Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

METALURGI FISIK
“ MEKANISME PENGUATAN LOGAM “

DISUSUN OLEH:

NAMA : CITRA LESTARI

NIM : 20022014022

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat serta izin-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah

metalurgi fisik mengenai “Mekanisme Penguatan Logam” untuk

menyelesaikan makalah ini untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah

Metalurgi Fisik.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan

sumbangsih berupa ide-ide dan bahan tambahan yang menunjang pembuatan

makalah ini. Makalah ini di susun untuk membantu proses pembelajaran

mahasiswa khususnya untuk mahasiswa Teknik Mesin.

Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang

terdapat dalam makalah yang di buat. Oleh karena itu kami meminta saran dari

bapak Dosen untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai penulis, saya

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..……………..

……………….….…….…….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………..…..………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………..............................1

A. Latar Belakang..........................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Logam........................................................................................................

B. Mekanisme Penguatan Logam..................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................

B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………24

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih

kuat dibandingkan dengan bahan material lainnya. Logam juga merupakan

konduktor terhadap listrik serta panas yang sangat baik. Pemakaian kogam

diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material

utama maupun material pendukung dengan ketersediaan bijih logam di bumi

yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan disekitar kita

yang menggunakan material-material seperti logam sebagai bahan baku

utamanya. Seperti baterai, kompor, penyangga bangunan dll. Bahan Logam

dipilih untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dikarenakan

memiliki tekstur yang lebih kuat karena mampu menahan beban yang berat

serta memiliki kekerasan diatas bahan material yang lain seperti plastik, karet,

polymer dsb.

Pada umumnya material berupa logam memiliki keterbatasan untuk

mencapai kombinasi yang sempurna, baik segi kekuatan, kekakuan,

ketangguhan, dan kepadatan. Untuk mengatasi kekurangan ini dan untuk

mencapai kombinasi yang sempurna agar menghasilkan keuntungan yang

lebih besar maka diperlukan perlakuan-perlakuan agar logam tersebut

memiliki sifat campuran yang lebih baik dari sifat aslinya. Oleh karena itu,

kami membahas bagaimana cara penguatan suatu material berupa logam agar

1
mendapatkan gabungan sifat terbaik dan lebih baik dari sifat asli yang dimiliki

olah logam tersebut sebelum diberikan perlakuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, kita dapat mendapatkan

masalah :

1. Bagaimana cara sifat logam diubah menjadi sifat yang lebih baik dari

yang sebelumnya.

2. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan

suatu logam.

3. Bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan

perlakuan pada logam yang diuji.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui langkah serta prosedur untuk merubah sifat logam.

2. Mengetahui pengerjaan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan.

3. Mengetahui cara mendapatkan keuntugan yang lebih besar dengan

perlakuan pada logam yang diuji

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Logam

Logam merupakan pali kristal yang terdiri dari banyak

kristal yang tersusun secara teratur. Logam memiliki berbagai

jenis sesuai unsur penyusunnya. Logam dibuat dari bijih besi

yang dijumpai di alam.

1. Pengertian Logam.

Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras,

liat, merupakan penghantar panas dan listrik, serta mempunyai

titik lebur tinggi. Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih

logam, dimana bijih logam dapat diperolah dengan cara

menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang

bercampur dengan materi lain. Bijih logam yang diambil dalam

keadaan murni diantaranya adalah emas, platina, perak, bismus

dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur dengan unsur

lain seperti tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

2. Sifat dan Fungsi Logam.

3
Fungsi logam adalah digunakan untuk bahan-bahan teknik yang

penting, dipakai untuk kontruksi mesin, kendaraan jembatan,

bangunan dan pesawat terbang.

Sifat-sifat logam di antaranya adalah

a) Tahan panas.

b) Mampu menghantar panas.

c) Mampu menghantar listrik.

3. Macam-macam Logam.

Logam terdiri dari dua macam:

a) Logam ferro yaitu logam yang mengandung unsur-unsur

besi dan baja. Sifat-sifatnya:

 Keras.

 Kuat.

 Tahan korosi.

 Penghantar listrik dan panas.

 Mampu memantulkan cahanya.

 Mempunya titik cair yang tinggi.

b) Logam Non Ferro yaitu logam yang tidak mengandung

unsur besi dan baja. Logam non ferro terdiri dari tiga

macam:

 Logam berat.

4
Contoh ; tenbaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), dll

 Logam ringan.

Contoh ; allumanium (Al), timah (T)

 Logam mulia.

Contoh ; emas (Au), mangan (Mn).

4. Sifat Fisik Logam

Logam mempunyai sifat fisik yang menyatakan kemampuan

suatu logam dalam menerima suatu beban atau gaya tanpa

mengalami kerusakan pada logam tersebut:

a) Kekuatan (strength).

Kemampuan material logam dalam menerima gaya

berupa tegangan tanpa mengalami patah. Ada beberapa

jenis kekuatan tergantung jenis bahan yang dipakai

diantaranya ; kekuatan tekan, tarik, kerja dan geser.

b) Kekerasan (hardness).

Kemampuan material logam dalam menerima gaya

berupa penetrasi pengikisan dan pergeseran sifat ini

berhubungan dengan sifat ketahanan aus.

c) Kekakuan (stiffness).

Kemampuan material dalam mempertahan kan bentuk

setelah mendapat gaya dari arah tertentu.

5
d) Ketangguhan (toughtness).

Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan

dalam menyerap gaya yang diberikan.

e) Kelenturan (alasticity).

Menyatakan kemampuan material kembali kebentuk asal

setelah gaya dihilangkan. Hal ini terjadi sebelum masuk

wilayah plastis.

f) Plastisitas (plasticity).

Kemampuan bahan dalam mengalami sejumblah

deformasi permanen sebelum terjadi patah, hal ini setelh

masuk wilayah plastis.

g) Mulur (creep).

Menyatakan kecendrungan logam mengalami deformasi

plastis apabila diberi gaya dalam jangka waktu tertentu.

h) Kelelahan (fatigue).

Merupakan kemampuan material dalam menahan beban

secara terus menerus.

B. Mekanisme Penguatan Logam

Deformasi plastis terjadi ketika banyak dislokasi bergerak dan

berkembang biak sehingga mengakibatkan deformasi

makroskopik. Dengan kata lain, itu adalah gerakan dislokasi dalam

6
materi yang memungkinkan untuk deformasi. Untuk

meningkatkan sifat mekanik bahan (yaitu meningkatkan hasil dan

kekuatan tarik), hanya perlu memperkenalkan suatu mekanisme

yang melarang mobilitas dislokasi. Apa pun mekanismenya

(bekerja pengerasan, ukuran butir, pengurangan, dll) mereka

semua menghambat gerak dan membuat materi lebih kuat daripada

sebelumnya. Tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan

gerakan dislokasi lebih rendah daripada tegangan teoritis yang

diperlukan untuk memindahkan seluruh bidang atom. Oleh karena

itu, kekerasan dan kekuatan (baik hasil dan tarik) secara kritis

tergantung pada kemudahan yang bergerak dislokasi. Menjepit

poin, atau lokasi dalam kristal yang menentang gerakan dislokasi

dapat diperkenalkan ke dalam kisi untuk mengurangi mobilitas

dislokasi , dengan demikian kekuatan mekanik meningkat.

Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan

antar pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam.

Kemampuan suatu material logam untuk di ubah secara plastis

tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat bergerak.

Denagn mengurangi pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik

dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan energi mekanik yang di

butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar.

7
Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan,

logam akan lebih mudah untuk terdeformasi. Secara umum

mekanisme penguatan yang di gunakan pada material logam

adalah melalui pengerasan regang, penguatan larutan padat,

penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir. Mekanisme

penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan (Strain

Hardening), Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution

Strengthening), Penghalusan Butin (Grain-Size Reduction).

1. Grain-size reduction (penghalusan butir).

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi

penguatan yang dihasilkan dengan  menghalangi pergerakan

dislokasi di sekitar batas butir. Dengan mengecilnya ukuran

dari butir akan meningkatkan batas butir per unit volume dan

mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan.

Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan yang tinggi

untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada

butir berikutnya.

8
Gambar 2.1 Dislokasi butir.

Grain boundary barrier terhadap pergerakan  dislokasi : Slip

plane tidak berlanjut atau mengalami perubahan arah. Sudut

yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan

dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan butir mampu menahan

block slip dan meningkatkan kekuatan pada material.

Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan

memicu dislokasi baru dalam pertambahan butir. Material

dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding

butiran yang kasar, disebabkan karena mempunyai jumlah

permukaan lebih besar pada total area lapisan butir yang akan

menghambat pergerakan dislokasi.

9
Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield

strength dan diameter butir pada paduan kuningan 70Cu–30

Zn.

Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam

meningkatkan ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield

strength dengan ukuran butir mengacu pada persamaan Hall-

Petch:

σ y  = σ 0  + k y 

d......................................................................................(2.1)

Keterangan:

σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan

pergerakan dislokasi pada butir.

10
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang

merepresentasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu

dislokasi baru pada butir  berikutnya 

Walaupun  demikian,  pengaruh  ukuran  butir  terhadap  sifat

mekanis memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus

(<10nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain

boundary sliding. Diameter ukuran butir d dapat di kontrol

melalui :

a) Laju pembekuan (solidification),

b) Deformasi plastis,

c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.

Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja

dapat diperoleh dengan kombinasi dari proses pengerjaan

panas dan pendinginan terkendali serta pengaruh penambahan

paduan. Dalam hal ini ukuran butir dikendalikan melalui

pengaturan temperatur dan besar deformasi dalam suatu

konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening )

Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan

salah satu mekanisme yang paling banyak digunakan untuk

penguatan paduan logam. Pemahaman dasar dan dasar untuk

11
teknik ini didirikan pada awal bekerja di US Bureau of

Standards on Duralumin. Pentingnya saran teoritis untuk

pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah . Pada

akhir abad ke-19 , besi cor adalah satu-satunya paduan

komersial yang penting belum diketahui teknologi barat pada

zaman Romawi . Ketika usia pengerasan aluminium

ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilm , selama tahun-

tahun 1903 -1911 , dengan cepat menjadi paduan komersial

yang penting di bawah nama dagang Duralumin .Kekuatan

dan kekerasan dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan

dengan pembentukan seragam tersebar sangat kecil partikel

fase kedua dalam fase matriks asli dalam proses yang dikenal

sebagai presipitasi atau usia pengerasan . Partikel endapan

bertindak sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi dan

dengan demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak

paduan aluminium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu ,

nikel berbasis super- paduan dan paduan titanium dapat

diperkuat dengan proses pengerasan usia .

Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-

diperkuat, harus ada solusi yang solid terminal yang memiliki

kelarutan padat menurun karena penurunan suhu. Al-Cu

12
(Duralumin adalah paduan aluminium kelompok 2XXX)

Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini

, Paul D. Merica dan rekan -rekannya mempelajari kedua

pengaruh berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy dan

pengaruh komposisi kimia pada kekerasan . Di antara yang

paling penting dari temuan mereka adalah pengamatan bahwa

kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan

meningkatnya suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk

pengerasan ternyata terlalu kecil untuk diamati secara

langsung , pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi

beberapa tahapan lain yang hadir . Para penulis melanjutkan

untuk mengembangkan penjelasan mendalam untuk perilaku

pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak

terhitung yang modern paduan kekuatan tinggi telah

dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin

asli:

a) Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan -

suhu kelarutan konstituen pengerasan dalam aluminium.

b) Konstituen pengerasan adalah CuAl2.

13
c) Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen

dalam bentuk lain daripada dispersi atom , dan mungkin

dalam bentuk molekul , koloid atau kristal halus.

d) Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap

berkaitan dengan ukuran partikel nya .

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah

dasar :

 Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah

langkah pertama dalam proses presipitasi - pengerasan

di mana paduan dipanaskan di atas suhu solvus dan

direndam di sana sampai larutan padat homogen ( α )

diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam langkah ini

dan setiap segregasi hadir dalam paduan asli

berkurang .

 Quenching adalah langkah kedua di mana α padat

didinginkan secara cepat membentuk larutan padat

jenuh dari αSS yang berisi kelebihan tembaga dan

bukan merupakan struktur keseimbangan Atom tidak

punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi

potensial dan dengan demikian presipitat θ tidak

membentuk .

14
 Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh , αSS ,

dipanaskan di bawah suhu solvus untuk menghasilkan

endapan terdispersi halus . Atom berdifusi hanya jarak

pendek pada suhu penuaan ini. Karena α jenuh tidak

stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai

situs nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan

endapan terdispersi halus dalam paduan adalah tujuan

dari proses presipitasi - pengerasan . Presipitat baik

dalam paduan menghambat pergerakan dislokasi

dengan memaksa dislokasi baik memotong melalui

partikel yang diendapkan atau pergi di sekitar

mereka . Dengan membatasi gerakan dislokasi selama

deformasi , paduan diperkuat .

3. Solid-solution alloying (paduan larutan padat)

Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan

dengan logam murni, karena impuritas atom yang masuk ke

dalam larutan padat memaksakan tegangan kisi di sekeliling

atom induknya. Interstisial atau impuritas substitusi dalam

sebuah larutan akan mengakibatkan regangan kisi. Dan

hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang

dislokasi regangan dan menghambat pergerakan dislokasi.

15
Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti

(core) dislokasi untuk menemukan atom yang sesuai dengan

radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan energi

keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.

Gambar 2.3 Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas


ke daerah kisi dimana tegangan atom lebih besar (daerah
Tegangandislokasi yang tidak
terkompensasi oleh
impuritas atom).

Gambar 2.4 Impuritas penyebab dislokasi.

16
Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung

untuk menyebar ke area  tegangan sekitar dislokasi yang

menyebabkan penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 2.5 Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap

Tensile Strength dan Elongation.

4. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening )

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan

logam untuk deformasi plastik (perubahan bentuk secara

permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan

ini terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari

material. Deformasi bahan disebabkan oleh slip (pergeseran)

pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip

ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada

bidang slip kristal serempak bergeser, maka gaya tersebut

akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang

17
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada

bidang slip yang menyebabkan deformasi dengan memerlukan

tegangan yang sangat kecil. Kalau kristal dipotong menjadi

pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di

bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut

dislokasi. Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan

kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luars,

dislokasi akan bergerak kepermukaan luar, sehingga terjadi

deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain.

Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit

bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai sumber

dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan

dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi,

maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan

logam akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama

pengujian tarik. Pada proses uji tarik regangan akan

bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan

kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan

hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan

menurunnya keuletan. Kristal logam mempunyai kekhasan

18
dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang luar

biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180

MPa dan dapat ditingkatkan sampai kira – kira 900 MPa oleh

pengerasan regangan Inilah yang melatarbelakangi mengapa

mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu yang

berguna.

Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat

dengan jalan membagi beban oleh luas penampang asal

batang uji, biasanya dipakai pada perencanaan mesin –

mesin.  Tegangan ini dinamakan tegangan teknis atau

tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas

penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan

dapat dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik

atau kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam tegangan

teknis atau tegangan nominal sering dipakai dalam bidang

teknik. Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan

sebenarnya didekati oleh persamaan

ε’ = ln ( l / lo )

ε’ = ln ( 1 + ε )

σ’ = K ε’ n............................................(2.2)

Keterangan:

19
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)

1 = koefisien kekuatan

K = konstanta

n = konstanta

ε’ =regangan sebenarnya

ε = regangan teknik

σ’= tegangan

K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan

dan keadaan deformasi tertentu.

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya

diplot pada kertas grafik logaritma, daerah deformasi plastis

merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan

harga n. Kalau keadaan deformasi tertentu diperhitungkan,

regangan sebenarnya sama dengan perubahan regangan

memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan

tekanan. Selanjutnya regangan  ε’neck pada permulaan

pengecilan setempat dari pengujian tarik sama dengan harga

n.

20
Gambar 2.6 Grafik Stress dan Strain terhadap

deformasi plastis dan pengerjaan dingin.

Berikut adalah nilai K dan n. Hubungan antara elastisitas dan

strain hardening. Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum

Hook.

( E = σ / ε)............................................(2.3)

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami

deformasi plastis. Seperti yang telah dijelaskan, deformasi

berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari

Y dan n lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam

sebagai fungsi linier dengan sumbu logaritma. Kebanyakan

logam ulet (ductile) bersifat seperti ini

1.     Factor yg mempengaruhi

2.     Dengan dislokasi

21
3.     Dengan perlakuan panas

4.     Contoh pengerjaannya d roll

5.     Data yang mendukung contohnya material

apa,kekuatannya brp,dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis

pada temperatur di bawah titik leleh ( ≤ 7230 C ). Alasan

untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah

meningkatkan kerapatan dislokasi dengan deformasi plastik.

Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dislokasi mulai

memblokir gerakan satu sama lain.

Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk

menyatakan tingkat deformasi plastis. Yield strength

selanjutnya (σy0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield

strength (σyi). Ini adalah alasan untuk pengaruh

terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan

meningkat  sebagai akibat strain hardening tetapi ductility

(keuletan) akan menurun (material menjadi lebih brittle

(getas)). Efek Strain Hardening dapat dihilangkan dengan

perlakuan panas annealing

22
Gambar 2.7 Grafik percent cold work terhadap Yield strength,
Tensile Strength,dan Ductility pada 1040 Steel,
Brass, dan Copper.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang

lebih kuat dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan

logam tersebut ada yang didapat dengan cara alami dan juga ada

yang diberi perlakuan yang dapat menguatkan logam. Penguatan

pada logam merupakan sebuah perlakuan untuk menambahkan

sifat logam menjadi sifat yang lebih baik dibandingkan sifat

aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan cara

Grain-size reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying

(paduan larutan padat) dan Strain hardening (pengerasan

tegangan).

Penguatan pada logam tersebut dilakukan supaya produsen

mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan konsumen juga

mendapatkan kualitas yang lebih baik dari sifat asli logam

tersebut.

B. Saran

24
Kami selaku penulis, mengharapkan ilmu metalurgi fisik dibagian

penguatan logam ini dilakukan dengan cara yang sesuai serta

prosedur yang telah ditetapkan standarnya agar menghasilkan hasil

yang sempurna. Tak lupa juga kami juga mengharapkan adanya

perlakuan pada logam menggunakan cara yang ramah terhadap

lingkungan sekitar kita dan menghasilkan bahan uji yang juga

ramah terhadap lingkungan agar menjaga kelestarian bumi dan

keberlangsungan hidup manusia.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13433410/

Makalah_Metalurgi_FisikMetode_Penguatan_Logam?auto=download

http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-

penguatan-material

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/129830D%2000933%20%20

Rekayasa % 20proses--Pendahuluan.pdf

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/3689794/1409270

penguatan logam.pdf.html

http://daviderikson.blogspot.com/2010/02/ mekanika – penguatan –

pada logam.html

http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi

%20Fisik/Materi%20Ajar%20(Pdf-Version)/ 15% 20 Mekanisme %

20 Penguatan.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai