Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERLAKUAN PANAS

HARDENING

Dosen Pengampu
RICKO YUDHANTA, M.Sc

Disusun Oleh :

TARUNA MUDA MUHAMMAD SYAFRI FADHILLA


2206034

PRODI D-IV TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkatnya lah saya bisa menyelesaikan
karya tulis tentang perlakuan panas hardening
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan karya tulis ini, sehingga karya tulis ini bisa selesai dan dijadikan sebagai referensi
pengajaran Ilmu Bahan Teknik untuk kita semua.
Walaupun makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu saya berharap kepada bapak
dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan karya tulis tentang pembahasan
logam ini. Sebagai penulis saya berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, atas
perhatian dari semua pihak, akhir kata saya ucapkan Terimakasih.

Bekasi, 24 November 2022


Penulis,

MUHAMMAD SYAFRI FADHILLA


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman dulu metode heat treatment telah digunakan oleh orang-orang untuk mengubah
sifat-sifat mekanik logam sesuai dengan keinginannya, contohnya dalam pembuatan alat-alat
perang seperti ujung tombak pedang serta tameng. Ini menunjukan bahwa heathreatment adalah
metode paling mudah dan baik yang dapat digunakan mengubah sifat-sifat mekanik dari suatu
material. Pada zaman dahulu logam yang baik dianggap adalah logam yang keras dan kuat karena
penggunannya hanya semata untuk peralatan peralatan yang sederhana seperti pedang, ujung
tombak dan yang lainnya. Oleh karena itu metode perlakuan panas yang digunakan belum
bervariasi, nanti kemudian dizaman moderen ketika qualitas logam tidak hanya diukur dari
kekuatan dan kekerasaanya tetapi dari terpenuhinya sifat-sifat mekanik lain yang sesuai dengan
kebutuhan, baru kemudian berkembang metode-metode Heathreatment untuk menghasilkan sifat-
sifat mekanik yang dibutuhkan.
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan logam atau paduan dalam
keadaan padat dengan tujuan mengubah sifat-sifatnya. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai proses
pemanasan dan pendinginan logam besi terutama berbagai jenis baja di mana beberapa sifat
khusus seperti kelunakan , kekerasan , tarik – kekuatan, ketangguhan dll , diinduksi dalam logam
ini untuk mencapai tujuannya. Teori perlakuan panas didasarkan pada kenyataan bahwa
perubahan terjadi pada struktur dalam logam dengan pemanasan dan pendinginan yang
menginduksi sifat-sifat yang diinginkan di dalamnya. Laju pendinginan adalah factor kendali
utama. Cepatnya pendinginan logam dari atas kisaran kritis, menghasilkan struktur yang keras.
Sedangkan pendinginan yang sangat lambat menghasilkan pengaruh sebaliknya yaitu struktur
yang lunak.
Dalam setiap perlakuan panas , laju pemanasan dan pendinginan sangat penting. Bahan yang
keras sulit untuk dibentuk dengan pemotongan, pembentukan dll. Oleh karenanya supaya bahan
mudah dibentuk dengan pemotongan , pembentukan dan lain lain maka diperlukan proses
perlakuan panas untuk melunakkannya. Sehingga bahan tersebut memiliki sifat mampu mesin.
BAB II
PEMBAHASAN

Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan pada
peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue yang tinggi
disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta peningkatan frekwensi
pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari bahan tersebut dapat dilakukan 
dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan
logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas
yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil,
ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti
yang ulet. Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbon
lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas mulai dari
perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat. Kekerasan
didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari
bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan meru-pakan suatu sifat dari bahan yang sebagian
besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah
bila dikerjakan dengan cold worked seperti pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta
kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain;
Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan lain-
lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel logam
lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan supaya tahan
terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi, poros-poros dan lain-
lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan produksi, waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan masalah yang sangat sering dipertimbangkan
dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan
mengingat bahwa waktu (lamanya) menyelesaikan suatu produk adalah berpengaruh besar terhadap
biaya produksi.

Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah kritis
disusul dengan pendinginan yang cepat. Untuk proses ini dilakukan dengan input panas dan transfer
panas dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk merubah struktur baja sedemikian rupa sehingga
diperoleh struktur martensit yang keras. Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara
770-830º C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut, beberapa saat
kemudian didinginkan secara mendadak dengan mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin
yang lain. Dengan pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu yang cukup bagi austenit untuk
berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan
austenit berubah menjadi martensit. Hasilnya keuletan tinggi.
Di dalam hardening baja hipoeutectoid dipanaskan 30-50 Oc diatas upper critical temperatur,
sementara baja hypereutectoid dipanaskan 30-50 Oc diatas lower critical temperatur. Tergantung pada
ketebalan dari komponen, baja ditahan pada temperatur ini untuk waktu yang diperlukan dan
kemudian didinginkan pada media pendinginan yang sesuai seperti udara, brine, oil dan udara. Baja
hypoeutectoid terdiri dari ferrit dan peaalit sementara baja hypereutectoid terdiri dari pearlit dan
cementit. Saat memanaskan diatas temperatur kritis, strukturnya terdiri dari unsur pokok tunggal
dinamakan austenit. Saat pendinginan cepat, austenit berubah menjadi unsur pokok mikro dinamakan
maartensit. Martensit mungkin disebut solusi titik jenuh dari karbon pada α-iron dimana sangat kuat
dan rapuh. Kekerasan pada baja akibat dari martensit.
            Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue
limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam
baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur
autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian
penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :

A. Melakukan pemanasan (heating) untuk baja karbon tinggi  200-300   diatas Ac-1 pada diagram
Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu 8500, tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur
Austenite, yang salah sifat Austenite adalah tidak stabil pada suhu di bawah Ac-1,sehingga
dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini diagram Fe-Fe 3C  dibawah ini :

Gambar :  diagram keseimbangan Fe-Fe3C

B. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum
dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk
memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi
kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur paduannya.  Pedoman untuk
menentukan holding time dari berbagai jenis baja:

1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida
yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 – 15 menit setelah mencapai
temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
2. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time 15 -
25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
3. Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang
diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal benda,
atau 10 sampai 30 menit.
4. High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di antara
semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga diperlukan
kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan
0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1 jam.
5. Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada 10000 C.
Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu
holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur
pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan
butir holding time diambil hanya beberapa menit saja. Misalkan kita ambil waktu holding
adalah selama 15 menit pada suhu 8500 .
C. Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan
menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin
banyak unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak.
Karena martensite terbentuk  dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini
disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur
kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga
kekerasanya meningkat.

Dari diagaram pendinginan diatas dapat dilihat bahwa dengan pendinginan cepat (kurva 6)
akan menghasilkan struktur martensite karena garis pendinginan lebih cepat daripada kurva 7
yang merupakan laju pendinginan kritis (critical cooling rate) yang nantinya akan tetap terbentuk
fase austenite (unstable). Sedangkan pada kurva 6 lebih cepat daripada kurva 7,sehingga terbentuk
struktur martensite yang kekerasanya berkisar antara 600 BHN-750 BHN, tetapi bersifat rapuh
karena tegangan dalam yang besar. Jadi  dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada
baja karbon tinggi akan meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka
efeknya terhadap kekuatan adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya kekerasan,
maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada pengujian impact beban yang
bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan dalam akan mengurangi
kekuatan impact.
2. Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada
pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang berlawanan dengan arah dari
tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan meningkatkan kekuatan tarik
dari suatu material.

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa material akan dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencapai titik dimana dapat ditemui austenite yang berguna sebagai pengeras pada
proses karena akan berubah menjadi martensit jadi suhu yang dicapai saat proses pemanasan
adalah suhu dimana austenite mulai terbentuk. Pada gambar diatas dapat dilihat terdapat
proses holding time, dimana proses holding timeberfungsi dimana saat sudah mencapai suhu
saat austenite terbentuk untuk menahan hingga beberapa menit agar struktur mikro pada
material yang dipanaskan mencapai keseragaman. Penseragaman ini bertujuan agar austenite
semakin banyak terbentuk sehingga saat didinginkan nanti semakin banyak martensit yang
didapatkan.

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja
dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan
dengan jalan heat treatment.Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan
dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan
suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada
Diagram Fase Keseimbangan.

A. Jenis-jenis Perlakuan Panas

Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :

1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Near
Equilibriumini diantaranya adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir,
menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari perlakukan panas
Near Equibrium, misalnya: Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Spheroidizing,
Normalizing danHomogenizing. Berikut dibawah ini merupakan penjelasannya :

a. Full Annealing (annealing)


Pada proses pelunakkan atau annealing merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlit yang kasar (coarse perlite) tetapi luna dengan pemanasan sampai
austenisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas (furnace),
yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga
memperbaiki machinability. Disamping itu juga pelunakan dilakukan untuk tujuan
meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam yang meyebabkan material
berprilaku getas (Dieter, 1996).
b. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akib at
proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah 0,3% C
itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa martensite. Caranya
dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek
dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa dan
untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relief
Annealing.Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai hasil dari salah satu faktor
yang disebutkan diatas harus dapat dihilangkan agar sifat yang diinginkan dari
komponen yang terbuat dari logam tersebut dapat dicapai. Proses penghilangan tegangan
sisa dilakukan biasanya dengan cara memanaskan benda kerja dibawah temperatur A1.
Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada
temperatur sekitar 550-700°C, tergantung pada jenis baja yang diproses.Kemudian benda
kerja ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar diperoleh
distribusi temperatur yang merata diseluruh benda kerja selanjutnya didinginkan di
dalam tungku.
c. Spherodized Annealing
Spherodized Annealingmerupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan
strukturcarbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses
Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Karbon tinggi.
Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang
dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh
jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini meyebabkan baja
(hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka
cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing.
d. Normalizing
adalah bagian dari proses heat treatment. Memanaskan baja dengah suhu 40°C-
50°C diatas kritikal temperature (A3 atau Acm), ditahan selama beberapa waktu, dan
didinginkan di suhu udarakamar normal. Dan setelah mendapat perlakuan normalizing,
hasil dari mikro struktur menjadi pearlitic. Material terutama carbon steelakan
mengalami perubahan struktur dan grain sizekarena efek dari pemanasan dan
pendinginan akibat dari proses pengelasan. Struktur yang tidak homogen ini
menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut
memiliki sifat yang lebih keras namun ketangguhannya lebih rendah. Untuk
mengembalikan kepada sifat yang diinginkan terutama dalam ketangguhannya maka
struktur yang berubah tadi dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui pemanasan
pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung dari jenis
materialnya (Nugroho dkk, 2014).

e. Homogenizing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur tinggi didaerah fasa austenit,
jauh diatas titik kritis.Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek segregasi kimia
akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk memperbaiki mampu pengerjaan
panas (hot workability).

2. Non Equilirium (Tidak setimbang) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non Equilibriumini
adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan
panas Non Equibrium, misalnya: Hardening, Martempering, Austempering, Surface Hardening
(Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening). Berikut dibawah
ini merupakan penjelasannya mengenai jenis-jenis perlakuan panas tidak seimbang :

a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu
pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan
pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.
Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan
paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses
pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras melalui peralihan
wujud struktur, maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan alih wujud. Kekerasan
yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diringi kerapuhan yang
besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan pemanasan kembali
menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
b. Martempering
Martempering adalah proses perlakuan panas umum yang mengquenching material
ke suhu menengah tepat di atas suhu awal martensit dan kemudian mendinginkan udara
melalui rentang transformasi martensit ke suhu kamar (Krishna dkk, 2013).
c. Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari
diagram transformasi isothermal untuk memperoleh struktur yang seluruhnya bainite.
Pendinginan dilakukan dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan dibiarkan
demikian sampai transformasi menjadi bainite selesai.Secara umum proses austempering
terdiri dari Fully austenitizing besi pada temperatur austenitizing, Quenching pada
temperatur austempering dan Pendinginan udara pada suhu kamar (Umardani, 2010).
d. Surface Hardening
Proses pengerasan permukaan (surface hardening) adalah suatu perlakuan (treatment)
yang diterapkan pada suatu logam agar diperoleh sifat-sifat tertentu. Dan agar dicapai
hasil yang memadai, maka pelaksanaan dari suatu perlakuan harus memperhitungkan
aspek metalurgi dan peralatan yang tersedia, supaya supaya dapat dipilih proses-proses
perlakuan yang sesuai pada suatu logam untuk maksud tertentu dengan ekonomis, juga
agar dapat ditentukan tingkat kualitas yang akan dihasilkan.Yang termasuk surface
hardening adalah Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening dan Induction
hardening.

B. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas

Pemilihan media pendinginan akan berpengaruh terhadap hasil perlakuan panas pula,
berikut merupakan beberapa media pendingin yang sering digunakan :

a. Air
Air memiliki massa jenis yang besar daripada air garam, kekentalannya rendah sama
dengan air garam. Laju pendinginan air lebih lambat dari pada air garam.Pendinginan
dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang cepat. Biasanya ke
dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha mempercepat turunnya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi keras. Air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Pada kisaran
suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C, air berwujud cair. Suhu
0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling
point) air. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik.Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau
dingin dalam seketika. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh karena itudalam penelitian ini
digunakan air es dalam proses pendinginan setelah proses Heat Treatment karena dapat
mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat. Suhu air es berkisar antara
0°C-5°C, densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1 g/cm 3 terjadi pada suhu 3,95°C.
Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95° C, densitas air lebih kecil dari satu
(Moss, 1993 ; Tebbut, 1992).

b. Minyak / oli
Minyak/oli memberi pendinginan yang lambat, minyak/oli ini sering digunakan
diindustri. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam
perlakuan panasadalah benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus digunakan
sebagaibahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat juga digunakan oli,minyak
bakar atau solar.
c. Udara
Udara memberi pendinginan yang perlahan-lahan.Udara tersebut ada yang disirkulasi
dan adapula yang tidak.Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke dalam
ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah. Udara sebagai pendingin akan
memberikan kesempatan kepada logam untuk membentuk kristal – kristal dan
kemungkinan mengikat unsur – unsur laindari udara. Adapun pendinginan pada udara
terbuka akan memberikan oksidasi oksigen terhadap proses pendinginan.
d. Air garam
Air garam memberi pendinginan yang cepat dan merata, air garam lebih serin
digunakan untuk proses hardening dari pada air.Garam dipakai sebagai bahan pendingin
disebabkan memiliki sifat mendinginkan yang teratur dan cepat. Bahan yang didiginkan
di dalam cairan garam yang akan mengakibatkan ikatannya menjadi lebih keras karena
pada permukaan benda kerja tersebut akan meningkat zat arang.
Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbedabeda,
perbedaan kemampuan media pendingin disebabkan oleh temperatur, kekentalan, kadar
larutan dan bahan dasar media pending.

Ukuran butir yang diperoleh dengan pendinginan udara dan air makin halus. Dengan media air
proses pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kesempatan pertumbuhan butir terhambat
sehingga ukuran butir lebih halus dari udara dan pasir.(Nuraini dkk, 1996).

Pada saat pendinginan juga akan berpengaruh pada hasil akhir dimana pada material yang
medianya lebih cepat mendinginkan maka akan menghasilkan material yang cenderung keras dan
getas sedangkan proses pendinginan yang lebih lama material akan cenderung lebih ulet. Karena pada
media yang pendinginan nya cepat martensit cepat terbentuk sempurna.

C. Tempering

Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Untuk
menghasilkan suatu produk yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu dilakukan
proses pemanasan ulang atau temper. Pengaruh dari suhu temper ini akan menurunkan tingkat
kekerasan dari logam. Kekerasan merupakan sifat ketahanan dari bahan terhadap penekanan.Tujuan
dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan, toughness, dan ukuran butir
dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering (pemanasan kembali) setelah dilakukan proses
hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, selain itu juga untuk mengurangi
tegangan hasil proses quenching, pengelasan, dan pemesinan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan kekerasan
alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka
waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya
secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu
pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh
karena itu maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut.
3.2 Saran
Penulis berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca termasuk kepada
penulis sendiri dan disarankan kepada pembaca agar dapat memahami apa yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai