Disusun oleh :
Kelompok 7
SALSABILLA (20034119)
Dosen Pengampu :
DEPARTEMEN FISIKA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi Penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulisan. Untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
5. Mengetahui rekristalisasi………………………………………………………….6
3
8. Mengetahui kerusakan pada logam……………………………………………….6
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7
E. RekristalisasI……………………………………………………………...………….10
F. Pemrosesan logam…………………...……………………………………………….12
A. Kesimpulan… ............................................................................................................ 18
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak
dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu
sehingga struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan
tertentu akan berlainan. Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam
akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya.Tujuan pemaduan adalah untuk
memperbaiki sifat logam Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan,
ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dan lain-lain. Komponen-komponen
umum diagram fase adalah garis kesetimbangan, yang merujuk pada garis yang
menandakan terjadinya transisi fase. Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang
berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.
Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan dua
kelompok bahan utama lainnya (polimer dan keramik). Hal ini dikarenakan logam pada
umumnya hanya terdiri dari satu jenis atom (atau merupakan larutan padat seperti kuningan
dimana seng menggantikan tembaga tanpa adanya perubahan struktur).
Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan kimia
yang seragam. Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara
fasa, komposisi dan temperatur. Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan
representasi tentang fasafasa yang ada dalam suatu material pada variasi temperatur,
tekanan dan komposisi. Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan
kesetimbangan (kondisinya adalah pendinginan yang sangat lambat).
B. Rumusan Masalah
5
4. Sifat logam yang mengalami deformasi?
C. Tujuan
5. Mengetahui rekristalisasi
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Salah satu sifat yang
ditimbulkan adalah peningkatan kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh
adanya atom-atom yang larut yang menghambat pergerakan dislokasi dalam
kristal sewaktu terjadi deformasi plastik.
2. Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi daya hantar listrik logam dimana atom
asing mengganggu uniformitas medan listrik dalam kisi kristal.
3. Pada logam, elektron membawa sebagian besar energi hantaran panas. Karena
elektron menghantarkan panas maka penghantar listrik yang baik merupakan
penghantar panas yang baik pula. Jadi ada kaitan antara daya hantar panas dan
daya hantar listrik.
4. Jika k menyatakan daya hantar listrik (satuan watt/m2) dan menyatakan daya
hantar panas (satuan 0 C/m) hubungan kedua besaran tersebut dikenal sebagai
perbandingan Wiedeman– Franz (W-F).
7
▪ Struktur mikro paduan fasa tunggal
Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan bahan yang berbutir banyak
disebut poligranular atau polikristalin. Kristal yang berdekatan memiliki orientasi
yang berbeda oleh karena itu terdapat batas butir. Struktur mikro dengan fasa tunggal
dapat diubah dengan cara mengubah ukuran, bentuk dan orientasi butiran.
Aspek ini saling bergantungan karena bentuk dan ukuran butir tergantung pada
pertumbuhan butir. Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada orientasi
kristal butir selama pertumbuhan.
Besar butir dinyatakan dalam ukuran diameter. Beberapa bentuk butiran adalah
sumbu sama, bentuk pipih, kolum atau dendritik (cabang pohon).
Orientasi butir dalam logam adalah acak meliputi tiga arah koordinatnya. Contoh
arah [100] dalam besi memiliki permeabilitas magnetik yang lebih tinggi daripada
dalam arah lainnya.
8
perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang
permanen mulai terjadi, dengan kata lain kekenyalan menyatakan kemampuan
bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang
menimbulkan deformasi.
9
D. Sifat Logam Yang Mengalami Deformasi
Pada proses pembentukan logam diharapkan terjadi deformasi elastis yang diikuti oleh
deformasi plastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang akan kembali ke bentuk
awalnya apabila beban yang diberikan dihilangkan. Pada daerah deformasi elastis berlaku
hukum Hooke, yaitu tegangan (𝜎) akan sebanding dengan regangan ( 𝜀 ) dikalikan modulus
elastisitas ( modulus Young ). Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan
kelanjutan dari deformasi elastis, yang bersifat permanen meskipun pembebanan
dihilangkan. Logam mengalami perubahan sifat antara lain : kenaikan sifat pengerasan
logam, kenaikan sifat kekuatan logam dan kenaikan kekuatan tank.
E. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya
dengancara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
cocok. Prinsiprekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zatpencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu
sama lain, kemudian larutan zatyang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah pertumbuhan kristas baru dari Kristal yang telah mengalami
deformasi, karena Kristal yang telah terdeformasi mempunyai lebih banyak energi karena
mengandung dislokasi dan cacat-cacat titik. Bila ada kesempatan,atom-atom akan bergerak
ddan membentuk susunan yang lebih sempurna tanpa mengalami regangan. Hal ini dapat
terlaksana bila Kristal dipanaskan dan melalui suatu proses annealing (anil).
Suhu rekristalisasi tergantung pada beberapa factor antara lain laju difusivitas dan
waktu. Bahan murni berekristalisasi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan padat (alloy). Contoh kawat listrik dari tembaga murni lebih mudah dianil daripada
kawat kuningan.
10
Perpatahan. Percobaan tegangan-tegangan diakhiri dengan perpatahan (biasanya didahului
dengan deformasi plastic). Bila ada deformasi plastic,maka kita sebut perpatahan ulet
(ductile fracture) dan bila tidak diiringo dengan deformasi plastic disebut perpatahan rapuh
(brittle fracture). Pada suhu rendah, retak dapat merambat lebih kecil dari pada terjadinya
deformasi plastic plastic karena energi yang diserap sedikit. Pada suhu yang lebih tinggi,
retakan didahului oleh deformasi yang memerlukan energi. Contoh baja ,jika dibebani
11
secara perlahan-lahan dapat patah ulet dan patah paruh bila dibebani secara kejut hingga
tidak ada kesempatan untuk terjadi deformasi plastic.
F. Pemrosesan Logam
Pembentukan logam adalah proses untuk mengubah benda kerja (work piece) dengan
cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis dan menjadi bentuk yang
diinginkan. Contoh: rolling, forging, extrusion, wire drawing, tube drawing, cupping dll.
Tujuan Utama Pembentukan Logam: mengubah bentuk benda kerja menjadi bentuk yang
diinginkan, memperbaiki sifat benda kerja dengan cara memperbaiki struktur mikro,
kekuatan mekanik dll.
Posisi Pembentukan Logam terhadap proses produksi lainnya:
1. Pengecoran (casting)
logam cair→ tuang ke cetakan→ isi ruang cetak→ coran dan sisa coran (saluran
masuk dll.)
2. Pembentukan (forming)
benda kerja (dipanaskan/tidak) → dibentuk dg gaya luar→ terdeformasi plastik→
produk (tanpa geram, chipless)
3. Pemesinan (machining)
benda kerja →dimesin→ produk dan geram(chips)
4. Pengelasan (welding)
benda kerja + benda kerja +…. →dilas →sambungan las→ produk
5. Perlakuan panas (heat treatment)
benda kerja (work piece) → heat treatment (quenching dll) →produk (tidak
terbentuk, bentuk tidak berubah)
12
6. Perlakuan permukaan (surface treatment)
benda kerja →perlakuan permukaan (carburizing, shot peening dll.) →produk
(tidak berubah bentuk).
Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal yang memiliki
ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda padat. Struktur amorf
menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur. Amorf terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu
cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya, benda seperti
gelas, plastik dan aspal memiliki struktur yang identik dengan amorf.
Kristal ini mempunyai orientasi kristalografi acak, sebagaimana ditunjukkan oleh jaring persegi.
Butir-butir kecil tumbuh. Ujung-ujung atom yang berdekatan Material Teknik bersinggungan satu
sama lain ketika proses pembekuan mendekati selesai. Hasilnya orientasi kristalografi akan
berbeda antara satu butir dengan butir lainnya.
13
H. Kerusakan Pada Logam
a. MAKROSKOPIK
Aturan umum yang baik untuk diterapkan dalam meninjau skala pembesaran yang
harus digunakan dalam menguji kerusakan adalah : semakin tinggi pembesaran, (a)
semakin mahal pengujian (b) semakin tinggi keahlian yang dibutuhkan dalam
penanganan dan penyiapan bahan dan (c) semakin lama waktu pengujian.
Gambar 2. Perbandinga kegagalan dari dinding pipa (a) ulet dan (b) getas.
Pengujian makroskopik memerlukan penyiapan yang sedikit. Tetapi aturan yang
telah diberikan sebelumnya tentang kehati-hatian dalam penanganan harus
diterapkan. Hasil makroskopik kadang-kadang memberikan informasi yang cukup
untuk menjelaskan penyebab suatu masalah atau menuntun peneliti selanjutnya
dengan memberikan terhadap benda yang utuh.
14
Gambar 3. Patah ulet akibat penarikan (terjadinya deformasi plastis).
Gambar 4. patahan akibat uji tarik (a) patah getas (b) patah ulet
Salah satu ciri makroskopik dari suatu kerusakan adalah jumlah deformasi plastis.
Pada kerusakan ulet selalu terdapat deformasi plastis, sejumlah energi disaerap bila
logam dideformasi(sebelum permukaan baru terbentuk), sedangkan pada kerusakan
brittle bagian–bagian yang retak dapat bersatu dengan baik. Pada lingkungan,
permukaan kerusakan ulet cukup kasar karena terjadi deformasi plastis, sedangkan
kerusakan bvrittle lebih halus.
15
(permukaan terdeformasi plastis dan kasar).
b. MIKROSKOPIK
16
fase penyelidikan yang lain, pengujian ini kadang-kadang dapat juga digunakan untuk
memberikan jalan terhadap suatu masalah dan untuk menjelaskan penyebabnya.
(a) (b)
Gambar 6. Patah getas (a) intergranular pada baja 304 S (b) intragranular pada
baja 316 S
Kerusakan inklusi (logam atau non logam) atau inklusi kerusakan matrik telah
dihubungkan dengan semua jenis kerusakan : statis, dinamis, dan fatig. Bila logam
berubah bentuk, tidak hanya matrik yang terdeformasi tetapi juga inklusi. Gambar 6.(a)
menunjukkan suatu retakan intergranular yang diperparah oleh inklusi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan mengenai logam fasa tunggal dapat kita ketahui bahwa
logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam keadaan
dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur
yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan
berlainan. Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan
dua kelompok bahan utama lainnya (polimer dan keramik).
Sedangkan Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik
dan kimia yang seragam. Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang
berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19