Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

HEAT TREATMENT

Oleh:
AJIS SAPUTRA
120170043

Asisten Praktikum:
ANTONIO CARLO 119170065

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perlakuan panas didefinisikan sebagai suatu operasi atau kombinasi operasi


yang melibatkan pemanasan dan pendinginan logam/paduannya dalam
keadaan padat untuk memperoleh kondisi dan sifat-sifat yang diinginkan.
(O.P Khanna 292, 1986).

Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang paling
umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga
digunakan dalam pembuatan berbagai materi lain, seperti kaca. Secara umum
perlakuan panas adalah memanaskan atau mendinginkan material, biasanya
dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti
pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk teknik perlakuan panas
adalah annealing, case hardening, precipitation strengthening, tempering
dan quenching. Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja
dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara khusus, di mana
pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat,
pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses
manufaktur lain seperti pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan.
Baja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas (heat
treatment).

Proses heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama


baja, melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan
pengaturan laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme
penguatan logam dimana logam yang akan kita ubahsifatnya sudah berada
dalam kondisi solid. Dalamheat treatment kita memanaskan specimensampai
dengan temperature austenisasinya. Temperatur austenisasi yang diberikan
tergantung pada kadar karbon baja yang diproses. Setelah temperature
austenisasinya tecapai, benda kerja dibiarkan pada temperature tersebut
dalam jangka waktu tertentu agar temperature homogeny di seluruh benda
kerja. Proses ini disebut dengan homogenisasi. Setelah itu,dengan mengatur
laju pendinginan akan didapat kekerasan yang diinginkan.

Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar karbon baja yang diproses
heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja,
melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan
laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan logam
dimana logam yang akan kita ubahsifatnya sudah berada dalam kondisi solid.
Dalam heat treatment kita memanaskan specimensampai dengan temperature
austenisasinya. Pada saat temperature austenisasinya tercapai, maka fasa
yang terjadi pada baja karbontersebut adalah austenite(y). Setelah dalam fasa
gamma kemudian baja tersebut di-quench sehingga akan terbentuk martensit.
Martensit yang terjadi tersebut bersifat keras. oleh karenaitu, pengintrolan
transformasi dari austenite menjadi martensit diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan dari baja. Proses quenching untuk meningkatkan
kekerasan dari baja dikontrol dengan pemilihan media pendinginan yang
tepat. Media quenching yang dipakai biasanya antara lain air, larutan natrium
hidroksida, oli, dsb. Karakteristik medium yang digunakan untuk quenching
antara lain:
a. Temperatur Medium
b. Panas Sfesifik
c. Panas Penguapan
d. Konduktifitas Termal Medium quenching
e. Viskositas
f. Agitasi
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan proses pengerasan metode
quenching pada baja karbon, menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan
menganalisa hasil perlakuan panas.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Sebagian besar sifat rekayasa logam dan paduan terkait dengan struktur atom,
struktur kristal, dan struktur mikronya. Sifat mekanik adalah struktur-sensitif
di alam dan besarnya sangat bergantung pada ukuran, bentuk dan distribusi
berbagai mikrokonstituen. Struktur mikro kesetimbangan dapat diprediksi
untuk paduan dengan bantuan diagram kesetimbangan. Sifat mekanik dapat
diubah dengan memvariasikan proporsi relatif mikrokonstituen. Dalam
prakteknya, perubahan sifat mekanik dicapai dengan proses yang dikenal
sebagai perlakuan panas. Proses ini terdiri dari pemanasan logam atau paduan
ke suhu tertentu yang telah ditentukan, menahan suhu ini untuk waktu yang
diperlukan, dan akhirnya pendinginan dari suhu ini. Semua operasi ini
dilakukan dalam keadaan padat. Kadang-kadang, menjadi perlu untuk
mengulangi operasi ini untuk memberikan beberapa karakteristik. Oleh
karena itu, perlakuan panas dapat didefinisikan sebagai operasi pemanasan
dan pendinginan yang diterapkan pada logam dan paduan dalam keadaan
padat untuk memperoleh sifat yang diinginkan.

