Anda di halaman 1dari 21

Disusun oleh

Nama : Julmas Syahputra


NPM : 71180911013
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Puja puji syukur saya sampaikan kepada allah swt yang telah memberikan
nikmat iman, nikmat islam dan nikmatnya hidup kita sampai saat ini. Dan saya
sampaikan shalawat teriring salam kepada junjungan nabi besar muhammad saw,
semoga dengan banyak shalawat kepadanya akan mendapat pertolongan di akhir
hayat kelak nantinya Aamiin Aamiin yaa rabbalalamin.

Makalah yang ditulis berjudul ” METODE PENGUATAN LOGAM”


dibuat dengan untuk memenuhi tugas Praktikum Metalurgi Fisik di semester 6 ini
pada fakultas Teknik Universitas Islam Sumatra Utara jurusan Teknik Mesin.

Dalam penulisannya, penulis mengalami beberapa kendala. Namun,


Alhamdullilah banyak sumber yang saya dapatkan dari dosen maupun internet.
oleh karena itu, saya dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai.

Saya sadar bahwa makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saya memohon maaf atas kekurangan tersebut. Sebagai
pembelajaran agar lebih maju kedepannya kami juga senantiasa membuka tangan
untuk menerima kritik dan saran membangun agar kelak penulis bisa berkarya
lebih baik.

Harapan saya, semoga karya makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat
bagi kita semua. Semoga pula makalah ini dapat berfungsi sebagai mana
mestinya.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Medan,06 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Logam .......................................................................................................3
B. Mekanisme Penguatan Logam ..................................................................5
BAB III PENUTUP .............................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Logam juga merupakan
konduktor terhadap listrik serta panas yang sangat baik. Pemakaian kogam
diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material
utama maupun material pendukung dengan ketersediaan bijih logam di bumi
yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan disekitar kita
yang menggunakan material-material seperti logam sebagai bahan baku
utamanya. Seperti baterai, kompor, penyangga bangunan dll. Bahan Logam
dipilih untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dikarenakan
memiliki tekstur yang lebih kuat karena mampu menahan beban yang berat
serta memiliki kekerasan diatas bahan material yang lain seperti plastik, karet,
polymer dsb.

Pada umumnya material berupa logam memiliki keterbatasan untuk mencapai


kombinasi yang sempurna, baik segi kekuatan, kekakuan, ketangguhan, dan
kepadatan. Untuk mengatasi kekurangan ini dan untuk mencapai kombinasi
yang sempurna agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar maka
diperlukan perlakuan-perlakuan agar logam tersebut memiliki sifat campuran
yang lebih baik dari sifat aslinya. Oleh karena itu, kami membahas bagaimana
cara penguatan suatu material berupa logam agar mendapatkan gabungan sifat
terbaik dan lebih baik dari sifat asli yang dimiliki olah logam tersebut
sebelum diberikan perlakuan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, kita dapat mendapatkan


masalah :
1. Bagaimana cara sifat logam diubah menjadi sifat yang lebih baik dari
yang sebelumnya.
2. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan suatu
logam.
3. Bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan perlakuan
pada logam yang diuji.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1. Dapat mengetahui langkah serta prosedur untuk merubah sifat logam.
2. Mengetahui pengerjaan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
3. Mengetahui cara mendapatkan keuntugan yang lebih besar dengan
perlakuan pada logam yang diuji

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Logam

Logam merupakan pali kristal yang terdiri dari banyak kristal yang tersusun
secara teratur. Logam memiliki berbagai jenis sesuai unsur penyusunnya.
Logam dibuat dari bijih besi yang dijumpai di alam.

1. Pengertian Logam.
Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat,
merupakan penghantar panas dan listrik, serta mempunyai titik lebur
tinggi. Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih logam, dimana bijih
logam dapat diperolah dengan cara menambang baik yang berupa bijih
logam murni maupun yang bercampur dengan materi lain. Bijih logam
yang diambil dalam keadaan murni diantaranya adalah emas, platina,
perak, bismus dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur
dengan unsur lain seperti tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

2. Sifat dan Fungsi Logam.


Fungsi logam adalah digunakan untuk bahan-bahan teknik yang penting,
dipakai untuk kontruksi mesin, kendaraan jembatan, bangunan dan
pesawat terbang.
Sifat-sifat logam di antaranya adalah
a) Tahan panas.
b) Mampu menghantar panas.
c) Mampu menghantar listrik.

3
3. Macam-macam Logam.
Logam terdiri dari dua macam:
a) Logam ferro yaitu logam yang mengandung unsur-unsur besi dan
baja. Sifat-sifatnya:
1) Keras.
2) Kuat.
3) Tahan korosi.
4) Penghantar listrik dan panas.
5) Mampu memantulkan cahanya.
6) Mempunya titik cair yang tinggi.
b) Logam Non Ferro yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi
dan baja. Logam non ferro terdiri dari tiga macam:
1) Logam berat.
Contoh ; tenbaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), dll
2) Logam ringan.
Contoh ; allumanium (Al), timah (T)
3) Logam mulia.
Contoh ; emas (Au), mangan (Mn).

4. Sifat Fisik Logam


Logam mempunyai sifat fisik yang menyatakan kemampuan suatu logam
dalam menerima suatu beban atau gaya tanpa mengalami kerusakan pada
logam tersebut:
a) Kekuatan (strength).
Kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa tegangan
tanpa mengalami patah. Ada beberapa jenis kekuatan tergantung
jenis bahan yang dipakai diantaranya ; kekuatan tekan, tarik, kerja
dan geser.
b) Kekerasan (hardness).
Kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa penetrasi
pengikisan dan pergeseran sifat ini berhubungan dengan sifat
ketahanan aus.

4
c) Kekakuan (stiffness).
Kemampuan material dalam mempertahan kan bentuk setelah
mendapat gaya dari arah tertentu.
d) Ketangguhan (toughtness).
Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan dalam
menyerap gaya yang diberikan.
e) Kelenturan (alasticity).
Menyatakan kemampuan material kembali kebentuk asal setelah
gaya dihilangkan. Hal ini terjadi sebelum masuk wilayah plastis.
f) Plastisitas (plasticity).
Kemampuan bahan dalam mengalami sejumblah deformasi
permanen sebelum terjadi patah, hal ini setelh masuk wilayah plastis.
g) Mulur (creep).
Menyatakan kecendrungan logam mengalami deformasi plastis
apabila diberi gaya dalam jangka waktu tertentu.
h) Kelelahan (fatigue).
Merupakan kemampuan material dalam menahan beban secara terus
menerus.

B. Mekanisme Penguatan Logam

Deformasi plastis terjadi ketika banyak dislokasi bergerak dan berkembang


biak sehingga mengakibatkan deformasi makroskopik. Dengan kata lain, itu
adalah gerakan dislokasi dalam materi yang memungkinkan untuk deformasi.
Untuk meningkatkan sifat mekanik bahan (yaitu meningkatkan hasil dan
kekuatan tarik), hanya perlu memperkenalkan suatu mekanisme yang
melarang mobilitas dislokasi. Apa pun mekanismenya (bekerja pengerasan,
ukuran butir, pengurangan, dll) mereka semua menghambat gerak dan
membuat materi lebih kuat daripada sebelumnya. Tekanan yang diperlukan
untuk menimbulkan gerakan dislokasi lebih rendah daripada tegangan teoritis
yang diperlukan untuk memindahkan seluruh bidang atom. Oleh karena itu,
kekerasan dan kekuatan (baik hasil dan tarik) secara kritis tergantung pada

5
kemudahan yang bergerak dislokasi. Menjepit poin, atau lokasi dalam kristal
yang menentang gerakan dislokasi dapat diperkenalkan ke dalam kisi untuk
mengurangi mobilitas dislokasi , dengan demikian kekuatan mekanik
meningkat. Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan
antar pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu
material logam untuk di ubah secara plastis tergantung pada kemampuan
dislokasi untuk dapat bergerak. Denagn mengurangi pergerakan dislokasi,
kekuatan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan energi mekanik
yang di butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar.
Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan
lebih mudah untuk terdeformasi. Secara umum mekanisme penguatan yang di
gunakan pada material logam adalah melalui pengerasan regang, penguatan
larutan padat, penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir. Mekanisme
penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan (Strain
Hardening), Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening),
Penghalusan Butin (Grain-Size Reduction).

1. Grain-size reduction (penghalusan butir).


Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan
yang dihasilkan dengan  menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar
batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan
batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip
yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan yang
tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir
berikutnya.

Gambar 2.1 Dislokasi butir.

6
Grain boundary barrier terhadap pergerakan  dislokasi : Slip plane tidak
berlanjut atau mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan
butir tidak efektif dalam menahan dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan
butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan pada
material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan
memicu dislokasi baru dalam pertambahan butir. Material dengan butir
yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang kasar,
disebabkan karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar pada total
area lapisan butir yang akan menghambat pergerakan dislokasi.

Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan
diameter butir pada paduan kuningan 70Cu–30 Zn.

Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam meningkatkan


ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran
butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:

σ y  = σ 0  + k y  d...........................................(2.1)
Keterangan:
σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan
dislokasi pada butir.
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang
merepresentasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi
baru pada butir  berikutnya 

7
Walaupun  demikian,  pengaruh  ukuran  butir  terhadap  sifat mekanis
memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan
menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameter
ukuran butir d dapat di kontrol melalui :
a) Laju pembekuan (solidification),
b) Deformasi plastis,
c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh
dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan
terkendali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran
butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi
dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening )


Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan salah satu
mekanisme yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan
logam. Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini didirikan pada awal
bekerja di US Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran
teoritis untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah . Pada
akhir abad ke-19 , besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang
penting belum diketahui teknologi barat pada zaman Romawi . Ketika
usia pengerasan aluminium ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilm ,
selama tahun-tahun 1903 -1911 , dengan cepat menjadi paduan komersial
yang penting di bawah nama dagang Duralumin .Kekuatan dan kekerasan
dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan pembentukan
seragam tersebar sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli
dalam proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan .
Partikel endapan bertindak sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi
dan dengan demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak paduan
aluminium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu , nikel berbasis
super- paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses
pengerasan usia .

8
Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada
solusi yang solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena
penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin adalah paduan aluminium kelompok
2XXX) Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini ,
Paul D. Merica dan rekan -rekannya mempelajari kedua pengaruh
berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy dan pengaruh komposisi
kimia pada kekerasan . Di antara yang paling penting dari temuan mereka
adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat
dengan meningkatnya suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan


ternyata terlalu kecil untuk diamati secara langsung , pemeriksaan optik
mikro memberikan identifikasi beberapa tahapan lain yang hadir . Para
penulis melanjutkan untuk mengembangkan penjelasan mendalam untuk
perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak
terhitung yang modern paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli :


a) Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan - suhu
kelarutan konstituen pengerasan dalam aluminium.
b) Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
c) Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk
lain daripada dispersi atom , dan mungkin dalam bentuk molekul ,
koloid atau kristal halus.
d) Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan
dengan ukuran partikel nya .

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah dasar :


a) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama
dalam proses presipitasi - pengerasan di mana paduan dipanaskan di
atas suhu solvus dan direndam di sana sampai larutan padat

9
homogen ( α ) diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam langkah ini
dan setiap segregasi hadir dalam paduan asli berkurang .
b) Quenching adalah langkah kedua di mana α padat didinginkan secara
cepat membentuk larutan padat jenuh dari αSS yang berisi kelebihan
tembaga dan bukan merupakan struktur keseimbangan . Atom tidak
punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial dan dengan
demikian presipitat θ tidak membentuk .
c) Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh , αSS , dipanaskan di
bawah suhu solvus untuk menghasilkan endapan terdispersi halus .
Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu penuaan ini. Karena α
jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai situs
nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan endapan terdispersi
halus dalam paduan adalah tujuan dari proses presipitasi -
pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat pergerakan
dislokasi dengan memaksa dislokasi baik memotong melalui partikel
yang diendapkan atau pergi di sekitar mereka . Dengan membatasi
gerakan dislokasi selama deformasi , paduan diperkuat .

3. Solid-solution alloying (paduan larutan padat)


Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam
murni, karena impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat
memaksakan tegangan kisi di sekeliling atom induknya. Interstisial atau
impuritas substitusi dalam sebuah larutan akan mengakibatkan regangan
kisi. Dan hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang
dislokasi regangan dan menghambat pergerakan dislokasi. Impuritas
cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk
menemukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan
menurunkan tegangan energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.

10
Gambar 2.3 Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke
daerah kisi dimana tegangan atom lebih besar (daerah tegangan dislokasi
yang tidak terkompensasi oleh impuritas atom).

Gambar 2.4 Impuritas penyebab dislokasi.

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk


menyebar ke area  tegangan sekitar dislokasi yang menyebabkan
penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 2.5 Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile


Strength dan Elongation.

11
4. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening )
Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk
deformasi plastik (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat
kembali seperti semula). Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan
dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh
slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang
menyebabkan slip ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom
pada bidang slip kristal serempak bergeser, maka gaya tersebut akan
besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi.
Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebabkan
deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Kalau kristal
dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan
terlihat di bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut
dislokasi. Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan
bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luars, dislokasi akan
bergerak kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak
dislokasi bereaksi satu sama lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak
dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai
sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan
dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka
semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik.


Pada proses uji tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik,
kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa
jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan
menurunnya keuletan. Kristal logam mempunyai kekhasan dalam
keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang luar biasa. Sebagai
contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat
ditingkatkan sampai kira – kira 900 MPa oleh pengerasan regangan
Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam
merupakan sesuatu yang berguna.

12
Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan
jalan membagi beban oleh luas penampang asal batang uji, biasanya
dipakai pada perencanaan mesin – mesin.  Tegangan ini dinamakan
tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah,
maka luas penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan
dapat dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau
kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam tegangan teknis atau
tegangan nominal sering dipakai dalam bidang teknik. Hubungan antara
tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan

ε’ = ln ( l / lo )
ε’ = ln ( 1 + ε )
σ’ = K ε’ n............................................(2.2)
Keterangan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
ε’ =regangan sebenarnya
ε = regangan teknik
σ’= tegangan
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan
deformasi tertentu.

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada


kertas grafik logaritma, daerah deformasi plastis merupakan garis lurus,
sedangkan gradiennya merupakan harga n. Kalau keadaan deformasi
tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan perubahan
regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan
tekanan. Selanjutnya regangan  ε’neck pada permulaan pengecilan
setempat dari pengujian tarik sama dengan harga n.

13
Gambar 2.6 Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis
dan pengerjaan dingin.

Berikut adalah nilai K dan n. Hubungan antara elastisitas dan strain


hardening. Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook.

( E = σ / ε)............................................(2.3)

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi


plastis. Seperti yang telah dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan
bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n lebih dari 0. Flow curve
biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu
logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini
1.      Factor yg mempengaruhi
2.      Dengan dislokasi
3.      Dengan perlakuan panas
4.      Contoh pengerjaannya d roll
5.      Data yang mendukung contohnya material apa,kekuatannya brp,dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada
temperatur di bawah titik leleh ( ≤ 7230 C ). Alasan untuk pengerasan
regangan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi
dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan
dislokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain.

14
Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan
tingkat deformasi plastis. Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi
dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini adalah alasan untuk
pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan
meningkat  sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan)
akan menurun (material menjadi lebih brittle (getas)). Efek Strain
Hardening dapat dihilangkan dengan perlakuan panas annealing

15
Gambar 2.7 Grafik percent cold work terhadap Yield strength, Tensile
Strength,dan Ductility pada 1040 Steel, Brass, dan Copper.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada
yang didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yang
dapat menguatkan logam. Penguatan pada logam merupakan sebuah
perlakuan untuk menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih baik
dibandingkan sifat aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan
cara Grain-size reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying
(paduan larutan padat) dan Strain hardening (pengerasan tegangan).

Penguatan pada logam tersebut dilakukan supaya produsen mendapatkan


keuntungan yang lebih baik dan konsumen juga mendapatkan kualitas yang
lebih baik dari sifat asli logam tersebut.

B. Saran

Kami selaku penulis, mengharapkan ilmu metalurgi fisik dibagian penguatan


logam ini dilakukan dengan cara yang sesuai serta prosedur yang telah
ditetapkan standarnya agar menghasilkan hasil yang sempurna. Tak lupa juga
kami juga mengharapkan adanya perlakuan pada logam menggunakan cara
yang ramah terhadap lingkungan sekitar kita dan menghasilkan bahan uji
yang juga ramah terhadap lingkungan agar menjaga kelestarian bumi dan
keberlangsungan hidup manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana. 2014 “Makalah material teknik”. Dapat diakses pada


http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-
penguatan-material. Diakses pada 19 Juni 2015 pada pukul 14.00 WIB.

Widyastuti. 2009. “Rekayasa proses penguatan material”. Dapat diakses pada


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/129830D%2000933%20%20 Rekayasa
% 20proses--Pendahuluan.pdf. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 pada
pukul 14.30 WIB.

Febriyan, 2010. “ Penguatan Logam” Dapat diakses pada http://s3.


amazonaws.com/academia.edu.documents/3689794/14092706penguatan
logam.pdf.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 10.00
WIB.

Erikson, 2010. “Mekanika Penguatan pada Logam”. Dapat diakses pada


http://daviderikson.blogspot.com/2010/02/ mekanika – penguatan - pada-
logam.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 11.00 WIB

Anrinal, 2011. “Materi Ajar Metalurgi Fisik”. Dapat diakses pada


http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi
%20Fisik/Materi%20Ajar%20(Pdf-Version)/ 15% 20 Mekanisme % 20
Penguatan.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 12.00
WIB.

iii

Anda mungkin juga menyukai