PENDAHULUAN
Baja karbon adalah material yang mempunyai keuletan tinggi dan mudah
dimachining, tetapi kekerasannya rendah dan tidak tahan aus, perlakuan panas
adalah salah satu proses yang digunakan untuk mengubah struktur logam
dengan memanaskan spesimen pada tungku pada temperature rekristalisasi
selama periode waktu tertentu, kemudian didinginkan pada media pendingin
seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing mempunyai
kerapatan pendinginan yang berbeda-beda (Saktisahdan, 2019).
Namun, tidak semua material memiliki perlakuan panas yang sama disebabkan
sifat-sifat mekanik setiap material yang berbeda dan ada juga yang
membutuhkan
perlakuan khusus. Hal ini menyebabkan berbagai macam variasi metode heat
treatment serta hasil yang bervariasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan proses pengerasan metode
quenching pada baja karbon, menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan
menganalisa hasil perlakuan panas.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dari proses heat treatment yang dilakukan, khususnya pada baja akan
dihasilkan struktur akhir yang terdiri dari martensit. Dimana martensit ini
memiliki sifat yang sangat getas. Sehingga dalam pemakaiannya akan sulit
dilakukan proses machining. Pada umumnya setelah dilakukan proses heat
treatment khususnya annealing, akan dilakukan proses penemperan dimana
tempering ini akan berfungsi mengurangi tegangan sisa yang ada pada baja,
serta mengurangi kegetasan atau dengan kata lain meningkatkan keuletan atau
ketangguhan (Saktisahdan, 2019).
Lalu dengan adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi
struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom
yang lain. Pada temperature dibawah 910℃ sel satuannya Body Center Cubic
(BCC), temperature antara 910℃ dan 1392℃ sel satuannya Face Center Cubic
(FCC). Sedangkan temperature di atas 1392℃ sel satuannya kembali menjadi
(BCC).
2.2 Baja
Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana besi sebagai
unsur dasar dam karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon
dalam baja berkisar antara 0,1% hingga 1,7% sesuai tingkatannya. Dalam
proses pembuatan baja karbon terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang
akan terjadi di dalam baja seperti Mangan (Mn), Silikon (Si). Kromium (Cr),
Vanadium (V) dan unsur lainnya (Jordi, Yudo, & Jokosisworo, 2017).
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya kita dapat
mendapatkan kualitas baja yang kita inginkan. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi.
Tujuan nya jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula
1. Tempering pada suhu rendah (150-300˚C). Tujuannya hanya untuk
engurangi tegangan tegangan kerut dan kerapuhan dari baja. Proses ini
digunakan untuk alat alat kerja yang tidak mengalami beban yang berat,
seperti misalnya alat alat potong mata bor yang dipakai untuk kaca dan
lain-lain.
2. Tempering pada suhu menengah (300- 500˚C). Tujuannya menambah
keuleatan dan kekerasannya menjadi sedikit berkurang. Proses ini
digunakan pada alat alat kerja yang mengalami beban berat seperti palu,
pahat, pegas.
3. Tempering pada suhu tinggi (500- 650˚C). Tujuannya untuk
memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus kekerasan menjadi
agak rendah.Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang
penggerak dan lain-lain.
c. Annealing
Annealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang lambat
berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk mengurangi dan
menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan diatas temperature kritis
bagian atas).
d. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam disekitar 40℃ di atas batas
kritis logam, kemudian ditahan pada temperature tersebut untuk masa
waktu yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginan pada udara terbuka.
e. Quenching
Quenching adalah suatu proses pendinginan cepat dengan media
pendinginan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai kekerasan (Karmin,
2009). Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling
berhubungan. Pertama yaitu jenis media pendinginan dan kondisi proses
yang digunakan, yang kedua adalah komposisi kimia material dan
hardenbility dari logam tersebut.
g. Diagram Fe-Fe3C
Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperature dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan
lambat dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (%C). Diagram
fasa besi dan karbida besi Fe3C ini menjadi landasan untuk laku panas
kebanyakan jenis baja yang kita kenal (ITERA, 2020).
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperature yang berbeda dengan
kondisi pendinginan lambat.
2. Temperature pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C
bila dilakukan pendinginan lambat.
3. Temperature cair dari masing-masing paduan.
4. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada
fasa tertentu.
5. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik
dan eutektoid
Gambar 2. 4 Diagram Fe-Fe3C
Sumber: Modul Heat Treatment
𝑄𝑀𝑠
𝑃𝑀𝑠 = × 100%............................................(1)
𝑄𝑜
Keterangan:
𝑃𝑀𝑠 = Persentase struktur mikro tertentu (%)
𝑄𝑀𝑠 = Jumlah kotak struktur mikro tertentu (%)
𝑄𝑜 = Jumlah keseluruhan kotak
Furnance Normalizing
Annealing Quenching
Data Spesimen
Spesimen : Baja Karbon AISI 1045
Alat : Laboratory Chamber Furnance
Merek : Carbolite Gero CWF 1300
Tabel 4.2 Lembar Kerja Heat Treatment
No. Preheat Holding Temperature Holding Heat Cooling
(N/V) Pre-Heat Austenisasi Temp. Rate Method
(Modul (*C/s) Austenisasi (*C/s)
(menit)
1. 300° 35 Menit 900° 70 Menit 0,25℃ Air
/𝑠
2. 300° 35 Menit 900° 70 Menit 0,25℃ Oli
/𝑠
3. 300° 35 Menit 900° 70 Menit 0,25℃ Udara
/𝑠
Dilihat dari kurva holding time, suhu saat memanaskan spesimen ditahan di
suhu 912℃ selama 30 menit. Setelah melalui proses holding time, maka
dilakukan beberapa metode pendinginan seperti quenching, normalizing,
dan annealing.
c. Diagram Fe-Fe3C
Gambar 4. 3 Diagram Fe-Fe3C
Sumber; Jurnal Mesin Sains Terapan
d. Diagram CCT
Normalizing
Annealing
Quenching
Jordi, M., Yudo, H., & Jokosisworo, S. (2017). Analisa Pengaruh Proses Quenching
Dengan Media Berbeda Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Baja St
36 Dengan Pengelasan SMAW. JURNAL TEKNIK PERKAPALAN, 273.
Rahmadani, R., Hidayat, A., A.R., F., Haprabu, E., Nugroho, V., Goin, B., . . .
Djiwo, S. (2020). Pengaruh Hardening Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat
Mekanis Baja AISI 1045. Jurnal JMMME, 15.