Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN BAHAN

HEAT TREATMENT

Oleh:
MUHAMAD SAMUDERA PUTRA ANDHARA
(121460053)

Asisten Praktikum:
AHMAD FAUZAN MAULANA
(120460028)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKERETAAPIAN


JURUSAN TEKHNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan logam dalam


keadaan padat untuk mengubah sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan untuk
meningkatkan ketahanan aus dan kemampuan memotong atau dapat dilunakkan
untuk memfasilitasi peningkatan pemesinan. Melalui perlakuan panas yang tepat,
tekanan internal dapat dihilangkan, ukuran butir dapat ditingkatkan atau
dikurangi. Selain itu, ketangguhan meningkat atau permukaan yang keras dapat
dibuat di sekitar inti yang ulet. Agar perlakuan panas yang tepat dapat dilakukan,
komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia,
terutama karbon, dapat menyebabkan perubahan sifat fisik. Secara umum heat
treatment biasa dilakukan dengan banyak cara,misalnya saja pemanasan sampai
suhu dan kecepatan tertentu dan mempertahankannya (holding time) untuk
waktu tertentu sehingga temperaturnya merata, lalu didinginkan dengan media
pendingin.

Saat ini, bahan logam masih banyak digunakan dalam pembuatan


peralatan dan bahan untuk kendaraan karena sifatnya yang kasar. Baja karbon
merupakan logam yang banyak digunakan untuk pembuatan peralatan, seperti
perkakas, alat pertanian, komponen otomotif dan kebutuhan rumah tangga. Baja
karbon sendiri terbagi menjadi tiga yaitu baja karbon rendah, sedang dan tinggi.
Setiap jenis memiliki kegunaannya masing-masing, misalnya baja karbon rendah
digunakan untuk memproduksi lembaran, strip, pelat, kawat, batang, baja
struktural, baja penampang. Baja karbon sedang untuk membuat poros, poros,
roda gigi dan pegas. Baja karbon tinggi untuk pembuatan rel kereta api, alat
pemotong, lubang meninju, palu, bilah kapak dan pegas

1
Untuk mencocokkan sifat bahan yang kita gunakan dengan sifat yang
dibutuhkan, perlakuan panas harus dilakukan pada bahan. Perlakuan panas
bertujuan untuk meningkatkan salah satu sifat esensial material, seperti nilai
kekerasan, kekuatan dan struktur mikro.

Selama pengerasan, terjadi proses pendinginan cepat (quenching) yang


menggunakan media cair untuk pendinginan. Media pendingin berperan penting
dalam menentukan kekerasan dan keuletan material yang dibentuk, dan nilai
kekerasan dan keuletan dipengaruhi oleh struktur mikro material. Selain perlakuan
panas, proses ini dilakukan setelah baja mengalami perlakuan panas lain, yang
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan daktilitas baja dengan cara
memanaskan sampai suhu di bawah suhu kritis.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum kali ini, yaitu:


1. Melakukan proses pengerasan metode quenching pada baja karbon
2. Menguji kekerasan hasil perlakuan panas
3. Menganalisa hasil perlakuan panas
4. Agar salah satu karakter yang dibutuhkan dari material tersebut meningkat

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Heat Treatment

Heat Treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk


mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan spesimen, pada tungku
elektrik pada temperature yang sudah di tentukan selama periode waktu tertentu
kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan
solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.

Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi


oleh struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau
paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya
diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu
maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.

Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau


pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.

Gambar 2.1 Contoh Proses Heat Treatment

3
2.2 Hardening

Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu


pengerasan dan pendinginan secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.
Faktor penting yang dapat mempengaruhi proses hardening terhadap kekerasan
baja yaitu oksidasi oksigen udara. Selain berpengaruh terhadap besi, oksigen
udara berpengaruh terhadap karbon yang terikat sebagai sementit atau yang larut
dalam austenit. Oleh karena itu pada benda kerja dapat berbentuk lapisan oksidasi
selama proses hardening. Pencegahan kontak dengan udara selama pemanasan
atau hardening dapat dilakukan dengan jalan menambah temperatur yang tinggi
karena bahan yang terdapat dalam baja akan bertambah kuat terhadap oksigen.
Jadi, semakin tinggi temperatur, semakin mudah untuk melindungi besi terhadap
oksidasi.

Bila bentuk benda tidak teratur, benda harus dipanaskan perlahan-lahan


agar tidak mengalami distorsi atau retak. Makin besar potongan benda, makin
lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil pemanasan yang merata.
Pada perlakuan panas ini, panas merambat dari luar kedalam dengan kecepatan
tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh lebih panas dari
bagian dalam sehingga dapat diperoleh struktur yang merata. Benda dengan
ukuran yang lebih besar pada umumnya menghasilkan permukaan yang kurang
keras meskipun kondisi perlakuan panas tetap sama. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya panas yang merambat di permukaan. Oleh karena itu kekerasan
dibagian dalam akan lebih rendah daripada bagian luar. Melalui perlakuan panas
yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau
diperkecil, ketangguhan
ditingkatkan atau permukaan yang
keras disekeliling inti yang ulet.

4
Gambar 2.2 Diagram Proses Hardening

2.3 Tempering

Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan kurang cocok digunakan.
Melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi
syarat penggunaan. Proses temper terdiri dari pemanasan kembali baja yang telah
dipanaskan atau dikeraskan pada suhu di bawah suhu kritis disusul dengan
pendinginan. Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lunak, proses ini
berbeda dengan proses anil karena disini sifat-sifat dapat dikendalikan dengan
cermat. Temper dimungkinkan oleh karena sifat struktur martensit yang tidak
stabil. Struktur logam yang tidak stabil tidak berguna untuk tujuan penggunaan,
karena dapat mengakibatkan pecah. Dengan penemperan, tegangan dan kegetasan
diperlunak dan kekerasan sesuai dengan penggunaan. Ketinggian suhu
penemperan dan waktu penghentian benda kerja tergantung pada jenis baja dan
kekerasan yang dikehendaki. Penemperan harus dilakukan segera setelah
pengejutan karena tegengan kekerasan pada umumnya baru timbul beberapa saat
setelah pengejutan. Jika penemperan tidak dapat
langsung mengikuti pengejutan maka bahaya
pembentukan retak dapat dikurangi dengan
jalan memasukan benda kerja ke dalam air yang
mendidih untuk beberapa jam lamanya.

Gambar 2.3 Gambar Skema Proses Tempering

5
2.4 Anealing

Anealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang lambat


berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk mengurangi dan
menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan di atas temperatur kritis bagian
atas). Proses ini digunakan untuk memindahkan tekanan internal penuh sebagai
hasil proses pendinginan. Berikutnya pendinginan logam diatur kembali di dalam
sama benar untuk menurunkan energi bentuk wujud, tegangan yang baru
dibebaskan dibentuk dan pertumbuhan butir dukung. Tujuannya untuk
menghilangkan internal stress pada logam dan untuk menghaluskan grain (batas
butir) dari atom logam, serta mengurangi kekerasan, sehingga menjadi lebih ulet.
Annealing terdiri dari 3 proses yaitu :
a) Fase recovery Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melalui
pelepasan cacat kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi)
dan tegangan dalam.
b) Fase rekristalisasi Fase rekristalisasi adalah fase dimana butir nucleate
baru dan tumbuh untuk menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.
c) Fase grain growth (tumbuhnya butir) Fase grain growth (tumbuhnya butir)
adalah fase dimana mikrostruktur mulai menjadi kasar dan menyebabkan
logam tidak terlalu memuaskan untuk proses pemesinan.

2.5 Normalizing

Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40̊ C di atas batas kritis
logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang cukup
dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka. Pada proses
pendinginan ini temperatur logam terjaga untuk sementara waktu sekitar 2 menit
per mm dari ketebalan-nya hingga temperatur spesimen sama dengan temperatur
ruangan, dan struktur yang diperoleh dalam proses ini diantaranya perlit
(eutectoid), perlit brown ferrite (hypoeutectoid) atau perlit brown cementite
(hypereutectoid). Normalizing digunakan untuk menyuling struktur butir dan
menciptakan suatu austenit yang lebih homogen ketika baja dipanaskan kembali.

6
Gambar 2.4 Diagram Proses Normalizing

2.6 Quenching

Quenching adalah tahap dalam pengolahan bahan dimana bahan mengalami


pendinginan yang sangat cepat. Logam dipadamkan secara klasik saat diproses,
dan polimer juga dapat dipadamkan, tergantung pada keadaan
penggunaannya. Penambahan kemiringan dalam pemandian quench ke tahap
pengolahan bahan cukup kuno, karena banyak masyarakat kuno mengetahui
bahwa pendinginan logam yang cepat dapat mengubah kinerjanya secara
radikal. Mereka juga mengetahui bahwa media yang berbeda dapat digunakan
untuk pendinginan dan menyebabkan hasil yang berbeda.
Saat pendinginan dilakukan, material dapat didinginkan dengan cepat dengan
udara, polimer cair, minyak, atau air. Terkadang beberapa metode
digunakan. Misalnya, logam bisa didinginkan dan kemudian dicelupkan ke dalam
bak air untuk menyelesaikan proses pendinginan. Untuk memastikan bahwa
materi dipadamkan secara merata, material mungkin perlu diaduk. Sebaliknya,
agitator bisa digunakan untuk menggerakkan media pendinginan sekitar. Hal ini
mencegah perbedaan suhu yang dapat merusak material dengan cara
melemahkannya, sehingga memungkinkan beberapa konten mengendap keluar,
atau melengkung satu area.

7
Tujuan dari tahap pengolahan ini adalah untuk mencegah perubahan fasa yang
terjadi selama pendinginan lambat. Bila bahan dingin perlahan, peluang utama
untuk beberapa perubahan fasa berbeda muncul, dan material tetap berada pada
rentang suhu yang tepat untuk jangka waktu yang lama. Selama pendinginan,
material mencapai suhu ini, namun tidak tetap berada di zona suhu yang cukup
lama sehingga terjadi perubahan fasa. Quenching juga mencegah material paduan
dari endapan dan pemisahan, yang bisa melemahkan atau kompromi bahan.

Proses ini bukan tanpa masalah. Quenching dapat menyebabkan warping,


cracking, dan masalah lainnya dengan material, bahkan jika dilakukan dengan
benar. Menggunakan air sebagai bahan pendinginan, misalnya, dapat
menyebabkan bahan melengkung saat mendingin. Penting untuk mengendalikan
lingkungan di mana pendinginan dilakukan untuk meminimalkan risiko kerusakan
pada material. Bila berjalan dengan benar, bahannya lebih keras dan lebih awet,
sehingga cocok untuk berbagai kegunaan.

Proses quenching
bisa berbahaya juga. Bahan
yang harus dipadamkan
sangat panas, dan saat
dicelupkan ke dalam bak
mandi quench, mereka bisa
mengeluarkan banyak uap,
yang berpotensi menyebabkan luka bakar. Penting untuk mengenakan pakaian
pelindung selama tahap pengolahan bahan ini, dan untuk memastikan bahwa
setiap orang di sekitar sadar akan bahaya yang terjadi.

8
Gambar 2.5 Contoh Proses Quenching

2.7 Holding Time

Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu


bahan pada proses pengerasan dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk
memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya homogen
atau terjadi kelarutan karbida kedalam austenit, difusi karbon dan unsur
paduannya.Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja pada
yang umum diantaranya sebagai berikut.:
a) Baja Kontruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah yang menganding
karbida yang mudah larut diperlukan holdng time yang singkat, 5-15 menit
setelah mencapai temperature pemanasannya dianggap sudah selesai.
b) Baja Kontruksi dari Baja Paduan Menengah dianjurkan menggunakan
holding time 15-25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
c) Low Alloy Tool Steel memerlukan holding time yang tepat agar kekerasan
yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per
millimeter tebal benda, atau 10-30 menit.
d) High Alloy Chrome Steel membutuhkan holding time yang paling panjang
diantarannya semua baja perkakas, juga tergantung pada temperature
pemanasannya.juga diperlukan kombinasi temperature dan holding time yang
tepat biasannya dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter tebal
benda dengan minimum 10 menit, maksimum 3 jam.
e) Hot Work Tool Steel, mengandung kabrida yang sulit larut , baru akan larut
pada suhu 1000 C. pada temperature ini kemungkinan terjadinnya
pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30
menit.
f) High Speed Steel memerlukan temperature pemanasan yang sangat tinggi
1200 C - 1300 C. untuk mencegah terjadinya pertumbuhan holding time
diambil hanya beberapa menit saja.( E Widodo, 2016 ).

2.8 Diagram Fe-Fe3C

9
Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami 
struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon,suatu jenis logam paduan besi (Fe)  dan
karbon (C).  Diagram Fasa Fe – Fe3C juga merupakan dasar pembuatan baja dan
besi cor dalam pengecoran logam . Karbon larut di dalam besi dalam bentuk
larutan padat hingga 0,05% berat pada temperatur ruang.  Baja  dengan  atom 
karbon terlarut hingga jumlah tersebut memiliki  alpha ferrite pada temperatur 
ruang.  Pada kadar karbon lebih dari 0,05%
akan terbentuk endapan karbon  dalam bentuk
hard intermetallic stoichiometric
compound  (Fe3C) yang dikenal  sebagai
cementite atau carbide. Selain larutan padat
alpha-ferrite yang dalam  kesetimbangan
dapat ditemukan pada temperatur ruang
terdapat fase-fase  penting lainnya, yaitu
delta-ferit dan gamma-austenite.  Logam Fe memiliki struktur kristal berbeda
pada  temperatur berbeda.  Pada Fe murni, misalnya,  alpha-ferrite akan berubah 
menjadi gamma-austenite saat dipanaskan melewati temperature 910°  C.  Pada
temperatur yang lebih tinggi, mendekati 1400° C gamma-austenite akan kembali 
berubah menjadi delta-ferit.  (Alpha dan Delta) Ferit dalam hal ini memiliki 
struktur kristal BCC sedangkan (Gamma) Austenite memiliki struktur kristal
FCC.

Gambar 2.6 Diagram Fe-Fe3C

10
Diagram fasa Fe-Fe3C menampilkan hubungan antara temperatur dan
kandungan karbon (° C) selama pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut
dapat diperoleh informasi-informasi penting yaitu antara lain:
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
kondisi pendinginan lambat.
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat.
3. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada
fasa tertentu.
5. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan
eutektoid.

2.9 Diagram TTT (Time, Temperature, dan Transformation)

Diagram TTT (Time, Temperature, dan Transformation) adalah sebuah


gambaran dari suhu (temperatur) terhadap waktu logaritma untuk baja paduan
dengan komposisi tertentu. Diagram ini biasanya digunakan untuk menentukan
kapan transformasi mulai dan berakhir pada perlakuan panas yang isothermal
(temperatur konstan) sebelum menjadi campuran Austenit. Ketika Austenit
didinginkan secara perlahan-lahan sampai pada suhu dibawah temperatur kritis,
struktur yang terbentuk ialah Perlit. Semakin meningkat laju pendinginan, suhu
transformasi Perlit akan semakin menurun. Struktur mikro dari materialnya
berubah dengan pasti bersamaan dengan meningkatnya laju pendinginan. Dengan
memanaskan dan mendinginkan sebuah contoh rangkaian,transformasi austenit
mungkin dapat dicatat. Diagram TTT menunjukkan kapan transformasi mulai dan
berakhir secara spesifik dan diagram ini juga menunjukkan berapa persen austenit
yang bertransformasi pada saat suhu yang dibutuhkan tercapai.
Peningkatan kekerasan dapat tercapai melalui kecepatan pendinginan dengan
melakukan pendinginan dari suhu yang dinaikkan seperti pendinginan furnace,
pendinginan udara, pendinginan oli, cairan garam, air biasa, dan air asin.

11
Gambar 2.7 Diagram TTT

2.10 Diagram CCT Untuk AISI 1045

Isothermal heat treatment bukan suatu cara yang mudah untuk dilakukan,
karena beberapa dari baja paduan harus cepat saat didinginkan dan dipertahankan
suhunya dari suhu tinngi diatas suhu eutectoidnya. Oleh karena itu beberapa
pendinginan baja menggunakan
pendinginan secara kontinyu ke suhu
normal maupun ke suhu kamar. Namun
diagram ini harus sering diperbarui
dikarenakan perubahan mikro akan
terjadi setiap waktu, kurva awal
terjadinya reaksi dan reaksi akhir bisa
disebut sebagai diagram Continous
cooling transformation (CCT).(Callister, 2014)

Gambar 2.8. Diagram CCT AISI 1045 ( SIJ Metal Ravne d.o.o, 2016 )

12
Perlakuan panas pada baja memiliki berbeda–beda fungsi sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki material dan sesuai dengan yang diinginkan oleh
rekayasawan. Dalam proses perlakuan panas ini diklasifikasikan menjadi dua
proses yaitu :
1. Perlakuan panas agar mendapatkan sifat kekerasan ( Hardening )
2. Perlakuan panas agar mendapatkan sifat ulet ( Softening )

13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini :


1. Laboratory Chamber Furnace carbolite CWF 1300

Gambar 3.1 Laboratory Chamber Furnace carbolite CWF 1300


2. Media Pendinginan

Gambar 3.2 Media Pendinginan

14
3. Finger Gloves

Gambar 3.3 Finger Gloves


4. Tang Crusible

Gambar 3.4 Tang Crusible


5. Crusible Cylinder

Gambar 3.5 Crusible Cylinder

15
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini :
1. Baja Karbon AISI 1045

Gambar 3.6 Baja Karbon AISI 1045

2. Air

Gambar 3.7 Air


3. Oli

Gambar 3.8 Oli

16
3.2 Prosedur Praktikum

Prosedur kerja praktikum ini adalah :


a. Siapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Pastikan Baca Prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum cara
menghidupkan, cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Hidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
e. Atur SP°C pada suhu 800°C, SPrr OFF, Holding time tI 30 menit.
f. Gunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible pada
saat memasukkan dan mengeluarkan material dari Chamber Furnace
Carbolite Gero CWF 1300.
g. Keluarkan ketiga sampel yang telah di panaskan
1. Sampel pertama didinginkan di suhu ruangan.
2. Sampel kedua langsung dimasukkan ke media pendingin air
3. Sampel ketiga langsung dimasukkan ke media pendingin oli.
h. Reset Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 ke setting default.
Lalu matikan alat.
i. Setelah dingin, bersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum, rapihkan, bersihkan dan kembalikan alat-alat
yang digunakan

17
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

A. Lembar Kerja Data


Holding
Holding Temperatur Heat
Preheat time Cooling
No Pre-Heat austenisasi rate
(N/Y) Austenisasi Method
(Menit) (Menit) (*C/s)
(menit)

1 300° 35 menit 900° 70 menit 0,2142 quenching

2 300° 35 menit 900° 70 menit 0,2142 anealing

3 300° 35 menit 900° 70 menit 0,2142 Normalizing

18
B. Foto Spesimen/Alat

Gambar 4.1 Chamber Furnace Gambar 4.2 Proses Normalizing


Carbolite CWF1300

Gambar 4.3 Proses Annealing Gambar 4.4 Proses quenching

4.2 Pengolahan Data

A. Perhitungan

Adapun perhitungan dari table lembar kerja, sebagai berikut :

Mencari Heat Rate:


Temperatur Austenitas
Heat Rate ¿ =° C/ s
Holding Temperatur Austenitasi
Maka, Diketahui:
Holding Temperatur Austenitas = 70 menit x 60 Detik = 4200 Detik
Temperatur Austenitas = 900°
900 °
Jadi, Heat Rate = =0,214 ° C /s
4200 Detik

19
B. Data Grafik

Gambar 4.2.1 Diagram TTT Gambar 4.2.2 Diagram CCT

Gambar 4.2.3 Diagram Fe3C Gambar 4.2.4 Diagram


pendinginan

20
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Heat treatment atau proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Perubahan sifat logam akibat perlakuan panas dapat
mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam, didalam
logam sendiri memiliki sifat alotropik yang artinya sebuah transformasi dari satu
bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.
Heat treatment juga memiliki bermacam proses, proses yang pertama ialah
hardening, hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Yang kedua tempering, tempering
didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada
temperature tempering (dibawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses
pendinginan. Lalu yang ketiga annealing, annealing sendiri adalah perlakuan
panas logam dengan pendinginan yang lambat, berfungsi untuk memindahkan
tekanan internal atau bisa disebut proses pendinginan dalam tungku. Yang ke
empat ada normalizing dimana ia adalah proses perlakuan panas yang telah
mencapai temperature dan didinginkan secara perlahan menggunakan suhu ruang.
Dilanjut dengan quenching yang artinya pendinginan menggunakan media berupa
air dan oli. Setelah quenching ada holding time, holding time dilakukan untuk
mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening
dengan menahan temperature pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang
homogen.
Quenching adalah proses pencelupan baja yang telah berada pada temperature
pengerasannya, dengan laju pendinginan yang sangat tinggi agar diperoleh

21
kekerasan yang di inginkan. Media yang digunakan pada proses ini yaitu air dan
oli. Dua media tersebut memiliki perbedaan antara lain :
a. Air memiliki massa jenis yang tinggi tetapi lebih rendah daripada air garam,
kekentalannya rendah sama seperti air garam. Laju pendinginannya lebih
lambat dari air garam. Air juga menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati maksimum.
b. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya juga massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.
Sifat yang dihasilkan dari proses perlakuan panas adalah sifat alotropik.
Alotropik itu sendiri merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke
bentuk susunan atom yang lain, yang menyebabkan timbulnya variasi struktur
mikro dari berbagai jenis logam.
Lamanya waktu penahanan akan menimbulkan pertumbuhan butir yang
menurunkan kekuatan material. Martensit adalah mikro yang terbentuk saat
austenite didinginkan secara cepat. Transformasi martensit diklasifikasikan
sebagai proses transformasi tanpa difusi yang tidak tergantung waktu. Sifat
martensit sendiri sangat keras dan berbentuk seperti jarum.
Teemperatur austenisasi mempengaruhi perubahan besar butir austenite.
Temperatur ini juga berfungsi merubah fasa dari fasa ferrit dan pearlite menjadi
austenite. Proses perlakuan panas biasanya akan meningkatkan kekerasan dan
nilai kekerasan itu dipengaruhi oleh temperature austenisasi

22
5.2 Analisis

Di praktikum kali ini ada beberapa analisis mengenai diagram yang ada pada
proses praktikum, diantaranya ialah diagram holding time, diagram CCT, dan ada
diagram Fe3C.
Untuk pengertian dari diagram holding time adalah merupakan diagram yang
menggambarkan hubungan antara fasa dan struktur setelah terjadinya transformasi
fasa akibat perubahan temperature dan juga waktu. Diagram itu juga tergantung
dengan kompisisi kimia terutama kadar karbon yang ada didalam baja tersebut.
Biasanya baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhu pada
titik tertentu dan letaknya diatas kurva C, hasil yang ditimbulkan adalah struktur
perlit dan ferit. Jika ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C
makan akan menghasilkan struktur mikro bainit, yang lebih keras dari pearlit
Semakin tinggi kadar karbon tersebut maka kedua kurva C juga akan bergeser ke
kanan. Ukuran butir juga dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan dan
lamanya pemanasan. Semakin lama kita memanaskan, semakin timbul butiran
yang lebih besar. Sementara semakin cepat pendinginan akan menghasilkan
ukuran butir yang lebih kecil.
Sementara diagram CCT merupakan diagram yang menggambarkan hubungan
antara laju pendinginan kontinyu dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah
terjadi transformasi fasa. Kurva pendinginan menunjukan kelajuan lebih cepat
dari temperature austenite sekitar 800 C ke 300 C. Dengan laju pendinginan cepat
akan menghasilkan dekomposisi fasa austenite menjadi martensite. Sedangkan
akhir pembentukan martensit akan berakhir Ketika pendinginan mencapai
temperature Mf (martensite finish). Kurva pendinginan menunjukan pendinginan
kontinyu dengan laju pendinginan yang lambat dari temperature 800 C hingga 300
C. pendinginan lambat ini menyebabkan fasa austenite terdekomposisi menjadi
dua fasa yaitu ferit dan pearlit
Diagram Fe3C, diagram ini menunjukan hubungan antara temperature dimana
terjadi perubahan fasa selama prose pendinginan lambat dan pemanasan lambat
dengan kandungan karbon. Kandungan karbon yang terkandung mencapai 6.67%
hingga terbentuk struktur mikro yang dinamakan cementit Fe3C (garis vertikal
paling kanan). Sifat cementite adalah sangat keras juga getas. Pada sisi kiri

23
diagram dapat dilihat bahwasanya disitu adalah titik karbon paling rendah. Pada
suhu ruangan terbentuklah struktur yang dinamakan Ferit, untuk baja karbon
dengan kadar 0.83% struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit.
Proses pendinginan juga sangat berpengaruh pada kekerasan serta ketahanan
material baja. Maka dari itu kita harus memahami proses pendinginan itu sendiri,
proses pendinginan dibagi menjadi beberapa macam yaitu quenching,
normalizing, dan annealing. Quenching sendiri adalah proses pendinginan yang
menggunakan media pendinginan berupa air dan oli, air dan oli itu memiliki
perbedaan kelajuan pendinginan. Untuk proses annealing sendiri, ialah proses
pendinginan yang mendiamkan material didalam tungku dengan tujuan
memindahkan tekanan internal penuh sebagai hasil proses pendinginan. Untuk
normalizing adalah proses pendinginan yang membiarkan material di udara
terbuka. Sebelum didiamkan material harus mencapai suhu yang ditentukan agar
bisa melalui proses normalizing. Untuk proses pendinginan sendiri bukanlah hal
sepele, karena salah sedikit akan menyebabkan berbagai kemungkinan, seperti
hancurnya permukaan material atau bahkan rusaknya material tersebut
Proses pendinginan sendiri dilakukan dengan du acara yaitu dengan
pendinginan lambat dan juga pendinginan cepat. Untuk pendinginan lambat
biasanya dilakukan dengan mendiamkan material didalam tungku atau
didinginkan dengan udara (suhu ruang). Untuk pendinginan cepat sendiri
dilakukan dengan cara mencelupkan pada media pendinginan berupa air dan oli.

24
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis diatas, dapat disimpulkan, sebagai berikut :


1. Heat treatment atau proses pemanasan sendiri ialah proses dimana baja
mengalami pengerasan dengan melalui beberapa tahapan. Heat treatment
juga bermaksud untuk mengubah sifat yang ada pada material itu. Proses
pengerasan yang terjadi pada material baja tidak mengubah unsur kimia
yang terkandung, haya saja mengubah struktur agar menjadi lebih kuat.
2. Pengujian kekerasan material melalui beberapa proses, dengan itu kita
dapat memahami apa saja yang dihasilkan dari perlakuan panas, karena
setiap prosesnya menghasilkan kekuatan dan ketahanan yang berbeda.
Dengan pengujian ini, kita jadi mengetahui sifat-sifat yang terkandung
dalam material tersebut. Jadi hasil dari pengujian juga berfungsi untuk
mengetahui apa pengaruh dari pemanasan terhadap sifat mekaniknya itu
sendiri seperti pengerasan, jenis struktur, ataupun unsur material tersebut
3. Hasil dari perlakuan panas yang melewati proses yang berbeda akan
menampilkan hasil yang berbeda pula. Proses perlakuan panas akan
melalui tahap pendinginan berupa quenching, annealing, ataupun
normalizing. Dari ketiga proses tersebut, hasil perlakuan panas akan
memberikan hasil yang berbeda karena disetiap proses memiliki kelajuan
pendinginan yang berbeda. Ada yang dimasukan kedalam tungku,
didiamkan pada suhu ruang, dan ada yang menggunakan media berupa air
dan oli. Setelah kita memahami itu, kita jadi bisa memilih untuk melewati
proses yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik juga.

25
6.2 Saran

Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan saran agar pada penelitian
selanjutnya akan menjadi lebih baik.
1. Proses holding time yang bervariatf
2. Menggunakan media quenching yang lain
3. Dilakukan dengan material yang lain

26
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, G. D., 2006. Rotasi. PENGARUH SUHU TEMPERING
TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR
MIKRO PADA BAJA K-460, p. 8.
Zamroji, M., 2018. Analisa pengaruh heat treatment (hardening)
terhadap sifat mekanik dan struktur mikro besi cor nodular, p. 18.
Prabowo, B., 2018. PENELITIAN MANDIRI UNIVERSITAS BANDAR
LAMPUNG. ANALISA KEULETAN BAJA KARBON RENDAH
SETELAH DILAKUKAN PERLAKUAN PANAS AUSTEMPERING.
Pamungkas, A. S., 2022. Journal of Metallurgical. PENGARUH
TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DALAM PROSES TEMPERING
TERHADAP SIFAT MEKANIK PIPA LOW CARBON STEEL LOW
ALLOY GRADE.
Bangsawan, I., 2012. Pengaruh Variasi Temperatur Dan Holding Time
Dengan Media Quenching Oli Mesran Sae 40 Terhadap Struktur Mikro
Dan Kekerasan Baja Assab 760. Jurnal Nosel, 2012 .
I Saefuloh, H. H. A. Z., 2018. Pengaruh Proses Quenching Dan
Tempering Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Baja Karbon
Rendah Dengan Paduan Laterit. Jurnal Teknik Mesin.
SANTOSO, M., 2021. PENGARUH TEMPERING PADA
TEMPERATUR 500 C DENGAN HOLDING TIME 1 JAM
TERHADAP PROPERTI MATERIAL WHITE CAST IRON. Jurnal
Itenas.
S Sunardi, M. F., 2016. Pengaruh Variasi Suhu pada Proses Self
Tempering dan Variasi Waktu Tahan pada Proses Tempering Terhadap
Sifat Mekanis Baja AISI 4140. VANOS Journal of Mechanical Engineer.
Murtiono, A., 2012. Pengaruh quenching dan tempering terhadap
kekerasan dan kekuatan tarik serta struktur mikro baja karbon sedang
untuk mata pisau pemanen sawit. e-Dinamis.
Saktisahdan, T., 2019. PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT
TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON
RENDAH. Jurnal Laminar,.

27
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai