Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 3
PENGUJIAN KEKERASAN

NAMA : Attalla Rafana Azizah


NIM : 19525058
Kelas :F
Asisten : Pamungkas Wisnu Kusuma
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 April 2021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
MODUL III

PENGUJIAN KEKERASAN

3.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan Rockwell
dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menentukan nilai kekerasan berbagai jenis
logam seperti baja, alumunium, dan kuningan.

3.2 DASAR TEORI


3.2. 1 PENGERTIAN KEKERASAN
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik dari suatu material.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaanya akan mengalami pergesekan, dalam hal ini bidang keilmuan yang
berperan penting mempelajari adalah Ilmu Bahan Teknik. Kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identitasi
atau penetrasi(penekanan). Kekerasan merupakan ukuran ketahanan bahan
terhadap deformasi tekan. Deformasi yang terjadi dapat berupa kombinasi
perilaku elastis dan plastis. Pada permukaan dari dua komponen yang saling
bersinggungan dan bergerak satu terhadap yang lainnya akan terjadi deformasi
elastis maupun plastis. Deformasi plastis kemungkinan terjadi pada yang keras,
sedangkan deformasi p;astis terjadi pada permukaan yang lunak. Pengaruh
deformasi bergantung pada kekerasan permukaan bahan. Nilai kekerasan
berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam, karena selama identasi logam
mengalami deformasi sehingga terjadi reanggangan dengan persentase tertentu.
(Zuchry, 2012).

Uji kekerasan adalah salah satu dari mata rantai dalam Uji Pasca Irradiasi
(post irradiation examination) dan uji bahan sebelum diiradiasi. Uji Pasca
Irradiasi dilakukan dalam hot cell untuk material yang sudah radioaktif.
Sedangkan Uji Pra Irradiasi dilakukan diluar hot cell untuk bahan yang belum
radioaktif. Uji Pasca Irradiasi dan Pra Iradiasi sering dilakukan untuk bahan
Struktur reaktor (reactor structural materials), baik reaktor daya maupun reaktor
riset (Purba, 2005).

3.2.2 FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEKERASAN

Adapun faktor yang mempengaruhi kekerasan adalah :

1. Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan

Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan merupakan sifat


mekanik yang dimiliki baja. Penambahan kadar karbon sangat mempengaruhi
kekerasan, dimana dengan meningkatnya kadar karbon maka kekerasannya
semakin meningkat pula.

2. Unsur Paduan

Unsur paduan logam juga berpengaruh dalam sifat kekerasan logam, beberapa
jenis unsur dalam paduan logam adalah sebagai berikut:

a. Karbon (C)

Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat


sebanding dengan kekuatan karbonnya, tetapi keuletannya menurun
dengan naiknya kadar karbon. Persentase kandungan karbon akan
memberikan sifat lain pada baja karbon.

b. Mangan (Mn)

Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan


ausnya. Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau
bersih dan menambah kekuatan dan ketahanan panas.

c. Silikon (Si)

Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat


menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis
sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan
pembuat pegas.
d. Posfor (P)

Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum


0,04 % yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan
material terhadap korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk
memperoleh serpihan kecil-kecil pada saat permesinan.

e. Belerang (S)

Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin.


Keuntungan sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan
pada gesekan tinggi.

f. Khrom (Cr)

Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menmbah keliatan,


menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan yang
tinggi, keuletan berkurang.

g. Nikel (Ni)

Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel
memperbaiki kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.

h. Molibden (Mo)

Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan


karbida, serta memperbaiki kekuatan baja.

i. Titanium (Ti)

Titanium adalah logam yang lunak tetapi biola dipadukan dengan nikel
dan karbon akan lebih kuat, tahan aus dan tahan korosi.

j. Wolfram/Tungsten (W/T)

Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil yang sangat keras,
menahan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktur
secara perlahan-lahan.
3. Diagram keseimbangan Fe-Fe3C

Diagram ini menyatakan hubungan antara kandungan kadar karbon, Perubahan


suhu dan perubahan fase, struktur dari besi karbon (Fe3C). Diagram ini disebut
juga diagram fase atau diagram keseimbangan. Pada diagram ini terdapat dua
macam keadaan besi, yaitu daerah cair total (fase cair), daerah cair dan beku
(fase cair dan padat) dan darah padat total (fase padat). Dari diagram fasa
tersebut dapat diperoleh informasi-informasi penting yaitu antara lain:

a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
kondisi pendinginan lambat.

b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila


dilakukan pendinginan lambat.

c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.

d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada


fasa tertentu.

e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan


eutektoid.

4. Diagram TTT

Diagram TTT adalah suatu diagram yang menghubungkan transformasi


austenit terhadap waktu dan temperatur.

5. Perlakuan Panas

a. Hardening

Hardening bertujuan untuk memperoleh kekerasan maksimum pada baja.


Untuk baja hypoeutectoid dipanaskan sampai (20-30)ºC. Untuk baja
eutectoid dan hypoeutectoid (20-30)ºC diatas Ac1. Selanjutnya ditahan pada
temperatur tersebut selama waktu tertentu dan didinginkan cepat didalam air
atau oli, tergantung pada komposisi kimia, bentuk dan dimensinya.
Kecepatan pendinginan harus sesuai supaya transformasi yang sempurna
dari austenit menjadi martensit. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai
setelah proses hardening sangat tergantung pada karbon. Semakin tinggi
kadar karbon, semakin tinggi pula kekerasan maksimum yang dicapai.

b. Annealing

Annealing adalah untuk meningkatkan keuletan menghilangkan tegangan


dengan lama, menghaluskan ukuran butiran dan meningkatkan sifat mampu
mesin. Prosesnya adalah dengan memanaskan baja pada temperatur tertentu,
kemudian holding beberapa saat, kemudian didinginkan secara perlahan
dalam dapur pemanas atau media terisolasi.

c. Normalizing

Proses ini bertujuan untuk menghaluskan struktur butiran yang mengalami


pemanasan berlebihan, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki
sifat meknik. Prosesnya dengan pemanasan sampai (30-50)ºC diatas AC3 an
didingingkan pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan disini lebih
cepat dari pada annealing, sehingga pearlite yang terjadi menjadi lebih halus
sehingga menjadikan kekerasan (lebih keras) dan lebih kuat dibanding yang
diperolah dengan annealing.

d. Tempering

Mengurangi tegangan dalam, melunakkan bahan setelah hardening, dan


memperbaiki keuletan (diebility).

6. Benda Kerja

Benda kerja yang digunakan adalah St 37. St 37 adalah baja dengan tensile
strength (tegangan tarik) sebesar 37MPa (mega pascal) = 37 kg/mm2.
demikian seterusnya. Yang dijadikan acuan mutu baja adalah kuat tariknya (St
37,) karena baja memang memiliki kemampuan tahanan tarik yang luar biasa,
sedangkan kuat tekannya (tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini,
maka St 37 sering digunakan sebagai salah satu unsur penyusun beton (baja
"tulangan" pada beton). (Faisol,2013).
3.2.3 PENGUJIAN ROCKWELL

Uji kekerasan Rockwell ini paling banyak dipergunakan di Amerika


Serikat. Hal ini disebabkan oleh sifat–sifatnya yaitu : cepat, bebas dari kesalahan
manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja
yang diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil sehingga bagian yang mendapat
perlakuan panas yang lengkap dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan
kerusakan. Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan
sebagai ukuran kekerasan. Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu
mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja.
indentor ditekan ke material dibawah beban minor/terkecil pada umumnya 10 kgf.
Ketika keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang
mengikuti pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap perubahan
kedalaman penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi pertama. Beban
kedua atau beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan beban awal, sehingga
akan meningkatkan kedalaman penetrasi. Saat keseimbangan kembali tercapai,
beban utama dihilangkan tetapi beban awal masih tetap diberikan. Dengan
hilangnya beban utama maka akan terjadi recovery parsial dan terjadi
pengurangan jejak kedalaman Peningkatan kedalaman penetrasi akhir sebagai
hasil aplikasi ini dan kehilangan beban utama digunakan untuk menentukan nilai
kekerasan Rockwell (Husni, 2009).

Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell mempunyai


kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode Rockwell seperti dapat
digunakan untuk bahan yang sangat keras, dapat dipakai untuk batu gerinda
sampai plastik, dan cocok untuk semua material yang keras dan lunak. Sedangkan
untuk kekurangan metode Rockwell seperti tingkat ketelitian rendah, tidak stabil
apabila terkena goncangan, dan penekanan bebannya tidak praktis (Kurniawan,
2013).
3.3 PERALATAN

3.3.1 ALAT UKUR

1. Mesin kekerasan Rockwell

Gambar 1.1 Mesin Kekerasan Rockwell

(Sumber : Lab. Proses Produksi UII)

3.3.2 BENDA UKUR


1. Kuningan

Gambar 1.2 Kuningan

(Sumber : Lab. Proses Produksi UII)


2. Alumunium

Gambar 1.3 Alumunium

(Sumber : Lab. Proses Produksi UII)

3. Baja

Gambar 1.4 Baja

(Sumber : Lab. Proses Produksi UII)


3.4 LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Pilih jenis standar kekerasan Rockwell yang sesuai dengan material
benda uji yang akan diukur nilai kekerasannya.
3. Pasangkan indentor yang sesuai dengan alat uji kekerasan dan atur beban
yang sesuai dengan standar kekerasan yang dipilih.
4. Taruh beban pada meja uji dan dinaikkan hingga menyentuh indentor.
5. Lakukan uji kekerasan secara benar dan baca nilai kekerasannya pada
skala yang sesuai.
6. Ulangi pengujian untuk setiap material sebanyak 5 (lima) titik
penekanan kemudian nilai kekerasannya dirata-ratakan.
3.5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Data Pengujian

Jenis Kekerasan RB

Tipe Indentor Bola Baja

Beban 100 kgf

Material Kuningan Baja Alumunium

Pengujian

1 89 87,5 89,5

2 88,5 84,5 87,5

3 87,5 86,5 97

4 89 85,8 98,5

5 88 87,5 98

Nilai Kekerasan 88,4 86,4 94,1

Pada praktikum kali ini kita melakukan pengujian kekerasan dengan


beberapa maca, material. Pada praktikum ini kita menggunakan pengujian
Rockwell karena pengujian ini lebih praktis diantara yang lainnya karena hasil
pengujian Rockwell dapat langsung dibaca dari alat kerja.

Pada praktikum ini kita menggunakan 3 jenis material yang berbeda yaitu
kuningan, alumunium, dan baja ringan, pada setiap material kita mengulangi
sebanyak 5 kali pengujian namun dengan titik penekanan yang berbeda.

Kita mengawali dengan memasang indentor pada tempatnya dan mengatur


beban pengujian sebesar 100 kgf, pengujian awal kita menggunakan kuningan
sebagai objek ukur. Kita menempatkan kuningan pada meja uji dan
menaikkannya hingga menyentuh indentor, menarik tuas penekan indentor,
sehingga indentor menekan kuningan dan indikator menunjukkan kekerasan dari
kuningan tersebut kemudian mencatatnya. Pengujian selanjutnya kita
menggunakan aluminium sebagai objek ukur, setelah ditempatkan pada meja uji
kita menaikkannya hingga menyentuh indentor, menarik tuas penekan indentor,
dan mencatat angka yang ditunjukkan oleh indikator. Pengujian terakhir kita
menggunakan spesimen dengan material baja ringan, kami menempatkannya
pada meja uji, kemudian meja uji dinaikkan hingga menyentuh indentor. Tuas
penekan ditarik dan mencatat angka yang ditunjukkan oleh jarum indikator.

Semakin kecil nilai menandakan kekerasan dari suattu material akan semakin
tinggi, apabila semakin besar nilai maka kekerasan material semakin rendah.
3.6 KESIMPULAN

1. Kekerasan dari setiap metarial berbeda-beda, hal ini membuat jenis material
perlu disesauikan dengan kebutuhan. Berdasarkan dari analisis data dapat
disimpulkan bahwa baja memiliki nilai kekerasan paling besar dari material
lainnya

2. Kuningan yang nilai kekerasannya dibawah nilai baja tetapi lebih keras dari
pada alumunium.
3.7 DAFTAR PUSTAKA

Purba, Asli, (2005), Penentuan Ketidakpastian Pengukuran Uji Kekerasan


Rockwell, ISSN 0854-5561

Kurniawan S Dwi, Tarkono, dan Supriadi Harnowo, (2013), Utilization Of


Fiber And Shell Particles Palm Oil As Substitute Materials In Producing
Eternite Ceiling. Junal FEMA Vol. 1, No. 3, Juli 2013

Zuchry , 2012,. “Mekanika Teknik, Universitas Tadulako, Palu”. Dapat


diunduhdi http:// eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf.

Faisol, 2013. “Laporan uji kekerasan bab pendahuluan”. Dapat di unduh di


http://faisolafnan.blogspot.com/2013/04/laporan-uji-kekerasan-bab-i-pendahulua
n.html.

Anda mungkin juga menyukai