Oleh :
NIM : 13115117
Kelompok :2
Miqdod 13115048
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Membuat kurva hardenability.
BAB II
TEORI DASAR
Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik yang penting dalam material
(logam). Kekerasan dan keterkerasan memiliki arti yang berbeda. Kekerasan adalah
ketahanan plastis suatu material terhadap deformasi di daerah lokal. Sedangkan,
keterkerasan adalah kemampuan suatu material untuk mengeras pada saat diberikan
perlakuan panas atau kemampuan suatu material untuk ditingkatkan kekerasannya.
Parameter keterkerasan didapat dari nilai kekerasan di setiap titik.
Untuk dapat mengetahui sifat kekerasan atau mampu keras (Hardenability) dengan
proses Heat Treatment, telah dikembangkan beberapa metode. Metode itu antara lain
adalah metode Grossman dan Metode Jominy. Pada Metode Grossman harus
dipersiapan beberapa silinder baja untuk dipanaskan kemudian didinginkan. Sifat
mampu keras yang baik dari material, dapat diindikasikan dengan presentase martensit
yang terbentuk dan diukur dari diameter batang baja.
Pada prosedur Uji Jominy EQ (End-Quench), metode untuk mengetahui sifat
mampu keras suatu logam lebih mudah dan sederhana. Dengan metode Jominy EQ
digunakan spesimen berbentuk silinder yang dipanaskan pada Temperatur Austenitnya.
Kemudian didinginkan pada salah satu ujungnya dengan cara disemprot dengan air.
Untuk mengetahui sifat mampu keras yang baik, diukur kekerasan dari jarak terdekat
dari penyemprotan air hingga ke ujung satunya lagi.
Kurva hardenability adalah kurva hasil plot dari kekerasan material terhadap
jaraknya dari bagian ujungnya yang quench pada proses Jominy EQ. Hardenability
band adalah kurva yang terbentuk dari hardenability curve teoritis yang dihitung
berulang kali sesuai standar, sehingga didapat hardenability curve maksimum dan
minimum dari suatu material. Apabila hardenability curve percobaa kita diluar
hardenability band, maka data percobaan kita kurang baik/ banyak penyimpangan.
Severity of Quench adalah kondisi yang sering digunakan untuk menunjukkan laju
pendinginan. Semakin besar nilai severe of quench maka semakin besar pula laju
pendinginan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mampu keras antara lain :
1. Kandungan karbon
Kandungan karbon yang banyak akan menyebabkan sifat mampu keras suatu logam
meningkat.
2. Elemen pada logam
Beberapa jenis paduan logam menyebabkan logam menjadi lebih keras.
3. Heat treatment
Logam yang dipanaskan hingga menjadi austenite memiliki sifat yang lebih keras.
4. Laju pendinginan
Laju pendinginan yang cepat menyebabkan logam menjadi sangat keras.
5. Ukuran butir
Semakin besar ukuran butir maka sifat mampu kerasnya makin rendah.
Untuk mengubah sifat mekanik dari suatu baja, dapat digunakan proses perlakuan
panas (heat treatment). Proses perlakuan panas adalah proses mengubah sifat material
dengan pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan laju
pendinginan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Jenis-jenis perlakuan panas
antara lain:
Tempering
Normalizing
Baja yang telah mengalami deformasi plastic yang contohnya merupakan hasil
dari proses pengerolan biasanya terdiri dari butir-butir pearlite yang berukuran
besar dan bervariasi. Normalizing merupakan sebuah proses perlakuan panas
yang tujuannya untuk memperhalus butir dan juga persebaran ukuran butir yang
merata. Pada proses normalizing ini temperature material dinaikkan hingga
mencapai temperature kritis lalu ditahan dalam jangka waktu tertentu hingga
alloy bertransformasi secara sempurna menjadi austenite, lalu setelah itu
didinginkan secara perlahan dalam udara terbuka.
Annealing (pelunakan)
Proses perlakuan panas dimana material dinaikkan temperaturnya lalu dijaga
dalam jangka waktu tertentu, lalu didinginkan secara perlahan di dalam sebuah
tungku, Tujuannya untuk menghilangkan efek pengerjaan dingin sehingga
meningkatkan tingkat keuletan yang sebelumnya material tersebut telah
mengalami strain hardening. Proses annealing memiliki beberapa tahap
berdasarkan perubahan struktur mikro yang dialami logam, tahapan proses
annealing dibagi menjadi tiga:
a. Pemulihan atau recovery
Panas yang diterima logam menjadi penyebab tersusunnya kembali
dislokasi-dislokasi ke susunan yang memiliki energy lebih rendah dan stabil.
Pada tahapan pemulihan ini, dislokasi-dislokasi akan menyusun kembali
menjadi dinding sel. Fenomena ini disebut dengan poligonisasi. Poligonisasi
merupakan pembentukan sub batas butir dengan mekanisme pergerakan
kekosongan dari atom untuk menghasilkan pergerakan dan pemanjatan
dislokasi. Pada proses pemulihan ini kekuatan logam sedikit berkurang yang
dibarengi dengan peningkatan keuletan.
Spherodizing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida
berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spheroidizing ini
akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Carbon tinggi.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai disekitar
temperature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada
temperature tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian
didinginkan. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang
lama maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan
hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang
tersebar dalam matriks ferrite.
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada
suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur
mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada diagram: Isothermal Tranformation
Diagram.
Penjelasan diagram:
Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon dalam
baja.
Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya dititik
tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perlit
dan ferit.
Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi
sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih
keras dari perlit).
Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan
mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas).
Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser
kekanan.
Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya
pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar.
Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk
dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.
Martensit merupakan salah satu fasa yang dapat terbentuk pada struktur logam.
Sifat dari sturktur pada fasa martensit adalah keras dan getas, jadi logam yang berada
pada fasa ini cepat mengalami perpatahan.
Untuk mendapatkan struktur dengan fasa martensit, maka logam haurs melalui
proses perlakuan panas dengan laju pendinginan yang cepat. Untuk laju pendinginan
yang cepat, biasanya digunakan air garam yang memiliki densitas yang sangat tinggi.
Untuk struktur normal, butiran-butiran masih tersusun rapih karena masih
memiliki ikatan yang kuat antar satu atom Fe denga atom Fe yang lainnya. Ikatan ini
kuat karena adanya atom pengikat yaitu karbon. Pada struktur normal, karbon masih
terdistribusi dengan sempurna mengikat atom-atom penyusun logam.
Setelah itu bahan ini dpanaskan hingga kira-kira mencapai suhu 800o C. Setalah
itu struktur butirnya telah mengalami perubahan, dimana ato-atom karbon akan keluar
dari ikatan aotm penyusun logam, sehingga ikatannya berkurang. Atom-atom
merenggang dan menjadi besar. Struktur ini berada pada fase austenit + cairan.
Maksudnya adalah ada yang berada pada fasa austenit dan ada pula yang telah berupa
cairan, dengan sifat yang lunak tapi ulet.
Setelah dipanaskan hingga suhu 800o C, dan mencapai fasa austenit stabi, maka
bahan didinginkan dengan cepat, yaitu dengan menggunakan media pendingin air
garam. Digunakan air garam, karena memiliki densitas yang tinggi, dimana kerapatan
antara molekul air garam amat tinggi, sehingga proses transfer panas berlangsung
dengan waktu yang sangat cepat. Laju pendinginanpun berlangsung dengan cepat.
Peristiwa ini mengakibatkan atom-atom karbon yang tadinya terlepas dari ikatan tidak
mampu/sempat terredistrribusi ke dalam ikatan untuk mengikat atom-atom penyusun
logam, dan atom-atom yang membesar tak sempat untuk mengecil. Jadi disini terjadi
proses rekristalisasi yang sangat cepat. Dengan struktur yang seperti ini akan
mengakibatkan ikatan yang tidak kuat antar satu atom dan atom lainnya sehingga
sifatnya getas, dan keras, karena butiran yang membesar memenuhi ruang material.
Sruktur semacam inilah yang disebut struktur martensit, yang terbentuk pada fasa
martensit.
Maka, struktur martensit merupakan struktur yang memiliki sifat yang keras
dan getas, karena telah mengalami perlakuan panas hingga mencapai austenit stabil
pada suhu kritis yang kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin air
garam yang densitasnya tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Furnace
b. Kikir
c. Ragum pencekam
d. Spesimen berupa silinder baja AISI 4140 dimensi standar Jominy End-
Quench Test
e. Mesin uji keras Rockwell
f. Media Quench
3.2 Prosedur
kikir salah satu bagian dari spesimen untuk selanjutnya diuji keras dengan
rockwell C setiap jarak 1/16 in
HRC awal
28
24
23
mean = 25
Jarak
Jarak(mm) HRC
Ke-
1 5 36
2 10 39
3 15 39
4 20 40
5 25 34
6 30 32
7 35 29
8 40 28
9 45 30
10 50 27
11 55 26
12 60 25
13 65 19
14 70 17
15 75 12
16 80 13
17 85 9
18 90 8
19 95 9
20 100 9
45
39 39 40
40 36
34
35 32
29 28 30
30 27 26
25
25
HRC
19
20 17
15 12 13
9 8 9 9
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Jarak Dari Ujung Quench(mm)
Hardenability Band Spesimen Menurut Literatur
Sumber : TimkenSteel
BAB V
ANALISIS
Dari hasil plot kurva kekerasan terhadap jarak ujung quench dapat dilihat
kecendrungannya yaitu kekerasan semakin tinggi ketika mendekati ujung quench. Hal
ini disebabkan oleh laju pendinginan dimana semakin dekat ke ujung quench, laju
pendinginan semakin cepat dan mengakibatkan kekerasan semakin tinggi akibat
pembentukan martensit
19
20 17
15 12 13
9 8 9 9
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Jarak Dari Ujung Quench(mm)
6.2 Saran
(i). alangkah lebih baiknya mesin uji keras diperbaharui, agar pengukuran dan data
yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban :
1. Hardenability curve
45
39 39 40
40 36
34
35 32
29 28 30
30 27 26
25
25
HRC
19
20 17
15 12 13
9 8 9 9
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Jarak Dari Ujung Quench(mm)
Sumber : TimkenSteel