Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

HEAT TREATMENT

Oleh:
Vitri Sheila Natalya Naibaho
(122310048)

Asisten Praktikum
kevin Saputra (120170068)

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Heat Treatment (perlakuan panas) adalah Teknik untuk mengubah sifat logam
dengan memanaskan dan mengendalikan laju pendinginan dengan atau tanpa
mengubah posisi kimia logam. Telah diketahui dengan baik bahwa perlakuan
panas mengubah sifat fisik logam padat dengan baik bahwa pemanasan dan
pendinginan. Perlakuan panas dan pendinginan atau pengurangan pembesar
adalah dua metode untuk menghilangkan tegangan internal. Permukaan yang
keras memungkinkan terbentuk disekitar inti karena kekuatannya. Laju
pemanasan adalah proses pemanasan material sampai temperatur austenit.
Syarat pemanasan sebagai berikut: Pemanasan yang dilakukan tidak boleh
mengubah bentuk material (tetap dalam keadaan solid atau padat). Tiga tahap
prosedur pembentuk perlakuan panas.
a. Mempertimbangkan ukuran komponen dan konduktivitas termal yang
meningkatkan suhu benda kerja melalui proses pemesinan, kecepatan
pemanasan yang stabil.
b. Untuk memastikan distribusi suhu yang seragam, tahap yang dilakukan
tahan suhu waktu yang ditentukan, seragam diseluruh benda kerja.
c. Tergantung pada metodenya, didinginkan dengan berbagai media
pendinginan. Persiapkan dan perlakuan panas air digunakan untuk
mendinginkan. Laju pendinginan untuk baja karbon rendah dan menegah
cukup cepetan untuk menghasilkan mertensit. Sementara itu, oil laju
pendinginan karbon dan baja paduan tinggi sebagai pendinginan lambat.

Dari proses heat treatment yang dilakukan khususnya pada baja akan
dihasilkan struktur akhir yang terdiri dari matnsit. Dimana martensit ini
memiliki sifat yang sangat getas. Sehingga dalam pemakaian akan sulit untuk
dilakukan matching. Pada umumnya setelah dilakukan proses heat treatment
khususnya analing, akan dilakukan proses peneparan dimana tempering akan
berfungsi mengurangi tegangan sisa yang ada pada baja, serta mengurangi
kegetasan atau dengan kata lain meningkatkan keuletan atau ketangguhan.

Perkembangan dunia industri manufaktur yang semakin maju yang Tengah


terjadi saat ini dinilai memiliki kekerasan dan ketanggugan yang tinggi di
bandingkan dengan jenis logam lainnya. Meningkatkan kekuatan logam dapat
dilakukan dengan cara heat treatment (perilaku pemanasan). Memanaskan
logam pada suhu tertentu kemudian ditahan pada suhu kritis pada waktu
tertentu lalu dinginkan pada media tertentu. Heat treatment mempunyai tujuan
untuk meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan, menghaluskan
butiran kristal meningkatkan kekerasan, tegangan Tarik logam dan sejenisnya.
Tujuan tersebut akan tercapai jika mempengaruhi, seperti suhu pemanasan dan
media pendinginan yang digunakan. Penggunaan logam baja dilingkungan
masyrakat sangatlah merata dalam bidang pekerjaan. Seperti bidang pertanian
logam baja digunakan sebagai pembuatan perkakas atau peralatan untuk
bertani dan berkebun. Baja pegas daun merupakan logam yang banyak diamati
masyarakat terutama baja pegas daun bekas kendaraan roda empat, pemilihan
baja daun bekas karena mudah didapat, sehingga akan sesuai dan mudah
digunakan sebagai bahan baku pembuatan perkakas atau peralatan untuk
bertani dan berkebun. Namun dengan dilakukan heat treatment pada baja akan
dapat meningkatkan kekerasan. Material logam baja yang digunakan sebagai
penelitian adalah jenis AISI 4140, material tersebut biasanya digunakan
sebagai poros penghubung piston dan gear yang tergolong baja choromium
molybedium dengan komposisi karbon 0,41%

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Melakukan proses pengerasan metode quenching, annealing, normalizing
pada baja karbon
b. Menguji kekerasan perlakuan panas
c. Menganalisis hasil perlakuan panas

BAB II
TINJAUAN PUISTAKA

2.1 Baja Karbon


Baja terdiri dari dua jenis logam: logam besi dan logam non besi yang meliputi
besar (fe) dan karbon (c), dengan besi sebagai elemen utama dan karbon
sebagai elemen paduan utama, dan baja dalam karbon dengan karbon sebagai
salah satu elemen, kontennya adalah 0,2 𝑛2 . Dengan kandungan karbon 0,1%,
besi berperan sebagai pengeras untuk struktur baja. Setiap jenis baja digunakan
secara berbeda, seperti baja ringan untuk membuat kawat dan karbon tinggu
untuk membuat alat pemotong:
a. Baja karbon rendah
Baja ringan adalah salah satu jenis karbon rendah. Baja ini banyak
digunakan dalam bidang industri baja. Kontruksi struktur baja untuk
struktur baja umum ke dalam bentuk beton bertulang mur, ulir, perkakas
senjata, perkakas persisi batang penarik, perkakas dongkrak dan barang
sejenisnya.
b. Baja karbon sedang
Baja karbon sedang ini diguynakan untuk membuat benda bertahan lebih
lama. Baja berkekuatan tinggi dan berekayasa baja karbon.
c. Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon 0,6, 1 % hot mill
pemotongan pisau mata gergaji besi, pegas dan kabel baja. Semua bajanya
mengandung karbon tinggi

2.2 Baja pegas


Baja Pegas Pegas merupakan suatu alat peredam kejut pada sebuah kendaraan
yang biasanya terbuat dari baja. Pada kendaraan, pegas digunakan untuk
mengurangi atau meredam guncangan dan getaran akibat dari permukaan jalan
yang tidak rata, agar tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung,
sehingga dapat mengurangi penyebab ketidaknyamanan dalam berkendara.

Gambar 2.1 Pegas daun


sumber: jurnal mekanik energi

Fungsi dari pegas daun ialah untuk menghubungkan frame axle dan juga
sebagai bantalan/peredam kejut yang berfungsi untuk menyerap guncangan
untuk mengurangi efek yang ditimbulkan akibat permukaan jalan yang tidak
rata. Fungsi dari suatu pegas sangatlah penting untuk memberikan kenyamanan
saat berkendara.

2.3 Heat Treatmen


Heat treatmen adalah proses pemanasan dan pendinginan yang dilakukan
secara terkontrol yang diterapkan pada logam tertentu atau paduan ke dalam
padat untuk mendapatkan struktur mikro dan sifat mekanik lainnya. Laju
pemanasan adalah proses pemanasan material sampai temperature austenite.
Syarat pemanasan sebagai berikut: pemanasan yang dilakukan tidak boleh
mengubah bentuk material (tetap keadaan solid dan padat). Tujuan dari heat
treatmen adalah untuk peningkatan ketelitian bahan, penghilangan tegangan
dalam, penghalusan ukuran butiran dan meningkatkan kekekrasan atau
tegangan tarik serta merubah struktur mikro permukaan logam (rajan, 1997),
heat treatmen yang dapat dilakukan pada baja karbon adalah perlakuan panas
fisik, sperti hardening dan tempering.
Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya vanasi struktur mikro
dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan transpormasi
dari suatu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom yang lain
pada temperature antara 910 derajat C sel satuannya body center cubic (BCC),
temperatur antara 910 derajat C sampai 1392 derajat C sel satuannya face
center cubic (FCC), sedangkan diatas 1392 derajar C sel satuannya kembali ke
BCC. Proses perlakuan panas ada dua jenis kategori yaitu:
a. Softening (perlakuan): adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar
menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan
dalam tengku (analing) atau mendinginkan dalam udara terbuka
(normalizing)
b. herdening (pengerasan): adalah usaha untuk meningkatkan fisik material
terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang
sudah di panaskan kedalam media quenching berupa air, air garam maupun
oli.
Ada beberapa jenis perlakuan panas yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan jenis perlakuan panas yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan (rasyad, 2018). Metode perlakuan panas sebagai berikut:
a. Herdening
Herdening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkat kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan
benda kerja menunjukkan suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang
melalui atau memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan dari daerah
pengerasan ini, di capailah suatu keadaan paksaan lagi bagi struktur baja
yang merangsang kekerasan oleh karena itu maka proses pengerasan ini
disebut pengerasan kejut. Karena loham menjadi keras melalui wujud
struktur, maka perlakuan panasini disebut juga ahli wujud kekerasan yangh
dicapai pada kecepatan pendinginan kritis ini diiringi kerapuhan yang besar
dan tegangan pengkejutnya, karena itu pada umumnya dilakukan
pemenasan Kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
b. Tempering
Tempering di defenisikan proses pemanasan logam setalah dilakukan
pemanasan pada tempering (dibawah sugu kritis), yang di lanjutkan dengan
pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan kerapuhannya
dapat ditunjukan sampai memenuhi persyaratan pengguna. Kekerasan
turun, kekuatan Tarik akan turun pula sedangkan keuletan ketangguhan baja
akan meningkat. Meskipun proses ini menghasilkan baja lunak, proses ini
berbeda dengan proses analing karena sifat sifat fisis dapat dikendalikan
cermat. Tempering dibagi menjadi 3 tahap ketika turun dibawah suhu kritis
untuk jangka waktu lama:
1. Pendinginan pada suhu rendah (150-300 derajat celcius). Tujuannya
adalah untuk mengurangi kerapuhan baja dan tegangan kusut. Alat bor
dan alat potong adalah contoh alat kerja yang belum berpengalaman,
banyak ketegangan.
2. Pendinginan pada suhu sedang (300-500 derajat celcius). Konsep ini
meningkatkan keuletan, sekaligus menurunkan kekerasan. Metode ini
berlaku untuk alat kerja tugas berat alat seperti palu, pahat, dan pegas

Pengeras pada suhu (500-650 derajat celcius). Tujuannyta adalah untuk


mempertahankan kehalusan sambal mencapai keuletan yang tinggi. Metode
ini digunakan untuk roda gigi, poros dan batang penggerak, diantara yang
lain. (maulani, 2021). Hardening tanpa penambahan zat dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1. Flame hardening
2. Induction hardening
3. Laser and electron beam hardening

c. Analing
Analing adalah perlakuan panas logam dengan perbandingan yang lambat
berfungsi untuk memindahkan tekanan internal mengurangi dan menguling
struktur kristal (melibatkan bagian atas). Tujuannya untuk menghilangkan
internal stress pada logam dan untuk menghaluskan grain (batas butir) dari
atom logam serta mengurangi kekerasam, sehingga menjadi ulet. Analing
terbagi menjadi tiga proses yaitu:
1. Fase recovery
Fase recovery adalah hasil dari perlunakan logam melalui pelepasan
cacat kristal (tipe utama dimana cacat linier disebut dislokasi) dan
tegangan dalam
2. Fase rekristalisasi
Fase rekristalisasi adalah fase dimana butiran baru dan tumbuh untuk
menggantikan cacat-cacat oleh tegangan dalam
3. Fase grain growth (timbulnya butiran)
Fase grain growth (timbulnga butiran) adalah fase dimana mikrostruktur
mulai menjadi kasar dan menyebabkan logam tidak terlalu memuaskan
untuk proses pemesinan.
Proses analing sering kali digunakan sebagai proses heat treatmen lanjutan
selama pembuatan material tersebut. Proses analing dilakukan beberapa kali
dengan bebrapa proses penarikan. Setelah proses pemotongam kasar dengan
mesin, material di-annela untuk membebaskan tegangan yang diakibatkan
oleh pemotongan. Setelah pembebasan tegangan dapat dilanjutkan dengan
pemotongan halus yang mengakibatkan sedikit tegangan. Analing dibagi
menjadi 4 bagian:
1. Stress-relief anneling
2. Process anneling
3. Spheodising analing
4. Full analing

Dengan dilakukan proses analing maka akan terbentuk kristal austenite dan
bila didinginkan dengan lambat maka akan dihasilkan kristal ferrit dan
pearlite pada baja hypoeutectoid atau pearlite dan sementit network pada
baja hypoeutectoid. Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah
1. Menurunkan kekerasan
2. Menghilangkan tegangan sisa
3. Memperbaiki sifat mekanik
4. Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk
5. Menurunkan dan menghilangkan ketidak homogenstruktur suatu
material
6. Menghaluskan ukuran butur
7. Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja untuk
proses perlakuan panas.

d. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam sekitar 40% diatas krisis logam
kemudian ditahan pada temperature tersebut untuk massa waktu yang cukup
dan dilanjutkan dengan pendinginan ini temperature logam tegangan untuk
sementara waktu sektar 2 menit per mm dari ketebalan hingga temperature
spigmen sama dengan temperature ruangan, dan struktur yang diperoleh
dalam proses ini diantarnaya perlit (eutectoid), perlit brown
ferrite(hypoeutectoid), perlit brown cemelite (hypoeutectoid). Normalizing
digunakan untuk menyuling struktur butir dan menciptakan suatu austentie
yang lebih homogen ketika baja dipanaskan kembali. Menurut fahmi tujuan
dari normalizing untuk memperbaiki struktur butiran logam yang
mengalami deformasi akibat proses pengerjaan. Hasil dari proses ini butiran
logam menjadi halus, berbentuk bola dan homogen, disamping sifat mampu
mesin dan mampu bentuk logam menjadi lebih baik. Dampak negated
normalizing adalah menurunkan ketangguhan bahan logam. Indicator
ketangguhan logam ditentukan oleh kekrasan (hardness).

e. Quenching
Proses quenching melibatkan factor yang saling berhubungan. Pertama
yaitu jenis media pendingina dan kondisi proses dimana digunakan
keduanya adalah komposit dan hardenability dari logam tersebut.
Hardenability merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butiran
pada temperature tertentu. Selain itu defenisikan dari logam juga
berpengaruh terhafdap hasil proses quenching. Hasil hardenability
hardening:
1. Menghasilkan produk yang keras tetapi tegas
2. Menghasilkan tegasan sisa
3. Keuletan dan ketanggugan turun. Fluida yang ideal untuk media quech
agar diperoleh struktur martensit.

Pentingnya untuk di catat bahwa kegetasan bukan merupakan sifat mutlak


logam. Logam seperti misalnya fungsten yang getas pada temperature
komar dan ulet pada temperatur tinggi (syawaidin, 2006)tujuan utama
quenching adalah meningkatkan kekerasan logam, sedangkan faktor utama
dalam proses quenching adalah pengaturan laju pendinginan pada logam.
Jika laju pendinginan terlalu lambat, logam menjadi lebih getas dan
kekerasan akan berkurang. Jika laju pendinginan terlalu cepat, maka akan
terjadi distorsi dan retak pada logam. Factor- factor penting dalam proses
quenching antara lain, disain perlatan, media pendinginan, konsetrasi
pendinginan, temperature bak dan laju gerakan pendinginan. Masing-
masing factor tersebut dapat mempengaruhi sifak akhir dari bahan logam
sehingga harus diatur selama proses pendinginan berlangsung. Oleh karena
itu, yang menarik dari metode quenching adalah bagaimana memilih media
pendinginan dan tahap proses yang dilakukan sehingga akan meminimalkan
beragam tegangan yang timbul yang dapat mengurangi terjadi nya retak dan
distorsi serta pada saat yang sama mampu menyediakan laju perpindaham
panas yang cukup untuk mendapatkan sifat akhir hasil quenching seperti
kekerasan.

Gambar 2.2 Mekanisme pendinginan dalam proses quiching


Sumber: jurnal mekanika energi
Pada proses quenching media pendinginan sangat berpengaruh pada struktur
logam serta kemmpuan mekanik yang dapat dicapai oleh logam tersebut,
berikut adalah beberapa media pendingin yang sering digunakan :
1. Air
memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya
lebih lambat dari air garam. Air menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati tingkat maksimum.
2. Oli
memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga
laju pendinginannya lambat.

f. Holding time
Holding time adalah waktu penahanan panas yang bertujuan memperoleh
pemanasan yang homogen sehingga struktur austentitnya juga homogen.
Pemanasan yang homogen dimaksudkan untuk mendapatkan atau memiliki
sifat yang sama di setiap titik atau bagian. Holding time bertujuan tuntuk
memaksimalkan perlakuan panas yang didapatkan maka akan semakin
pemanasan yang didapatkan maka akan semakin bagus juga benda yang
akan di uji. Waktu penahanan panasan dilakukan setelah kenaikan suhu yang
diinginkan tercapai, kemudian panas ditahan sampai batas waktu yang
diinginkan. Disitulah diharapkan terjadi pemanasan yang homogen.

Holding time dulakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari


suatu bahan logam pada proses harding. Waktu penahanan austenitnya atau
terjadi kelarutan karbida ke dalam austenite, sangatlah penting untuk
mencapai elemen paduan telah tersebar diseluruh bahan atau karbon
(widodo, 2016). Table berikut cara mempengaruhi beberapa banyak waktu
yang harus dilakukan dalam proses perlakuan holding time
Table 2.1 holding time untuk beberapa jenis baja
Steel type Holding time
Low carbon steel 5-15 menit
Medium alloy steel 15-25 menit
Low alloy tool steel 10-30 menit
High alloy tool steel 10-60 menit
Hot alloy tool steel 15-30 menit

Pada tahapan ini waktu penahanan (holding time) sangat berpengaruh pada
saat transformasi karena apabila waktu penahanan (holding time) yang
diberikan kurang tepat atau terlalu cepat, maka transformasi yang terjadi
tidak sempurna dan tidak homogen selain itu waktu tahan terlalu pendek
akan menghasilkan kekerasan yang rendah hal ini dikarenakan tidak
cukupnya jumlah karbida yang larut dalam larutan. Sedangkan apabila
waktu penahanan yang diberikan terlalu lama, transformasi terjadi namun
diikuti dengan pertumbuhan butir yang dapat menurunkan ketangguhan.

