OLEH
NAMA : NASWANI YUISTIRA
NIM : F1C022021
KELAS : B/II
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Sifat Mekanik dan
Perilakunya” Penyusunan Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Mekanika
Kekuatan Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin
terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap
kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini, yaitu Bu Prof. Dr. Nasmi
Herlina Sari. ST., MT.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar di masa
mendatang makalah ini bisa lebih baik.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Naswandi Yudistira
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
B. Hukum Hooke
D. Deformasi Elastis
E. Deformasi Plastis
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam adalah bahan/material teknik yang sangat banyak di gunakan dalam
berbagai bidang. Dalam dunia keteknikan, logam merupakan material yang paling
mendominasi dari bahan-bahan teknik lainnya sebagai bahan yang paling utama
dalam pembuatan mesin. Di dunia pendidikan kita harus mengerti unsur-unsur yang
terkandung di dalam logam tersebut.
Pada makalah ini penulis akan memaparkan hal yang bersifat teknis dan detail
tentang logam. Penulis akan memberikan penjelasan tentang makalah ini dan semoga
penjelasan tersebut menambah wawasan pembaca.
Ilmu logam adalah ilmu yang mempelajari tentang benda yang mengandung
besi (ferro) dan bukan besi (non ferro). Logam terbuat bukan dalam bentuk murni,
melainkan dalam bentuk batuan yang mengandung bijih besi yang juga merupakan
persenyawaan antara besi dan oksigen tapi dalam bentuk silivat. Bijih besi di hasilkan
dari pertambangan.
B. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan Hukum Hooke, dan bagaimana kondisi pada hukum
yang berlaku?
3. Bagaimana cara menguji ketegangan dan keregangan logam?
7. Bagaimana cara menghitung keuletan pada area persen pemanjangan dan area
persen pengurangan pada bahan yang berikan ketegangan untuk fraktur?
8. Apa definisi singkat dan unit untuk modulus ketahanan dan kekerasan (statis)?
4
9. Apa perbedaan dari nama pada dua teknik pengujian-kekerasan yang paling
umum?
10. Bagaimana teknik pengujian kekerasan microindentation yang berbeda dan dimana
teknik ini umumnya digunakan?
11. Bagaimana cara menghitung kerja tegangan untuk bahan ulet?
C. Tujuan Makalah
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Hooke, dan bagaimana kondisi
pada hukum yang berlaku?
3. Mengetahui cara menguji ketegangan dan keregangan logam.
7. Mengetahui cara menghitung keuletan pada area persen pemanjangan dan area
persen pengurangan pada bahan yang berikan ketegangan untuk fraktur.
8. Mengetahui definisi singkat dan unit untuk modulus ketahanan dan kekerasan
(statis).
9. Mengetahui perbedaan dari nama pada dua teknik pengujian-kekerasan yang paling
umum.
10. Mengetahui teknik pengujian kekerasan microindentation yang berbeda dan
dimana teknik ini umumnya digunakan.
11. Mengetahui cara menghitung kerja tegangan untuk bahan ulet.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sifat mekanik logam adalah suatu sifat terpenting karena sifat mekanik logam
menyatakan kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya dari luar tanpa
mengalami kerusakan pada logam tersebut.Beberapa sifat-sifat mekanik antara lain:
1. Kekuatan (Strength) [N/mm3, kg/mm2, lb/in2]
6
7. Kelelahan (Fatigue)
1. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan semakin tinggi namun
akan menjadi rapuh. Kandungan karbon ini juga mempengaruhi keuletan,
ketangguhan, maupun sifat mampu mesin.
2. Unsur kimia
b) Chromium, untuk
• Membentuk karbida.
3. Ukuran butir
Ukuran butir pada baja sangat berpengaruh. Ukuran butir yang besar dan
homogen membuat baja mempunyai sifat yang ulet. Sedangkan untuk ukuran butir
yang kecil dan tidak homogen maka baja tersebut akan bersifat kaku dan keras.
7
4. Fasa dan struktur
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada tiap-tiap fasa
pada logam memiliki struktur mikro sendiri dengan sifat mekanik, fisik dan kimia
yang berbeda-beda, misalnya fasa martensite memiliki sifat-sifat keras, rapuh,
magnetic dengan nilai kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat dikatakan fasamartensite
memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada ferrite. Logam yang memiliki
struktur yang teratur mempunyai sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan
logam yang strukturnya tidak teratur sebab tegangan dalam yang timbul lebih besar.
Tegangan di dalam berbanding terbalik dengan sifat mekanik.
5. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal atau pada
proses heat treatment (perlakuan panas). Cacat ini dibedakan menajdi cacat titik,
cacat garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat yang terjadi pada logam
menyebabkan kerusakan pada struktur logam misalnya terjadinya kekosongan
(vacancy), sisipan dan slip. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya sifat mekanik
logam.
6. Endapan
1. Pembebanan static
Yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya tetap atau berubah-ubah
dengan sangat lambat.
2. Pembebanan dinamik
8
II. Konsep Tegangan dan Regangan
Ketika suatu beban bersifat statis atau berubah secara relatif lambat dengan
waktu yang diterapkan diatas penampang atau permukaan benda, perilaku mekanis
dapat diamati dengan pengujian tegangan dan renggangan. Terdapat tiga cara untuk
melakukan pengujian yaitu, uji tegangan(tension test), uji kompresi(compression) uji
geser(shear test).
a. Uji tegangan
Uji tegangan sering juga disebut sebagai uji tarik. Uji tarik ini mungkin adalah
pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal,
pengujian ini juga sudah mendapatkan standarisasi di seluruh dunia, misal di amerika
dengan ASTM E8 dan di jepang dengan JIS 2241. Uji tarik ini dilakukan dengan
menarik suatu bahan dan kita akan mengetahui bagaimana reaksi benda tersebut
terhadap beban berupa tarikan, dan juga mengetahui pertambahan panjang yang di
akibatkan dari beban tersebut. Alat uji ini memerlukan tingkat cengkraman yang tinggi
dan juga kekakuan yang tinggi.
Banyak hal menarik jika mempelajari hasil dari uji tarik. Jika terus menarik
benda tersebut sampai putus maka akan didapatkan profil tarikan yang lengkap dan
berbentuk kurva. Kurva tersebut menunjukan hubungan antara jumlah gaya tarikan dan
juga pertambahan panjang seperti pada Gmbr 6.1.Data ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.
9
Biasanya yang menjadi fokus dari data tersebut adalah kemampuan maksimum
untuk menahan beban. Ini umumnya di sebut “Ultimate tensile strength” atau di
singkat UTS yang artinya tegangan tarik maksimum.
Dalam pengujian ini di gunakan hukum Hooke yang berbunyi, “Jika sebuah
pegas ditarik tanpa melebihi batas elastisitasnya, maka pegas tersebut akan
mengalami gaya tarik yang berbanding lurus dengan pertambahan panjangnya.”,
yang jika di aplikasikan dalam permassalahan ini menjadi:
stress : σ = F / A (1.1)
Disini stress adalah beban(F) di bagi luas penampang bahan(A) dan strain adalah
pertambahan panjang(∆L) dibagi panjang awal(L0). Dan hubungan antara stress dan
strain adalah:
E=σ/ε (1.3)
Setelah memodifikasi kurva hubungan antara gaya tarik dan panjang (Gmbr
1.1) maka akan di dapatkan kurva hubungan antara tegangan dan renggangan (Gmbr
1.2), yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik.
10
Dari kurva diatas di dapat kan E yang diberi nama “modulus elastisitas” atau
“modulus young” yang merupakan gradien dari kurva dalam linier. Bentuk bahan uji,
untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti gmbr 1.3 .
