BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu proses laku panas (heat treatment) adalah proses pemanasan dan
pendinginan pada suatu paduan logam dengan tujuan untuk memperoleh suatu
sifat tertentu. Paduan yang paling sering diberi perlakuan panas adalah baja.
Dalam proses laku panas baja, biasanya pemanasan dilakukan hingga mencapai
temperature austenite (diatas 720 0C), kemudian ditahan pada temperature tersebut
hingga beberapa saat, lalu didinginkan dengan laju pendinginan tertentu.
Karenanya sifat mekanik baja setelah akhir suatu proses laku panas akan banyak
ditentukan oleh laju pendinginan.
Laju pendinginan yang terjadi di lapangan pun sangat jarang dijumpai laju
pendinginan yang sangat lambat (ekuilibrium), hal ini terjadi karena banyak aspek
yang mempengaruhi. Untuk itu, ketika harus menggunakan diagram fasa yang
ekuilibrum, sudah tidak relevan. Oleh karena itu, maka mulai muncul atau mulai
mempelajari ketika laju pendinginan tidak sangat lambat. Salah satu contohnya
yaitu transformasi pada temperatur konstan. Dalam membuat transformasi ini
berlangusng pada temperature konstan (isothermal) dapat dipelajari waktu mulai
dan berakhirnya transformasi dan lain lain, yang berguna untuk menentukan
prosedur laku panas yang harus dilakukan untuk menghasilkan baja dengan
struktur mikro tertentu. Namun, ketika transformasi yang terjadi adalah
transformasi pada temperature yang kontinyu, diagram tersebut tidak bisa
dijadikan acuan, karena diagram mengalami pergeseran. Untuk pemahaman yang
lebih
lanjut,
maka
dilakukan
praktikum
terkait
Continuous
Cooling
(grain) yang kecil menghasilkan kekuatan mekanik yang besar, dan begitu juga
sebaliknya.
Pendinginan cepat (quench) ujung sebuah baja dilaksanakan berdasarkan
standard ASTM A255, dimana secara umum diketahui sebagai Jominy Test.
Karakterisasi dari ujung spesimen yang di quench dilakukan melalui uji kekerasan
dan metallographi. Uji kekerasan dilakukan berdasarkan standard ASTM E18.
Pendinginan baja dilakukan dengan menyemprotkan air pada ujung baja. Aliran
air dipastikan hanya mendinginkan ujung dari batang uji baja.waktu pendinginan
dimonitor sehingga transformasi fase terjadi secara sempurna.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah :
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Nugroho;2005)
II.2 Continuous Cooling Transformation
Diagram Continuosus Cooling Transformation, atau biasa disebut CCT
Diagram, merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara laju
pendinginan kontinyu dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah terjadinya
transformasi fasa.
Dengan pendinginan kontinyu, seperti yang terjadi pada proses laku panas,
bentuk diagram akan mengalami beberapa perubahan sebagai akibat dari
pendinginan itu sendiri. Untuk pendinginan yang kontinyu ini dapat diturunkan
dari I-T diagram, suatu diagram transformasi lain yang dinamakan CCT Diagram
(Continuous Cooling Transformation Diagram).
Pada CCT Diagram tidak terdapat daerah transformasi austenite bainit
karena pada pendinginan kontinyu transformasi ini terhalang oleh hidung
diagram, pada baja ini tidak dapat diperoleh bainit dengan laju pendinginan
kontinyu. Pada baja paduan keadaanya berbeda, kurva transformasi austenite
bainit juga ada, kurva ini membentuk lutut yang ada berada disebelah kiri
bawah hidung.
Letak kurva transformasi dalam suatu diagram transformasi dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu komposisi kimia dari baja dan ukuran butir kristal
austenite. Pada umumnya makin tinggi kadar karbon dan atau unsur paduan dan
atau makin besar ukuran butir Kristal austenite, maka letak kurva transformasi
dalam suatu diagram transformasi akan makin kekanan. Dengan demikian CCR
makin lambat, makin mudah melakukan pendinginan untuk membentuk martensit,
makin mudah untuk dikeraskan.
