Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TEORI DASAR
Ada beberapa macam proses heat treatment yang paling sering digunakan, yaitu
:annealing, normalizing, quenching, dan tempering.
3
Gambar 2.2- diagram fasa Fe-C di daerah sekitar eutectoid, menunjukkan jarak temperatur untuk
plain carbon steels. [2]
4
pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur di bawah Tkritis, yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan. Meskipun proses ini menghasilkan baja
yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil (annealing) karena di sini
sifat-sifat fisik dapat dikendalikan dengan cermat. Pada suhu 200°C sampai 300°C
laju difusi lambat hanya sebagian kecil. karbon dibebaskan, hasilnya sebagian
struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan kerapuhannya. Di antara suhu 500°C
dan 600°C difusi berlangsung lebih cepat, dan atom karbon yang berdifusi di
antara atom besi dapat membentuk sementit.
Ada dua jenis diagram yang sering digunakan dalam proses perlakuan
panas, yaitu CCT (Continuous Cooling Transformation) dan TTT (Time-
Temperatue Transformation). Diagram CCT menunjukkan komposisi fasa yang
dihasilkan dengan laju pendinginan tertentu. Sedangkan diagram TTT
menunjukkan fasa yang dihasilkan pada kondisi isothermal (temperatur konstan
selama waktu reaksi). Dengan melihat diagram CCT maupun TTT kita dapat
menentukan cara yang tepat untuk memperoleh fasa yang diinginkan
5
Gambar 2.3- Kurva TTT (Time Temperatur Transformation) pada baja karbon eutectoid [2]
Gambar 2.4- Kurva CCT (Continous Cooling Transformation) dengan pengininan cepat & lambat
pada baja karbon eutectoid
6
Gambar 2.5- penurunan diagram CCT dari diagram fasa Fe-C di titik hypoeutectoid
Gambar 2.6 - penurunan diagram CCT dari diagram fasa Fe-C di titik eutectoid
Gambar 2.7 -penurunan diagram CCT dari diagram fasa Fe-C di titik hypereutectoid
7
Diagram CCT dapat diturunkan dari diagram fasa Fe-C. Dimana faktor
yang mempengaruhi posisi diagram CCT adalah persen karbon. Jika persen
karbon tinggi maka hidung kurva akan bergeser ke sebelah kanan menjauhi
sumbu temperatur, sedangkanuntuk titik Ms dan Mf akan turun kebawah.
Sebaliknya jika persen karbon sedikit maka hidung kurva akan semakin dekat
dengan sumbu temperatur.
Pada proses perlakuan panas ini, baja yang paling keras adalah baja yang
memiliki struktur mikro martensit. Namun perlu diingat bahwa naiknya
kekerasan baja maka keuletannya akan menurun. Maka dari itu martensit ini
akan bersifat getas. Untuk meningkatkan keuletannya, maka martensit perlu
dilakukan proses lanjutan hingga membentuk tempered martensite yang
memiliki keuletan lebih tinggi.
8
Gambar 2.9- diagram temperatur terhadap waktu untuk precipitation hardening[2]
9
2. Quenching
Tahap kedua, dimana larutan padat α didinginkan secara cepat menuju
temperatur T1 (temperatur ruang untuk beberapa paduan). Hal ini
dilakukan untuk membentuk α -super saturated solid solution. Pada saat
ini atom tidak memiliki cukup waktu untuk berdifusi menuju pengintian
dan disini presipitat θ tidak terbentuk. αss ini mengandung kelebihan Cu
dan hal tersebut bukan merupakan struktur kesetimbangannya. Pada tahap
ini paduan relatif bersifat lunak dan lemah.
3. Aging
Tahap ketiga, dimana α, αss, dipanaskan kembali dibawah temperatur
solvus (T2) di daerah dua fasa α + β. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan
presipitat halus terdispersi. Atom berdifusi hanya dalam jarak pendek pada
temperatur aging ini. Karena supersaturated α tidak stabil, kelebihan atom
Cu berdifusi menuju inti dalam jumlah besar dan presipitat membesar.
Formasi dari presipitat halus terdispersi pada paduan merupakan tujuan
dari proses precipitation hardening. Presipitat halus terdispersi pada
paduan menghalangi pergerakan dislokasi dengan menekan dislokasi
memotong presipitat atau mengelilingi presipitat tersebut. Dengan
membatasi pergerakan dislokasi selama deformasi, maka paduan
meningkat kekerasannya.
10
Gambar 2.11– tahapan proses precipitation hardening dan struktur mikro yang terbentuk
11
Gambar 2.12 - skema peningkatan kekerasan saat aging dan penurunan kekerasan saat
overaging. [1]
Akan tetapi jika aging dilakukan terlalu lama, atom Cu akan berdifusi
menyusun diri membentuk fasa Ɵ. Fenomena ini dinamakan over aging. Hal ini
menyebabkan kekuatan aluminium akan turun dikarenakan susunan atom yang
rapi.
2.3 Rekristalisasi
12
mengurangi jumlah dislokasi dan menghilangkan tegangan sisa melalui proses
annealing. Dalam proses annealing ada tiga tahapan yaitu :
1. Recovery
Logam akan mengalami pengurangan internal stress, jumlah dislokasi
dan konfigurasi dislokasi yang disebabkan oleh cold work.
2. Rekristalisasi
Pembentukan butir equiaxial yang bebas regangan dan memiliki
kerapatan dislokasi yang rendah.
3. grain growth
Butir yang dihasilkan pada tahap rekristalisasi tumbuh membesar.
Proses-proses tersebut melibatkan pemanasan hingga mencapai
temperatur rekristalisasi. Temperatur rekristalisasi merupakan
temperatur saat rekristalisasi tercapai secara sempurna dalam waktu 1
jam. Temperatur rekristalisasi dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu : persen
cold work dan impurities.
Gambar 2.13- grafik hubungan antara temperatur rekristalisasi dengan persen cold
work [2]
13
Dari grafik tersebut dapat kita simpulkan bahwa dengan peningkatan
persen cold work, temperatur rekristalisasinya akan semakin menurun. Hal
tersebut disebabkan karena dalam butir sudah terdapat banyak internal
energy sehingga membutuhkan energi yang rendah untuk merekristalisasi.
Pengaruh impurities : impurity akan bersegregasi dan berinteraksi dengan
batas butir rekristalisasi sehingga akan mengurangi pergerakannya. Hal
tersebut dapat mengurangi laju rekristalisasi dan menaikkan temperatur
rekristalisasi
Gambar 2.14- grafik proses annealing dan hubungannya dengan kekuatan &keuletan [2]
Dari grafik terlihat bahwa hasil akhir proses annealing bahwa ketika butir
semakin membesar maka keuletan akan meningkat dan kekerasannya akan
menurun. Pemanasan pada proses annealing diawali pada temperatur 500C
14
diatas batas kritis temperatur (austenitizing). Lalu ditahan pada temperatur
tersebut selama beberapa waktu, yang selanjutnya didingingkan secara
perlahan. Menurut cara pendinginannya ada beberapa jenis proses annealing,
diantaranya (1) normalizing yaitu pendinginan di udara, (2) full annealing
yaitu pendinginan didalam tungku dengan cara mematikan tungku lalu
spesimen dibiarkan dingin bersamaan dengan tungku, (3) spherodizing.
a. Dua butir yang berbeda orientasi, ketika dislokasi bergerak dari satu
butir ke butir lainnya. Dislokasi harus
mengubah arahnya. Hal ini sulit untuk
dilakukan
b. Lattice distorsi yang terdapat didalam butir juga menyebabkan sulitnya
dislokasi untuk bergerak.
Strain Hardening
Fenomena dimana material ulet akan menjadi lebih keras dan kuat setelah
mengalami deformasi plastis. Pada proses pengerjaan logam, hal ini terjadi
pada cold working, dimana temperature pengerjaan dibawah temperature
rekristalisasi. Akibat deformasi plastis, atom bergeser menyebabkan terjadinya
penambahan dislokasi. Bertambahnya dislokasi mengakibatkan terjadi
penguatan material karena terbatasnya atom-atom untuk bergerak
15
Solid Solution
Proses penguatan ini biasa dilakukan pada logam murni. Logam murni
selalu lebih lunak dan lemah dibandingkan dengan alloy. Proses penguatan ini
dilakukan dengan menambahkan atom pengotor yang akan berfungsi sebagai
subtitusi atau interstisi. Hal ini menyebabkan terjadinya lattice distortion
sehingga atom menjadi sulit bergerak dan logam menjadi lebih kuat.
Martenistik Strengthening
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mulai
Selesai
17
3.2 Precipitation Hardening Pada Paduan Al-Cu
Start
panaskan pada temperatur 2000C masing-masing 10, 30, 60, dan 120 menit
Selesai
18
3.3 Austenisasi pada Tembaga
Start
panaskan spesimen 1 pada 8000C selama 120 menit, panaskan spesimen 2-5
pada temperatur 4000C berturut-turut selama 10,15,30,45, dan 60 menit.
panaskan spesimen no 6 pada 1000C selama 90 menit.
Selesai
19
BAB IV
DATA DAN PENGAMATAN
20
BAB V
ANALISIS PEMBAHASAN
21
kekerasan yang tinggi, dnegan ketebalan yang berbeda antar spesimen
menyebabkan terjadinya perbedaan kekerasan. selain hal tersebut komposisi
berbeda dari setiap paduan dapat mempengaruhinya. Untuk menghasilkan proses
presipitasi maka setiap paduan dilakukan proses aging dengan waktu yang
berbeda. Pada paduan A, B dan C yang dilakukan aging selama 10, 30 dan 60
menit terlihat terjadi kenaikan kekerasan hal tersebut dikarenakan semakin lama
waktu aging, semakin banyak local clustering dengan fasa Cu2Al yang terbentuk
sehingga regangan lokal yang terbentuk semakin banyak yang menyebabkan
kekerasan dari paduan semakin besar. atau Paduan akan membentuk senyawa
yang menjadi presipitat menyebabkan terjadinya lattice distorsi. Dislokasi yang
melewati lattice distorsi akan menyebabkan multiplication dislocation. Hal ini
menyebabkan meningkatnya kekuatan. Namun, pada paduan D terjadi penurunan
kenaikan kekerasan hal tersebut dikarenakan terjadinya over aging dimana dengan
semakin tumbuhnya Cu2Al maka koherensi dari presipitat akan semakin menurun
yang menyebabkan menurunnya regangan lokal yang terjadi.
22
dimungkinkan tereaksi dengan tembaga dan melekat pada permukaan atau bahkan
mengalami difusi. Hal tersebulah yang dapat menyebabkan terjadi penurunan
kekerasan yang kurang signifikan dari seharusnya.
23
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1. harga kekerasan baja karbon setelah didinginkan cepat pada tabel 4.1.
2. harga kekerasan paduan Al-Cu setelah dilakukan presipitation hardening
pada tabel 4.2.
3. harga kekerasan tembaga setelah dilakukan annealing pada tabel 4.3.
24
DAFTAR PUSTAKA
25