2. kekakuan (stiffness)
kemampuan suatu material untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan
terjadinya deformasi atau difleksi.
3. kekenyalan (elasticity)
kemampuan meterial untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan
atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula
setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk).
4. Plastisitas (plasticity)
kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan bentuk secara
permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai plastisitas
tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material yang mempunyai
plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).
5. Keuletan (ductility)
sifat material yang digambarkan seperti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik. Material
ductile ini harus kuat dan lentur. keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu,
persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidang perteknikan, dan
bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga, aluminium, nikel, dll.
6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan.
7. Kegetasan (brittleness)
suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan.
kerapuhan ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit pergeseran per
manen. Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban regang, tanpa memberi
keregangan yang terlalu besar. contoh bahan yang memiliki sifat kerapuhan ini yaitu besi
cor.
8. kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak
balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di batas batas kekakuan elastiknya.
9. Melar (creep)
kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila pembebanan
yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu yang tinggi.
Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain itu, medan
magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan
demagnetisasi di akhir inspeksi.
Eddy Current Test
Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya, arus listrik dialirkan pada kumparan
untuk membangkitkan medan magnet didalamnya. Jika medan magnet ini dikenakan pada benda
logam yang akan diinspeksi, maka akan terbangkit arus Eddy. Arus Eddy kemudian menginduksi
adanya medan magnet. Medan magnet pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada
kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat.
Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau.
Selain itu metode ini juga hanya diterapkan pada bahan logam saja.
Ultrasonic Inspection
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada
spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan interpretasikan. Gelombang
ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0.5 – 20 MHz. Gelombang suara akan terpengaruh
jika ada void, retak, atau delaminasi pada material. Gelombang ultrasinic ini dibnagkitkan oleh
tranducer dari bahan piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik
kemudian menjadi energi listrik lagi.
Radiographic Inspection
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan
sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus
objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian
direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada
film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian
material yang mengalami cacat.
DESTRUCTIVE TEST (PENGUJIAN MERUSAK)
1. Pengujian Impak (Impact Test)
Pengujian ini sendiri terbagi kedalam 2 metode yakni Charpy dan Izod. namun metode yang paling
sering digunakan adalah Charpy. Perbedaan Antara kedua metode adalah pada Posisi peletakan
spesimen uji, untuk Charpy spesimen berada pada posisi Horizontal sedangkan Izod, posisi
spesimen uji vertikal. pada spesimen uji dari kedua metode ini diberi takikan. terdapat 3 macam
bentuk takikan yakni U, V dan Persegi. Berikut ilustrasi Uji impak.
5 Pengujian Creep
Creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan tetap. Uji Mulur
Uji mulur adalah mencari perubahan yang terus-menerus dalamdeformasi material pada suhu tinggi
jika tegangan berada dibawah kekuatanluluh. Hasil dari pengujian diperlukan untuk mendesain
komponen mesin yang bekerja pada suhu tinggi. Uji mulur berguna untuk jangka waktu lamadalam
pembangunan bahan yang memiliki keterbatasan regangan.
Sebagai prediksi jangka waktu ketahanan suatu bahan sebelumdigunakan. Perlakuan uji mulur
memakan waktu selama 2000 – 10.000 jamdengan tipe regangan kurang dari 0,5%. Mulur
umumnya di tes mengunakanruangan lingkungan pada kondisi panas/dingin yang tepat.
Pengendalian suhusangat penting untuk meminimalkan efek perluasan panas pada sampel
Material yang belim digunakan pertama – tama dipanaskan pada temperatur yang dibutuhkan dan
panjangnya diukur. Antisipasi kerusakan material dilakukan secara cepat dan bertahap. Pengukuran
pertambahan panjang harus selalu diukur dengan frekuensi dengan waktu yang teratur. Rata – rata
percobaan yang harus dilakukan pada uji mulur sebanyak 50 kali.
Beberapa mekanisme mulur yaitu :
Dufusi Bulk (Nabarro – Herring Creep)
Nilai mulur berkurang ketika ukuran serat bahan bertambah.
Difusi Batas Serat (Coble Creep)
Ketergantungan ukuran serat lebih besar dibandingkan dengan Nabarro – Herring.
Dislokasi Creep
Dislokasi mulur dikontrol oleh pergerakan dari dislokasi danketergantungan tinggi pada tegangan.
Pengaruh Suhu
Terjadi pada bahan polimer dan bahan viskoelastis lainnya.