PERLAKUAN PANAS
2.1 Tujuan
1. Memahami dan menganalisa proses perlakuan panas.
2. Memahami dan menganalisa fungsi dari holding time.
3. Memahami dan menganalisa pengaruh media pendingin terhadap
kekerasan.
4. Memahami dan menganalisa nilai kekerasan dari spesimen uji quenching
air, quenching oli, dan annealing.
7
Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS
temperatur tertentu dengan waktu tertentu dan di dinginkan dengan laju pendinginan
tertentu juga.
Besi memiliki sifat alotropik, oleh kerena itu dapat menyebabkan timbulnya
struktur mikro yang bervariasi dari berbagai jenis logam. Alotropik sendiri
merupakan kemampuan baja untuk dapat mengubah struktur kristalnya, atau
kemampuan baja bertransformasi dari satu bentuk susuan atom ke bentuk susunan
atom lainnya. Pada temperatur kurang dari 912 ºC, besi berupa besi alfa (α) berkristal
Body Center Cubic (BCC). Besi gamma (γ) berkristal Face Center Cubic (FCC)
stabil pada temperatur antara 912-1394 ºC, dan Besi delta (δ) berkristal BCC stabil
pada temperatur antara 1394 ºC – 1538 ºC.
Metode pemanasan dan pendinginan dalam proses perlakuan panas tergantung
pada perubahan sifat yang dikehendaki serta tergantung jenis logam atau paduannya.
Disamping itu untuk memahami proses perlakuan panas ini diperlukan pengetahuan
mengenai diagram fasa serta diagram TTT dan CCT.
spesimen menjadi lebih keras, lebih kuat, dan bagian lannya bersifat tahan patah,
tahan ulet, atau tidak getas.
3. Precipitation hardening
Precipitation hardening yaitu proses perlakuan panas pada temperatur rendah
yang menjadikan logam paduan menjadi keras, pengerasan tersebut disebabkan
oleh terjadinya pemisahan fasa – fasa paduan dari larutan padat lewat jenuh.
4. Annealing
Annealing merupakan proses pemanasan baja dan paduannya sampai pencapai
temperature austenite (A3 atau ACM) kemudian ditahan pada temperatur tersebut
untuk mendapatkan fasa yang sama di permukaan dan di bagian dalam material
tersebut. Setelah itu dilakukan pendinginan secara perlahan-lahan. Pendinginan
dilakukan dengan cara mematikan tungku. Ini disebut full annealing. Tujuan dari
proses ini adalah:
- Menghilangkan tegangan yang terjadi akibat proses pendinginan tiba-tiba.
- Menaikkan keuletan dan menurunkan kekerasannya.
- Menghilangkan efek proses perlakuan dingin.
- Menghasilkan struktur mikro yang spesifik.
5. Normalizing
Normalizing adalah proses pemanasan pada suhu austenit dan di dinginkan
pada udara terbuka. Normalizing biasanya digunakan pada baja dengan kadar
karbon yang rendah dan baja paduan untuk menghilangkan pengaruh pengerjaan
bahan sebelumnya, menghilangkan tegangan dalam, dan memperoleh sifat – sifat
yang di inginkan. Struktur mikro yang terbentuk adalah dari baja hipoeutektoid
plain-carbon adalah proeutektoid ferit dan pearlit. Tujuan dari normalizing adalah
sebagai berikut:
• Untuk menghaluskan struktur butir.
• Menaikkan kekuatan baja (dibandingkan dengan baja annealing).
• Untuk mengurangi segregasi akibat proses pengecoran atau proses pembentukan
lainnya.
• Meratakan (uniform) butir.
6. Quenching
Quenching adalah proses perlakuan panas dengan pendinginan secara cepat.
Tahap ini dapat mencegah proses pertumbuhan butir seperti pada pendinginan
lambat. Pada umunya quenching dapat menyebabkan menurunnya ukuran butir
dan dapat meningkatkan nilai kekerasan pada logam paduan. Pada quenching
media yang digunakan antara lan yaitu, air, oli, molten salt, dan nitrogen.
Kecepatan pendinginan menggunakan media air lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan media oli dan lainnya. Dan untuk pendinginan dengan udara
memiliki kecepatan yang paling kecil atau lambat.
7. Tempering
Tempering merupakan proses perlakuan panas setelah spesimen di keraskan
atau di quenching pada temperatur di bawah suhu kritis sehingga tujuan pada
proses ini yaitu dapat diperoleh ductility yang diinginkan, dan kemudian
dilanjutkan dengan proses pendinginan.
8. Spherodizing
Spherodizing adalah proses perlakuan panas untuk menghasilkan cementite
menjadi berbentuk bulat atau spheroid. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan aus, dan keuletan pada baja.
9. Martempering
Martempering merupakan modifikasi dari proses quenching yang bertujuan
untuk mengurangi terjadinya distorsi.
10. Austempering
Austempering ialah proses perlakuan isothermal, proses ini dapat
menghasilkan struktur mikro bainit
Keluarkan spesimen
Pengamplasan
Pengujian kekerasan
Kesimpulan
2.4.2 Bahan
1. Baja AISI 1045 : 3 buah
2. Ampelas kasar : 1 buah
3. Ampelas halus : 1 buah
4. Air : secukupnya
5. Oli : secukupnya
1 237,5 217,9
Annealing 217,92 224,47
8 2
. .
b) d B B
. ( -√ -d . . ( -√ -
. .
c) d B B
. ( -√ -d . . ( -√ -
d) B rata-rata B
d) B rata rata B
= 678,32 BHN
c) HRc Ke-3 = 43,25 HB = ( 17,55 x HRc ) – 79,6
= ( 17,55 x 60,5) – 79.6
= 666,77 BHN
d) B rata rata B
Temperature (oC)
Keterangan :
15 menit
850oC Air
Oli
600 Annealing
400
200
Waktu (S)
Gambar 2.4 Diagram Proses Perlakuan Panas
C. Diagram Batang
1. Annealing (A)
Kekerasan Annealing
240 237.58
Nilai Kekerasan (BHN)
230
217.92 217.92
220
210
200
1 2 3
450
400
1 2 3
678.32
680
670 666.77
660 652
650
640
630
1 2 3
600 509.17
400
224.47
200
0
Annealing Quenching Oli Quenching Air
dengan oli. Hal tersebut dipengaruhi oleh kekentalan (Viskositas) oli lebih tinggi
dibandingkan dengan air yang memiliki kekentalan yang cukup rendah. Selain itu oli
yang digunakan pada saat praktikum yaitu oli bekas. Oli bekas dapat mempengaruhi
hasil yang didapatkan. Karena oli yang sering digunakan berulang akan menurunkan
nilai viskositasnya dan akan memepengaruhi hasil yang didapatkan.
Pada saat proses pemanasan spesimen, spesimen diletakkan pada box
penyimpanan spesimen. Hal tersebut agar memudahkan pada saat pengambilan
spesimen yang telah dipanaskan tersebut. Kemudian pada saat proses quench pada
media pendingin oli, spesimen harus dinaik turunkan agar menghilangkan selimut
uap atau yang dapat disebut juga dengan agitasi. Hal tersebut dilakukan agar
menghindari adanya vapour blanket atau selimut uap ada spesimen. Jika Masih
terdapat selimut uap pada spesimen maka akan mempengaruhi proses pendinginannya
karena terhalang uap dan dapat menghalangi media pendingin pada saat pendinginan
berlangsung.
Untuk dapat menghilangkan pengotor yang ada pada spesimen uji, maka perlu
dilakukan adanya proses pengampelasan. Tujuan dari proses tersebut yaitu agar dapat
menghilangkan pengotor. Apabila spesimen masih terdapat pengotor yang menempel,
maka dapat mempengaruhi hasil pada saat pengujian kekerasan dan tidak maksimal.
Karena pengotor yang menempel pada spesimen yang akan di uji kekerasan tersebut
dapat menghalangi indentor dalam menentukan nilai kekerasan dari spesimen
tersebut.
Setelah dilakukan serangkaian proses tersebut, maka spesimen baja AISI 1045 di
lakukan uji kekerasan dengan menggunakan alat uji Brinnell untuk spesimen uji
Annealing dan alat uji Rockwell C untuk spesimen uji quenching. Hasil yang
didapatkan dari pengujian kekerasan tersebut yaitu, nilai rata – rata dari spesimen uji
annealing yaitu sebesar 224,47 BHN, nilai rata – rata yang didapatkan dari uji
kekerasan spesimen quenching oli sebesar 509,17 BHN , dan nilai rata – rata yang di
dapatkan dari uji kekerasan quenching air yaitu sebesar 665,69 BHN. Dan dari data
uji kekerasan yang di dapatkan tersebut terbukti bahwa media pendingin air memiliki
nilai kekerasan yang paling tinggi. Nilai kekerasan yang paling tinggi menggunakan
media pendingin air karena, air memiliki viskositas atau kekentalan lebih rendah dari
pada oli. Karena pendinginan spesimen dapat dipengaruhi salah satunya dengan
faktor viskositas.
2.7 Kesimpulan
1. Perlakuan panas memiliki prinsip dasar yaitu dengan memanaskan spesimen
hingga temperatur 850ºC, kemudian dilakukan holding time, dan di
dinginkan kedalam media pendingin.
2. Holding time selama 15 menit berfungsi utuk menyeragamkan fasa menjadi
fasa austenit.
3. Pengaruh media pendingin terhadap kekerasan, semakin tinggi viskositas
atau kekentalan dari media pendingin maka kekerasan yang didapatkan
semakin rendah dibandingkan dengan media pendingin yang memiliki
viskositas yang rendah contohnya air.
4. Hasil yang didapatkan pada spesimen uji yang telah melalui proses
perlakuan panas yaitu, nilai kekerasan dari spesimen uji quenching air
sebesar B , quenching oli sebesar B , dan annealing
sebesar B
5. Tungku yang digunakan yaitu jenis tungku tertutup dan tungku ini juga salah
satu jenis tungku listrik, dimana pada tungku ini terdapat koil atau lilitan
kawat. Semakin banyak lilitan yang terdapat pada tungku tersebut maka
semakin besar arus listrik yang dihasilkan, dan dapat menghasilkan panas
yang dihasilkan tinggi.
6. Pada tungku terdapat keramik refractory, fungsi dari keramik refractory
tersebut yaitu untuk mengisolasi panas yang dihasilkan dari tungku.
7. Spesimen dipanaskan menggunakan arang agar dapat mengikat udara yang
masuk kedalam tungku.
8. Pada saat proses quench pada media pendingin oli, spesimen harus dinaik
turunkan agar menghilangkan selimut uap atau yang dapat disebut juga