METALURGI FISIK
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat serta izin-Nya saya dapat menyelesaikan makalah metalurgi fisik
mengenai “Penguatan Logam” untuk menyelesaikan makalah ini untuk pengganti
ulangan tengah semester mata kuliah Metalurgi Fisik.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangsih berupa
ide-ide dan bahan tambahan yang menunjang pembuatan makalah ini. Makalah ini
saya susun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa Teknik Mesin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Logam juga merupakan kon-
duktor terhadap listrik serta panas yang sangat baik. Pemakaian kogam
diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material
utama maupun material pendukung dengan ketersediaan bijih logam di bumi
yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan disekitar kita
yang menggunakan material-material seperti logam sebagai bahan baku uta-
manya. Seperti baterai, kompor, penyangga bangunan dll. Bahan Logam dip-
ilih untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dikarenakan memi-
liki tekstur yang lebih kuat karena mampu menahan beban yang berat serta
memiliki kekerasan diatas bahan material yang lain seperti plastik, karet,
polymer dsb.
C. Tujuan
A. Logam
Logam merupakan pali kristal yang terdiri dari banyak kristal yang tersusun
secara teratur. Logam memiliki berbagai jenis sesuai unsur penyusunnya.
Logam dibuat dari bijih besi yang dijumpai di alam.
1. Pengertian Logam.
Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat,
merupakan penghantar panas dan listrik, serta mempunyai titik lebur
tinggi. Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih logam, dimana bijih
logam dapat diperolah dengan cara menambang baik yang berupa bijih
logam murni maupun yang bercampur dengan materi lain. Bijih logam
yang diambil dalam keadaan murni diantaranya adalah emas, platina,
perak, bismus dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur den-
gan unsur lain seperti tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.
Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan
diameter butir pada paduan kuningan 70Cu–30 Zn.
σ y = σ 0 + k y d..........................................(2.1)
Keterangan:
σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dis-
lokasi pada butir.
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresen-
tasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi baru pada
butir berikutnya
Walaupun demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis
memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan menu-
runkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameter ukuran bu-
tir d dapat di kontrol melalui :
a) Laju pembekuan (solidification),
b) Deformasi plastis,
c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh
dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan terk-
endali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran butir
dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi dalam
suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.
ε’ = ln ( l / lo )
ε’ = ln ( 1 + ε )
σ’ = K ε’ n...........................................(2.2)
Keterangan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
ε’ =regangan sebenarnya
ε = regangan teknik
σ’= tegangan
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan
deformasi tertentu.
Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada ker-
tas grafik logaritma, daerah deformasi plastis merupakan garis lurus,
sedangkan gradiennya merupakan harga n. Kalau keadaan deformasi ter-
tentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan perubahan re-
gangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan
tekanan. Selanjutnya regangan ε’neck pada permulaan pengecilan setem-
pat dari pengujian tarik sama dengan harga n.
Gambar 2.6 Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis
dan pengerjaan dingin.
Berikut adalah nilai K dan n. Hubungan antara elastisitas dan strain hard-
ening. Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook.
( E = σ / ε)...........................................(2.3)
Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada tem-
peratur di bawah titik leleh ( ≤ 7230 C ). Alasan untuk pengerasan regan-
gan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi dengan
deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dis-
lokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain.
Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan
tingkat deformasi plastis. Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi
dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini adalah alasan untuk pengaruh
terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan meningkat
sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun
(material menjadi lebih brittle (getas)). Efek Strain Hardening dapat dihi-
langkan dengan perlakuan panas annealing
Gambar 2.7 Grafik percent cold work terhadap Yield strength, Tensile
Strength,dan Ductility pada 1040 Steel, Brass, dan Copper.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada
yang didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yang da-
pat menguatkan logam. Penguatan pada logam merupakan sebuah perlakuan
untuk menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih baik dibandingkan
sifat aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan cara Grain-size
reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying (paduan larutan padat)
dan Strain hardening (pengerasan tegangan).
B. Saran
Erikson, 2010. “Mekanika Penguatan pada Logam”. Dapat diakses pada http://
daviderikson.blogspot.com/2010/02/ mekanika – penguatan - pada-
logam.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 11.00 WIB