Perubahan pada spesimen akan di ukur melalui pengukur renggangan yang ditempelkan
pada spesimen seperti pada Gmbr 1.3 . bila pengukur regangan tersebut bertambah
panjang, terjadi pula perubahan nilai hambatan pada pengukur renggangan tersebut
yang akan di ubah menjadi perubahan renggangan.
11
pada uji tarik. Pengujian jenis ini dapat dilakukan dengan adanya gaya pada benda uji.
Tetapi gaya yang terjadi pada pengujian ini bukanlah gaya tarik pada benda uji tetapi
ini di uji dengan memberikan tekanan pada kedua ujung spesimen. Perhitungan 1.1 dan 1.2
digunakan untuk menghitung hasil uji. Tetapi untuk perhitungan 1.2 akan didapat kan hasil
negatif, dikarenakan berbedanya jenis gaya sehingga L1 akan lebih kecil dibanding L0.
Uji geser atau Shear test ini dilakukan dengan cara menggeser salah satu
permukaan benda secara mendatar. Tegangan geser τ dapat dihitung dengan
persamaan :
F
τ=
A0
(1.4)
Dengan F adalah gaya yang dilakukan sejajar dengan permukaan benda dan A0 adalah
luas dari permukaan.
Uji putir atau torsional test adalah pengujian yang dilakukan seprti pada uji geser.
Perbedaan uji putir dan uji geser adalah uji geser dilakukan dengan menggeser
permukaan benda sementara uji putir dilakukan dengan melakukan gaya putar pada
permukaan benda tersebut. Perhitungan pada pengujian ini dapat menggunakan
perhitungan yang terdapat pada uji geser.
Uji putir atau torsional test adalah pengujian yang dilakukan seprti pada uji geser.
Perbedaan uji putir dan uji geser adalah uji geser dilakukan dengan menggeser
permukaan benda sementara uji putir dilakukan dengan melakukan gaya putar pada
permukaan benda tersebut. Perhitungan pada pengujian ini dapat menggunakan
perhitungan yang terdapat pada uji geser.
12
III. Deformasi Elastis
Tingkat dimana struktur deformasi atau regangan ini, bergantung pada besarnya
tegangan yang diberikan. Pada kebanyakan logam yang ditekankan dalam Uji Tarik dan
pada tingkat yang relatif rendah, tegangan dan regangan sebanding dengan satu sama
lain melalui hubungan tersebut
Hal ini dikenal sebagai hukum Hooke, dan konstanta proporsionalitas E (GPa atau
psi) 6 adalah modulus elastisitas, atau modulus Young. Untuk logam yang paling khas,
besarnya modulus ini berkisar antara 45 GPa (6,5 x 10 6 psi) untuk magnesium, dan 407
GPa (59 x 106 psi) untuk tungsten. Nilai Modulus elastisitas untuk beberapa logam
pada suhu kamar ditampilkan pada Tabel 6.1.
12
Gambar 6.5 Skema diagram tegangan-
regangan yang menunjukkan deformasi
elastis linier untuk siklus
pemuatan(load)danpembongkaran (unload).
Deformasi elastis tidak tetap, yang berarti bahwa ketika beban diterapkan itu
dilepaskan kembali, potongan kembali ke bentuk aslinya. Seperti ditunjukkan dalam
plot tegangan-regangan (Gambar 6.5), penerapan beban berhubungan dengan
pergerakan dari asal dan sepanjang garis lurus. Setelah beban dilepaskan, garis
melintas dalam arah yang berlawanan, kembali ke asal.
Ada beberapa bahan (misalnya, besi cor abu-abu, beton, dan banyak
polimer) yang bagian elastis kurva tegangan-regangan tidak linear (Gambar 6.6);
karena itu, tidak mungkin untuk menentukan modulus elastisitas seperti dijelaskan di
atas. Untuk perilaku nonlinier ini, modulus tangen atau secant biasanya digunakan.
Modulus tangen diambil sebagai kemiringan kurva tegangan-regangan pada beberapa
tingkat tegangan tertentu, sementara modulus secant merupakan kemiringan garis
potong diperoleh dari titik nol ke beberapa titik tertentu pada kurva (( σ −ϵ ¿ .
13
Dalam skala atomik, makroskopik regangan elastis dimanifestasikan sebagai
perubahan kecil dalam jarak interatomik dan peregangan obligasi interatomik.
Akibatnya, besarnya modulus elastisitas adalah ukuran resistensi terhadap separasi
atom yang berdekatan, yaitu kekuatan ikatan interatomik. Selanjutnya, modulus
tersebut sebanding dengan kemiringan kurva gaya interatomik - kurva separasi
(Gambar 2.8a) pada jarak kesetimbangan:
Gambar 6.7 menunjukkan kurva gaya- separasi untuk bahan yang memiliki kedua
obligasi interatomik yang kuat dan lemah; kemiringan pada r0 di diindikasikan pada
masing-masing.
Nilai modulus elastisitas untuk bahan keramik hampir sama dengan logam; pada
polimer biasanya nilai modulus elastis lebih rendah (Gambar 1.4). Perbedaan-
perbedaan ini merupakan konsekuensi langsung dari berbagai jenis ikatan atom dalam
tiga jenis bahan. Selain itu, dengan meningkatnya suhu, modulus elastisitas berkurang,
seperti yang ditunjukkan pada beberapa logam, Gambar 6.8.
Seperti yang diharapkan, diterapkannya tegangan tekan, geser, dan torsional juga
membangkitkan perilaku elastis. Karakteristik tegangan-regangan pada tingkat tegangan
yang rendah hampir sama pada kedua situasi tarik dan kompresi untuk memasukkan
besarnya modulus elastisitas. Tegangan geser dan regangan sebanding dengan satu sama
lain melalui percobaan. di mana G adalah modulus geser, gradien dari elastis linear geser
Kurva tegangan- regangan.
14
Dari kontraksi ini, Regangan kompresi ϵ x dan ϵ y dapat ditentukan. Jika
tegangan yang diterapkan adalah uniaksial (hanya dalam arah z), dan bahan yang
isotropik, maka ϵ x = ϵ y.
Pada deformasi plastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat
dibebani gaya. Logam akan mengalami perubahan bentuk, dan setelah gaya
ditiadakan, terjadi perubahan bentuk permanen. Hal ini terjadi akibat
sliding antar bidang atom, dan atau ikatan atom-atomnya pecah.
Sifat-Sifat Uji Tarik
1. Kekuatan Luluh
Kebanyakan struktur yang dirancang untuk memastikan bahwa
deformasi elastis hanya akan terjadi ketika tegangan diterapkan. Sebuah
struktur atau komponen yang telah mengalami deformasi plastis, atau
mengalami perubahan permanen dalam bentuk, mungkin tidak mampu
berfungsi seperti yang diharapkan. Untuk logam yang mengalami transisi
bertahap elastis-plastik , titik luluh dapat ditentukan sebagai keberangkatan
awal dari linearitas pada kurva tegangan-regangan; hal ini kadang-kadang
disebut batas proporsional. Tegangan sesuai dengan perpotongan jalur dan
kurva tegangan-regangan seperti membungkuk di wilayah plastik didefinisikan
sebagai kekuatan luluh σ y. Tentu saja, satuan kekuatan luluh adalah MPa
atau psi.
Besarnya kekuatan luluh untuk logam adalah ukuran dari ketahanan
terhadap deformasi plastik. Kekuatan luluh bisa berkisar antara 35 MPa (5000
psi) untuk aluminium kekuatan rendah, bisa lebih dari 1400 MPa (200.000 psi)
untuk baja kekuatan tinggi.
2. Kekuatan tarik
15
Kekuatan tarik TS (MPa atau psi) adalah tegangan maksimum pada
kurva tegangan-regangan. Hal ini sesuai dengan tegangan maksimum yang
dapat dialami oleh struktur dalam tarik; jika tegangan ini diterapkan dan
dikelola, fraktur akan dihasilkan.
3. Daktalitas
Daktilitas adalah sifat mekanik yang penting. Hal ini merupakan
pengukuran pada tingkat deformasi plastik yang telah didukung fraktur. Bahan
yang mengalami sedikit atau tidak terjadi deformasi plastik pada fraktur
disebut getas.
Daktilitas dapat dinyatakan secara kuantitatif baik sebagai persen
elongasi atau persen reduksi area. Persen elongasi% (EL) adalah persentase
regangan plastik pada fraktur.
16
4. Ketahanan
Ketahanan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi
ketika mengalami deformasi elastis dan kemudian setelah membongkar
muatan, memiliki energi pulih. Properti yang berkaitan ini adalah modulus
ketahanan Ur, yang merupakan energi regangan per satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekankan bahan dari keadaan yang diturunkan sampai ke
titik luluh.
5. Ketangguhan(Thougness)
Ketangguhan adalah istilah mekanik yang digunakan dalam berbagai
konteks; hal ini merupakan ukuran dari kemampuan bahan untuk menyerap
energi hingga fraktur. Geometri benda uji serta cara penggunaan beban sangat
penting dalam menentukan ketangguhan. Dalam kondisi pembebanan dinamis
(laju regangan tinggi) dan ketika anotch (atau titik konsentrasi tegangan) di
perlihatkan, kedudukan ketangguhan dinilai dengan menggunakan tes impak.
Selanjutnya, ketangguhan frakture adalah properti yang menunjukkan resistensi
bahan terhadap fraktur ketika retakan terlihat. Untuk keadaan statis (laju
regangan rendah) , ketangguhan dapat dicari dari hasil uji tarik tegangan-
regangan.
Tabel 6.3
Data Tegangan-Regangan Tarik untuk Beberapa Logam
hipotesis akan digunakan dengan Konsep Cek 6.2 dan 6.4
17
6. Tegangan dan Regangan Sejati
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Sifat mekanik logam adalah suatu sifat terpenting karena sifat mekanik logam
menyatakan kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya dari
luar tanpa mengalami kerusakan pada logam tersebut.
• Sifat mekanik penting dari bahan logam, yaitu Strength (kekuatan), Hardness
(kekerasan), Elasticity (elastisitas), Plasticity (plastisistas), Thoughness
(ketangguha), Stiffness (kekakuan), Fatique (kelelehan), dan Creep (mulur).
B. Saran
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Callister, William D. Jr. 2007. Material Science and Engineering 7th Edition. New York :
John Wiley & Sons, Inc.
http://www.ametektest.com/learningzone/library/articles/hardness-testing-basics
Diakses pada tanggal 27 April 2023 pukul 16.25 WITA
http://www.alatuji.com/article/detail/65/metode-rockwell-hardness-test-dan-rockwell-
hardness-tester
Diakses pada tanggal 27 April 2023 pukul 16.40 WITA
http://www.alatuji.com/article/detail/3/what-is-hardness-test-uji-kekerasan-
Diakses pada tanggal 28 April 2023 pukul 09.00 WITA
http://www.alatuji.com/article/detail/548/uji-kekerasan-menggunakan-brinell-hardness-tester
Diakses pada tanggal 28 April 2023 pukul 16.10 WITA
http://www.alatuji.com/article/detail/167/beragam-macam-brinell-hardness-tester-167
Diakses pada tanggal 29 April 2023 pukul 09.25 WITA
http://www.infometrik.com/wp-content/uploads/2009/09/Mengenalujitarik.pdf
Diakses pada tanggal 29 April 2023 pukul 11.10 WITA
https://www.academia.edu/17686021/Sifat-sifat_Mekanis_Logam_-_Pengujian_Bahan?
auto=download
Diakses pada tanggal 29 April 2023 pukul 20.05 WITA
https://metallurgistwannabe.wordpress.com/2015/07/27/sifat-mekanik-material-1
Diakses pada tanggal 29 April 2023 pukul 20.25 WITA
http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf
Diakses pada tanggal 30 April 2023 pukul 10.15. WITA
20