HEAT TREATMENT
Oleh:
AJIS SAPUTRA
120170043
Asisten Praktikum:
ANTONIO CARLO 119170065
Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang paling
umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga
digunakan dalam pembuatan berbagai materi lain, seperti kaca. Secara umum
perlakuan panas adalah memanaskan atau mendinginkan material, biasanya
dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti
pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk teknik perlakuan panas
adalah annealing, case hardening, precipitation strengthening, tempering
dan quenching. Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja
dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara khusus, di mana
pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat,
pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses
manufaktur lain seperti pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan.
Baja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas (heat
treatment).
Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar karbon baja yang diproses
heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja,
melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan
laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan logam
dimana logam yang akan kita ubahsifatnya sudah berada dalam kondisi solid.
Dalam heat treatment kita memanaskan specimensampai dengan temperature
austenisasinya. Pada saat temperature austenisasinya tercapai, maka fasa
yang terjadi pada baja karbontersebut adalah austenite(y). Setelah dalam fasa
gamma kemudian baja tersebut di-quench sehingga akan terbentuk martensit.
Martensit yang terjadi tersebut bersifat keras. oleh karenaitu, pengintrolan
transformasi dari austenite menjadi martensit diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan dari baja. Proses quenching untuk meningkatkan
kekerasan dari baja dikontrol dengan pemilihan media pendinginan yang
tepat. Media quenching yang dipakai biasanya antara lain air, larutan natrium
hidroksida, oli, dsb. Karakteristik medium yang digunakan untuk quenching
antara lain:
a. Temperatur Medium
b. Panas Sfesifik
c. Panas Penguapan
d. Konduktifitas Termal Medium quenching
e. Viskositas
f. Agitasi
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan proses pengerasan metode
quenching pada baja karbon, menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan
menganalisa hasil perlakuan panas.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebagian besar sifat rekayasa logam dan paduan terkait dengan struktur atom,
struktur kristal, dan struktur mikronya. Sifat mekanik adalah struktur-sensitif
di alam dan besarnya sangat bergantung pada ukuran, bentuk dan distribusi
berbagai mikrokonstituen. Struktur mikro kesetimbangan dapat diprediksi
untuk paduan dengan bantuan diagram kesetimbangan. Sifat mekanik dapat
diubah dengan memvariasikan proporsi relatif mikrokonstituen. Dalam
prakteknya, perubahan sifat mekanik dicapai dengan proses yang dikenal
sebagai perlakuan panas. Proses ini terdiri dari pemanasan logam atau paduan
ke suhu tertentu yang telah ditentukan, menahan suhu ini untuk waktu yang
diperlukan, dan akhirnya pendinginan dari suhu ini. Semua operasi ini
dilakukan dalam keadaan padat. Kadang-kadang, menjadi perlu untuk
mengulangi operasi ini untuk memberikan beberapa karakteristik. Oleh
karena itu, perlakuan panas dapat didefinisikan sebagai operasi pemanasan
dan pendinginan yang diterapkan pada logam dan paduan dalam keadaan
padat untuk memperoleh sifat yang diinginkan.
Kekerasan pada komponen mesin yang terbuat dari baja, dapat diperoleh
melalui proses perlakuan panas atau perlakuan permukaan. Proses
peningkatan kekerasan menggunakan panas kemudian dengan dinginkan
dengan media pedingin sertaholding time yang ditentukan merupakan cara
yang banyak dilakukan untuk baja karbon medium dan tinggi.
Baja merupakan salah satu material yang banyak digunakan dalam dunia
industri. Baja memiliki unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), dan bisa
dipadukan lagi dengan unsur lain seperti Cr, Ni, Ti dan sebagainya. Karena
kandungan tersebut, baja memiliki sifat ulet, kuat dan keras, bergantung dari
seberapa banyak kandungan karbon yang ada didalam baja tersebut. Sifat ini
dibutuhkan untuk komponen mesin yang saling bergesekan atau karena
fungsinya harus mempunyai kekerasan tertentu. Kekerasan pada komponen
mesin yang terbuat dari baja, dapat diperoleh melalui proses perlakuan panas
atau perlakuan permukaan. Proses peningkatan kekerasan menggunakan
panas merupakan cara yang banyak dilakukan untuk baja karbon medium dan
tinggi.
Pada pemanasan sepotong besi murni dari suhu kamar ke titik lelehnya
mengalami sejumlah transformasi kristal dan menunjukkan dua modifikasi
alotropik yang berbeda. Ketika besi berubah dari satu modifikasi ke panas
lain yang terlibat. Ini disebut panas laten transformasi. Jika sampel
dipanaskan pada laju tetap, kenaikan suhu akan terganggu ketika transformasi
dimulai dan suhu akan tetap konstan sampai transformasi selesai. Pada
pendinginan besi cair ke suhu kamar, transformasi terjadi dalam urutan
terbalik dan pada suhu yang kira-kira sama dengan pemanasan. Selama
transformasi ini panas dibebaskan yang menghasilkan penahanan laju
pendinginan, penahanan berlangsung selama transformasi berlangsung.
Baja merupakan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur C
menjadi dasar pencampurannya. Di samping itu, mengandung unsur
campuran lainnya seperti Sulfur (S), fospor (P), silicon (Si), dan mangan
(Mn) yang jumlahnya dibatasi. Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1-
1,7 % sedangkan unsur lainnya dibatasi presentasinya itu, baja karbon
dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya.
Menurut diagram fase besi-karbon [1-3], semua paduan Fe-C biner yang
mengandung karbon kurang dari sekitar 2,11% berat diklasifikasikan sebagai
baja, dan semua yang mengandung kandungan karbon lebih tinggi disebut
besi tuang. ditambahkan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan,
kandungan karbon yang digunakan untuk membedakan baja dari besi tuang
akan bervariasi dari 2,11 berat.
Baja adalah bahan rekayasa yang paling kompleks dan banyak digunakan
karena (1) kelimpahan besi di kerak bumi, (2) suhu leleh besi yang tinggi
(1534°C), (3) berbagai sifat mekanik, seperti kekuatan luluh sedang (200-300
MPa) dengan keuletan yang sangat baik hingga kelebihan tegangan luluh
sebesar 1400 MPa dengan ketangguhan patah hingga 100 MPam 2, dan (4)
struktur mikro terkait yang dihasilkan oleh formasi trans fasa solid-state
dengan memvariasikan laju pendinginan dari kondisi austenitik.
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi
kimia logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat
proses perlakuan panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau
sebagian dari logam.
a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut
pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu
penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan
(pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.
1. Austenitizing Temperature
a) Pemanasan pada temperatur austenitisasi:
1) 25-50 oC diatas temperatur A3 untuk baja hypoeutectoid
2) 25-50 oC diatas temperatur A1 untuk baja hypereutectoid
b) Homogenity austenite, dilakukan dengan memberikan holding time
pada temperature austenitisasi
2. Coling Rate
3. Hardenability
a. Jominy
b. Grossman
b. Tempering
Penjelasan diagram:
c. Anealing
1. Stress-realief annealing
2. Process annealing
3. Spheodising annealing
4. Full annealing
d. Normalizing
Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid ini
karena rata-rata mengandung 2.5 %– 4 %. Pada bagian diagram antara
700°C-900°C dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja
dapat diatur dan dan disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang
ada pada diagram fasa Fe-Fe3C :
3. Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur
Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris)
dan struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras
dan bersifat getas.
4. Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan
Cementid yang dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan
Carbon 4,3%C.
5. Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C),
terjadi pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
Gambar 3.2 Media Pendingin Air (kiri) dan Media Pendingin Oli (kanan)
c. Baja karbon AISI 1045
a. Menyiapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Memastikan baca prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum cara
menghidupkan, cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Menghidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
e. Mengatur SPºC pada suhu 800ºC, SPrr OFF, Holding time t1 30 menit.
f. Mengunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang
crusible pada saat memasukkan dan mengeluarkan material dari
Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
g. Mengeluarkan ketiga sampel yang telah di panaskan
1. Sampel pertama didinginkan di suhu ruangan.
2. Sampel kedua langsung dimasukkan ke media pendingin air
3. Sampel ketiga langsung dimasukkan ke media pendingin oli.
h. Mereset Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 ke setting default.
Lalu matikan alat.
i. Setelah dingin, membersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum, merapihkan, membersihkan dan
mengembalikan alat-alat yang digunakan.
a. Lembar Kerja
Spesimen :Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merk : Carbolite Gero CWF 1300
b. Data Praktikum
1. Chamber Furnace 2. Media Pendingin Udara
a. Data Grafik
Grafik Holding Time (kurva heat treatment)
Gambar 4.2 Grafik Holding Time
a. Heat Treatment atau perlakuan panas adalah suatu proses pengubahan struktur
logam dengan cara memanaskan material sampai batas rekristalasi dalam waktu
tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan susunan struktur mikro dari logam
yang seragam, dan juga untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan dan
ketangguhan dari logam.
b. Dalam proses pengujian Heat Treatment terdapat beberapa macam proses yang
digunakan yaitu :
1. Hardening adalah proses memanaskan logam sampai temperatur tertentu
dengan waktu beberapa lama pada temperatur itu, kemudian didinginkan
dengan cepat, sehingga menimbulkan suatu susunan yang keras.
2. Tempering adalah proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada
tempratur.Tempering atau dibawah suhu kritisdilanjutkan dengan proses
pendidinginan.
3. Annealing adalah memanaskan baja sampai diatas temperatur kritis, kemudian
dilakukan holding time, dan proses pendinginan disuhu ruangan.
4. Normalizing merupakan suatu proses memanaskan logam sampai mencapai
fasa austenit yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dengan media
pendingin udara.
5. Quenching atau pencelupan merupakan proses pemanasan sampai suhu di atas
tempratur kritis. . Apabila suhu merata kemudian didinginkan dengan
menggunakan media pendingin air atau air garam dengan tujuan pendinginan
dilakukan dengan cepat.
6. Holding Time adalah proses untuk mendapatkan kekerasan maksimum
dari suatu bahan pada proses hardening.
7. Diagram Fe-Fe 3C yaitu diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon.
Sifat mekanik material setelah diberi perlakuan panas atau Heat Treatment
dengan metode Quenching akan meningkattkan kekerasan spesimen hinggan
sangat tinggi. Sifat kekerasan ini diakibatkan oleh perubahan struktur mikro
spesimen.Struktur yang terbentuk pada media pendinginan oli, air, dan udara
yaitu struktur martensit. Hal ini disebabkan pada proses pendinginan non
equiblirium yang sangat cepat pada temperatur austensitnya.
Terjadi temperature austenisasi dikarenakan pada fase ini sangat penting sebagai
dasar pembentukan dari fasanya. Oleh karna itu pada perlakuan panas ini
membutuhkan austenisasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
T.V. Rajan, C. s. (2011). Heat Treament Principles and Techniques Second Edition.
New Delhi: PHI Learning Private Limited.
Thelning, K.-E. (1984). Steel and its heat treatment second edition. Linarce House,
Jordan Hill: Butterworth Heinemann.