Anda di halaman 1dari 19

LOGAM FASA TUNGGAL

Disusun oleh :

Kelompok 7

CHESTY NOVIA BONICHA (20034047 )

FHICA FEBRIONA (20034055)

SALSABILLA (20034119)

Dosen Pengampu :

Dra. YENNI DARVINA M.Si

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi Penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulisan. Untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang,1 Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR… ..........................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3-4

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 5

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 5


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1. Apa itu paduan fasa tunggal?..................................................................................5
2. Apa saja sifat dari mekanik logam?....................................................................... 5
3. Apa yang dimaksud deformasi pada logam? ......................................................... 5

4. Sifat logam yang mengalami deformasi?................................................................6

5. Apa definisi rekristalisasi?………………………………………………………………………………….6

6. Apa saja pemrosesan logam ……………………………………………………..6

7. Apa yang dimaksud sifat-sifat logam poliktristalin?....................................................6

8. Bagaimana macam-macam kerusakan pada logam?................................................6


C. Tujuan Penelitian… ..................................................................................................... 6
1. Mengetahui paduan fasa tunggal .....................................................................…..6
2. Mengetahui sifat dari mekanik logam ................................................................... 6

3. Mengetahui deformasi pada logam …………………………………………………………………………..6

4. Mengetahui sifat logam yang mengalami deformasi ………………………………………………6

5. Mengetahui rekristalisasi………………………………………………………….6

6. Mengetahui Pemrosesan logam……………………………………………………6

7. Mengetahui sifat-sifat logam poliktristalin………………………………………..6

3
8. Mengetahui kerusakan pada logam……………………………………………….6
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7

A. Paduan fasa tunggal ................................................................................................ …7


B. Sifat dari mekanik logam 2………………………………………………………………8

C. Deformasi pada logam ……………………………………………….…………………………………………….9

D. Sifat logam yang mengalami deformasi ………………………………………………………………………..10

E. RekristalisasI……………………………………………………………...………….10

F. Pemrosesan logam…………………...……………………………………………….12

G. Sifat-sifat logam poliktristalin………………………………………………………..13

H. Kerusakan pada logam……………………………………………………………….14

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................ ….18

A. Kesimpulan… ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak
dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu
sehingga struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan
tertentu akan berlainan. Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam
akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya.Tujuan pemaduan adalah untuk
memperbaiki sifat logam Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan,
ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dan lain-lain. Komponen-komponen
umum diagram fase adalah garis kesetimbangan, yang merujuk pada garis yang
menandakan terjadinya transisi fase. Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang
berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.

Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan dua
kelompok bahan utama lainnya (polimer dan keramik). Hal ini dikarenakan logam pada
umumnya hanya terdiri dari satu jenis atom (atau merupakan larutan padat seperti kuningan
dimana seng menggantikan tembaga tanpa adanya perubahan struktur).

Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan kimia
yang seragam. Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara
fasa, komposisi dan temperatur. Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan
representasi tentang fasafasa yang ada dalam suatu material pada variasi temperatur,
tekanan dan komposisi. Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan
kesetimbangan (kondisinya adalah pendinginan yang sangat lambat).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu paduan fasa tunggal?

2. Apa saja sifat dari mekanik logam ?

3. Apa saja yang dimaksud dengan deformasi pada logam ?

5
4. Sifat logam yang mengalami deformasi?

5. Apa yang dimaksud rekristalisasi ?

6. Apa saja pemrosesan logam ?

7. Apa yang dimaksud sifat-sifat logam poliktristalin?

8. Apa saja macam-macam kerusakan pada logam?

C. Tujuan

1. Mengetahui paduan fasa tunggal

2. Mengetahui sifat dari mekanik logam

3. Menegtahui deformasi pada logam

4. Mengetahui sifat logam yang mengalami deformasi

5. Mengetahui rekristalisasi

6. Mengetahui pemrosesan logam

7. Mengetahui sifat-sifat logam poliktristalin

8. Mengetahui kerusakan pada logam

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Paduan Fasa Tunggal


Pada umumnya logam terdiri dari satu fasa, termasuk logam murni komersil dengan
satu komponen. Sebagai contoh : kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran
baja, dan aluminium untuk alat-alat rumah tangga. Meskipun demikian tidak sedikit
dilakukan perpaduan atau pencampuran (alloy) antar logam berbeda jenis untuk
memperbaiki sifat antara lain membuat lebih kuat, membuat pewarnaan/mengkilap
dll.
▪ Paduan adalah logam fasa tunggal bila batas solubilitas tidak dilampaui. Contoh :
1. Kuningan (paduan tembaga dan seng)
2.perunggu (paduan tembaga dan timah putih)
3. tembaga-nikel
4.Paduan fasa ganda/rangkap mengandung fasa tambahan karena batas larut
telah dilampaui. (tidak dibahas)

▪ Sifat paduan fasa tunggal

1. Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Salah satu sifat yang
ditimbulkan adalah peningkatan kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh
adanya atom-atom yang larut yang menghambat pergerakan dislokasi dalam
kristal sewaktu terjadi deformasi plastik.

2. Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi daya hantar listrik logam dimana atom
asing mengganggu uniformitas medan listrik dalam kisi kristal.

3. Pada logam, elektron membawa sebagian besar energi hantaran panas. Karena
elektron menghantarkan panas maka penghantar listrik yang baik merupakan
penghantar panas yang baik pula. Jadi ada kaitan antara daya hantar panas dan
daya hantar listrik.

4. Jika k menyatakan daya hantar listrik (satuan watt/m2) dan menyatakan daya
hantar panas (satuan 0 C/m) hubungan kedua besaran tersebut dikenal sebagai
perbandingan Wiedeman– Franz (W-F).

7
▪ Struktur mikro paduan fasa tunggal
Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan bahan yang berbutir banyak
disebut poligranular atau polikristalin. Kristal yang berdekatan memiliki orientasi
yang berbeda oleh karena itu terdapat batas butir. Struktur mikro dengan fasa tunggal
dapat diubah dengan cara mengubah ukuran, bentuk dan orientasi butiran.
Aspek ini saling bergantungan karena bentuk dan ukuran butir tergantung pada
pertumbuhan butir. Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada orientasi
kristal butir selama pertumbuhan.
Besar butir dinyatakan dalam ukuran diameter. Beberapa bentuk butiran adalah
sumbu sama, bentuk pipih, kolum atau dendritik (cabang pohon).
Orientasi butir dalam logam adalah acak meliputi tiga arah koordinatnya. Contoh
arah [100] dalam besi memiliki permeabilitas magnetik yang lebih tinggi daripada
dalam arah lainnya.

B. Sifat Mekanik Logam


Sifat mekanik dari logam adalah kekakuan dan ketahanan logam terhadap beban –
beban tarikan, puntiran, geseran, tekanan dan goresan baik pada beban-beban statis atau
dinamis pada temperature biasa, atau temperatur tinggi ataupun temperatur dibawah
nol. Sedangkan sifat fisis dari logam adalah mempunyai massa jenis, titik cair, panas
jenis, konduktivitas panas, koefisian kumai dan tahanan listrik.

▪ Sifat-sifat mekanik pada logam

✓ Kekerasan (hardness) adalah kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan,


penetrasi, pengikisan (abrasi). Sifat ini berkaitan dengan sifat keausan (wear
resistance) dan kekuatan.
✓ Kekuatan (strenght) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa patah.
Kekuatan ada beberapa macam, tergantung pada beban yang bekerja antara lain
dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan puntir,
dan kekuatan bengkok.
✓ Kekenyalan (elasticity) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Jika
bahan mengalami tegangan maka terjadi perubahan bentuk. Jika tegangan yang
bekerja besarnya tidak melewati suatu batas tertentu maka perubahan bentuk
yang terjadi bersifat sementara, perubahan bentuk ini akan hilang bersama
dengan hilangnya tegangan, akan tetapi jika tegangan yang bekerja telah
melampaui batas tersebut, maka sebagian bentuk itu tetap ada walaupun
tegangan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak

8
perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang
permanen mulai terjadi, dengan kata lain kekenyalan menyatakan kemampuan
bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang
menimbulkan deformasi.

✓ Kekakuan (stiffness) adalah kemampuan bahan menerima tegangan tanpa


terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
✓ Ketangguhan (toughness) adalah kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah
energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga sebagai ukuran
banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja. Sifat ini
dipengaruhi banyak faktor sehingga sifat ini sulit untuk diukur.
✓ Plastisitas (plasticity) adalah kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi plastis (yang permanen) tanpa terjadinya kerusakan. Sifat ini diperlukan
bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti,
forging, rolling, extruding dan sebagainya. Sifat ini juga disebut sebagai
keuletan (ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup
tinggi dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan tinggi, dimana bahan
tersebut dikatakan ulet (ductile). Sedang bahan yang tidak menunjukan terjadinya
deformasi plastis dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan yang rendah
atau dikatakan getas – rapuh (brittle).
✓ Kelelahan (fatique) adalah kecenderungan dari logam untuk patah jika menerima
tegangan yang berulang-ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh di bawah
batas kekuatan elastisitasnya. Sebagian besar kerusakan yang terjadi pada
komponen mesin disebabkan oleh kelelahan. Karenanya kelelahan merupakan
sifat yang sangat penting tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak
faktor yang mempengaruhinya.
✓ Keretakan – merangkak (creep – crack) adalah sifat suatu logam untuk mengalami
deformasi plastik yang besarnya merupakan fungsi waktu, dimana pada saat
bahan tersebut menerima beban yang besarnya relatif tetap.

C. Deformasi Pada Logam


Pengertian Deformasi pada logam , prinsip dasar pembentukan logam, metal forming
adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar
sehingga terjadi deformasi plastik. Dengan gaya luar ini akan terjadi perubahan bentuk
benda kerja secara permanen.
Pembentukan umumnya bertujuan untuk mendapatkan suatu produk logam sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Selain itu pembentukan memungkinkan diperoleh sifat-
sifat mekanik tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan atau yang di persyaratkan.
Pembentukan logam selalu menggunakan perkakas yang berfungsi sebagai pemberi
gaya luar dan pengarah bentuk yang diinginkan. Perubahan bentuk pada bahan atau logam
dapat dibedakan menjadi dua yaitu deformasi elastis dan deformasi plastic.

9
D. Sifat Logam Yang Mengalami Deformasi

Pada proses pembentukan logam diharapkan terjadi deformasi elastis yang diikuti oleh
deformasi plastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang akan kembali ke bentuk
awalnya apabila beban yang diberikan dihilangkan. Pada daerah deformasi elastis berlaku
hukum Hooke, yaitu tegangan (𝜎) akan sebanding dengan regangan ( 𝜀 ) dikalikan modulus
elastisitas ( modulus Young ). Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan
kelanjutan dari deformasi elastis, yang bersifat permanen meskipun pembebanan
dihilangkan. Logam mengalami perubahan sifat antara lain : kenaikan sifat pengerasan
logam, kenaikan sifat kekuatan logam dan kenaikan kekuatan tank.

E. Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya
dengancara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
cocok. Prinsiprekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zatpencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu
sama lain, kemudian larutan zatyang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah pertumbuhan kristas baru dari Kristal yang telah mengalami
deformasi, karena Kristal yang telah terdeformasi mempunyai lebih banyak energi karena
mengandung dislokasi dan cacat-cacat titik. Bila ada kesempatan,atom-atom akan bergerak
ddan membentuk susunan yang lebih sempurna tanpa mengalami regangan. Hal ini dapat
terlaksana bila Kristal dipanaskan dan melalui suatu proses annealing (anil).
Suhu rekristalisasi tergantung pada beberapa factor antara lain laju difusivitas dan
waktu. Bahan murni berekristalisasi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan padat (alloy). Contoh kawat listrik dari tembaga murni lebih mudah dianil daripada
kawat kuningan.

10
Perpatahan. Percobaan tegangan-tegangan diakhiri dengan perpatahan (biasanya didahului
dengan deformasi plastic). Bila ada deformasi plastic,maka kita sebut perpatahan ulet
(ductile fracture) dan bila tidak diiringo dengan deformasi plastic disebut perpatahan rapuh
(brittle fracture). Pada suhu rendah, retak dapat merambat lebih kecil dari pada terjadinya
deformasi plastic plastic karena energi yang diserap sedikit. Pada suhu yang lebih tinggi,
retakan didahului oleh deformasi yang memerlukan energi. Contoh baja ,jika dibebani

11
secara perlahan-lahan dapat patah ulet dan patah paruh bila dibebani secara kejut hingga
tidak ada kesempatan untuk terjadi deformasi plastic.

F. Pemrosesan Logam

Pembentukan logam adalah proses untuk mengubah benda kerja (work piece) dengan
cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis dan menjadi bentuk yang
diinginkan. Contoh: rolling, forging, extrusion, wire drawing, tube drawing, cupping dll.
Tujuan Utama Pembentukan Logam: mengubah bentuk benda kerja menjadi bentuk yang
diinginkan, memperbaiki sifat benda kerja dengan cara memperbaiki struktur mikro,
kekuatan mekanik dll.
Posisi Pembentukan Logam terhadap proses produksi lainnya:

1. Pengecoran (casting)
logam cair→ tuang ke cetakan→ isi ruang cetak→ coran dan sisa coran (saluran
masuk dll.)
2. Pembentukan (forming)
benda kerja (dipanaskan/tidak) → dibentuk dg gaya luar→ terdeformasi plastik→
produk (tanpa geram, chipless)
3. Pemesinan (machining)
benda kerja →dimesin→ produk dan geram(chips)
4. Pengelasan (welding)
benda kerja + benda kerja +…. →dilas →sambungan las→ produk
5. Perlakuan panas (heat treatment)
benda kerja (work piece) → heat treatment (quenching dll) →produk (tidak
terbentuk, bentuk tidak berubah)

12
6. Perlakuan permukaan (surface treatment)
benda kerja →perlakuan permukaan (carburizing, shot peening dll.) →produk
(tidak berubah bentuk).

Pembentukan Logam dikaji dalam tiga bidang:

1. Bidang teknologi proses : geometri, kondisi dan prosesnya.


2. Bidang mekanika : memperkirakan gaya, daya serta energi yang pembentukan.
3. Bidang metalurgi: menyelidiki perubahan-perubahan sifat material akibat proses
pembentukan.13

Klasifikasi Proses Pembentukan Logam


Pengklasifikasian bertujuan untuk mempermudah analisa dan pengkajian
proses pembentukan logam pada berbagai aspek misalnya dalam segi temperatur
pengerjaan, gaya pembentukan, maupun tahapan produk serta bentuk benda
kerjanya.
Pengklasifikasian dapat berdasarkan:
a) Temperatur pengerjaannya (di atas atau di bawah suhu rekristalisasi)
b) Bentuk benda kerjanya
c) Tahapan produk

G. Sifat-Sifat Logam Poliktristalin

Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal yang memiliki
ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda padat. Struktur amorf
menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur. Amorf terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu
cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya, benda seperti
gelas, plastik dan aspal memiliki struktur yang identik dengan amorf.

Kristal ini mempunyai orientasi kristalografi acak, sebagaimana ditunjukkan oleh jaring persegi.
Butir-butir kecil tumbuh. Ujung-ujung atom yang berdekatan Material Teknik bersinggungan satu
sama lain ketika proses pembekuan mendekati selesai. Hasilnya orientasi kristalografi akan
berbeda antara satu butir dengan butir lainnya.

13
H. Kerusakan Pada Logam

a. MAKROSKOPIK

Aturan umum yang baik untuk diterapkan dalam meninjau skala pembesaran yang
harus digunakan dalam menguji kerusakan adalah : semakin tinggi pembesaran, (a)
semakin mahal pengujian (b) semakin tinggi keahlian yang dibutuhkan dalam
penanganan dan penyiapan bahan dan (c) semakin lama waktu pengujian.

Gambar 2. Perbandinga kegagalan dari dinding pipa (a) ulet dan (b) getas.
Pengujian makroskopik memerlukan penyiapan yang sedikit. Tetapi aturan yang
telah diberikan sebelumnya tentang kehati-hatian dalam penanganan harus
diterapkan. Hasil makroskopik kadang-kadang memberikan informasi yang cukup
untuk menjelaskan penyebab suatu masalah atau menuntun peneliti selanjutnya
dengan memberikan terhadap benda yang utuh.

Makroskopik sendiri merupakan pengujian yang dilakukan dengan masih dapat


ditinjau dengan indera penglihatan atau mata. Beberapa faktor yang harus ditinjau
adalah : distorsi yang berhubungan dengan kerusakan, perubahan letak dari permukaan
retak, produk korosi, ukuran, jumlah dan lokasi dari potongan, kekasaran atau
kekerasan permukaan retak, dan setiap hubungan kerusakan tersebut dengan kerusakan
luar, seperti nicks atau kondisi desain seperti sudut atau radian.

14
Gambar 3. Patah ulet akibat penarikan (terjadinya deformasi plastis).

Gambar 4. patahan akibat uji tarik (a) patah getas (b) patah ulet

Salah satu ciri makroskopik dari suatu kerusakan adalah jumlah deformasi plastis.
Pada kerusakan ulet selalu terdapat deformasi plastis, sejumlah energi disaerap bila
logam dideformasi(sebelum permukaan baru terbentuk), sedangkan pada kerusakan
brittle bagian–bagian yang retak dapat bersatu dengan baik. Pada lingkungan,
permukaan kerusakan ulet cukup kasar karena terjadi deformasi plastis, sedangkan
kerusakan bvrittle lebih halus.

Gambar 4. Bagian patahan yang menunjukkan patah ulet

15
(permukaan terdeformasi plastis dan kasar).

Dari penampakan-penampakan inilah suatu kerusakan dapat dideteksi apakah


telah terjadi deformasi plastis sebelumnya sebelum logam itu gagal, sehingga diketahui
apakah logam ini ulet atau getas, atau kombinasi dari keduanya.

Gambar 5. Poros yang patah (patahan yang getas

dipermukaannya namun ulet didalamnya).

b. MIKROSKOPIK

Pengujian secara mikroskopik ialah suatu proses penelitian yang ditujukan


untuk melihat dan menganganalisa struktur mikro suatu logam. Hal ini terkadang
menjadi sangat penting untuk mendapatkan jawaban dari suatu kegagalan yang terjadi
yang tidak dapat di jelaskan sepenuhnya oleh pengujian secara makro. Pengujian ini
biasanya lebih mengarah kepada struktur penyusun dan bentuk dari mikrostruktur
logam itu sendiri, apakah itu serat maupun batas butir dan struktur penyusunnya.

Ada dua alasan untuk melakukan pengujian mikroskoptis : untuk menguji


mikrostruktur untuk menentukan sebelum dilakukan pemrosesan yang sesuai (mis,
perlakuan panas) atau untuk menguji hubungan antara bentuk rengkahan terhadap
mikrostrukturnya. Pada saat mikrostruktur sedang dipelajari, setiap bahan harus diuji.
Seperti halnya dalam semua kerja metalografik, pengawasan harus dilakukan dalam
mengangkat, menghaluskan dan penyempurnaan. Tetapi tidak perlu memastikan
ujung bahan tidak bulat.

Pengujian mikroskopik yang lebih dari 1000× biasanya jarang dilakukan


terhadap permukaan yang retak. Dangkalan bidang secara jelas mengurangi manfaat
cara ini. Tetapi walaupun pengujian mikroskopik hanya dibuat untuk membedakan

16
fase penyelidikan yang lain, pengujian ini kadang-kadang dapat juga digunakan untuk
memberikan jalan terhadap suatu masalah dan untuk menjelaskan penyebabnya.

Bila hubungan bentuk patahan terhadap mikrostruktur merupakan hal yang


dianggap penting, profil retakan diuji dan kehati-hatian harus dilakukan untuk
menjaga bagian ujung.

(a) (b)

Gambar 6. Patah getas (a) intergranular pada baja 304 S (b) intragranular pada
baja 316 S

Sifat-sifat kebanyakan dari bahan engineering dapat dirubah dengan melalui


pemanasan. Perubahan dalam mikrostruktur biasanya selalu berhubungan dengan
perubahan sifat-sifat. Walaupun kadang-kadang tidak mungkin untuk menjelaskan
suatu kerusakan mikrostruktur umumnya, secara kebetulan beberapa fase perlakuan
panas akan terjadi dan mikrostruktur akan terbentuk dengan tidak benar. Contohnya,
pada baja lekukan dan baja tuang, adanya ferrite menunjukkan bahwa temperature
austenitizing mungkin terlalu rendah atau pelekukan tidak cukup. Bainite
mungkin juga terlihat jika terdapat lekukan kerutan. Juga dalam pengerasan bahan
seperti aluminium pengendapan partikel yang besar dapat menunjukkan adanya
overaging.

Kerusakan inklusi (logam atau non logam) atau inklusi kerusakan matrik telah
dihubungkan dengan semua jenis kerusakan : statis, dinamis, dan fatig. Bila logam
berubah bentuk, tidak hanya matrik yang terdeformasi tetapi juga inklusi. Gambar 6.(a)
menunjukkan suatu retakan intergranular yang diperparah oleh inklusi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan mengenai logam fasa tunggal dapat kita ketahui bahwa
logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam keadaan
dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur
yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan
berlainan. Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan
dua kelompok bahan utama lainnya (polimer dan keramik).
Sedangkan Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik
dan kimia yang seragam. Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang
berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unimal.ac.id/5153/1/Buku pengantar pengolahan logam.pdf


BKK Bab 5 Pemrosesan Logam | PDF (scribd.com)
https://pdfcoffee.com/logam-fasa-tunggal-5-pdf-free.html
https://ardra.biz/topik/pengertian-deformasi-logam/
https://kawatlas.jayamanunggal.com/sifat-mekanik-logam/
https://dokumen.tips/documents/fasa-tunggal.html?page=1
PENGARUH PEMBENTUKAN LOGAM TERHADAP SIFAT FISIK LOGAM | Ayu Puspa -
Academia.edu
Fasa tunggal (dokumen.tips)
jiunkpe-ns-s1-1998-24491070-15179-kemudi_sepeda-chapter2.pdf (petra.ac.id)
Kerusakan Logam & Penyebabnya Dilihat Secara; Makroskopik & Mikroskopik | Dari Sini
Dimulai & Menulis untuk Perubahan (irianpoo.blogspot.com)

19

Anda mungkin juga menyukai