Kekerasan pada komponen mesin yang terbuat dari baja, dapat diperoleh
melalui proses perlakuan panas atau perlakuan permukaan. Proses
peningkatan kekerasan menggunakan panas kemudian dengan dinginkan
dengan media pedingin sertaholding time yang ditentukan merupakan cara
yang banyak dilakukan untuk baja karbon medium dan tinggi.

Baja merupakan salah satu material yang banyak digunakan dalam dunia
industri. Baja memiliki unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), dan bisa
dipadukan lagi dengan unsur lain seperti Cr, Ni, Ti dan sebagainya. Karena
kandungan tersebut, baja memiliki sifat ulet, kuat dan keras, bergantung dari
seberapa banyak kandungan karbon yang ada didalam baja tersebut. Sifat ini
dibutuhkan untuk komponen mesin yang saling bergesekan atau karena
fungsinya harus mempunyai kekerasan tertentu. Kekerasan pada komponen
mesin yang terbuat dari baja, dapat diperoleh melalui proses perlakuan panas
atau perlakuan permukaan. Proses peningkatan kekerasan menggunakan
panas merupakan cara yang banyak dilakukan untuk baja karbon medium dan
tinggi.

Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas yang


dilakukan tergantung pada sifat coran dan penggunaanya. Perlakuan panas
adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan
memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, lalu dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih
rendah dengan kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas yang dilaksanakan
pada coran adalah : pelunakan temperatur rendah, pelunakan, penormalan,
pengerasan dan penemperan.

Tujuannya adalah untuk membuat logam tersebut sesuai dengan yang


dibutuhkan. Perlakuan panas hanya bisa dilakukan pada logam campuran
yang pada temperatur kamar mempunyai struktur mikro dua fase atau lebih.
Sedang pada temperatur yang lebih tinggi fase-fase tersebut akan larut
menjadi satu fase. Cara yang dipakai ialah dengan memanaskan logam
sehingga terbentuk satu fase, kemudian diikuti dengan pendinginan cepat.
Dengan cara ini pada temperature kamar akan terbentuk satu fase yang
kelewat jenuh. Bila logam dalam keadaan tersebut dipanaskan maka fase-fase
yang larut akan mengendap.

Pada pemanasan sepotong besi murni dari suhu kamar ke titik lelehnya
mengalami sejumlah transformasi kristal dan menunjukkan dua modifikasi
alotropik yang berbeda. Ketika besi berubah dari satu modifikasi ke panas
lain yang terlibat. Ini disebut panas laten transformasi. Jika sampel
dipanaskan pada laju tetap, kenaikan suhu akan terganggu ketika transformasi
dimulai dan suhu akan tetap konstan sampai transformasi selesai. Pada
pendinginan besi cair ke suhu kamar, transformasi terjadi dalam urutan
terbalik dan pada suhu yang kira-kira sama dengan pemanasan. Selama
transformasi ini panas dibebaskan yang menghasilkan penahanan laju
pendinginan, penahanan berlangsung selama transformasi berlangsung.

Baja merupakan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur C
menjadi dasar pencampurannya. Di samping itu, mengandung unsur
campuran lainnya seperti Sulfur (S), fospor (P), silicon (Si), dan mangan
(Mn) yang jumlahnya dibatasi. Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1-
1,7 % sedangkan unsur lainnya dibatasi presentasinya itu, baja karbon
dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya.

Menurut diagram fase besi-karbon [1-3], semua paduan Fe-C biner yang
mengandung karbon kurang dari sekitar 2,11% berat diklasifikasikan sebagai
baja, dan semua yang mengandung kandungan karbon lebih tinggi disebut
besi tuang. ditambahkan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan,
kandungan karbon yang digunakan untuk membedakan baja dari besi tuang
akan bervariasi dari 2,11 berat.

Baja adalah bahan rekayasa yang paling kompleks dan banyak digunakan
karena (1) kelimpahan besi di kerak bumi, (2) suhu leleh besi yang tinggi
(1534°C), (3) berbagai sifat mekanik, seperti kekuatan luluh sedang (200-300
MPa) dengan keuletan yang sangat baik hingga kelebihan tegangan luluh
sebesar 1400 MPa dengan ketangguhan patah hingga 100 MPam 2, dan (4)
struktur mikro terkait yang dihasilkan oleh formasi trans fasa solid-state
dengan memvariasikan laju pendinginan dari kondisi austenitik.

Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi
kimia logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat
proses perlakuan panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau
sebagian dari logam.

Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur


mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan
atom yang lain. Pada temperatur dibawah 910ºC sel satuannya Body Center
Cubic (BCC), temperatur antara 910ºC dan 1392ºC sel satuannya Face
Center Cubic (FCC) sedangkan temperatur di atas 1392ºC sel satuannya
kembali menjadi BCC.

Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2


jenis
a. Close to Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Near Equilibrium ini diantaranya
adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir,
menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis
dari perlakukan panas near equibrium, misalnya : full annealing
(toughening), stress alleviation annealing, process strengthening,
spheroidizing, normalizing dan homogenizing.

b. Non Equilirium (Tidak setimbang)


Tujuan umum dari perlakuan panas jenis non equilibrium ini adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari
perlakukan panas non nquibrium, misalnya : hardening, martempering,
austempering, surface hardening (carburizing, nitriding, cyaniding, flame
solidifying, induction solidifying)

Pendinginan pada heat treatment dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis:


a. Pendinginan secara tidak berlanjut.
Jika baja terbuat dari tempratur yang sangat tinggi kemudian menangkap
temperature rendah, maka itu akan menghasilkan struktur mikro yang
berbeda

b. Pendinginan secara terus menerus

Ada saat melakukan pendinginan akan membuat material dingin dengan


cara terus menerus dari suhu tinggi ke suhu rendah. Kecepatan
pendinginan berpengaruh kepada struktur miniature

Berikut adalah macam-macam proses Heat Treatment yang biasanya


dilakukan :

a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut
pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu
penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan
(pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.

Kekerasan sangat tergantung dari:

1. Temperatur pemanasan (Austenitizing Temperature)


2. Lama pada temperatur tersebut (Holding Time)
3. Laju pendinginan (Cooling Rate)
4. Komposisi kimia (%C and Alloying)
5. Kondisi Permukaan (Surface Condition)
6. Ukuran dan berat benda kerja (Size and Mass)

Kekerasan maksimum didapatkan dari pembentukan fase martensite atau


fase karbidapada struktur mikro baja.

1. Austenitizing Temperature
a) Pemanasan pada temperatur austenitisasi:
1) 25-50 oC diatas temperatur A3 untuk baja hypoeutectoid
2) 25-50 oC diatas temperatur A1 untuk baja hypereutectoid
b) Homogenity austenite, dilakukan dengan memberikan holding time
pada temperature austenitisasi

1) Macam laju pendinginan


2) Brine (air + 10 % garam dapur)
3) Air
4) Salt bath
5) Larutan minyak dalam air
6) Udara

Bergantung pada komposisi kimia kondisi permukaan ukuran dan berat


benda kerja

2. Coling Rate

Gambar 2.1 coling rate

3. Hardenability

Gambar 2.2 hardenability


Kekerasan baja sangat ditentukan oleh jumlah relatif martersite didalam
struktur mikro dan juga ditentukan oleh kekerasan martensite.
Hardenability adalah kemampuan baja untuk dikeraskan dengan
membentuk martensite.

Metode Pengujian hardenability :

a. Jominy
b. Grossman

b. Tempering

Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah


dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), untuk
mendapatkan sifat keuletan dan kekerasan yang baik, dalam proses ini
mertensit akan berubah menjadi black martensit, troostite dan sorbite yang
mempunyai struktur yang lebih baik dan halus. Suhu dalam proses
tempering tergantung pada sifat yang di inginkan, tetapi biasanya suhu
yang digunakan berkisar antara 180o-650oC. yang dilanjutkan dengan
proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak
cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan dan
kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan.
Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan
ketangguhan baja akan meningkat.

Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :

1. Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C )


Tempering ini hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan
sebagainya.
2. Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C )
Tempering pada suhu sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan
kekerasannya sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat
kerja yang mengalami beban berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500C pada proses
tempering.

3. Tempering pada suhu tinggi ( 550° - 650°C )


Tempering suhu tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar
dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda
gigi, poros batang pengggerak dan sebagainya.. Jika suatu baja
didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada
suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan
menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada
diagram Isothermal Tranformation Diagram.

Gambar 2.3 isothermal tranormation diagram

Penjelasan diagram:

a) Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar


karbon dalam baja II-9.
b) Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan
suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C,
akan menghasilkan struktur perlit dan ferit.
c) Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi
masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan
struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit)
d) .Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal,
maka akan mendapat struktur martensit (sangat keras dan getas).
e) Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut
akan bergeser kekanan.
f) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan,
lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul
butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan
menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja


dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai
dengan suhu rendah. Pengaruh kecepatan pendinginan manerus
terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram
Continuos Cooling Transformation Diagram.

Gambar 2.4 continous cooling transformation diagram

c. Anealing

Anealing adalah perlakuan panas terhadap logam paduan. Dalam proses


pembuatan suatu produk pada dasarnya annealing dilakukan dengan
memanaskan logam atau paduan hingga temperaturnya di atas suhu
transformasi 30oC -50oC) sehingga terjadi perubahan yang diinginkan,
dengan pendinginan yang lambat berfungsi untuk memindahkan
tekanan internal atau untuk mengurangi dan menyuling struktur
kristal (melibatkan pemanasan di atas temperatur kritis bagian
atas). Annealing dapat di lakukan terhadap benda kerja yang kondisinya
berbeda beda untuk tujuan yang berbeda pula, tujuan annealing adalah
untuk melunakkan, menghaluskan butir kristal, menghilangkan tegangan
dalam, dan memperbaiki machinability. Annealing dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Stress-realief annealing
2. Process annealing
3. Spheodising annealing
4. Full annealing
d. Normalizing

Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40ºC di atas batas


kritis logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa
waktu yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara
terbuka, untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam pada
umumnya untuk memperbaiki sifat mekanis. Djarifin Sitinnjak (36,1985)
e. Quenching

Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan.


Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan,
yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut.
Hardenbility merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir
pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh
terhadap hasil proses quenching.

Pada proses quenching media pendinginan sangat berpengaruh pada


struktur logam serta kemampuan mekanik yang dapat dicapai oleh logam
tersebut, berikut adalah beberapa media pendingin yang sering digunakan :
1. Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya
lebih lambat dari air garam. Air menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati tingkat maksimum.
2. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi
dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang
rendah sehingga laju pendinginannya lambat.
f. Holding Time

Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari


suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga
struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam
austenite, difusi karbon dan unsur paduannya.
1. Diagram Fe-Fe3C

Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara


temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan
lambat dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (%C).
Diagram fasa besi dan karbida besi Fe3C ini menjadi landasan untuk
laku panas kebanyakan jenis baja yang kita kenal.

Gambar 2.5 Diagram Fe-Fe3C

Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid ini
karena rata-rata mengandung 2.5 %– 4 %. Pada bagian diagram antara
700°C-900°C dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja
dapat diatur dan dan disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang
ada pada diagram fasa Fe-Fe3C :

1. Ferrit (Besi α) adalah suatu komposisi logam yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 0,025 % C pada temperature 723°C,
struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature
kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008% C. Sifat-sifatnya
adalah ketangguhan rendah, keuletan tinggi, kekerasan < 90 HRB,
struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C dan ketahanan korosi
medium.
2. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas
maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan baik sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS
yang lain, non hardened heat treatment, mudah dibentuk dan paling
banyak dipakai dalam industri.

3. Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur
Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris)
dan struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras
dan bersifat getas.
4. Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan
Cementid yang dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan
Carbon 4,3%C.
5. Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C),
terjadi pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini :

a. Laboratory Chamber Furnace

Gambar 3.1 Laboratory Chamber Furnace Carbolite CWF 1300

b. Media Pendinginan (tanpa perlakuan,air dan oli)

Gambar 3.2 Media Pendingin Air (kiri) dan Media Pendingin Oli (kanan)
c. Baja karbon AISI 1045

Gambar 3.3 Carbon Steel Medium (Komposisi Carbon 0,43-0,50 %)


AISI 1045

3.2 Prosedur Percobaan Praktikum

Berikut adalah prosedur pada praktikum ini :

a. Menyiapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Memastikan baca prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum cara
menghidupkan, cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Menghidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
e. Mengatur SPºC pada suhu 800ºC, SPrr OFF, Holding time t1 30 menit.
f. Mengunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang
crusible pada saat memasukkan dan mengeluarkan material dari
Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
g. Mengeluarkan ketiga sampel yang telah di panaskan
1. Sampel pertama didinginkan di suhu ruangan.
2. Sampel kedua langsung dimasukkan ke media pendingin air
3. Sampel ketiga langsung dimasukkan ke media pendingin oli.
h. Mereset Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 ke setting default.
Lalu matikan alat.
i. Setelah dingin, membersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum, merapihkan, membersihkan dan
mengembalikan alat-alat yang digunakan.

k. Memastikan daya listrik telah tercabut (baca prosedur penggunan alat)


dan isi log book pengunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

a. Lembar Kerja
Spesimen :Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merk : Carbolite Gero CWF 1300

Tabel 1. Lembar Kerja Heat Treatment


No Prehea Holding Temperatur Holding Heat Cooli
t Pre-heat Austenisasi temperature Rate ng
(N/Y) ( menit ) (oC) austenisasi (oC/S) Meth
(menit) od
1. 300 35 menit 900 70 menit - Air
2. 300 35 menit 900 70 menit - Oli
3. 300 35 menit 900 70 menit - Udara

b. Data Praktikum
1. Chamber Furnace 2. Media Pendingin Udara

3. Media Pendingin air 4. Media Pendingin Air

Gambar 4.1 Alat Dan Bahan

4.2 Pengolahan Data

a. Data Grafik
Grafik Holding Time (kurva heat treatment)
Gambar 4.2 Grafik Holding Time

1. Diagram Fasa Fe-Fe3C

Gambar 4.3 Diagram Fasa

2. Diagram CCT AISI 1045

Gambar 4.4 Diagram CCT AISI 1045


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah analisis dan pembahasan dalam praktikum ini :

a. Heat Treatment atau perlakuan panas adalah suatu proses pengubahan struktur
logam dengan cara memanaskan material sampai batas rekristalasi dalam waktu
tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan susunan struktur mikro dari logam
yang seragam, dan juga untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan dan
ketangguhan dari logam.

b. Dalam proses pengujian Heat Treatment terdapat beberapa macam proses yang
digunakan yaitu :
1. Hardening adalah proses memanaskan logam sampai temperatur tertentu
dengan waktu beberapa lama pada temperatur itu, kemudian didinginkan
dengan cepat, sehingga menimbulkan suatu susunan yang keras.
2. Tempering adalah proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada
tempratur.Tempering atau dibawah suhu kritisdilanjutkan dengan proses
pendidinginan.
3. Annealing adalah memanaskan baja sampai diatas temperatur kritis, kemudian
dilakukan holding time, dan proses pendinginan disuhu ruangan.
4. Normalizing merupakan suatu proses memanaskan logam sampai mencapai
fasa austenit yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dengan media
pendingin udara.
5. Quenching atau pencelupan merupakan proses pemanasan sampai suhu di atas
tempratur kritis. . Apabila suhu merata kemudian didinginkan dengan
menggunakan media pendingin air atau air garam dengan tujuan pendinginan
dilakukan dengan cepat.
6. Holding Time adalah proses untuk mendapatkan kekerasan maksimum
dari suatu bahan pada proses hardening.
7. Diagram Fe-Fe 3C yaitu diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon.

Langkah-langkah proses pengerasan baja dengan cara baja dipanaskan hingga


mencapai batas austenit dan kemudian diikuti dengan proses pendinginan cepat
melalui media pendinginan air, oli, atau air logam sehingga fasa austenit
bertransformasi secara parsial membentuk struktur martensit. Sedangkan laju
pendinginan adalah kecepatan penurunan temperatur oleh sistem pendinginan
terhadap ruangan persatuan waktu atau selang waktu tertentu.

Sifat mekanik material setelah diberi perlakuan panas atau Heat Treatment
dengan metode Quenching akan meningkattkan kekerasan spesimen hinggan
sangat tinggi. Sifat kekerasan ini diakibatkan oleh perubahan struktur mikro
spesimen.Struktur yang terbentuk pada media pendinginan oli, air, dan udara
yaitu struktur martensit. Hal ini disebabkan pada proses pendinginan non
equiblirium yang sangat cepat pada temperatur austensitnya.

Terjadi temperature austenisasi dikarenakan pada fase ini sangat penting sebagai
dasar pembentukan dari fasanya. Oleh karna itu pada perlakuan panas ini
membutuhkan austenisasi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari Praktikum kali ini adalah :

a. Perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses kombinasi antara proses


pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan
padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka
kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat menentukan
b. Tujuan dari proses quenching secara umum pada baja adalah untuk proses
hardening, yaitu menghasilkan struktur mikro martensit pada baja tersebut.
c. Pada proses quenching media pendinginan sangat berpengaruh pada struktur
logam serta kemmpuan mekanik yang dapat dicapai oleh logam tersebut,
d. Media pendingin air dan oli menghasilkan struktur mikro berupa martensit
dan retained austenite. Sedangkan media dengan udara berupa struktur yang
dihasilkan adalah ferrit dan perlit.

6.2 Saran

a. Praktikkan dapat mempelajari dan memahami modul praktikum dan video


yang telah diberikan terlebih dahulu.
b. Praktikkan harus selalu waspada dan hati-hati saat penggunaan mesin.
c. Praktikan harus menggunakan Saffety yang diberikan saat praktikum.
d. Setelah praktikum, praktikan harus membersihkan dan mengembalikan alat
dan bahan yang digunakan selama praktikum, agar awet dan tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA

George E. Totten, P. F. (2007). STEAL HEAT TREATMENT METALLURGY AND


TECHNOLOGIES. USA: Taylor & Francis.

sumatera, L. M. (2020). Modul Praktikum Heat Treatment. Lampung Selatan:


Program Studi Teknik Mesin Insitut TeknologiSumatera.

T.V. Rajan, C. s. (2011). Heat Treament Principles and Techniques Second Edition.
New Delhi: PHI Learning Private Limited.

Thelning, K.-E. (1984). Steel and its heat treatment second edition. Linarce House,
Jordan Hill: Butterworth Heinemann.

Vuko AT Manurun, d. (2020). PANDUAN METALOGRAFI. LP2M POLITEKNIK


MANUFAKTUR ASTRA, 8.

Anda mungkin juga menyukai