II.3 Quenching
Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi
austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram CCT baja karbon rendah).
Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam atau media pendingin lainnya.
Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan kekerasan baja.
Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali
dengan proses pemanasan
II.4 Normalizing
Normalizing merupakan proses laku panas 500C diatas temperatur
kristalisasi
sekitar
temperatur
800 0-9000C.
Tujuan
proses
ini
adalah
untuk menghasilkan baja yang lebih kuat dan keras dibandingkan dengan baja
hasil proses full anneling, jadi aplikasi penerapan dari proses normalizing
digunakan sebagai final treatment. Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan
baja hingga menjadi fasa austenit penuh dan didinginkan di udara hingga
mencapai temperatur kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite
tergantung komposisi unsur karbon. Normalizing pada umumnya menghasilkan
struktur yang halus, sehingga baja dengan komposisi kimia yang sama akan
memiliki yield strength, UTS, impact strength dan kekerasan akan lebih tinggi dari
pada hasil full annealling. Normalizing dapat juga dilakukan pada benda hasil
tempa untuk menghilangkan internal stress dan menghaluskan butiran kristalnya.
Sehingga sifat mekanisnya menjadi lebih baik. Normalizing dapat juga
menghomogenkan struktur mikro sehingga dapat memberi hasil yang bagus dalam
proses hardening, sehingga umumnya sebelum di hardening baja harus di
normalizing terlebih dahulu.
Pada normalizing pemanasan sebaiknya tidak terlalu tinggi karena butir
kristal austenit yang terjadi akan terlalu besar, sehingga pada pendinginan cepat
ferit proeutektoid akan membentuk struktur Widmanstaten yang berupa pelatpelat ferrit yang sejajar, yang tumbuh didalam butir kristal austenit kasar yang
akan menurunkan keuletan/ketangguhan suatu baja. Pada pendinginan yang agak
cepat, inti ferrit proeutektoid tidak tumbuh secara normal menjadi butir-butir
kristal, tetapi akan tumbuh dengan cepat membentuk ferrit berupa pelat kearah
bidang kristalografik tertentu di dalam butir austenit. Normalizing menyebabkan
letak titik eutektoid juga akan berubah menjadi
hypereutektoid, jadi titik eutektoid tidak lagi 0,8% C. Pendinginan yang lebih
cepat akan menyebabkan lamel sementit pada perlit menjadi lebih tipis juga
sementit network pada baja hipereutektoid menjadi lebih tipis atau terputus-putus.
Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehingga baja
dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yield strength, UTS,
kekerasan, dan impak strength akan lebih tinggi dari pada hasil full annealing.
II. 6 Hardenability
Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk
fasa martensite. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya
metode jominy dan metode grossman. Dari metode tersebut kita akan
mendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat
quench. Asumsi :
Laju pendinginan sangat lambat
Laju Pemanasan lambat
Terjadi mekanisme difusi (perpindahan atom secara individual dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah)
Perlu dibedakan pengertian kekerasan dengan kemampukerasan.
Hardenability adalah kemampuan untuk mengeras sampai kekerasan tertentu pada
suatu bahan. Bila bahan tersebut dikenakan suatu perlakuan panas. Sedangkan
kekerasan adalah kemampuan bahan untuk menahan penetrasi dari luar. Besarnya
kekerasan dipengaruhi beberapa faktor :
1.
Kandungan Karbon
Semakin besar kandungan karbon semakin tinggi kekerasannya sehingga menjadi
getas.
2.
Jarak Pendinginan
Jarak pendinginan pada speciment setelah mengalami perlakuan panas pada
tiap titik akan berbeda- beda, semakin jauh jarak pendinginan maka kekerasannya
akan semakin kecil.
3.
Heat Treatment
Pada prinsipnya, perlakuan panas pada baja untuk membuat homogen unsur
unsur paduan yang terdapat pada dalam logam sehingga didapat komposisi yang
seragam (uniform) dan mempunyai kekerasan tertentu dengan mengukur laju
pendinginan.
Perlakuan panas atau heat treatment dapat didefinisikan sebagai kombinasi
antara operasi pemanasan dan pendinginan terhadap logam dalam keadaan padat
dengan waktu tertentu dengan maksud memperoleh sifat tertentu. Langkah
pertama dalam setiap perlakuan panas adalh memanaskan logam itu sampai ke
suatu temperatur tertentu, lalu menahan beberapa saat pada temperatur tersebut,
dan kemudian mendinginkannya dengan laju pendinginan tertentu. Selama
pemanasan dan pendinginan ini akan terjadi beberapa perubahan struktur mikro,
dapat juga peruterjadi perubahan fase dan atau bentuk atau ukuran butiran
kristalnya. ( Wahid Suherman, 2001)
Tujuan dari proses perlakuan panas ini pada umumnya ialah untuk
memperbaiki sifat mekanik dari suatu material, misalnya untuk menaikkan
kekuatan dan kekerasan pada logam. Selain untuk menaikkan kekerasan dan
kekuatan, proses perlakuan panas juga ditujukan untuk menghilangkan tegangan
sisa pada suatu logam akibat proses produksi yang telah dialami, misalnya proses
rolling.
Struktur mikro yang terjadi pada suatu proses laku panas, selain ditentukan
oleh komposisi kimia dari logam/paduan dan proses laku panas yang dialami, juga
oleh struktur atau kondisi awal dari benda kerja. Paduan dengan komposisi kimia
yang sama, mengalami proses laku panas yang sama, mungkin akan menghasilkan
struktur mikro yang berbeda bila kondisi awalnya berbeda. Struktur atau kondisi
awal ini banyak ditentukan oleh pengerjaan dan atau proses laku panas yang
dialami sebelumnya. (Wahid Suherman, 2001)
Sifat mampu keras dari baja tergantung pada komposisi kimia dan kecepatan
pendinginan.Tidak semua baja dapat dinaikkan kekerasannya. Baja karbon
menengah dan baja karbon tinggi dapat dikeraskan, sedangkan baja karbon rendah
sulit untuk dikeraskan. Kandungan karbon yang tinggi mempercepat terbentuknya
fasa martensityang menjadi sumber dari kekerasan dari baja. Kekerasan
maksimum hanya dapatdicapai bila terbentuknya martensit 100%. Baja dapat
bertransformasi dari austenit keferrit dan karbida. Trasformasi terjadi pada suhu
tinggi sehingga kemampuan kekerasannya rendah. Percobaan Jominy, bertujuan
untuk mengetahui Hardenability suatu logam. Cara untuk mengetahuinya adalah:
Bila laju pendinginan dapat diketahui, kekerasan dapat lansung dibaca dari kurva
hardenability.
Bila kekerasan dapat diukur, laju pendinginan dari titik tersebut dapat diperoleh.
Pada uji Jominy ini, material dipanaskan dalam tungku dipanaskan
sampaisuhu transformasi (austenit) dan terbentuk sedemikian rupa sehingga
dapatdipasangkan pada aparatus Jominy kemudian air disemprotkan dari bawah,
sehinggamenyentuh permukaan bawah spesimen. Dengan ini didapatkan
kecepatan pendinginan ditiap bagian spesimen berbeda-beda. Pada bagian yang
terkena air mengalami pendinginan yang lebih cepat dan semakin menurun
kebagian yang tidak terkena air. Dari hasil pengukuran kekerasan tiap-tiap bagian
dari spesimen akandidapatkan kurva Hardenability Band.
II. 7
1.
Kecepatan pendinginan
Setelah logam dipanaskan, lalu dilakukan pendinginan cepat, maka logam
akan menjadi semakin keras. Proses pendinginan material dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
Annealing
Pemanasan material sampai suhu austenit (720 C) lalu diholding
kemudiandibiarkan dingin didalam tungku. Proses ini menghasilkan material yang
lebih lunak dari semula.
Normalizing
Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudian
didinginkan di udara.
Quenching
Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudiandilakukan
pendinginan cepat, yaitu dicelupkan kedalam media. Medianyaadalah air, air
garam dan oli. Proses ini yang menghasilkan material yang lebih keras dari
semula.
2.
Komposisi kimia
Komposisi kimia menentukan Hardenability Band. Karena komposis
material menentukan struktur dan sifat material. Semakin banyak unsur kimia
yangmenyusun suatu logam, maka makin keras logam tersebut
3.
Kandungan karbon
Semakin banyak kandungan karbon dalam suatu material maka makin
kerasmaterial tersebut. Hal inilah yang menyebabkan baja karbon tinggi memiliki
kekerasan yang tinggi setelah proses pengerasan kerena akan membentuk
martensit yang memiliki kekerasan yang sangat tinggi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Furnace
1 buah
2.
Mikroskop Optik
1 buah
3.
1 buah
4.
1 buah
5.
6.
secukupnya
1 spesimen
1 buah
secukupnya
secukupnya
secukupnya
dengan
Pemanasan C dan
holding jam
Grinding
Pengujian Jominy
Hardness test
Polishing,dan
etching
Uji struktur
mikro
Selesai
Hardness test
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1
ANALISIS DATA
Rockwell, HRC
1045
35
39
31
Daerah yang terlihat coklat gelap adalah daerah bainit dan daerah yang terlihat
lebih terang adalah daerah ferrite.
AISI 1045
%C
04-0.45
%Si
0.1-0.3
%Mn
0.6-0.9
%Mo
0.025
%P
Max 0.04
%S
Max 0.05
Jarak (mm)
HRc
3.18
57
6.35
44
9.53
39.5
12.70
38
10
15.88
38
12
19.05
38
14
22.23
38
16
25.40
38
18
28.58
34.5
20
31.75
32
24
38.10
30
28
44.45
25
32
50.80
23
HRc
40
30
20
10
0
0
10
15
20
25
30
35
Unsur
MF
0.213
Si
4,000
Mn
1.210
Mo
2.560
DF
HRc
59.00
1.05
56.19
1.15
51.30
1.29
45.74
1.45
40.69
1.52
38.82
1.60
36.88
1.67
35.33
10
1.74
33.91
12
1.94
30.41
14
2.03
29.06
16
2.13
27.70
18
2.19
26.94
20
2.27
25.99
24
2.43
24.28
28
2.56
23.05
32
2.68
22.01
Distance (mm)
3.18
4.76
6.35
7.94
9.53
11.11
12.70
14.29
10
15.88
12
19.05
14
22.23
16
25.40
18
28.58
20
31.75
24
38.10
28
44.45
32
50.80
Apabila dibuat dalam bentuk grafik maka kurva Jominynya sebagai berikut:
70
60
HRC
50
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
DIstance (mm)
HRc
R/r = 1
42.5
R/r = 0.5
47.7
R/r = 0
52.2
Dari data pengujian tersebut didapatkan hasil di atas, kemudian hasil tersebut
diamati melalui grafik kesetaraan antara kekerasan suatu titik dengan diameter
60
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum Jominy dan Grossman ini, didapatkan hasil data dan
analisa. Dapat disimpulkan bahwa :
1.
Struktur mikro baja AISI 1045 bila diquencing dengan oli tanpa agitasi
mengasilkan fase bainit dan ferrite
2.
Pada baja AISI 1045 yang mendapat perlakuan quench dengan oli tanpa agitasi
didapatkan nilai kekerasan rata-rata sebesar 35 HRc
3.
Hasil data dan pengujian sesuai dengan teori dan perhitungan. Nilai kekerasan
maksimal dengan komposisi martenite 100% baja AISI 1045 adalah 52.2 HRC.
DAFTAR PUSTAKA
http://cyberships.wordpress.com/2012/06/02/proses-perlakuan-panas-pada-baja/
https://www.academia.edu/4166042/Proses_Perlakuan_Panas_Secara_Umum
http://www.scribd.com/doc/62881720/Baja-Annealing#download
wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/diagram-ttt-dan-cct-3/
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/19660728199
2021-YUSEP_SUKRAWAN/DIAGRAM_TTT.pdf
http://blog.ub.ac.id/jonathanpurba/2012/03/14/diagram-fasa-ttt-time-temperaturetransformation/
Lampiran
Dokumentasi
Gambar 1.Furnace