HEAT TREATMENT
Oleh
PUAN MAHARANI
121460026
2.1.1 Hardening
Perlakuan panas hardening adalah salah satu proses untuk mengubah
struktur logam dengan jalan memanaskan benda kerja dalam furnace
(tungku) pada temperatur yang ditentukan selama periode waktu tertentu
kemudian didinginkan secara cepat dengan media pendingin seperti air, air
garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan
yang berbeda-beda (Trihutomo, 2015). Hardening merupakan perlakuan
panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan kekerasan alami logam.
Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan,
jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan
pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan
pendinginan kritis.
2.1.2 Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat
rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan
dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan.
Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan
ketangguhan baja akan meningkat.
Proses Tempering dibedakan menjadi 3 berdasarkan tujuannya:
1. Suhu rendah ( 150º - 300° C ), Tempering pada suhu rendah
dilakukan agar mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja, biasanya digunakan untuk alat-alat potong,
mata bor dan lainnya.
2. Suhu menengah ( 300º - 500° C ), Tempering pada suhu
menengah dilakukan agar menambah keuletan dan kekerasan
pada sampel sedikit berkurang.
3. Suhu tinggi ( 550º - 650° C ), Tempering pada tinggi dilakukan
agar memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasannya menjadi agak rendah, biasanya digunakan untuk
roda gigi, poros batang penggerak, dan lainnya.
2.1.3 Annealing
Annealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang
lambat berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk
mengurangi dan menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan diatas
temperatur kritis bagian atas). Pada proses pelunakkan atau annealing
merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlit yang kasar
(coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenisasi dan
didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas (furnace), yang
bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga
memperbaiki machinability.
2.1.4 Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40ºC di atas batas
kritis logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu
yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginan pada udara terbuka.
Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan
grain size karena efek dari pemanasan dan pendinginan akibat dari proses
pengelasan. Struktur yang tidak homogen ini menyimpan banyak tegangan
sisa yang membuat material tersebut memiliki sifat yang lebih keras namun
ketangguhannya lebih rendah. Untuk mengembalikan kepada sifat yang
diinginkan terutama dalam ketangguhannya maka struktur yang berubah
tadi dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui pemanasan pada
waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung dari jenis
materialnya (Nugroho, Haryadi, & Hardjuno, 2014).
2.1.5 Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan.
Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan,
yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenability dari logam tersebut.
Hardenability merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir
pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh
terhadap hasil proses quenching. Pada proses quenching media pendinginan
sangat berpengaruh pada struktur logam serta kemampuan mekanik yang
dapat dicapai oleh logam tersebut, berikut adalah beberapa media pendingin
yang sering digunakan :
1) Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya
lebih lambat dari air garam. Air menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati tingkat maksimum.
Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektik ini karena rata-
rata mengandung 2.5 % – 4 %. Pada bagian diagram antara 700°C-900°C dan
daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan dan
disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang ada pada diagram fasa Fe-
Fe3C :
5. Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementit (α+Fe3C), terjadi
pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon. Pearlite memiliki
struktur yang lebih keras daripada ferrit, yang terutama disebabkan oleh
adanya fase cementit atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
Diagram
5.1 Analisa
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah
sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
sifat-sifat logam yang diinginkan. Ada beberapa proses dalam Heat Treatment
yang biasanya dilakukan :
1. Hardening
2. Tempering
3. Annealing
4. Normalizing
5. Quenching
6. Holding Time
7. Diagram Fe-Fe3C
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk membuat suatu logam memiliki sifat-sifat tertentu kita bisa
melakukan proses Heat Treatment. Heat Treatment adalah suatu proses
pemanasan dan pendinginan dengan cara merubah struktur dan mikro
dari suatu bahan material.
2. Temperatur pemanasan, laju pendinginan, komposisi kimia, kondisi
permukaan ukuran dan berat suatu bahan material akan berpengaruh pada
proses Heat Treatment.
3. Semakin suatu bahan material diberi perlakuan Heat Treatment maka
nilai kekerasan material akan semakin tinggi.
4. Kecepatan dalam proses pendinginan setelah dilakukan perlakuan panas
sangat berpengaruh terhadap sifat material yang akan diperoleh.
6.1 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut penulis memberikan saran dan
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut untuk pelaksanaan
praktikum yang akan datang, yaitu:
1. Dalam proses pendinginan harus dilakukan dengan cepat agar diperoleh
sifat logam yang diinginkan.
2. Perhatikan peletakan dan kondisi spesimen saat akan dimasukan kedalam
wadah keramik.
3. Gunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible.
4. Teliti dalam menggunakan mesin laboratory furnace agar dapat terhindar
dari kecelakaan
Daftar Pustaka
Barusman, Y. (2018). Jurnal Teknik Mesin. Analisa Kekerasan Baja Karbon
AISI 1045 Setelah Mengalami Perlakuan Quenching , 11.
Nugroho, A. S., Haryadi, G. D., & Hardjuno, A. T. (2014). Pengaruh Proses
Normalizing Terhadap Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Sambungan
Las Thermite Baja NP-42. Jurnal Teknik Mesin S-1 , 252.
Nugroho, E., Handono, S. D., Asroni, & Wahidin. (2019). Jurnal Program Studi
Teknik Mesin UM Metro. Pengaruh Temperatur dan Media Pendingin pada
Proses Heat , 103.
Nurdin, H. (2019). Metalurgi Logam. Padang: UNP Press.
Suprastiyo, H., & Tjahjanti, P. H. (2017). Pembuatan Electric Furnace Berbasis
Mikrokontroler , 1.
Trihutomo, P. (2015). Analisa Kekerasan Pada Pisau Berbahan Baja Karbon
Menengah Hasil Proses Hardening Dengan Media Pendinginan Berbeda.
Jurnal Teknik Mesin , 29.
LAMPIRAN