STM3221
Disusun Oleh:
Ahmad Setya Ruby Sesario
1710816310001
Dosen Pengampu:
HAJAR ISWORO, S. Pd., M. T.
NIP. 19811224201606108001
Heat Treatment
BAB I
PENDAHULUAN
hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam.
pada logam agar diperoleh sifat – sifat yang diiginkan. Dengan cara
dalam dunia kerja/dunia industri yang berkaitan dengan heat treatment ini
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam.
mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan
atom yang lain. Pada temperatur dibawah 9100 C sel satuannya Body
Center Cubic (BCC), temperatur antara 910o C dan 1392o C sel satuannya
terbuka (normalizing).
yang sudah dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air
dilakukan :
2.1.1 Hardening
mencapai daerah austenit, yaitu kira-kira 30′-50′ diatas garis A3 seperti pada
kondisi struktur yang sangat tegang dan getas, sehingga tidak bisa
2.1.2 Tempering
mendapatkan sifat keuletan dan kekerasan yang lebih baik, dalam proses ini
yang mempunyai struktur yang lebih baik dan halus. Temperatur tempering
tergantung pada sifat yang diinginkan, tapi pada umumnya berkisar antara
kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan
sebagainya.
yang mengalami beban berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang
dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi,
2.1.3 Annealing
dan menaikkan kembali keuletan benda kerja agar dapat dideformasi lebih
lanjut. Pada dasarnya proses Annealing dan Stress relief Annealing itu
dibawah garis A1 (temperatur kritis A1) sehingga pada dasarnya yang terjadi
1. Fase recovery
cacat kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan tegangan
dalam.
2. Fase rekristalisasi
Fase rekristalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan tumbuh
2.1.4 Normalizing
1985, p. 36) dan struktur yang diperoleh dalam proses ini diantaranya perlit
(hypereutectoid).
dinamakan Cementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertikal paling kanan).
2. Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat
3. Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk
adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.
eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan
perlit.
struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.
6. Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah,
akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit.
7. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun
dengan
Austenit.
holding time dari berbagai jenis baja pada yang umum diantaranya sebagai
berikut.
1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah; yang
sudah memadai.
kerja.
3. Low Alloy Tool Steel; memerlukan holding time yang tepat agar kekerasan
4. High Alloy Chrome Steel; Membutuhkan holding time yang paling panjang
yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter tebal
5. Hot Work Tool Steel; mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut
pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15 –
30 menit.
2.3 Quenching
berhubungan. Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang
digunakan, yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam
butir pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian
ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan
menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada
2. Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan
suhunya dititik tertentu dan letaknya dibagian atas dari kurva C, akan
3. Jika ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi
masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur
4. Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka
5. Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan
bergeser kekanan.
dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan
struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling
berjalan dalam rentan waktu tertentu hingga proses pendinginan selesai dan
seterusnya.
BAB III
METODE PERAKTIKUM
3.2.2 Peralatan
1. Gergaji (Pemotong)
2. Ragum
3. Kikir
4. Amplas
5. Jangka sorong
1. Furnace/Tungku
2. Sarung tangan
3. Tang penjepit
4. Oli
5. Air
6. Cawan stainless
sebagai berikut :
data pengamatan.
cawan stainless yang berisi cairan oli dan air dengan waktu pendinginan 30
BAB IV
Grafik 4.1 Diameter dan tebal baja ST41 sebelum heat treatment
Sumber : Data Pengamatan Praktikum
Grafik 4.2 Diameter dan tebal baja ST41 setelah heat treatment
Sumber : Data Pengamatan Praktikum
Dari data di atas pada perlakuan heat treatment yang dilakukan pada
dinginkan pada media pendingin yang berupa air dan oli selama 30 menit,
dan tebal 5,00 mm. ; spesimen dengan media pendingin oli sebelum
4.3 Pembahasan
Salah satu kerugian yang dihasilkan dari proses perlakuan panas. Hal ini
seragam.
3. Adanya transformasi fasa yang dapat merubah volume spesifik dari fasa
tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
spesimen uji dalam suhu 700°C selama 10 menit; keluarkan spesimen uji
ketebalan spesimen uji, tetapi pada saat pengujian dari anggota kelompok
pada ketebalan spesimen uji yang mana pada awal nya memiliki ketebalan
5.2 Saran
tertukar.
DAFTAR PUSTAKA
http://adrablzsaintekeknologi/perlakuan-panas-logam
Metallography
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai mana kita ketahui bahwa tiap – tiap material memiliki sifat –
sifat mekanik yang berbeda, sifat – sifat tersebut sangat bergantung dari
struktur mikro yang membentuk material itu sendiri. Dengan adanya struktur
terhadap korosi, kekerasan tinggi, mampu ditempa dan lain –lain. Semua hal
ini dapat kita pelajari pada Metalografi. Sifat – sifat tersebut harus diketahui
Metalografi.
kuantitas. Type mewakili nama khas pada logam tertentu misalnya pada besi
grafit, ukuran grafit flake dan ukuran butir. Distribusi mewakili daerah
dan arah antara satu fase dengan fase lainnya, sedangkan kualitas
Maka dari itu Metallography ini perlu diadakan karena dapat mengetahui
BAB II
DASAR TEORI
mekanis. Apa pun hasil yang ingin kita capai, persiapan harus dilakukan
mata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam
memiliki struktur kristal yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam
Struktur mikro yang akan dianalisa pada praktikum kali ini adalah
struktur mikro dari besi dan baja, dimana unsur paduan utamanya adalah
karbon. Berikut ini merupakan istilah-istilah yang terdapat pada diagram besi
baja, yaitu :
2. Besi α (ferit) : larutan padat karbon di dalam besi α (fcc) dengan kelarutan
austenit (γ) dengan kadar 2,14% C dan kristal-kristal halus sementit (Fe3C)
dengan kadar 6,687% C, yang rapat terletak bersebelahan, serta terjadi pada
ferit (α) dengan kadar 0,02% C dan kristal-kristal halus sementit (Fe3C)
dengan kadar 6,687% C, yang rapat terletak bersebelahan, serta terjadi pada
suhu 727° C (suhu eutektoid). Hal ini terjadi bukan dari larutan cair tetapi dari
6. Sementit (Fe3C) : ikatan kimia besi karbon (Fe3C) yang terbentuk pada
7. Grafit : kristal karbon dengan elemen kristal berwarna gelap dan bersifat
diagram IT :
sebagai berikut :
Pada tahap persiapan specimen ini akan dibagi menjadi dua tahap
adalah pengambilan spesimen dari benda kerja, yang paling penting dalam
hal ini adalah pada saat pemotongan spesimen karena harus dilakukan
dengan hati – hati dan menggunakan peralatan yang sesuai, agar tidak
Alat yang digunakan misalnya gergaji, wire cut. Ukuran juga harus
diambil sesuai kebutuhan dan ketersediaan benda kerja. Jika ukuran terlalu
besar maka akan mengalami kesulitan dipegang dalam proses grinding dan
Tingkat kehalusan kertas amplas ini ditentukan oleh ukuran serbuk silicon
carbida yang menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang
serbuk silicon carbida pada kertas amplas itu bisa lolos dari ayakan hingga
grid 80 dalam satu arah pada permukaan specimen yang akan diteliti
specimen tersebut dengan kertas amplas dengan grid 120 dengan arah lurus
Metallography. Mesin ini terdiri dari piringan yang berputar diatasnya diberi
kain poles terbaik. Kain ini dikenal dengan kain selvyt (beludru). Cara
pemolesannya, benda uji diletakkan diatas piringan yang berputar, kain poles
diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan adalah alumina
(Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol atau gama alumina.
pengetsaan.
menutupi permukaan struktur logam. Agar struktur mikro dapat terlihat dengan jelas
pembuatan gambar atau ukiran pada pelat tembaga yang dilapisi lilin dengan
korosi cairan asam. Hasil pemprosesan ini ialah etsa, yaitu untuk
Etching yang dipakai pada praktikum kali ini adalah etching mikro yaitu nital.
Nital mempunyai komposisi HNO3 1-5 ml dan alcohol (95%) sebanyak 100
ml.
Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat
pada asam tersebut dengan waktu yang telah ditetapkan, lalu cuci dengan
air hangat (alkohol) untuk menghentikan reaksi. Lalu keringkan dengan udara
Dengan kata lain, baik tidaknya hasil pengetsaan sedikit banyak dipengaruhi
oleh larutan kimia untuk pengetsaan. Setelah bahan uji dietsa, diatas seluruh
permukaan benda uji akan tampak garis-garis yang tidak teratur. Garis-garis
yang tampak itu menunjukkan adanya batas antar butir kristal logam
tersebut. Untuk memperjelas bentuk dan corak butir-butir kristal yang berbeda
yang terkandung dalam bahan uji tersebut meskipun begitu, tidak semua
kata lain, dalam satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil
mengetsa benda yang kita uji. Terjadinya kegagalan ini bisa disebabkan oleh
Pada tahap ini specimen yang sudah di etsa selanjutnya akan diamati
Pantulan cahaya inilah yang akan menghasilkan gelap terang yang mampu
digital. Gambar struktur mikro inilah yang nantinya akan diamati (tipe, bentuk,
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Lambung Mangkurat.
3.2.1 Bahan
1. Alkohol 95 %
2. Nitrit Acid
4. Autosol
3.2.2 Peralatan
1. Mikroskop
3. Autosol
mengkilap
dengan nitrit acid selama 5 menit,kemudian bersihkan nitrit acid dengan tisue
mikroskop
mikroskop.
BAB IV
Dari hasil pengamatan pada spesimen dapat kita ketahui jenis logam
(Sumber:wordpress.com)
4.2 Pembahasan
metallografi, kita dapat mengetahui bentuk dan struktur dari logam yang
kita uji. Pada baja dengan media pendingin air yang telah diamati memiliki
bentuk dan struktur bulatan dan garis-garis yang lebih rapat dibanding
dengan kerapatan pada baja dengan media pendingin oli, udara, dan
tanpa perlakuan. Pada pengujian ini kita melakukan pengujian pada satu
spesimen yaitu baja ST41 dengan etching (Nitrit Acid +Alkohol 95%).
pendingin air terdapat struktur Tembaga (Cu), Karbon (C), dan Besi (Fe),
dan tidak terdapat struktur Sulfur (S), Silikon (Si), dan Alumunium (Al).
terdapat struktur Karbon (C), Besi (Fe), Tembaga (Cu), dan Sulfur (S), dan
tidak terdapat struktur Alumunium (Al) dan Silikon (Si). Pada spesimen
struktur Termbaga (Cu), Silikon (Si), Sulfur (S), Besi (Fe), dan Karbon (C),
dengan tanpa perlakuan terdapat struktur Sulfur (S), Karbon (C), Besi
(Fe), dan Aluminium (Al), dan tidak terdapat struktur Silikon (Si) dan
yang dihasilkan lebih dominan muncul seperti Karbon (C) dan Besi (Fe).
padat serta terlihat goresan-goresan garis yang tidak begitu nyata pada
1000 kali. Sehingga dapat kita pastikan bahwa logam tersebut termasuk
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Baja ST-41 memiliki bentuk struktur logam yang berbeda, bentuk dari
besar maupun kecil dan berongga. Pada media pendingin oli berbentuk
2. Unsur kimia yang terdapat pada baja ST41 adalah besi (Fe), karbon (C),
tembaga (Cu), silikon (Si), dan sulfur (S). Dengan variasi warna unsur
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Committee,1985.
www.academia.edu
Rockwell
BAB I
PENDAHULUAN
yang diperlukan.
kerusakan.
berikut:
BAB II
DASAR TEORI
kg/mm2 dan besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh
indentasi (d) makin besar pula di sisi lain makin besar diagonal
indentasi maka nilai kekerasan makin rendah. Hal ini tentu saja
indentor.
pula.
karbon (Fe3C). Diagram ini disebut juga diagram fase atau diagram
besi, yaitu daerah cair total (fase cair), daerah cair dan beku (fase
cair dan padat) dan darah padat total (fase padat). Dari diagram fasa
dan eutektoid.
3. Diagram TTT
Jika dilihat dari bentuk grafiknya diagram ini mempunyai nama lain
kondisi seperti ini maka digunakan diagram TTT. Melalui diagram ini
4. Perlakuan Panas
a. Hardening
dicapai.
b. Annealing
c. Normalizing
d. Tempering
5. Benda Kerja
mutu baja adalah kuat tariknya (St 37,) karena baja memang
tekannya (tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini, maka
1. Metode Brinnel
Metode uji kekerasan yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun
terbuat dari baja yang di keraskan/dilapis chrom, dan ada juga yang
terbuat dari tungsten carbide. Tungsten carbide lebih keras dari baja,
intan adalah logam yang paling keras saat ini, jadi intan tidak akan
sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan
(Koefisien) dari beban uji (P) dalam Newton yang dikalikan dengan
angka faktor 0,12 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan)
bola baja (d) dalam milimeter persegi. identor (Bola baja) biasanya
atau digerinda). Harus rata dan tegak lurus, bersih dari debu, karat,
BHN=
2P
2 ............................................................................(2.1)
π𝐷 (𝐷−(𝐷 2 −𝑑2 )
Keterangan:
bersifat heterogen.
2. Pengujian Rockwell
F0 F1 F
Sca Indent Jenis
(k (k (k E
le or Material Uji
gf) gf) gf)
A Diamo 10 50 60 1 Exremely
nd 0 hard
cone 0 materials,
tugsen
carbides dll
B 1/16" 10 90 10 1 Medium hard
steel 0 3 materials,
ball 0 low dan
medium
carbon
steels,
kuningan,
perunggu dll
C Diamo 10 14 15 1 Hardened
nd 0 0 0 steels,
cone 0 hardened
and
tempered
alloys
D Diamo 10 90 10 1 Annealed
nd 0 0 kuningan dan
cone 0 tembaga
E 1/8" 10 90 10 1 Berrylium
steel 0 3 copper,phos
ball 0 phor bronze
dll
F 1/16" 10 50 60 1 Alumunium
steel 3 sheet
ball 0
G 1/16" 10 14 15 1 Cast iron,
steel 0 0 3 alumunium
ball 0 alloys
H 1/8" 10 50 60 1 Plastik dan
steel 3 soft metals
ball 0 seperti timah
K 1/8" 10 14 15 1 Sama
steel 0 0 3 dengan H
ball 0 scale
L 1/4" 10 50 60 1 Sama
steel 3 dengan H
ball 0 scale
M 1/4" 10 90 10 1 Sama
steel 0 3 dengan H
ball 0 scale
P 1/4" 10 14 15 1 Sama
steel 0 0 3 dengan H
ball 0 scale
R 1/2" 10 50 60 1 Sama
steel 3 dengan H
ball 0 scale
S 1/2" 10 90 10 1 Sama
steel 0 3 dengan H
ball 0 scale
V 1/2" 10 14 15 1 Sama
steel 0 0 3 dengan H
ball 0 scale
(Sumber: http://www.alatuji.com9)
rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, HRD, dll pengujian
rockwell apa saja, mohon bantuannya bagi yang sudah tau bisa di
kalah keras dibandingkan material yang di uji. Seperti yang kita tahu
lunak material yang kita uji dan selanjut nya setelah pengujian jika
sudah di dapatkan hasil dari pengujian tersebut maka hasil uji dari
(1.588, 3.175, 6.350, dan 12.70 mm), dan penekan intan yang
bola baja atau kerucut intan dengan ujung yang agak membulat
tetapi terdapat juga indentor dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8,
60 atau 100 kg untuk indentor bola baja dan 150 kg untuk indentor
b. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan
Kerucut intan dengan sudut puncak 120 derajat dan beban uji
3. Metode Meyer
telah di uj
BAB IV
tester, hasil kekerasan dari 5 titik yang diuji dengan tanpa perlakuan pada
titik 1 adalah 66,0 pada titik 2 adalah 61,6 pada titik 3 adalah 77,0 pada
titik 4 adalah 50,8 dan pada titik 5 adalah 69,6 Diperoleh hasil rata-ratanya
adalah 65,7. Selanjutnya dengan pendinginan air diperoleh hasil pada titik
1 adalah 63,8 pada titik 2 adalah 57,9 pada titik 3 adalah 55,7, pada titik 4
adalah 66,9 dan pada titik 5 adalah 61,8 dan diperoleh hasil rata-ratanya
pada titik 1 adalah 52,3 pada titik 2 adalah 64,4 pada titik 3 adalah 56,1
pada titik 4 adalah 62,4 dan pada titik 5 adalah 58,4 sehingga diperoleh
dengan udara diperoleh hasil kekerasan pada titik 1 adalah 59,3 pada titik
2 adalah 54,3 pada titik 3 adalah 54,0 pada titik 4 adalah 53,4 dan pada
4.3 Pembahasan
distorsi, dan retakan yang membuat baja memiliki kekerasan yang baik.
retakan lebih kecil. Oleh karena itu medium udara tidak menghasilkan baja
Dibanding dengan dengan media air dan udara, karena pada proses
Jadi dari hasil praktimum uji kekerasan ini diperoleh hasil baja yang
memiliki kekerasan yang paling tinggi adalah pada baja dengan media
pendingin pada air dibanding dengan media pendingin udara, oli, dan
tanpa perlakuan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiwa sudah bisa mengetahui hasil kekerasan baja ST41 dengan alat
MH600 hardness tester dari spesimen yang mengalami heat treatment dan
pendinginan dengan udara, oli, air, dan tanpa perlakuan. Dan yang paling
uji ataupun ukuran spesimen yang kurang rata sehingga hasil yang
mengetahui hasil dari uji kekerasan yaitu dengan membaca grafik yang
mana nilai uji kekerasan rata-rata pada baja dengan tanpa perlakuan yaitu
65,7 HRB dan pada media pendingin air, oli, dan udara secara berturut-
cemetite, baja tipis dan baja dengan lapisan keras yang tipis. Skala B
material yang lebih keras, seperti besi tuang, bahan – bahan yang lain
yang lebih keras dan banyak paduan-paduan baja yang memakai kerucut
5.2 Saran
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan tepat. Kemudian asdos
akurat.
DAFTAR PUSTAKA