Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METALURGI FISIK

Nama : YOEL CAHYA PUTRA TAKO( 2020061034155 )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDRAWASIH
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat serta izin-Nya saya dapat menyelesaikan makalah metalurgi fisik
mengenai “Penguatan Logam” untuk menyelesaikan makalah ini untuk pengganti
ulangan tengah semester mata kuliah Metalurgi Fisik.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangsih berupa
ide-ide dan bahan tambahan yang menunjang pembuatan makalah ini. Makalah ini
saya susun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa Teknik Mesin.

Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat


dalam makalah yang kami buat. Oleh karena itu kami meminta saran dari bapak
Dosen untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai penulis, saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jayapura, 18 mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Logam juga merupakan kon-
duktor terhadap listrik serta panas yang sangat baik. Pemakaian kogam
diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material
utama maupun material pendukung dengan ketersediaan bijih logam di bumi
yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan disekitar kita
yang menggunakan material-material seperti logam sebagai bahan baku uta-
manya. Seperti baterai, kompor, penyangga bangunan dll. Bahan Logam dip-
ilih untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dikarenakan memi-
liki tekstur yang lebih kuat karena mampu menahan beban yang berat serta
memiliki kekerasan diatas bahan material yang lain seperti plastik, karet,
polymer dsb.

Pada umumnya material berupa logam memiliki keterbatasan untuk mencapai


kombinasi yang sempurna, baik segi kekuatan, kekakuan, ketangguhan, dan
kepadatan. Untuk mengatasi kekurangan ini dan untuk mencapai kombinasi
yang sempurna agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar maka diper-
lukan perlakuan-perlakuan agar logam tersebut memiliki sifat campuran yang
lebih baik dari sifat aslinya. Oleh karena itu, kami membahas bagaimana cara
penguatan suatu material berupa logam agar mendapatkan gabungan sifat ter-
baik dan lebih baik dari sifat asli yang dimiliki olah logam tersebut sebelum
diberikan perlakuan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, kita dapat mendapatkan


masalah :
1. Bagaimana cara sifat logam diubah menjadi sifat yang lebih baik dari
yang sebelumnya.
2. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan su-
atu logam.
3. Bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan per-
lakuan pada logam yang diuji.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1. Dapat mengetahui langkah serta prosedur untuk merubah sifat logam.
2. Mengetahui pengerjaan yang tepat untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan.
3. Mengetahui cara mendapatkan keuntugan yang lebih besar den-
gan perlakuan pada logam yang diuji
BAB II
PEMBAHASAN

A. Logam

Logam merupakan pali kristal yang terdiri dari banyak kristal yang tersusun
secara teratur. Logam memiliki berbagai jenis sesuai unsur penyusunnya.
Logam dibuat dari bijih besi yang dijumpai di alam.

1. Pengertian Logam.
Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat,
merupakan penghantar panas dan listrik, serta mempunyai titik lebur
tinggi. Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih logam, dimana bijih
logam dapat diperolah dengan cara menambang baik yang berupa bijih
logam murni maupun yang bercampur dengan materi lain. Bijih logam
yang diambil dalam keadaan murni diantaranya adalah emas, platina,
perak, bismus dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur den-
gan unsur lain seperti tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

2. Sifat dan Fungsi Logam.


Fungsi logam adalah digunakan untuk bahan-bahan teknik yang penting,
dipakai untuk kontruksi mesin, kendaraan jembatan, bangunan dan pe-
sawat terbang.
Sifat-sifat logam di antaranya adalah
a) Tahan panas.
b) Mampu menghantar panas.
c) Mampu menghantar listrik.
3. Macam-macam Logam. Logam
terdiri dari dua macam:
a) Logam ferro yaitu logam yang mengandung unsur-unsur besi dan
baja. Sifat-sifatnya:
1) Keras.
2) Kuat.
3) Tahan korosi.
4) Penghantar listrik dan panas.
5) Mampu memantulkan cahanya.
6) Mempunya titik cair yang tinggi.
b) Logam Non Ferro yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi
dan baja. Logam non ferro terdiri dari tiga macam:
1) Logam berat.
Contoh ; tenbaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), dll
2) Logam ringan.
Contoh ; allumanium (Al), timah (T)
3) Logam mulia.
Contoh ; emas (Au), mangan (Mn).

4. Sifat Fisik Logam


Logam mempunyai sifat fisik yang menyatakan kemampuan suatu logam
dalam menerima suatu beban atau gaya tanpa mengalami kerusakan pada
logam tersebut:
a) Kekuatan (strength).
Kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa tegangan
tanpa mengalami patah. Ada beberapa jenis kekuatan tergantung je-
nis bahan yang dipakai diantaranya ; kekuatan tekan, tarik, kerja
dan geser.
b) Kekerasan (hardness).
Kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa penetrasi
pengikisan dan pergeseran sifat ini berhubungan dengan sifat keta-
hanan aus.
c) Kekakuan (stiffness).
Kemampuan material dalam mempertahan kan bentuk setelah menda-
pat gaya dari arah tertentu.
d) Ketangguhan (toughtness).
Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan dalam
menyerap gaya yang diberikan.
e) Kelenturan (alasticity).
Menyatakan kemampuan material kembali kebentuk asal setelah
gaya dihilangkan. Hal ini terjadi sebelum masuk wilayah plastis.
f) Plastisitas (plasticity).
Kemampuan bahan dalam mengalami sejumblah deformasi
permanen sebelum terjadi patah, hal ini setelh masuk wilayah plastis.
g) Mulur (creep).
Menyatakan kecendrungan logam mengalami deformasi plastis
apabila diberi gaya dalam jangka waktu tertentu.
h) Kelelahan (fatigue).
Merupakan kemampuan material dalam menahan beban secara terus
menerus.

B. Mekanisme Penguatan Logam

Deformasi plastis terjadi ketika banyak dislokasi bergerak dan berkembang


biak sehingga mengakibatkan deformasi makroskopik. Dengan kata lain, itu
adalah gerakan dislokasi dalam materi yang memungkinkan untuk deformasi.
Untuk meningkatkan sifat mekanik bahan (yaitu meningkatkan hasil dan
kekuatan tarik), hanya perlu memperkenalkan suatu mekanisme yang
melarang mobilitas dislokasi. Apa pun mekanismenya (bekerja pengerasan,
ukuran butir, pengurangan, dll) mereka semua menghambat gerak dan mem-
buat materi lebih kuat daripada sebelumnya. Tekanan yang diperlukan untuk
menimbulkan gerakan dislokasi lebih rendah daripada tegangan teoritis yang
diperlukan untuk memindahkan seluruh bidang atom. Oleh karena itu, kek-
erasan dan kekuatan (baik hasil dan tarik) secara kritis tergantung pada
kemudahan yang bergerak dislokasi. Menjepit poin, atau lokasi dalam kristal
yang menentang gerakan dislokasi dapat diperkenalkan ke dalam kisi untuk
mengurangi mobilitas dislokasi , dengan demikian kekuatan mekanik
meningkat. Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan
antar pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu
material logam untuk di ubah secara plastis tergantung pada kemampuan dis-
lokasi untuk dapat bergerak. Denagn mengurangi pergerakan dislokasi, keku-
atan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan energi mekanik yang
di butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar. Seba-
liknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan
lebih mudah untuk terdeformasi. Secara umum mekanisme penguatan yang di
gunakan pada material logam adalah melalui pengerasan regang, penguatan
larutan padat, penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir. Mekanisme
penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan (Strain Harden-
ing), Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening), Penghalusan
Butin (Grain-Size Reduction).

1. Grain-size reduction (penghalusan butir).


Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan
yang dihasilkan dengan menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar
batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan
batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip
yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan yang
tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir
berikutnya.

Gambar 2.1 Dislokasi butir.


Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak
berlanjut atau mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan
butir tidak efektif dalam menahan dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan
butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan pada mate-
rial. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu
dislokasi baru dalam pertambahan butir. Material dengan butir yang
halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang kasar, disebabkan
karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar pada total area lapisan
butir yang akan menghambat pergerakan dislokasi.

Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan
diameter butir pada paduan kuningan 70Cu–30 Zn.

Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam meningkatkan ketang-


guhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran butir
mengacu pada persamaan Hall-Petch:

σ y = σ 0 + k y d..........................................(2.1)
Keterangan:
σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dis-
lokasi pada butir.
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresen-
tasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi baru pada
butir berikutnya
Walaupun demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis
memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan menu-
runkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameter ukuran bu-
tir d dapat di kontrol melalui :
a) Laju pembekuan (solidification),
b) Deformasi plastis,
c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh
dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan terk-
endali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran butir
dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi dalam
suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening )


Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan salah satu
mekanisme yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan
logam. Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini didirikan pada awal
bekerja di US Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran teori-
tis untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah . Pada
akhir abad ke-19 , besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang
penting belum diketahui teknologi barat pada zaman Romawi . Ketika
usia pengerasan aluminium ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilm ,
selama tahun-tahun 1903 -1911 , dengan cepat menjadi paduan komersial
yang penting di bawah nama dagang Duralumin .Kekuatan dan kekerasan
dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan pembentukan ser-
agam tersebar sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli
dalam proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan . Par-
tikel endapan bertindak sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi dan
dengan demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak paduan alu-
minium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu , nikel berbasis super-
paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses pengerasan
usia .
Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada
solusi yang solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena
penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin adalah paduan aluminium kelompok
2XXX) Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini ,
Paul D. Merica dan rekan -rekannya mempelajari kedua pengaruh berba-
gai perlakuan panas pada kekerasan alloy dan pengaruh komposisi kimia
pada kekerasan . Di antara yang paling penting dari temuan mereka
adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat
dengan meningkatnya suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan terny-


ata terlalu kecil untuk diamati secara langsung , pemeriksaan optik mikro
memberikan identifikasi beberapa tahapan lain yang hadir . Para penulis
melanjutkan untuk mengembangkan penjelasan mendalam untuk perilaku
pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak terhitung
yang modern paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli :


a) Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan - suhu kelaru-
tan konstituen pengerasan dalam aluminium.
b) Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
c) Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam ben-
tuk lain daripada dispersi atom , dan mungkin dalam bentuk
molekul , koloid atau kristal halus.
d) Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan den-
gan ukuran partikel nya .

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah dasar :


a) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama
dalam proses presipitasi - pengerasan di mana paduan dipanaskan
di atas suhu solvus dan direndam di sana sampai larutan padat
homogen ( α ) diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam langkah ini
dan setiap segregasi hadir dalam paduan asli berkurang .
b) Quenching adalah langkah kedua di mana α padat didinginkan se-
cara cepat membentuk larutan padat jenuh dari αSS yang berisi
kelebihan tembaga dan bukan merupakan struktur keseimbangan .
Atom tidak punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial
dan dengan demikian presipitat θ tidak membentuk .
c) Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh , αSS , dipanaskan di
bawah suhu solvus untuk menghasilkan endapan terdispersi halus .
Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu penuaan ini. Karena α
jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai si-
tus nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan endapan terdis-
persi halus dalam paduan adalah tujuan dari proses presipitasi -
pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat perger-
akan dislokasi dengan memaksa dislokasi baik memotong melalui
partikel yang diendapkan atau pergi di sekitar mereka . Dengan
membatasi gerakan dislokasi selama deformasi , paduan diperkuat .

3. Solid-solution alloying (paduan larutan padat)


Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam
murni, karena impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat
memaksakan tegangan kisi di sekeliling atom induknya. Interstisial atau
impuritas substitusi dalam sebuah larutan akan mengakibatkan regangan
kisi. Dan hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang dis-
lokasi regangan dan menghambat pergerakan dislokasi. Impuritas cen-
derung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk men-
emukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan menurunkan
tegangan energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.
Gambar 2.3 Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke
daerah kisi dimana tegangan atom lebih besar (daerah tegangan dislokasi
yang tidak terkompensasi oleh impuritas atom).

Gambar 2.4 Impuritas penyebab dislokasi.

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk


menyebar ke area tegangan sekitar dislokasi yang menyebabkan penghapu-
san impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 2.5 Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile


Strength dan Elongation.
4. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening )
Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk
deformasi plastik (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat
kembali seperti semula). Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan
dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh
slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menye-
babkan slip ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada
bidang slip kristal serempak bergeser, maka gaya tersebut akan besar
sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi. Den-
gan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebabkan deformasi
dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Kalau kristal dipotong
menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di
bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dis-
lokasi merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal.
Karena adanya tegangan dari luars, dislokasi akan bergerak kepermukaan
luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu
sama lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit berg-
erak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multi-
plikasi dislokasi). Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi. Semakin
tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin sulit dislokasi bergerak se-
hingga kekuatan logam akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik.


Pada proses uji tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik,
kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa
jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan menu-
runnya keuletan. Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan
yang lebih besar dan pengerasan yang luar biasa. Sebagai contoh, keku-
atan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan sampai
kira – kira 900 MPa oleh pengerasan regangan Inilah yang melatarbe-
lakangi mengapa mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu yang
berguna.
Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan
jalan membagi beban oleh luas penampang asal batang uji, biasanya di-
pakai pada perencanaan mesin – mesin. Tegangan ini dinamakan tegan-
gan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka
luas penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat
dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan
maksimum yang dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan nomi-
nal sering dipakai dalam bidang teknik. Hubungan antara tegangan sebe-
narnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan

ε’ = ln ( l / lo )
ε’ = ln ( 1 + ε )
σ’ = K ε’ n...........................................(2.2)
Keterangan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
ε’ =regangan sebenarnya
ε = regangan teknik
σ’= tegangan
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan
deformasi tertentu.

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada ker-
tas grafik logaritma, daerah deformasi plastis merupakan garis lurus,
sedangkan gradiennya merupakan harga n. Kalau keadaan deformasi ter-
tentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan perubahan re-
gangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan
tekanan. Selanjutnya regangan ε’neck pada permulaan pengecilan setem-
pat dari pengujian tarik sama dengan harga n.
Gambar 2.6 Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis
dan pengerjaan dingin.

Berikut adalah nilai K dan n. Hubungan antara elastisitas dan strain hard-
ening. Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook.

( E = σ / ε)...........................................(2.3)

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plas-


tis. Seperti yang telah dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan
bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n lebih dari 0. Flow curve
biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu logar-
itma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini
1. Factor yg mempengaruhi
2. Dengan dislokasi
3. Dengan perlakuan panas
4. Contoh pengerjaannya d roll
5. Data yang mendukung contohnya material apa,kekuatannya brp,dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada tem-
peratur di bawah titik leleh ( ≤ 7230 C ). Alasan untuk pengerasan regan-
gan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi dengan
deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dis-
lokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain.
Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan
tingkat deformasi plastis. Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi
dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini adalah alasan untuk pengaruh
terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan meningkat
sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun
(material menjadi lebih brittle (getas)). Efek Strain Hardening dapat dihi-
langkan dengan perlakuan panas annealing
Gambar 2.7 Grafik percent cold work terhadap Yield strength, Tensile
Strength,dan Ductility pada 1040 Steel, Brass, dan Copper.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada
yang didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yang da-
pat menguatkan logam. Penguatan pada logam merupakan sebuah perlakuan
untuk menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih baik dibandingkan
sifat aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan cara Grain-size
reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying (paduan larutan padat)
dan Strain hardening (pengerasan tegangan).

Penguatan pada logam tersebut dilakukan supaya produsen mendapatkan ke-


untungan yang lebih baik dan konsumen juga mendapatkan kualitas yang
lebih baik dari sifat asli logam tersebut.

B. Saran

Saya selaku penulis, mengharapkan ilmu metalurgi fisik dibagian penguatan


logam ini dilakukan dengan cara yang sesuai serta prosedur yang telah dite-
tapkan standarnya agar menghasilkan hasil yang sempurna. Tak lupa juga
saya juga mengharapkan adanya perlakuan pada logam menggunakan cara
yang ramah terhadap lingkungan sekitar kita dan menghasilkan bahan uji
yang juga ramah terhadap lingkungan agar menjaga kelestarian bumi dan ke-
berlangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana. 2014 “Makalah material teknik”. Dapat diakses pada


http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-
penguatan-material. Diakses pada 19 Juni 2015 pada pukul 14.00 WIB.

Widyastuti. 2009. “Rekayasa proses penguatan material”. Dapat diakses pada


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/129830D%2000933%20%20 Rekayasa
% 20proses--Pendahuluan.pdf. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 pada
pukul 14.30 WIB.

Febriyan, 2010. “ Penguatan Logam” Dapat diakses pada http://s3.


amazonaws.com/academia.edu.documents/3689794/14092706penguatan
logam.pdf.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 10.00
WIB.

Erikson, 2010. “Mekanika Penguatan pada Logam”. Dapat diakses pada http://
daviderikson.blogspot.com/2010/02/ mekanika – penguatan - pada-
logam.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 11.00 WIB

Anrinal, 2011. “Materi Ajar Metalurgi Fisik”. Dapat diakses pada


http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi%20Fisik/
Materi%20Ajar%20(Pdf-Version)/ 15% 20 Mekanisme % 20
Penguatan.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 12.00
WIB.

Anda mungkin juga menyukai