergantung permintaan

konsumen. Contoh DIN (Jerman), JIS (Jepang), ASTM (USA), dan SNI

Peralatan uji harus menghasilkan data yang sama setiap saat. Untuk itu harus

dilakukan proses kalibrasi di lab. Met. industri. Contoh timbangan. Umur

kalibrasi berbeda-beda, ada yang 6 bulan, 1 tahun, tiap dipakai dan seterusnya,

tergantung jenis alatnya.

Pengujian yang harus dilakukan tergantung sifat apa yang ingin diperoleh. Jika

sifat mekanik yang diinginkan, maka dpengujian mekanik yang dilakukan.

Untuk mengetahui sifat mekanik, maka dilakukan uji mekanik (mech testing).
17

Ada dua jenis pengujian mekanik jika dikaitkan dengan bebannya, yakni: uji

mekanik dengan beban ’ pembebanan statik’, dan uji mekanik dengan beban

’penbebanan dinamik’. Contoh pengujiannya, yakni:

Beban Statik : uji tarik (tensile test), uji puntir (tortion test), uji bentuk (impact

test), uji keras (hardness test), uji mulur (creep test). Beban dinamik : uji lelah

(fatigue test).

2.3. PROSES PERLAKUAN PANAS (Heat Treatment)


adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur

mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan

atau tanpa merubah komposisi kimia logam yang bersangkutan. Tujuan proses

perlakuan menghasilkan menghasilkansifat-sifat logam yang diinginkan.

Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan panas dapat mencakup

keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik

dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis
logam.

Alotropik itu sendiri adalah merupakan transformasi dari satu bentuk susunan

atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom yang lain. Pada temperatur dibawah

910̊C sel satuannya Body Center Cubic (BCC), temperatur antara 910̊ C dan 1392̊ C

sel satuannya Face Center Cubic (FCC) sedangkan temperatur diatas 1392̊C sel

satuannya kembali menjadi BCC.

Proses perlakuan panas ada dua kategori, yaitu :

1. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik

agar menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan

didalam tungku (annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka

(normalizing).
18

2. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat

material terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang

sudah dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam,

maupun oli.

Tujuan dari heat treatment adalah :

1. Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.

2. Mempermudah proses machining.

3. Mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.

4. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material.

5. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong

meningkat.

6. Menghilangkan tegangan dalam.

7. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.

8. Menghasilkan pemukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar karbon baja yang diproses

Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja,

melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan laju

pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan logam dimana

logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi solid. Dalam heat

treatment kita memanaskan specimen sampai dengan temperature

austenisasinya.

Berikut adalah macam-macam proses Heat Treatment yang biasanya dilakukan :

1. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
19

meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan

benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai

pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat

dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu

pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang

merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut

pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur,

maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan alih wujud.

Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi,

kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat

dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi

akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitising), holding

time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian

penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini

diiringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada

umumnya dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan

pendinginan lambat. Kekerasan tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai

dengan pengerasan kejut suatu baja, pertama bergantung pada kandungan zat

arang, kedua tebal benda kerja mempunya pengaruh terhadap kekerasan karena

dampak kejutan membutuhkan beberapa waktu untuk menembus ke sebelah

dalam, dengan demikian maka kekerasan menurun kearah inti.

2. Tempering
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari
20

kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan

sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering

(di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang

telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses

tempering kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi

persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula

sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini

menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil

(annealing) karena sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat.

Pada suhu 200°C sampai 300°C laju difusi lambat hanya sebagian kecil.

karbon dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai

kehilangan kerapuhannya. Di antara suhu 500°C dan 600°C difusi berlangsung

lebih cepat, dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat

membentuk cementit.

a) Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :

Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C ) Tempering ini hanya untuk

mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari baja, biasanya

untuk alat-alat potong, mata bor dan sebagainya.

b) Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C ) Tempering pada suhu

sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan kekerasannya sedikit

berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban

berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 500̊C pada proses tempering.

c) Tempering pada suhu tinggi ( 550° - 650°C ) Tempering suhu tinggi


21

bertujuan memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus kekerasannya

menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi, poros batang pengggerak dan

sebagainya.

3. Anealing
adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang lambat

berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk mengurangi dan

menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan di atas temperatur kritis

bagian atas). logam dipanaskan sekitar 25̊ C di atas temperatur kritis bagian atas,

ditahan dalam beberapa waktu, kemudian didinginkan pelan-pelan di tungku

perapian. Proses ini digunakan untuk memindahkan tekanan internal penuh

sebagai hasil proses pendinginan. Berikutnya pendinginan logam diatur kembali

di dalam sama benar untuk menurunkan energi bentuk wujud, tegangan yang

baru dibebaskan dibentuk dan pertumbuhan butir dukung. Tujuannya untuk

menghilangkan internal stress pada logam dan untuk menghaluskan grain (batas

butir) dari atom logam, serta mengurangi kekerasan, sehingga menjadi lebih ulet.

Annealing terdiri dari 3 proses yaitu :

a) Fase recovery

Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melalui pelepasan

cacat kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan

tegangan dalam.

b) Fase rekristalisasi

Fase rekristalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan

tumbuh untuk menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.

c) Fase grain growth (tumbuhnya butir)


22

Fase grain growth (tumbuhnya butir) adalah fase dimana

mikrostruktur mulai menjadi kasar dan menyebabkan logam tidak terlalu

memuaskan untuk proses pemesinan.

4. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40̊ C di atas batas

kritis logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu

yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka. Pada

proses pendinginan ini temperatur logam terjaga untuk sementara waktu sekitar

2 menit per mm dari ketebalan-nya hingga temperatur spesimen sama dengan

temperatur ruangan, dan struktur yang diperoleh dalam proses ini diantaranya

perlit (eutectoid), perlit brown ferrite (hypoeutectoid) atau perlit brown

cemenbrow (hypereutectoid). Normalizing digunakan untuk menyuling struktur

butir dan menciptakan suatu austenite yang lebih homogen ketika baja

dipanaskan kembali. (www.steelindonesia.com)


23

Gambar 2.1 Diagram fasa Fe-Fe3C

Dari gambar diatas dapat diterangkan atau dibaca diantaranya :

1. Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro

dinamakan Cementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertikal paling kanan).

Sifat – sifat cementitte diantaranya sangat keras dan sangat getas

2. Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah,

pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.

3. Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah

Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.

4. Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid,

struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.

5. Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur

mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.


24

6. Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah,

akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro

Austenit.

7. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan

naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi

Austenit.

5. Holding Time
Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari

suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur

pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur

austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenite, difusi

karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari

berbagai jenis baja pada yang umum diantaranya sebagai berikut.

- Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah; yang

mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang

singkat, 5 – 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap

sudah memadai.

- Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah dianjurkan menggunakan

holding time 15 – 25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.

- Low Alloy Tool Steel; memerlukan holding time yang tepat agar kekerasan

yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per

millimeter tebal benda, atau 10 – 30 menit.

- High Alloy Chrome Steel; Membutuhkan holding time yang paling panjang
25

diantara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur

pemanasannya. Juga diperlukan kombinasi temperatur dan holding time

yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter

tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 3 jam.

- Hot Work Tool Steel; mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut

pada suhu 1000º C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya

pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15

– 30 menit.

- High Speed Steel; memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi

1200º C - 1300º C. Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan holding time

diambil hanya beberapa menit saja. (jurnal, 2008)

6.Quenchingng
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan.

Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang

kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut.

Hardenbility merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada

temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh terhadap

hasil proses quenching.

2.4. KARAKTERISTIK BAHAN LOGAM

Bahan baku industri dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan


26

dalam berbagai kondisi. Untuk dapat memenuhi struktur yang telah ditentukan,

maka mulai dari proses pembuatannya. Komposisi dan pemurniannya dari bahan

baku akan memberi pengaruh terhadap sifat mekanik bahan yang dihasilkan,

sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Material logam

terutama besi menjadi tulang punggung peradaban masa kini, mulai dari bahan

konstruksi, transportasi, permesinan dan masih banyak lagi keperluan yang bahan

dasarnya menggunakan besi dan padanannya. Merupakan tugas dari seorang ahli

teknik untuk dapat menentukan material sesuai dengan kebutuhan yang

memenuhi karakteristik dan dapat menentukan kualitas yang baik.

Analisa dan pengendalian kualitas material sangat diperlukan untuk mengevaluasi

sifat-sifat material seperti :

x Kekuatan

x Ketahanan

x Ketahanan kimia

x Ketahanan terhadap pemakaian

x Ketahanan torsi

Sebelum membuat suatu produk, seorang ahli teknik berusaha memilih material

dengan sifat yang optimum, untuk mendapatkan material tersebut diperlukan

perhatian terhadap sifat yang akan menentukan kualitas bahan dan perhatian
pada

saat proses produksi material tersebut.

Struktur intern bahan mencakup atom-atom dan susunannya di dalam suatu


kristal,

molekul atau struktur mikro, yang sering terjadi adalah pada saat proses

pembentukan dapat merubah sifat bahan, contoh pada proses thermal yang akan
27

berpengaruh pada struktur dalam dari logam.

1. Bahan logam

Pengerjaan bahan logam meliputi proses : ditempa, dicinai, dituang dan

disinter. Pembagian bahan logam dikelompokkan menjadi logam berat ( beji dan

baja ), logam ringan ( aluminium, magnesium ), logam non ferro ( tembaga, timah,

timbal, seng ) ada juga logam non ferro berupa perunggu yang bahannya berupa

campuran antara timah dan tembaga, logam putih ( timah putih, antimon,
tembaga

dan timbal ) dan masih manyak lagi jenis-jenisnya.

Yang tergolong dalam logam ferra antara lain :

a. Besi tuang dengan kadar unsur karbon sekitar 4% C

Sifat : - Rapuh, tidak dapat ditempa

- Lemah dalam tegangan

Penggunaan : Alat mesin, badan ragum, blok silinder

b. Besi tempa, kandungan besi murni ( Fe ) sebesar 99%

Sifat : - Dapat ditempa

- Liat dan dapat dituang

- Lemah dalam tegangan

Penggunaan : Membuat rantai jangkar, kait keran, landasan kerja plat

c. Baja lunak dengan kadar unsur karbon antara 0,1 – 0,3% C

Sifat : - Dapat ditempa

- Liat / ulet

d. Baja karbon sedang, unsur C antara 0.4 – 0,6%

Sifat : - Lebih kenyal yang bersifat keras

Penggunaan : Membuat rel baja, poros


28

Penggunaan : Membuat mur, baut, sekrup, pipa dan konstruksi bangunan

e. Baja karbon tinggi, unsur C antara 0.7 – 1,5%

Sifat : - Dapat ditempa

- Dapat disepuh

- Keras

Penggunaan : Membuat kikir, pahat, gergaji

f. Baja karbon tinggi ditambah unsur Ni, Cu, Cr, Tu

Sifat : - Rapuh

- Dapat disepuh

- Keras

Penggunaan : Membuat mesin bubut

2. Karakteristik Bahan Logam

a. Sifat mekanis

Sifat logam pada pembebanan tarik menyebabkan deformasi :

• Deformasi elastis yang segera hilang setelah beban ditiadakan

• Deformasi plastik mengalami perubahan bentuk meskipun beban

penyebab ditiadakan

Sifat logam pada pembebanan dinamis (kekuatan, kelemahan suatu logam)

adalah tegangan bolak-balik tertentu yang dapat ditahan oleh logam tersebut

sampai balikan tertentu.

Sedangkan perubahan panjang yang terus menerus pada beban konstan

disebut penjalaran. Sifat logam terhadap beban tiba-tiba dengan uji tarik

atau uji pukul.

Sifat kekerasan logam hubungannya dengan daya tahan aus, kekuatan logam
29

diuji dengan uji gores dan uji tekan.

b. Sifat fisik

Sifat penekanan (hampir sama dengan sifat tarikan)

Sifat terhadap geser dan puntir, yaitu besarnya tegangan geser di permukaan

ke pusat dan di sumbu nol adalah yang paling maksimum

Sifat redaman logam, adalah energi untuk deformasi elastis selalu lebih

besar dari pada energi untuk mengubah bentuk asal, karena adanya tahanan

dalam yaitu kemampuan logam untuk menahan beban atau getaran tiba-tiba

c. Sifat Teknologis

Sifat teknologis adalah kemampuan benda padat untuk dapat diubah bentuk

dengan atau tanpa pecah. Logam yang tidak elastis disebut logam getas,

dapat diukur pada kondisi panas (getas panas) dan kondisi dingin (getas

dingin)

d. Sifat Kimia

Ketahanan bahan tersebut terhadap larutan biasa, garam dan

pengoksidasian. Gejala korosi dan derangan korosi

3. Percobaan umum pada logam

Percobaan tarik dilakukan untuk hampir semua bahan untuk memperoleh sifat-

sifat mekanik yang penting

a. Modulus kenyal, adalah ukuran kekauan suatu bahan

Bahan : Modulus kenyal tinggi > kokoh

Modulus kenyal > lemah

b. Batas regang, adalah ukuran kekokohan suatu bahan

Bahan : Dengan batas regang yang tinggi > kokoh


30

Dengan batas regang yang rendah > lebih lemah

c. Kekuatan tarik, adalah ukuran kekuatan suatu baha

Bahan : Dengan kuat tarik tinggi > lebih kuat

Dengan kuat tarik rendah > lemah

d. Regangan, adalah ukuran sifat dari suatu bahan untuk dapat dibentuk

Bahan : Dengan rgangan besar > lebih dapat dibentuk

Dengan regangan kecil > kurang dapat dibentuk

Hubungan Antara Sifat dan Penggunaan

Untuk konstruksi mesin perkakas, dibutuhkan :

• Batas regang tinggi

• Kekuatan tarik tinggi

• Regangan besar

• Bahannya liat

Untuk bahan yang diubah bentuk (mengeling) :

• Batas regang rendah

• Kekuatan tarik rendah

• Regangan besar

• Bahannya lunak

Untuk bahan yang disudip (membubut) :

• Batas regang tinggi

• Kekuatan tarik tinggi

• Regangan kecil

• Bahannya rapuh
31

Percobaan Khusus Pada Logam

~ Konstruksi dibangun dari banyak bagian dan dibebani dalam waktu yang

panjang, kadang mengalami suhu tinggi

~Untuk menetapkan ketahanan bahan pada kondisi tersebut, perlu dilakukan

percobaan khusus

1. Percobaan – Jalar ( untuk turbin, motor bakar, ketel uap )

• Jalar, diaktifkan peregangan lanjut yang berlangsung terus menerus dari

bahan pada pembebanan tetap

• Batang percobaan dibebani dengan robot yang tetap pada suhu tertentu .

Diamati : ≈ Kecepatan regang/kecepatan jalar selama waktu tertentu

≈ Regang setelah jangka waktun tertentu

• Tujuannya, untuk menentukan atau mengukur ketahanan bahan dalam

berbagai keadaan

• Jenis percobaan khusus œ Percobaan Jalar (dengan beban tetap, suhu

tinggi)

œ Percobaan lelah (dengan beban tetap, suhu

tinggi)

œ Pembebanan ayun pada suhu normal

• Kekuatan jalas adalah tegangan terbesar pada suhu tertentu yang tetap dapat

ditahan oleh bahan tanpa mengakibatkan patahan

• Karena tidak dapat dilakukan terus menerus, sehingga kekuatan jalar –

mutlak tidak dapat ditentukan, sebagai pendekatan ditentukan batas jalarnya

• Penentuan batas jalar :

˜ Batas kecepatan jalar, adalah regangan pada suhu tertentu, dimana


32

antara jam ke 24 dan jam ke 34 setelah permulaan percobaan, kecepatan

jalar bernilai 0,001% tiap jam

˜ Batas regang jalar, adalah tegangan pada suhu tertentu, dimana 45 jam

setelah permulaan percobaan, regangan bernilai 0,2%

• Cara percobaan :

Dilakukan percobaan 3 s/d 5 kali, dengan suhu tetap dan tegangan yang

berubah

2. Percobaan Lelah ( σn )

• (Lelah), keenderungan bahan untuk patah akibat turun naik tegangan yang

jauh lebih rendah dari kekuatan tarik

• Ditentukan besarnya turun naik tegangan yang dapat ditahan oleh bahan

secara tetap

Turun naik tegangan ditentukan oleh :

~ Tegangan tertinggi ( σ maksimum ), yaitu tegangan ( + ) tertinggi dan

tegangan ( - ) tertinggi

~ Tegangan terendah ( σ minimum ) yaitu tegangan ( + ) terendah dan

tegangan ( - ) terendah

~ Tegangan rata-rata (σ G ) yaitu tegangan rata-rata dengan perhirtungan

dari tegangan tertinggi dan terendah)

~ Tegangan kerut (σ A ) atau aplitudo tegangan, yaitu perbedaan antara

tegangan tertinggi dan terendah

PEMBEBANAN
33

Gambar 5 : Grafik Pembebanan

Sifat pembebanan yang mengakibatkan turun naik tegangan, dibedakan atas :

1. Pembebanan gembung, yaitu tegangan turun naik antara 2 nilai (+) atau (-)

2. Pembebanan loncat, yaitu tegangan turun naik antara nol dan suhu nilai (+)/(-)

3. Pembebanan getar, yaitu tegangan turun naik antara suatu (+) dan nilai (-)

4. Pembebanan silih – ganti, yaitu tegangan turun naik antara nilai (+) dan (-)

yang sama besar

Jenis kekuatan :

1. Kekuatan loncat ( σi ), ialah tegangan tertinggi yang tetap dapat ditahan


oleh bahan pada pembebanan meloncat

2. Kekuatan silih ganti ( σs ), ialah tegangan tertinggi yang tetap dapat ditahan

oleh bahan pada pembebanan yang silih berganti

Percobaan lelah tidak tetap dapat diteriskan, digunakan bilangan batas (ng),

adalah jumlah ayunan sampai percobaan berakhir.

Pada percobaan untuk baja, dengan ayunan berjumlah 10 juta, berarti baja

dengan ayunan yang lebih besar tidak lagi akan patah

Jadi kekuatan lelah, ditentukan setelah 5 x percobaan Wohier


34

Yaitu :

> Tegangan terendah satau rata-rata dibuat sama

> Tegangan tertinggi atau amplitudo tegangan dirubah

SIFAT PATAH

1. Dipengaruhi oleh :

• Pengerjaan permukaan, apabila kasar; diperoleh nilai rendah untuj uji

kekuatan lelah

• Karat, pada permukaan berkarat, nilai rendah untuk uji kekuatan lelah

~ Patah lelah terjadi oleh ketidak beraturannya permukaan

~ Faktor takik, adalah perbandingan kekuatan lelah bahan dengan

pengerjaan permukaan yang agak kasar atau permukaan yang agak

berkarat dan kekuatan lelah dari bahan yang sama yang tidak

berkarat

2. Terdiri dari :

• Permukaan patahan lelah, adalah permukaan patahan dimulai dari bagian yang

tidak beraturan pada permukaan, turun naik tegangan

• Permukaan patahan sisa, adalah patahan permukaan yang terjadi tiba-tiba,

berbentuk garis kristal yang kasar

PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Pemeriksaan Magnetis

2. Pemeriksaan Penyusupan

3. Pemeriksaan Rontgen

1. Pemeriksaan Magnetis
35

• Ke dalam benda kerja dibangkitkan medan magnet, garis-garis medan

dilengkungkan mengelilingi retak yang ada

• Apabila retak ada di permukaan, garis medan dilengkungkan di luar

benda kerja, dan pada tempat ini, serbuk besi akan tertarik

• Benda kerja dibubuhi minyak encer dan serbuk besi

• Untuk menunjukkan kesalahan permukaan bahan yang bersifat

magnetis

2. Pemeriksaan Penyusupan

• Untuk menunjukkan kesalahan pada permukaan bahan yang tidak

magnetis

• Dituangkan sedikit minyak di atas benda kerja, larutkan bahan

berwarna merah ke dalamnya, diamkan beberapa waktu

• Hilangkan minyak yang tersisa dengan menaburkan serbuk yang

menyerap minyak, maka retak akan terlihat

3. Pemeriksaan Rontgen

• Sinar rontgen dipancarkan menembus benda kerja

• Sinar rontgen adalah getaran magnet listrik dengan gelombang

pendek, sinar masuk menembus benda kerja dan terlihat pada

fotografi

• Jika di dalam bahan ada kesalahan (keretakan), sinar di tempat itu

masuk dengan mudah menembus benda kerja dan tampak bagian

yang gelap pada fotografi

• Untuk mendeteksi keabnormalan di bawah permukaan bahan


36

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk

menahan beban yang diberikan setiap bahan logam mempunyai masa jenis

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Bahan logam mempunyai ukuran kekerasan yang dapat diukur tingkat

kekerasannya dengan berbagai macam pengujian kekerasan.

Material dimanfaatkan oleh manusia karena material punya sifat-sifat

(propertis) yang dibutuhkan manusia, seperti logam dimanfaatkan karena

punya sifat: kuat, keras, pengantar panas, pengantar listrik, dan diforinable

(mudah dibentuk). Sedangkan sifat-sifat (properties) itu sendiri secara garis

besar dikelompokkan pada tiga, yakni: sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat

teknologi. Contoh sifat-sifat tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Sifat fisik : kapasitas panas, koefisien muai, ketahanan korosi, dan

koefisien gesek

2. Sifat mekanik : kuat, keras, ulet, dan tangguh

3. Sifat teknologi : mampu bentuk, mampu las, dan mampu mesin.

Sifat fisik adalah sifat yang dihubungkan dengan keadaan fisik material

tersebut. Sedangkan sifat mekanik adalah sifat logam yang dikaitkan dengan

kelakuan logam tersebut jika dibebani dengan beban mekanikk

3.2. DAFTAR PUSTAKA


37

1. Mangonon. P.L.1999. The Principles of materials Selection for

Engineering Design, Printice-Hall International,Inc.

2. Smith William F.1999. Principles of Material Science and Enginering, Mc

–Granhill Book Company, New York.

3. Sudihono, 1995, Teknologi Besi Tuang Kelabu, Politeknik Manifakturing

ITB, Bandung.

4. Surdia, Tata dan Shinroku, Saitou. 2008. Pengetahuan Bahan. Departemen

Metalurgi dan Material FTUI: Jakarta

5. Laboratotium Teknik Mesin Lanjut (Material Teknik dan Pengecoran

Logam), Modul Praktikum Uji Impact Charpy, Universitas Gunadarma,

Jakarta, 2010.

6. Laboratotium Teknik Mesin Lanjut (Material Teknik dan Pengecoran

Logam), Pengujian Logam, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2010.

7. Hari Amanto dan Daryanto, Ilmu Bahan, Cetakan Kedua, PT. Bumi

Aksara, Jakarta, 2003.

8. Tata Surdia dan Shinroku, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke-Enam,

PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai