Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH FISIKA KERAMIK

PROSES PERLAKUAN PANAS

Disusun Oleh Kelompok I:

Nama : Irene Naibaho (4193540006)


Ruth Thifany Simanihuruk (4193240004)
Kelas : Fisika 2019 A

Dosen Pengampu:
Dr. Karya Sinulingga, M. Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan materi
tentang Proses Perlakuan Panas. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang topik tersebut. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 12 Oktober 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II KAJIAN TEORITIS
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlakuan panas didefinisikan sebagai suatu operasi atau kombinasi
operasi yang melibatkan pemanasan dan pendinginan logam/ paduannya dalam
keadaan padat untuk memperoleh kondisi dan sifat-sifat yang diinginkan.
Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang
paling umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga
digunakan dalam pembuatan berbagai materi lain seperti kaca. Secara umum
perlakuan panas adalah memanaskan atau mendinginkan material, biasanya dalam
suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti pengerasan atau
pelunakan material.
Teknik dalam proses perlakuan panas antara lain: annealing, case hardening,
precipitation strengthening, tempering dan quenching. Perlu dicatat bahwa
walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat
secara khusus, di mana pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan
mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan
selama proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (Hot Forming) atau
Pengelasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses perlakuan panas?
2. Apa jenis-jenis dari proses perlakuan panas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses perlakuan panas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari proses perlakuan panas
BAB II

KAJIAN TEORITIS
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah
sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam.
Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur
mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik merupakan transformasi dari satu
bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom yang lain. Pada
temperature di bawah 910 °C sel satuannya Body Center Cubic (BCC),
temperature antara 910 °C dan 1392 °C sel satuannya Face Center Cubic (FCC)
sedangkan temperature di atas 1392 °C sel satuannya Kembali menjadi BCC.
Proses perlakuan panas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
 Softening (Pelunakan) merupakan usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar
menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan di
dalam tungku (annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka
(normalizing).
 Hardening (Pengerasan) merupakan usaha untuk meningkatkan sifat material
terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah
dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli.
Tujuan dari heat treatment, yaitu:
 Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya
 Mempermudah proses machining
 Mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi
 Memperbaiki keuletan dan kekuatan material
 Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat
 Menghilangkan tegangan dalam
 Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam
 Menghasilkan permukaan yang keras di sekelilingi inti yang ulet.
Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar karbon baja yang
diproses Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama
baja, melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan
laju pendinginan. Heat Treatment merupakan mekanisme penguatan logam di
mana logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi solid.
Dalam heat treatment kita memanaskan specimen sampai dengan temperature
austenisasinya.
1. Annealing
Annealing merupakan salah satu proses laku panas terhadap logam
paduan. Dalam proses pembuatan suatu produk pada dasarnya annealing
dilakukan dengan memanaskan logam atau paduan sampai temperatur diatas suhu
transformasi (30 °C sampai 50 °C), sehingga tercapai perubahan yang diinginkan
lalu mendinginkan logam atau paduan tersebut dengan laju pendinginan yang
lambat. Annealing dapat dilakukan terhadap benda kerja dengan kondisi yang
berbeda – beda dan dengan tujuan yang berbeda. Tujuan melakukan annealing
ialah untuk melunakkan, menghaluskan butir kristal, menghilangkan tegangan
dalam dan memperbaiki machinability. Annealing terbagi menjadi 4 bagian:
a) Stress-relief Annealing
Stress-relief annealing merupakan proses menghilangkan tegangan sisa dari
suatu bahan dengan memanaskan kemudia ditahan beberapa waktu lalu dilakukan
dengan pendinginan perlahan-lahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
tegangan sisa selama proses fabrikasi.
Baja dengan kandungan karbon di bawah 0,3% C tidak dapat dikeraskan
dengan membuat struktur mikro berupa martensite, agar kekerasannya meningkat
tetapi struktur mikronya tidak martensite dapat dilakukan dengan pengerjaan
dingin (cold working) tetapi efek dari cold working akan timbul tegangan dalam
atau tegangan sisa. Oleh karena itu, untuk menghilangkan tegangan sisa tersebut
perlu dilakukan proses Stress-relief annealing.
b) Process Annealing
Proses annealing merupakan proses perlakuan panas terhadap logam atau
paduan dengan memanaskan logam tersebut pada temperatur tertentu, menahan
pada temperatur tadi beberapa saat dan mendinginkan logam tadi dengan laju
pendinginan yang sangat lambat.
c) Sphreodising Annealing
Annealing dapat meningkatkan nilai elongasi baja secara signifikan sekaligus
menurunkan nilai kekuatannya. Penurunan kekuatan baja ini menyebabkan baja
tidak dapat memenuhi persyaratan minimum pada standar yang berlaku untuk
aplikasi baja struktural. Sehingga diperlukan perlakuan panas lain untuk
mensubtitusi proses spheroidizing annealing konvensional, yaitu dengan cyclic
spheroidizing annealing. Proses spheroidizing ini membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkan 100% spheroid, maka dari itu perlu menggunakan metode
cyclic spheroidizing annealing untuk mempercepat proses spheroidizingnya.
Spheroidizing annealing konvensional pada baja membutuhkan waktu yang sangat
lama untuk menyelesaikan prosesnya. Upaya awal spheroidizing yang melibatkan
waktu tahan yang lama (72-100 jam) tepat di bawah suhu kritis yang lebih rendah
(A1) diterapkan pada baja karbon sehingga dapat memecah semenit lamellar
menjadi sementit spheroid sementit. Spheroidizing annealing memberikan
keuletan yang lebih baik, meskipun mengorbankan sebagian kekuatan
materialnya, dengan mikrostrukturnya terdiri dari sementit atau besi karbida yang
berbentuk spheroid di dalam matriks α-ferrite. Namun, pengurangan kekuatan dan
kinetika yang lamban adalah dua masalah utama yang terkait dengan perlakuan
panas dengan spheroidizing annealing konvensional. Untuk mempercepat proses
spheroidizing, maka dilakukanlah suatu metode dengan metode cyclic
spheroidizing annealing. Proses perlakuan panas dengan menggunakan metode
cylic spheroidizing dapat mempercepat proses spheroidizing pada baja karbon
tanpa deformasi, menghasilkan struktur spheroid yang mendekati 100% dengan
waktu yang relatif jauh lebih singkat. Faktor utama yang menyebabkan proses
cyclic spheroidizing annealing ini lebih cepat dibandingkan dengan spheroidizing
konvensional adalah karena pengaruh non-equilibirum temperature reversal effect
selama cyclic heat treatment yang menyebabkan terjadinya eksitasi atom,
sehingga dapat mengurangi energi aktivasi dan meningkatkan kinetika proses
perlakuan panas. Setelah dilakukan cyclic heat treatment pada baja, kekuatannya
akan menurun dan elongasinya akan meningkat.
d) Full Annealing
Full annealing merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite
yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi
dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa
hal juga memperbaiki machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya
dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk
baja hypoeutectoid, 25°C - 50°C diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid
25°C - 50°C diatas garis A1).
Full annealing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk
melunakkan logam yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan mesin. Proses
ini banyak dilakukan pada baja medium. Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan material baja pada temperatur 15° - 40 0C di atas temparatur A3 atau
A1 tergantung kadar karbonnya. Pada temperatur tersebut pemanasan ditahan
untuk beberapa lama hingga mencapai kesetimbangan. Selanjutnya material
didinginkan dalam dapur pemanas secara perlahan-lahan hingga mencapai
temperatur kamar. Struktur mikro hasil full annealing berupa pearlit kasar yang
relatif lunak dan ulet. Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang cukup
lambat (biasanya dengan dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat
panas yang baik). Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature
kritis garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru
mulai terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau temperature A1
(butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). Pada
baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang lebih tinggi
maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite
yang halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari
pearlite) hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3
(temperature kritis A3). Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus
sekali dan tidak homogen.
Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3 (garis A3)
dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan diperoleh
austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih halus
sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-butir
Kristal ferrite dan pearlite yang halus. Baja yang dalam proses pengerjaannya
mengalami pemanasan sampai temperature yang terlalu tinggi ataupun waktu
tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan terlalu
kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite
yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas). Untuk
baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan
tidak merupakan proses akhir.

2. Normalizing
Proses normalizing merupakan pemanasan baja sampai di atas temperatur
daerah transformasi, ditahan sampai suhunya merata kemudian didinginkan di
udara bebas, untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam pada
umumnya untuk memperbaiki sifat mekanis serta menghilangkan tegangan dalam
akibat pengerjaan dengan mesin.
Pada umumnya, proses normalizing diterapkan pada baja karbon dan baja
paduan rendah. Kekerasan yang akan diperoleh dari perlakuan ini tergantung pada
ukuran, komposisi baja serta laju pendinginan. Normalizing tidak dapat
diterapkan pada jenis baja yang dapat dikeraskan di udara. Tujuan dari proses
normalizing adalah untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin,
menghilangkan tegangan sisa, dan memperbaiki sifat mekanik baja karbon
structural serta baja-baja paduan rendah.
Secara umum, proses normalizing dilakukan dengan cara memanaskan
baja 850 °C – 900 °C, kemudian setelah suhu merata maka dilanjutkan dengan
pendinginan di udara. Beberapa manfaat proses normalizing adalah sebagai
berikut:
a) menghilangkan struktur yang berbutir kasar yang diperoleh dari proses
pengerjaan yang sebelumnya dialami oleh baja;
b) mengeliminasi struktur yang kasar yang diperoleh dari akibat pendinginan
yang lambat pada proses anil;
c) menghaluskan ukuran ferit dan pearlite;
d) memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritic;
e) penormalan dapat mencegah distorsi dan memperbaiki mampu mesin-mesin
baja padua yang dikarburasi karena temperature penormalan lebih tinggi dari
temperature pengkarbonan; dan
f) penormalan dapat memperbaiki sifat-sifat mekanik.

Gambar 1. Diagram Fasa Fe-Fe3C


Dari gambar di atas dapat diterangkan atau dibaca di antaranya:
a) Pada kandungan karbon mencapai 6,67% terbentuk struktur mikro dinamakan
Cementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan). Sifat-sifat dari
cementit di antaranya sangat keras dan sangat getas.
b) Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah,
pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
c) Pada baja dengan kadar karbon 0,83%, struktur mikro yang terbentuk adalah
perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Euctectoid.
d) Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik euctectoid,
struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
e) Pada baja dengan kandungan titik ecutectoid sampai dengan 6,67%, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit atau sementit.
f) Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan
terbentuk struktur mikro ferit delta lalu menjadi struktur mikro austenite.
g) Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan
naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenite.
3. Hardening (pendinginan cepat)
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan
benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai
pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat
dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu
pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang
merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut
pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur,
maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan alih wujud.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi,
kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat
dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan
tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitising), holding time
dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi
keras banyak tergantung pada hardenability.

Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini


diiringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada
umumnya dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan
pendinginan lambat. Kekerasan tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan
pengerasan kejut suatu baja, pertama bergantung pada kandungan zat arang, kedua
tebal benda kerja mempunya pengaruh terhadap kekerasan karena dampak kejutan
membutuhkan beberapa waktu untuk menembus ke sebelah dalam, dengan
demikian maka kekerasan menurun kearah inti.
Gambar 2 menunjukan diagram fasa paduan AlMg2Si yang berasal dari larutan
yang menurun dari Mg2Si terhadap larutan padat Al dari temperatur tinggi
ketemperatur yang lebih rendah.
Gambar 2. Diagram Fasa Paduan AlMgSi
Berdasarkan gambar 2 menjadi acuan proses perlakuan hardening dan tempering.
Aluminium dengan kandungan MgSi sebesar 6,82% maka proses hardening
dilakukan pada material tidak mengalami perubahan bentuk sedangkan perlakuan
diatas mengalami perubahan bentuk dan mencair.

4. Tempering
Tempering adalah proses perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan
dalam dan menguatkan baja dari kerapuhan disebut dengan memudakan
(tempering). Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperature tempering (di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan
dengan proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak
cocok digunakan, melalui proses tempering kekerasan dan kerapuhan dapat
diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan
tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat.
Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda
dengan proses anil (annealing) karena sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan
cermat.
Pada suhu 200 °C – 300 °C laju difusi lambat hanya Sebagian kecil,
karbon dibebaskan, hasilnya Sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan
kerapuhannya. Di antara suhu 500 °C – 600 °C difusi berlangsung lebih cepat, dan
atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk cementit.
Berdasarkan tujuannya, proses tempering dibedakan sebagai berikut:
a) Tempering pada suhu rendah (150 °C – 300 °C). Tempering ini hanya untuk
mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari baja, biasanya untuk
alat-alat potong, mata bor dan sebagainya.
b) Tempering pada suhu menengah (300 °C – 550 °C). Tempering pada suhu
sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan kekerasannya sedikit
berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban
berat, misalnya palu, pahat, pegas.
c) Tempering pada suhu tinggi (550 °C – 650 °C). Tempering suhu tinggi
bertujuan untuk memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi, poros batang
penggerak, dan sebagainya.
Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan. Pertama
yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang kedua
adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut. Hardenbility
merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur tertentu.
Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh terhadap hasil proses quenching.
A. Pendinginan tidak menerus
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian
ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan
menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada diagram
Isothermal Tranformation Diagram dibawah ini.

Gambar 3. Isothermal Tranformation Diagram

Berikut beberapa penjelasan tentang diagram diatas :


1) Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon
dalam baja tersebut
2) Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan
suhunya dititik tertentu dan letaknya dibagian atas dari kurva C, akan
menghasilkan struktur perlit dan ferit.
3) Jika ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi
masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan
struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit).
4) Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal,
maka akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas).
5) Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut
akan bergeser kekanan.
6) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan,
lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul
butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan
menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.

B. Pendinginan Terus Menerus


Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja
dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan
suhu rendah. Pengaruh kecepatan pendinginan terus menerus terhadap struktur
mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling
Transformation Diagram.

Gambar 4. Continuos Cooling Transformation Diagram

Penjelasan diagram:

 Kurva pendinginan (a) menunjukkan pendinginan secara kontinyu yang


sangat cepat dari temperatur austenite sekitar 920̊ C ke temperature 200̊ C.
Laju pendinginan cepat ini menghasilkan dekomposisi fasa austenite
menjadi martensit. Fasa Austenite akan mulai terdekomposisi menjadi
martensit pada Temperatur Ms, martensite start. Sedangkan akhir
pembentukan martensit akan berakhir ketika pendinginan mencapai
temperatur Mf, martensite finish.
 Kurva pendinginan (b) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan laju
sedang/medium dari temperatur 920̊ C ke 250̊ C. Dengan laju pendinginan
kontinyu ini fasa austenite terdekomposisi menjadi struktur bainit.
 Kurva pendinginan (c) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan laju
pendinginan lambat dari temparatur 920 °C ke 250 °C. Pendinginan lambat
ini menyebabkan fasa austenite terdekomposisi manjadi fasa ferit dan perlit.

Media pendingin sangat berpengaruh terhadap hasil pada proses perlakuan panas.
Media pendingin yang umum digunakan:

a. Air memberikan pendinginan cepat sekali dan untuk mempertinggi daya


pendinginan dilarutkan garam dapur 5% ± 10%.
b. Minyak memberikan pendinginan sedang dan untuk persyaratan tertentu
dipakainya minyak pendingin yang khusus.
c. Udara memberikan pendinginan lambat, sehingga sirkulasinya dibuat ringan.
d. Garam memberikan pendinginan teratur, sangat bagus pada proses
penyepuhan.
BAB III

PENUTUP
Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam
dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, lalu dibiarkan
beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan ke temperatur yang
lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai. Proses perlakuan panas dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
 Proses perlakuan panas yang menghasilkan struktur yang seimbang (Near
Equillibrium), seperti: anealling, normalizing, dan homogenizing. Tujuan
dari perlakuan panas. Tujuan dari proses perlakuan panas near equilibrium
adalah melunakkan kristal, menghaluskan butir, menghilangkan tegangan
dalam, dan memperbaiki machineability.
 Proses perlakuan panas yang menghasilkan struktur yang tidak seimbang
(Non Equillibrium) seperti halnya pada hardening dan tempering. Tujuan
dari proses perlakuan panas non equilibrium adalah untuk mendapatkan
kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi.
Berikut ini adalah beberapa proses perlakuan panas:
1) Annealing. Annealing merupakan salah satu proses laku panas terhadap logam
paduan. Dalam proses pembuatan suatu produk pada dasarnya annealing
dilakukan dengan memanaskan logam atau paduan sampai temperatur diatas
suhu transformasi (30 °C sampai 50 °C), sehingga tercapai perubahan yang
diinginkan lalu mendinginkan logam atau paduan tersebut dengan laju
pendinginan yang lambat. annealing dapat dilakukan terhadap benda kerja
dengan kondisi yang berbeda – beda dan dengan tujuan yang berbeda.
2) Normalizing. Proses normalizing merupakan pemanasan baja sampai di atas
temperatur daerah transformasi, ditahan sampai suhunya merata kemudian
didinginkan di udara bebas, untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan
seragam pada umumnya untuk memperbaiki sifat mekanis serta menghilangkan
tegangan dalam akibat pengerjaan dengan mesin.
3) Hardening. Hardening merupakan proses memanaskan logam sampai
temperatur tertentu dengan waktu beberapa lama pada temperatur itu,
kemudian didinginkan dengan cepat, sehingga menimbulkan suatu susunan
yang keras. Hardening bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan aus
dan ketangguhan dengan kombinasi kekerasan.
4) Tempering. Tempering adalah suatu proses panas yang bertujuan untuk
menurunkan kekerasan benda kerja, mengurangi tegangan dalam yang
menyebabkan benda kerja bersifat rapuh, merubah struktur kristal atom
sehingga bersifat lunak dan mudah dikerjakan
DAFTAR PUSTAKA

Feriyanto. https://www.caesarvery.com/2020/07/macam-macam-proses-heat-
treatment-pada.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021.
Rubijanto. (2006). Pengaruh Proses Pendinginan Paska Perlakuan Panas Terhadap
Uji Kekerasan (Vickers) Dan Uji Tarik Pada Baja Tahan Karat 304 Produksi
Pengecoran Logam Di Klaten. Jurnal Traksi. 4(1): 12 – 19.
Scribd. https://id.scribd.com/document/218299246/Perlakuan-Panas-Pada-Logam.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021.
Sumpena., Wardoyo. (2018). Pengaruh Variasi Temperatur Hardening Dan
Tempering Paduan AlMgSi-Fe12% Hasil Pengecoran Terhadap Kekerasan.
Jurnal Engine. 2(1): 26 -32.
Putra, A. P., Juniarsih, A., Alfirano, A. (2020). Pengaruh Waktu Tahan Dan
Siklus Spheroidizing Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Baja
Karbon Rendah JIS G 3302 Grade SGC 400. Jurnal Sains dan Teknologi.
16(2): 179 – 185.

Anda mungkin juga menyukai