Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Kerena

hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam.

Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam kehidupan manusia dan

menunjang teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul usaha–usaha

manusia untuk memperbaiki sifat–sifat dari logam tersebut. Adapun sifat

mekanis dari logam antara lain; kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelahan

dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi, konduktivitas

listrik, struktur mikro, densitas, dan lain – lain.

Proses heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam,

terutama baja, melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan

dan pengaturan laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme

penguatan logam dimana logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada

dalam kondisi solid. Dalam heat treatment kita memanaskan spesimen

sampai dengan temperatur austenisasinya. Temperatur austenisasi yang

diberikan tergantung pada kadar karbon baja yang diproses. Setelah

temperatur austenisasinya tecapai, benda kerja dibiarkan pada temperatur

tersebut dalam jangka waktu tertentu agar temperature homogennya

diseluruh benda kerja. Proses ini disebut dengan homogenisasi. Setelah itu,

dengan mengatur laju pendinginan akan didapat kekerasan yang diinginkan.

Kekerasan yang diperoleh bergantung pada kadar karbon baja yang

diproses.
Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum Heat Treatment ini adalah :

1. Mengetahui proses tahapan dalam melakukan perlakuan panas (Heat

Treatment) pada baja.

2. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan dengan

media udara, air dan oli.

3. Dapat mengetahui pengaruh waktu dan temperatur temper terhadap

kekerasan dari baja.

4. Menentukan kekerasan dari suatu material yang sesuai dengan

kebutuhan.

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Heat treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk

mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan spesimen pada elektrik

terance (tungku) pada temperature rekristalisasi selama periode waktu

tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air

garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan

yang berbeda-beda.

Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi

oleh struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam

atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur

mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan

kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan

perubahan strukturnya.

Gambar 2.1 Proses Perlakuan Panas (Heat Treatment)


(Sumber : Dokumentasi Praktikum Heat Treatment 2019)
Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan

atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat

untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka

kecepatan pendinginan dan batas temperatur sangat menetukan.

Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur

mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan

transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan

atom yang lain. Pada temperatur dibawah 9100 sel satuannya Body Center

Cubic (BCC), temperatur antara 910 o C dan 1392o C sel satuannya Face

Center Cubic (FCC) sedangkan temperatur diatas 1392 o C sel satuannya

kembali menjadi BCC.

2.2 Hardening

Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran

meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut

pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu

penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan

(pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.

Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu

keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh

karena itu maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena

logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas

ini disebut juga pengerasan alih wujud. Kekerasan yang dicapai pada

kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diringi kerapuhan yang besar dan

tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan pemanasan


Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat. Kekerasan

tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan kejut suatu

baja, pertama bergantung pada kandungan zat arang, kedua tebal benda

kerja mempunya pengaruh terhadap kekerasan karena dampak kejutan

membutuhkan beberapa waktu untuk menembus ke sebelah dalam, dengan

demikian maka kekerasan menurun kearah inti.

2.3 Tempering

Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja

dari kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering

didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada

temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses

pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok

untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan dan kerapuhan dapat

diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun,

kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan baja akan

meningkat. Proses tempering harus diawasi terus menerus karena baik suhu

maupun waktu tempering sangat menentukan sifat-sifat mekanik hasil akhir.

Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini

berbeda dengan proses anil (annealing) karena sifat-sifat fisis dapat

dikendalikan dengan cermat. Pada suhu 200°C sampai 300°C laju difusi

lambat hanya sebagian kecil. karbon dibebaskan, hasilnya sebagian struktur

tetap keras tetapi mulai kehilangan kerapuhannya. Di antara suhu 500°C dan

600°C difusi berlangsung lebih cepat, dan atom karbon yang berdifusi di

antara atom besi dapat membentuk cementit.


Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :

1. Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C )

Tempering ini hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan

kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan

sebagainya.

2. Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C )

Tempering pada suhu sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan

kekerasannya sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja

yang mengalami beban berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 500°C pada proses tempering.

3. Tempering pada suhu tinggi ( 550° - 650°C )

Tempering suhu tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar

dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi,

poros batang pengggerak dan sebagainya.

2.4 Anealing

Anealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang

lambat berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk

mengurangi dan menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan di atas

temperatur kritis bagian atas). Logam dipanaskan sekitar 25°C di atas

temperatur kritis bagian atas, ditahan dalam beberapa waktu, kemudian

didinginkan pelan-pelan di tungku perapian. Proses ini digunakan untuk

memindahkan tekanan internal penuh sebagai hasil proses pendinginan.

Berikutnya pendinginan logam diatur kembali di dalam sama benar untuk

menurunkan energi bentuk wujud, tegangan yang baru dibebaskan dibentuk


Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dan pertumbuhan butir dukung. Tujuannya untuk menghilangkan internal

stress pada logam dan untuk menghaluskan grain (batas butir) dari atom

logam, serta mengurangi kekerasan, sehingga menjadi lebih ulet.

Gambar 2.2 Diagram proses Annealing


(Sumber : 1.bp.blogspot.com)

Annealing terdiri dari 3 proses yaitu:

1. Fase recovery

Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melalui pelepasan cacat

kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan tegangan

dalam.

2. Fase rekristalisasi

Fase rekristalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan tumbuh

untuk menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.

3. Fase grain growth (tumbuhnya butir)

Fase grain growth (tumbuhnya butir) adalah fase dimana mikrostruktur

mulai menjadi kasar dan menyebabkan logam tidak terlalu memuaskan untuk

proses pemesinan.
Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2.5 Normalizing

Normalizing adalah proses perlakuan panas terhadap baja dengan

tujuan mendapatkan struktur, butiran yang halus dan seragam untuk

menghilangkan tegangan dalam akibat pengerjaan dengan mesin.

Normalizing juga dapat meningkatkan atau menurunkan kekuatan dan

kekerasan dari baja. Aplikasi penerapan dari proses normalizing sering

digunakan sebagai final treatment. Normalizing merupakan perlakuan panas

logam di sekitar 400°C di atas batas kritis logam dimana proses pemanasan

mencapai temperatur austenisasi (temperatur eutectoid), kemudian di tahan

pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang cukup dan dilanjutkan

dengan pendinginnan pada udara terbuka. Pada proses pendinginan ini

temperatur logam terjaga untuk sementara waktu sekitar 2 menit per mm dari

ketebalan-nya hingga temperatur spesimen sama dengan temperatur

ruangan, dan struktur yang diperoleh dalam proses ini diantaranya perlit

(eutectoid), perlit brown ferrite (hypoeutectoid) atau perlit brown cementite

(hypereutectoid). Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan

logam. Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan

proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa

pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon. Normalizing digunakan

untuk menyuling struktur butir dan menciptakan suatu austenite yang lebih

homogen ketika baja dipanaskan kembali. (www.steelindonesia.com)

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.3 Diagram fasa Fe-Fe3C


(Sumber : www.steelindonesia.com)

Gambar 2.3 Diagram


(Sumber : gregoriusagung.wordpress.com)

Dari gambar diatas dapat diterangkan atau dibaca diantaranya

1. Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro

dinamakan Cementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertikal paling

kanan). Sifat – sifat cementit diantaranya sangat keras dan getas.

2. Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat

rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.

3. Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk

adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik

eutectoid.

4. Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik

eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit

dan perlit.

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5. Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%,

struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antar perlit dan

sementit.

6. Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon

rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur

mikro Austenit.

7. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun

dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh

menjadi Austenit.

2.6 Holding Time

Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari

suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur

pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur

austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenite,

difusi karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding

time dari berbagai jenis baja pada yang umum diantaranya sebagai berikut.

1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah; yang

mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang

singkat, 5 – 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya

dianggap sudah memadai.

2. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah dianjurkan menggunakan

holding time 15 – 25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Low Alloy Tool Steel; memerlukan holding time yang tepat agar

kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan

0,5 menit per millimeter tebal benda, atau 10 – 30 menit.

4. High Alloy Chrome Steel, membutuhkan holding time yang paling


panjang diantara semua baja perkakas, juga tergantung pada

temperatur pemanasannya. Juga diperlukan kombinasi temperatur dan

holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit

per millimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 3

jam.

5. Hot Work Tool Steel; mengandung karbida yang sulit larut, baru akan

larut pada suhu 1000ºC. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya

pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi,

15 – 30 menit.

6. High Speed Steel; memerlukan temperatur pemanasan yang sangat

tinggi 1200ºC - 1300ºC. Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan

holding time diambil hanya beberapa menit saja. (Gunawan,2006)

2.7 Quenching

Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling

berhubungan. Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang

digunakan, yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam

tersebut. Hardenbility merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran

butir pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga

berpengaruh terhadap hasil proses quenching. Tujuan dari

proses quenching secara umum pada baja (baja carbon, low alloy steel,

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dan tool steel) adalah untuk proses hardening, yaitu menghasilkan struktur

mikro martensit pada baja tersebut. 

2.8 Pendinginan tidak menerus

Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian
ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan

menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada

Isothermal Tranformation Diagram.

Gambar 2.4 Diagram Isothermal Transformation


(Sumber : gregoriusagung.wordpress.com)

Penjelasan diagram :

1. Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja.

2. Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan

suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan

menghasilkan struktur perlit dan ferit.

3. Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi

masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

struktur mikro Binit (lebih keras dari perlit).

4. Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka

akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas). Semakin

tinggi kadar karbon maka, kedua buah kurva C tersebut akan bergeser

kekanan.

5. Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan,

lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul

butiran yang lebih besar.

2.9 Pendinginan Terus Menerus

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja

dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan

suhu rendah.

Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro

yang terbentuk dapat dilihat dari Continuos Cooling Transformation Diagram.

Gambar 2.5 Diagram Continous Cooling Transformation


(Sumber : gregoriusagung.wordpress.com)

Penjelasan diagram :

1. Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan

menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.


Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan

menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit.

3. Pada proses pendinginan cepat, seperti garis (c) akan menghasilkan

struktur mikro martensit.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Heat Treatment ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15

Desember 2020 pukul 10.00 - selesai WITA, bertempat di Laboratorium

Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Bahan Spesimen

Spesimen yang digunakan dapat dipilih sebagai berikut :

1. Baja ST 41

3.3 Peralatan

Pada n pemotongan material diperlukan peralatan sebagai berikut:

1. Gergaji (Pemotong)

2. Ragum

3. Kikir

4. Amplas (80, 220, 500, 800, 1500)

5. Penggaris

6. Jangka sorong

Untuk tahapan heat treatment diperlukan peralatan berikut:

1. Furnace/Tungku

2. Air dan oli


Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Tang Penjepit

4. Sarung Tangan

5. Cawan Keramik

6. Stopwatch

3.4 Diagram Alir

Mulai

Pemotongan
Material
St 41

Pengikiran dan
Pengamplasan
material

Persiapan
Furnace/tungku

Peletakan
material ke dalam
Furnance/tungku

Melakukan
proses heat
treatment 200°C

Melakukan
proses
quenching

Dengan oli Dengan Dengan


Mohd. Azlan
SAE 20W-40 udara air
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Seles
ai

3.5 Langkah Percobaan

Adapun Langkah – langkah dalam praktikum Heat Treatment ini adalah

sebagai berikut :

1. Memotong spesimen uji sebanyak 5 buah menggunakan gerinda

pemotong, adapun dimensi spesimen uji adalah memiliki diameter 25

mm dengan tebal 5 mm.

2. Meratakan permukaan dan mengurangi tebal spesimen uji agar

mendekati ukuran yang telah ditentukan dengan menggunakan kikir.

3. Kemudian permukaan spesimen uji dilakukan Hand grinding dengan

kertas gosok masing-masing 80, 220, 500, 800, dan 1500.

4. Siapkan 3 buah spesimen uji untuk diberi perlakuan panas (Heat

treatment) kemudian dua spesimen uji yang tidak diberi perlakuan panas

(heat treatment), yang satu digunakan sebagai spesimen uji yang tidak

diberi perlakuan panas pada saat pengujian dan yang satunya

digunakan sebagai cadangan.

5. Siapkan tungku, siapkan 3 buah spesimen uji lalu masukan pada cawan

keramik kemudian masukan kedalam tungku.

6. Panaskan spesimen uji pada temperatur ± 200o C selama 10 menit.

Mohd. Azlan
1910816210025
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

7. Setelah 10 menit, keluarkan spesimen uji dari tungku kemudian

dilakukan proses pendinginan, ketiga spesimen uji diberikan perbedaan

media pendinginan, satu spesimen didinginkan pada media air selama

30 menit, satu spesimen uji didinginkan pada media oli selama 30 menit,

dan sisanya didinginkan pada media udara (suhu ruangan) selama 30

menit.

38,15 mm mm
Gambar 3.1 Spesimen Uji

Mohd. Azlan
1910816210025

Anda mungkin juga menyukai