g. Diagram fe- fe 3C
Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (%C). Diagram fasa besi
dan karbida besi Fe3C ini menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan
jenis baja yang kita kenal.
1. Ferrit (besi alfa) adalah suatu komposisi logam dengan batas maksimum
kelarutan karbon 0,025 % C pada 723°C, dengan struktur kristal BCC
(Centric Body Cubic) dan batas kelarutan karbon 0,008 % C pada suhu
kamar. Ferrit memiliki sifat-sifat berikut: ketangguhan rendah, keuletan
tinggi, kekerasan <90 HRB, struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C,
dan ketahanan korosi medium.
2. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas
maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan baik sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang
lain, nonhardened heat treatment, mudah dibentuk dan paling banyak
dipakai dalam industri.
3. Cementit (Besi Karbida) adalah senyawa yang terdiri dari unsur besi dan
karbon dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
memiliki struktur kristal Orthohombic. Sifat-sifatnya sangat kuat dan
tidak dapat diubah.
4. Lediburite ialah campuran eutektik antara besi gamma dan cementid
yang terbentuk pada titik suhu 1130°C dan memiliki kandungan karbon
4,3%.
5. Pearlit adalah 5. Pearlit adalah campuran eutectoid dari ferrite dan
cementite (α+Fe3C), yang terbentuk pada temperatur 723°C, dan
memiliki 0,8 % karbon.
Gambar 2.3 Diagram fe- fe 3C
Sumber: Teknik mesin industri

Beberapa istilah dalam diagram kesetimbangan Fe-Fe3C dan fasa-fasa yang


terdapat didalam diagram diatas akan dijelaskan dibawah ini. Berikut adalah
batas-batas temperatur kritis pada diagram Fe-Fe3C.
1. A1 adalah temperatur reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi
α+Fe3C (perlit) untuk baja hypoeutectoid. 9
2. A2 adalah titik Currie (pada temperatur 769oC), dimana sifat magnetik
besi berubah dari feromagnetik menjadi paramagnetik.
3. A3 adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi α (ferit) yang
ditandai pula dengan naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan
turunnya temperatur.
4. Acm adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi Fe3C (sementit)
yang ditandai pula dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring
dengan turunnya temperatur.
5. A123 adalah temperatur transformasi γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk
baja hypereutectoid.

2.4 BAJA KARBON AISI 1045


Baja spesifikasi AISI 1045 merupakan baja karbon menengah dengan
komposisi karbon berkisar 0,430,50%. Baja ini umumnya dipakai sebagai
komponen automotif misalnya untuk komponen roda gigi pada kendaraan
bermotor yang pada aplikasinya sering mengalami gesekan dan tekanan maka
ketahanan terhadap aus dan kekerasan sangat diperlukan sekali. (yulianto,
2022)

Baja AISI 1045 disebut sebagai baja karbon karena sesuai dengan pengkodean
internasional, yaitu seri 10xx berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh
AISI dan SAE (Society of Automotive Engineers). Pada angka 10 pertama
merupakan kode yang menunjukkan plain carbon kemudian kode xxx setelah
angka 10 menunjukkan komposisi karbon Jadi baja AISI 1045 berarti baja
karbon atau plain carbon steel yang mempunyai komposisi karbon sebesar
0,45%. Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komponen roda gigi,
poros dan bantalan
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapaun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
a. Laboratory chamber furnance

Gambar 3.1 Laboratory Chamber Furnace Carbolite CWF 1300


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

b. Sarung tangan Castong Polyester

Gambar 3.2 sarung tangan Castong Polyester


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
c. Cawan

Gambar 3.3 Cawan


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

d. Tang crucible

Gambar 3.4 Crucible Tongs 12


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

e. Sarung tangan kain

Gambar 3.5 Sarung Tangan Kain


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
3.2 Bahan
Adapun bahan sebagai berikut yang dimana bahan adalah bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini:
a. Baja karbon AISI 1045

Gambar 3.6 Carbon Steel Medium (komposisi carbon 0,43%-0,50%) AISI 1045
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

b. Media Pendinginan (air dan oli)

Gambar 3.7 Media Pendingin Air (kiri) dan Media Pendingin Oli (kanan)
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
3.3 Prosedur praktikum
Ada pun prosedur kerja praktikum ini adalah:
a. Siapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Memastikan membaca prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum
cara menghidupkan,cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Menghidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
e. Mengatur SPºC pada suhu 800ºC, SPrr OFF, Holding time t1 30 menit.
f. Gunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible pada
saat memasukkan dan mengeluarkan material dari Chamber Furnace
Carbolite Gero CWF 1300. g.
g. Keluarkan ketiga sampel yang telah di panaskan
1. Sampel pertama didinginkan di suhu ruangan.
2. Sampel kedua langsung dimasukkan ke media pendingin air
3. Sampel ketiga langsung dimasukkan ke media pendingin oli.
h. Reset Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 ke setting default. Lalu
matikanalat.
i. Setelah dingin, bersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum, rapihkan, bersihkan dan kembalikan alat-alat
yang digunakan.
k. Membaca prosedur penggunan alat dan Isi log bookpengunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Adapun data-data yang digunakan saat praktikum Heat Treatment adalah
sebagai berikut
Tabel 4.1 Data selama praktikum

Gambar 4.1 Laboratory Chamber Gambar 4.2 normalizing


Furnace Carbolite CWF 1300

Gambar 4.3 annealing Gambar 4.4 Quenching


4.2 Lembar Kerja
Adapun lembar kerja diperlukan dalam praktikum Heat Treatment kali ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
Spesimen : Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merk : Carbolite Gero CWF 1300
Tabel 4.2 Lembar kerja Heat Treatment
No Preheat Holding Temperature Holding Heat Cooling
(N/Y) Pre Austenisasi Temp Rate Method
Heat (℃) austenisasi (℃/s)
(menit) (menit)
1 300 ℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0,166 Quenching
2 300 ℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0,166 Anneling
3 300℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0,166 Normalizing

4.3 Pengelolahan Data


Adapun pengelolahan data yang di dapat dalam praktikum heat treatmen kali
ini sebagai berikut
a. Diagram CCT

Gambar 4.1 Diagram CCT (Continous Cooling Transformation)


Sumber: https://images.app.goo.gl/w7sBJ7BYbYUPZQ7V7

Diagram CCT menggambarkan skema transformasi fasa dengan laju


pendinginan kontinyu seperti pendinginan dalam tungku, pendinginan udara
atau quenching. Struktur mikro yang akan terbentuk bisa berupa pearlite,
pearlite-martensite dan martensite. Untuk menentukan waktu pendinginan
agar terbentuk struktur mikro yang diinginkan
Keterangan:
a. Ketika pendinginan dilakukan sangat cepat, maka akan terbentuk
martensite.
b. Ketika waktu pendinginan ditambah, maka akan terbentuk martensite +
pearlite.
c. Ketika waktu pendinginan berlangsung lama, maka akan terbentuk pearlite.
d. Adanya unsur paduan tambahan memungkinkan untuk menggeser posisi
hidung pearlite dan hidung bainite, sehingga kemungkinan terbentuknya
martensite semakin besar.

b. Diagram fasa Fe-Fe3

Gambar 4.2 Diagram fasa Fe-Fe3


Sumber: jurnal ilmu bahan dan pengerjaan logam

Berikut struktur fasa yang ada dalam diagram fasa Fe-Fe3


1. Ferrit (besi alfa) adalah suatu komposisi logam dengan batas maksimum
kelarutan karbon 0,025 % C pada 723°C, dengan struktur kristal BCC
(Centric Body Cubic) dan batas kelarutan karbon 0,008 % C pada suhu
kamar. Ferrit memiliki sifat-sifat berikut: ketangguhan rendah, keuletan
tinggi, kekerasan <90 HRB, struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C,
dan ketahanan korosi medium.
2. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas
maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan baik sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang
lain, nonhardened heat treatment, mudah dibentuk dan paling banyak
dipakai dalam industri.
3. Cementit (Besi Karbida) adalah senyawa yang terdiri dari unsur besi dan
karbon dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
memiliki struktur kristal Orthohombic. Sifat-sifatnya sangat kuat dan
tidak dapat diubah.
4. Lediburite ialah campuran eutektik antara besi gamma dan cementid
yang terbentuk pada titik suhu 1130°C dan memiliki kandungan karbon
4,3%.
5. Pearlit adalah 5. Pearlit adalah campuran eutectoid dari ferrite dan
cementite (α+Fe3C), yang terbentuk pada temperatur 723°C, dan
memiliki 0,8 % karbon.

c. Holding Time

Gambar 4.3 Holding Time


Sumber: https://shorturl.at/puvxQ
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis
Metode quenching adalah metode perlakuan panas yang dimulai dengan
pemanasan sampai suhu austenite, atau austenisasi, mencapai suhu yang tepat.
Setelah pendinginan yang tepat, fasa austenite langsung berubah secara parsial,
membentuk struktur martensit. Metode Annealing adalah Proses perlakuan
panas yang bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik pada logam dan untuk
menghasilkan baja dengan kekerasan tinggi. Metode Normalizing adalah
perlakuan panas terhadap baja dengan tujuan menghasilkan struktur, butiran
yang halus, dan keseragaman untuk menghilangkan tegangan yang disebabkan
oleh pengerjaan dengan mesin dikenal sebagai normalizing.

Selama proses pengolahan panas, berbagai media pendinginan dilakukan,


seperti air, udara, dan tengku yang berdampak pada struktur mikromaterial.
Pembentukan martensit disebabkan oleh transformasi austenit yang cepat.
Pendinginan cepat dengan air atau quenching dapat menyebabkan struktur
mikro martensit yang keras dan rapuh. Struktur mikro yang terbentuk dari
quenching dalam air memiliki butiran kecil dan dapat retak. Sementara itu,
struktur mikro seperti bainite atau pearlite dapat dibuat dengan pendinginan
udara yang lebih lambat, yang menghasilkan butiran yang lebih besar dan lebih
stabil. Material yang mengalami perubahan pendinginan dalam udara
cenderung memiliki kekerasan yang lebih rendah namun keuletan yang lebih
tinggi karena struktur mikro yang lebih homogen. Oleh karena itu, saat memilih
media pendinginan, harus mempertimbangkan persyaratan khusus material dan
karakteristik yang diinginkan setelah perlakuan panas. Quenching atau
pendinginan cepat logam dengan beberapa media (air, udara, dan tungku)
menghasilkan berbagai struktur. Berbeda dengan pendinginan dengan udara,
laju pendinginan yang sangat cepat cenderung menghasilkan struktur
martensit, fase padat yang sangat keras dan rapuh. Pendinginan dengan air, di
sisi lain, menghasilkan laju pendinginan yang lebih lambat, yang biasanya
menghasilkan kombinasi struktur bainit dan perlite. Jika dibandingkan dengan
martensit, struktur ini memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih tinggi.
Setelah quenching, bahan dipanaskan di tungku, dan struktur yang terbentuk
dapat terdiri dari bainit, perlite, atau ferit tergantung pada suhu dan durasi
tempering. Tujuan dari proses ini adalah untuk mencapai keseimbangan
kekuatan dan keuletan yang diinginkan untuk aplikasi tertentu. Oleh karena itu,
kondisi pendinginan dan media pendinginan sangat penting untuk mencapai
sifat mekanis yang ideal pada material yang sedang diproses.

5.2 Pembahasan
Heat Treatmen (perlakuan panas) adalah perlakuan untuk mengubah sifat fisik
logam padat melalui pemanasan dan kontrol laju pendinginan, dengan atau
tanpa mengubah komposisi kimia logam. Dua cara untuk menghilangkan
tegangan internal adalah perlakuan panas dan pembesaran butir, atau
pengurangan dengan pembesaran. Karena kekuatan inti, permukaan yang keras
dapat terbentuk di sekitarnya. Prosedur perlakuan panas terdiri dari tiga tahap
yakni:
1. Mengingat ukuran komponen dan konduktivitas termal yang meningkatkan
suhu benda kerja melalui proses pemesinal dengan kecepatan pemanasan
yang stabil.
2. Untuk memastikan distribusi suhu yang seragam, tahan suhu selama waktu
yang ditentukan.
3. Dinginkan benda kerja dengan berbagai media tergantung pada metodenya.
Untuk mendinginkan, air digunakan untuk persiapan dan perlakuan panas.
Baja karbon rendah dan menengah memiliki kecepatan pendinginan yang
cukup cepat untuk menghasilkan martensit. Sebaliknya, baja paduan tinggi
dan karbon memiliki kecepatan pendinginan yang lebih lambat.
Ada berbagai jenis perawatan panas yang dapat meningkatkan kekuatan.
a. Herdening adalah Perlakuan panas terhadap logam bertujuan untuk
meningkatkan kekerasan alami logam.
b. Tempering merupakan gambaran bagaimana logam dipanaskan setelah
dipanaskan pada suhu rendah (di bawah sugu kritis), dan kemudian
didinginkan.
c. Annealing adalah perlakuan panas logam dengan perbandingan yang lambat
yang bertujuan untuk mengurangi tekanan internal dan menghaluskan grain
(batas butir) atom logam dan mengurangi kekerasam, membuat logam lebih
ulet.
d. Normalizing adalah logam diproses dengan panas sekitar 40% di atas krisis
dan kemudian ditahan pada suhu tersebut untuk waktu yang cukup lama.
Kemudian, logam tegangan didinginkan selama 2 menit per mm dari
ketebalan hingga suhu spigmen sama dengan suhu ruangan.
e. proses quenching adalah pengaturan laju pendinginan pada logam. Jika laju
pendinginan terlalu lambat, logam menjadi lebih getas dan kekerasan akan
berkurang. Jika laju pendinginan terlalu cepat, maka akan terjadi distorsi
dan retak pada logam
f. Holding time adalah waktu penahanan panas yang bertujuan memperoleh
pemanasan yang homogen sehingga struktur austentitnya juga homogen.
Pemanasan yang homogen dimaksudkan untuk mendapatkan atau memiliki
sifat yang sama di setiap titik atau bagian.
g. Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (%C).

Quenching adalah metode perlakuan panas yang dimulai dengan pemanasan


sampai suhu austenite, atau austenisasi, mencapai suhu yang tepat. Setelah
pendinginan yang tepat, fasa austenite langsung berubah secara parsial,
membentuk struktur martensit. Baja menghasilkan menghasilkan
menghasilkan menghasilkan bersamaan dengan kekuatan tarik dan luluh.
menggunakan proses transformasi austenite martensit. Temperatur
pengerasan, waktu tahan, laju pemanasan, metode pendinginan, media
pendingin, dan hardenability adalah faktor penting untuk quenching berhasil
dan mendorong pembentukan martensit.
Austenitization adalah proses pemanasan baja ke suhu tinggi di atas titik
kritisnya, yang menyebabkan transformasi struktural dari fasa-fasa lainnya
menjadi fasa austenit. Alasan mengapa harus menggunakan temperature
austensasi:
a. Proses austenisasi membantu komposisi kimia baja menjadi homogen,
menghilangkan ketidak seragaman komposisi dan distribusi elemen dalam
struktur kristal, yang dapat mempengaruhi kekuatan dan sifat mekanisnya.
b. Material menjadi lebih mudah diproses secara mekanis, seperti pengecoran
atau pembentukan, pada suhu austenisasi. Ini memungkinkan perubahan
bentuk atau pembentukan produk dengan lebih efektif.
c. Austenitasi memungkinkan kontrol suhu dan waktu yang tepat. Parameter
ini dapat disesuaikan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan dari
perlakuan panas, seperti pengendapan karbida atau perubahan ukuran butir.
d. Suhu austenisasi adalah langkah awal dalam banyak perlakuan panas,
seperti pengerasan dan tempering. Proses ini menciptakan kondisi ideal
untuk perubahan struktural yang diinginkan selama perlakuan panas
berikutnya.
e. Suhu austenisasi dapat berdampak besar pada sifat mekanis material.
Setelah perlakuan panas, suhu ini dapat memengaruhi kekerasan, kekuatan,
dan keuletan material. Austenitasi dapat membantu mengurangi tegangan
internal material yang timbul saat material berubah bentuk atau deformasi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Heat Treatment adalah:
a. Setiap metode perlakuan panas memiliki aplikasi dan efek yang berbeda
tergantung pada jenis material, tujuan perlakuan panas, dan kondisi aplikasi
akhir dari material tersebut. Kombinasi berbagai metode perlakuan panas
dapat digunakan untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan dalam material
logam seperti: Annealing bertujuan mengurangi kekerasan material,
meningkatkan keuletan, dan meratakan struktur mikro. Normalizing
bertujuan meratakan struktur mikro dan meningkatkan kekuatan serta
keuletan material. Quenching bertujuan Meningkatkan kekerasan dan
kekuatan material dengan membentuk struktur mikro martensit.
b. Pengujian kekerasan di perlukan untuk mengetahui sejauh mana sifat
mekanis material berubah setelah melalui proses perlakuan panas. Hasil
pengujian kekerasan akan menunjukkan tingkat kekerasan yang dicapai oleh
baja karbon setelah setiap metode perlakuan panas. Ini memungkinkan
untuk menilai keefektifan dan kesesuaian masing-masing proses perlakuan
panas terhadap kebutuhan aplikasi yang diinginkan.
c. Menganalisis hasil perlakuan panas dengan melakukannya dan
memperhatikan setiap perlakuan panas, kemudian dapat dibandingkan
hasilnya untuk mengetahui bagaimana perlakuan panas mempengaruhi baja
atau logam.

6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini diantaranya adalah sebagai beriku:
a. Diharapkan memberikan video prosedur dari alat praktikum yang sudah di
perkenalkan kepada praktikan supaya praktikan dapat mengerti lebih lanjut
selain di jelaskan oleh kaka aspraknya.
b. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan mempelajari terlebih
dahulu materi yang ingin di lakukan.
c. Diharapkan kepada praktikan memperhatikan setiap apa yang di beritahu
asprak tentang praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

maulani, r. (2021). analisis pengaruh variasi media pendinginan terhadap sifat


mekanik material baja st-41 pada proses heat treatment.
rajan, t. v. (1997). heat treatmen priciples and techniques prentice hall of india new
delhi.
rasyad, a. a. (2018). analisis pengaruh temperatur, waktu dan kuat arus proses
elektroplanting terhadap kekuatan tarik, kekuatan tekuk dan kekerasan
pada baja karbon rendah. jurnal rekayasa mesin: 173-182.
syawaidin. (2006). analisis pengaruh media pendinginan terhadap kekerasan
berasan baja 545 C pada proses hearding tempering sp rocket. jurnal of
mecherical engineering: 31-38.
widodo, e. a. (2016). optimal holding time untuk mendapatkan kekerasan baja s45
c. rekayasa energi manafaktur: 1-6.
yulianto, m. (2022). pengaruh media quenching terhadap laju korosi terhadap baja
aisi 1045. skripsi pendidikan teknik mesin.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai