Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

HEAT TREATMENT

Oleh
PUAN MAHARANI
121460026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKERETAAPIAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam merupakan material yang memiliki beberapa sifat fisis. Salah


satu contoh dari material logam adalah baja karbon yang terbentuk dari unsur
utama Fe dan unsur kedua yang berpengaruh pada sifat-sifatnya adalah karbon.
Dari beberapa jenis sifat fisis, sifat mekanik dan sifat kimia suatu bahan akan
memiliki karakteristik yang membedakannya dari bahan yang lainnya. Sifat
mekanik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: komposisi kimia,
perlakuan panas, dan struktur mikro. Untuk mendapatkan struktur mikro yang
diinginkan dari sebuah bahan material dapat dilakukan proses perlakuan panas.

Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam


dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat
dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat
digunakan untuk memudahkan proses pemesinan lanjut. Melalui perlakuan
panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat
diperbesar atau diperkecil. Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet. Untuk
memungkinkan perlakuan panas tepat, komposisi kimia baja harus diketahui
karena perubahan komposisi kimia. Pembentukan sifat-sifat dalam baja sangat
bergantung pada beberapa hal seperti karbon, temperatur pemanasan, proses
pendinginan, bentuk dan ketebalan bahan.

Pesatnya laju teknologi yang semakin modern mengakibatkan naiknya


tingkat kebutuhan akan logam dengan berbagai karakteristik suatu material yang
harus sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal ini yang menjadi latar belakang
berkembangnya banyak metode dalam proses Heat Treatment. Ada beberapa
proses dalam perlakuan panas (Heat Treatment), yaitu : Hardening, Tempering,
Annealing, Normalizing, Quenching, Holding Time, Diagram Fe-Fe3c.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Melakukan proses pengerasan metode quenching pada baja karbon.
2. Menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan menganalisa hasil
perlakuan panas.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Heat Treatment

Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah


sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam.

Adanya sifat alotropi dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur


mikro dari berbagai jenis logam. Alotropi itu sendiri adalah merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom
yang lain. Pada temperatur dibawah 910ºC sel satuannya Body Center Cubic
(BCC), temperatur antara 910º C dan 1392º C sel satuannya Face Center Cubic
(FCC) sedangkan temperatur diatas 1392º C sel satuannya kembali menjadi
BCC.

2.1.1 Hardening
Perlakuan panas hardening adalah salah satu proses untuk mengubah
struktur logam dengan jalan memanaskan benda kerja dalam furnace
(tungku) pada temperatur yang ditentukan selama periode waktu tertentu
kemudian didinginkan secara cepat dengan media pendingin seperti air, air
garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan
yang berbeda-beda (Trihutomo, 2015). Hardening merupakan perlakuan
panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan kekerasan alami logam.
Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan,
jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan
pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan
pendinginan kritis.

2.1.2 Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat
rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan
dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan.
Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan
ketangguhan baja akan meningkat.
Proses Tempering dibedakan menjadi 3 berdasarkan tujuannya:
1. Suhu rendah ( 150º - 300° C ), Tempering pada suhu rendah
dilakukan agar mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja, biasanya digunakan untuk alat-alat potong,
mata bor dan lainnya.
2. Suhu menengah ( 300º - 500° C ), Tempering pada suhu
menengah dilakukan agar menambah keuletan dan kekerasan
pada sampel sedikit berkurang.
3. Suhu tinggi ( 550º - 650° C ), Tempering pada tinggi dilakukan
agar memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasannya menjadi agak rendah, biasanya digunakan untuk
roda gigi, poros batang penggerak, dan lainnya.

2.1.3 Annealing
Annealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang
lambat berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk
mengurangi dan menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan diatas
temperatur kritis bagian atas). Pada proses pelunakkan atau annealing
merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlit yang kasar
(coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenisasi dan
didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas (furnace), yang
bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga
memperbaiki machinability.

2.1.4 Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40ºC di atas batas
kritis logam, kemudian di tahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu
yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginan pada udara terbuka.
Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan
grain size karena efek dari pemanasan dan pendinginan akibat dari proses
pengelasan. Struktur yang tidak homogen ini menyimpan banyak tegangan
sisa yang membuat material tersebut memiliki sifat yang lebih keras namun
ketangguhannya lebih rendah. Untuk mengembalikan kepada sifat yang
diinginkan terutama dalam ketangguhannya maka struktur yang berubah
tadi dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui pemanasan pada
waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung dari jenis
materialnya (Nugroho, Haryadi, & Hardjuno, 2014).

2.1.5 Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan.
Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan,
yang kedua adalah komposisi kimia dan hardenability dari logam tersebut.
Hardenability merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir
pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh
terhadap hasil proses quenching. Pada proses quenching media pendinginan
sangat berpengaruh pada struktur logam serta kemampuan mekanik yang
dapat dicapai oleh logam tersebut, berikut adalah beberapa media pendingin
yang sering digunakan :

1) Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya
lebih lambat dari air garam. Air menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati tingkat maksimum.

2) Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi


dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang
rendah sehingga laju pendinginannya lambat.

3) Udara mendinginkan suatu material panas lebih lambat daripada


media air dan oli. Proses pendinginan yang lambat akan menimbulkan
tegangan dalam dan distorsi. Media pendinginan udara umumnya
dilakukan pada baja yang mempunyai kandungan paduan yang tinggi.

4) Air garam merupakan media yang biasa digunakan pada pendinginan


yang biasa digunakan untuk alat-alat yang terbuat dari baja. Media
pendinginan air garam memiliki keunggulan suhu yang merata, proses
pendinginan yang merata, dan tidak adanya bahaya oksidasi serta
karburisasi.

2.1.6 Holding Time


Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari
suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur
austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenite,
difusi karbon dan unsur paduannya.

2.1.7 Diagram Fe-Fe3C


Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (%C). Diagram fasa besi
dan karbida besi Fe3C ini menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan
jenis baja yang kita kenal.
Gambar 1. Diagram Fe-Fe3C

Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektik ini karena rata-
rata mengandung 2.5 % – 4 %. Pada bagian diagram antara 700°C-900°C dan
daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan dan
disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang ada pada diagram fasa Fe-
Fe3C :

1. Ferrit (Besi α) adalah suatu komposisi logam yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 0,025 % C pada temperatur 723°C, struktur
kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperatur kamar
mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008 % C. Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan rendah, keuletan tinggi, kekerasan < 90 HRB, struktur paling
lunak pada diagram Fe-Fe3C dan ketahanan korosi medium.

2. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperatur 1148°C, struktur
kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah ketangguhan baik
sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang lain, non hardened
heat treatment, mudah dibentuk dan paling banyak dipakai dalam industri.
3. Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe
dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
struktur kristalnya Orthorhombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras dan
bersifat getas.

4. Ledeburite adalah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementit


yang dibentuk pada temperatur 1130°C dengan kandungan Carbon 4,3%C.

5. Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementit (α+Fe3C), terjadi
pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon. Pearlite memiliki
struktur yang lebih keras daripada ferrit, yang terutama disebabkan oleh
adanya fase cementit atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.

2.2 Sifat Mekanik Material


Sifat mekanik merupakan perilaku suatu bahan material terhadap
pembebanan yang diberikan dapat berupa gaya, torsi atau gabungan. Sifat-sifat
khusus dari suatu bahan logam perlu dikenal secara mendalam karena bahan
tersebut digunakan untuk berbagai keperluan yang bergantung kepada keadaan
bahan itu digunakan (Nurdin, 2019).
Sifat-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
1) Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi
persatuan luas.
2) Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
3) Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
4) Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material
atau kemampuan material untuk menahan deformasi.
5) Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
6) Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada
ukuran semula.
7) Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
8) Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
9) Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis
lokal akibat penetrasi pada permukaan

2.3 Baja Karbon AISI 1045


Baja AISI 1045 merupakan baja karbon kelas menengah. AISI sendiri
merupakan standarisasi baja American Iron and Steel Institute dengan kode
1045, dimana dari angka 1045 menunjukkan bahwa 45 adalah kandungan atau
kadar karbon pada baja tersebut yaitu 0,45% sedangkan angka 10 menunjukkan
plain carbon. Sifat mekanik dari baja AISI 1045 sangat baik dimana baja jenis
ini memiliki karakter sifat mekanik yang mampu las, mesin, serta tingkat
kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Pengaplikasian baja AISI 1045 biasanya
digunakan untuk pembuatan komponen pada mesin (Barusman, 2018). Ada
beberapa jenis baja karbon, diantaranya:
1) Baja Karbon Rendah ( Low Carbon Steel )
Persentase unsur yang terkandung dalam struktur baja karbon rendah
ini sebanyak kurang dari 0.3% C. Umumnya material baja karbon
rendah ini biasa digunakan sebagai bahan baku bodi mobil, pipa
gedung, jembatan, dan lain-lainnya.

2) Baja Karbon Sedang ( Medium Carbon Steel )


Persentase unsur yang terkandung dalam struktur baja karbon sedang
ini sebesar 0.3% C – 0.59% C. Umumnya Material baja karbon
sedang ini biasa digunakan untuk rel kereta api, roda gigi, baut, dan
lain-lainnya.

3) Baja Karbon Tinggi ( High Carbon Steel )


Persentase unsur yang terkandung dalam struktur baja karbon tinggi
sebesar 0.6% C – 1.4% C. Umumnya material baja karbon tinggi ini
biasa digunakan dalam pembuatan alat perkakas seperti palu, gergaji,
pisau cukur, dan lain-lainnya.
Gambar 2. Diagram CCT

Pada contoh gambar diagram CCT menjelaskan bahwa bila kecepatan


pendinginan naik berarti bahwa waktu pendinginan dari temperatur austenit
turun, struktur akhir yang terjadi berubah dari campuran ferit–perlit ke campuran
ferit–perlit–bainit–martensit, ferit–bainit–martensit, kemudian bainit– martensit
dan akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur yang terjadi adalah
martensit (Nugroho, Handono, Asroni, & Wahidin, 2019).

2.4 Laboratory Chamber Furnace


Electric Furnace atau tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan
untuk melelehkan logam untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk
memanaskan bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan,
penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (Suprastiyo & Tjahjanti, 2017).

Gambar 3. Laboratory Chamber Furnace Carbolite CWF 1300


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu :
1. Laboratory Chamber Furnace Carbolite CWF 1300
2. Media pendingin ( tanpa perlakuan, oli dan air )
3. Finger Gloves
4. Tang Crusible

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu:


1. Baja karbon AISI 1045

Gambar 4. Laboratory Carbolite Gambar 5. Tang Crusible Besar

Gambar 6. Finger Gloves Gambar 7. Tang Crusible Kecil


3.2 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja praktikum ini adalah :
a. Siapkan material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Pastikan Baca Prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum cara
menghidupkan, cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Potong material baja menggunakan Precision Low Speed Saw IsoMet
1000.
e. Hidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
f. Atur SPºC pada suhu 700ºC, SPrr OFF, Holding time t1 15-20 menit
g. Gunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible
pada saat memasukkan dan mengeluarkan material dari Chamber
Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
h. Masukkan material yang telah dipanaskan ke media air, air garam dan
oli.
i. Setelah dingin, bersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum, rapikan, bersihkan dan kembalikan alat-alat
yang digunakan.
k. Pastikan daya listrik telah tercabut (Baca Prosedur Penggunaan Alat) dan
Isi log book penggunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


1. Lembar Kerja
Spesimen : Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merk : Carbolite Gero CWF 1300

NO Preheat Holding Temp. Holding He Cooling


(N/Y) Pre-Heat Austenisa Temp. at Method
(Menit) si (*C) Austenite Rat
(Menit) e
(*
C)
1 300° 35 Menit 900° 70 Menit Air
2 300° 35 Menit 900° 70 Menit Dalam
Tungku
3 300° 35 Menit 900° 70 Menit Udara
2. Data Praktikum (Foto dan Data Spesimen)

Gambar 8. Pengambilan spesimen Gambar 9. Spesimen dikeluarkan

Gambar 10. Membuka Spesimen Gambar 11. Pendinginan Spesimen

Gambar 12. Annealing Gambar 13. Quenching


Gambar 14. Normalizing

4.2 Pengolahan Data

Diagram

Gambar 15. Diagram fasa Fe-Fe3c Gambar 16. Diagram CCT


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah
sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
sifat-sifat logam yang diinginkan. Ada beberapa proses dalam Heat Treatment
yang biasanya dilakukan :
1. Hardening
2. Tempering
3. Annealing
4. Normalizing
5. Quenching
6. Holding Time
7. Diagram Fe-Fe3C

Proses quenching dilakukan dengan cara memanaskan baja yang telah


dimasukkan kedalam wadah berbahan keramik, lalu wadah keramik ini
dipanaskan dengan dimasukan kedalam mesin laboratory furnace hingga
mencapai batas austenit dan diikuti dengan proses pendinginan secara cepat
melalui media pendingin air dan udara sehingga fasa austenit bertransformasi
secara parsial membentuk struktur martensit. Laju pendinginan yang tinggi dapat
menghasilkan nilai kekerasan yang cukup tinggi pada bahan material.
Sifat material yang diperoleh dalam metode quenching adalah untuk
menghasilkan sifat material yang memiliki kekerasan tinggi. Sifat material ini
juga dipengaruhi oleh cepatnya media pendinginan, semakin cepat logam
didinginkan maka semakin cepat dan keras bahan material logam yang diperoleh.
Perubahan sifat yang dihasilkan merupakan akibat perubahan dari struktur mikro
yang terjadi sesuai dengan kecepatan laju pendinginan. Pada pendinginan dengan
media air dan oli diperoleh stuktur martensit dengan bentuk kristal BCT.
Sedangkan pada pendinginan udara terbuka terbentuk struktur ferrit dan perlit
dengan bentuk kristal BCC.
Selama pemanasan austenisasi, struktur mikro akan berubah baik fasa
maupun bentuk atau ukuran butiran. Pada temperatur austenit yang tinggi
menyebabkan butir austenit menjadi besar. Pada saat perlakuan panas dengan
menaikkan temperatur austenit akan memicu kemampuan transformasi austenit
menjadi martensit akan menjadi lebih baik.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk membuat suatu logam memiliki sifat-sifat tertentu kita bisa
melakukan proses Heat Treatment. Heat Treatment adalah suatu proses
pemanasan dan pendinginan dengan cara merubah struktur dan mikro
dari suatu bahan material.
2. Temperatur pemanasan, laju pendinginan, komposisi kimia, kondisi
permukaan ukuran dan berat suatu bahan material akan berpengaruh pada
proses Heat Treatment.
3. Semakin suatu bahan material diberi perlakuan Heat Treatment maka
nilai kekerasan material akan semakin tinggi.
4. Kecepatan dalam proses pendinginan setelah dilakukan perlakuan panas
sangat berpengaruh terhadap sifat material yang akan diperoleh.

6.1 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut penulis memberikan saran dan
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut untuk pelaksanaan
praktikum yang akan datang, yaitu:
1. Dalam proses pendinginan harus dilakukan dengan cepat agar diperoleh
sifat logam yang diinginkan.
2. Perhatikan peletakan dan kondisi spesimen saat akan dimasukan kedalam
wadah keramik.
3. Gunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible.
4. Teliti dalam menggunakan mesin laboratory furnace agar dapat terhindar
dari kecelakaan
Daftar Pustaka
Barusman, Y. (2018). Jurnal Teknik Mesin. Analisa Kekerasan Baja Karbon
AISI 1045 Setelah Mengalami Perlakuan Quenching , 11.
Nugroho, A. S., Haryadi, G. D., & Hardjuno, A. T. (2014). Pengaruh Proses
Normalizing Terhadap Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Sambungan
Las Thermite Baja NP-42. Jurnal Teknik Mesin S-1 , 252.
Nugroho, E., Handono, S. D., Asroni, & Wahidin. (2019). Jurnal Program Studi
Teknik Mesin UM Metro. Pengaruh Temperatur dan Media Pendingin pada
Proses Heat , 103.
Nurdin, H. (2019). Metalurgi Logam. Padang: UNP Press.
Suprastiyo, H., & Tjahjanti, P. H. (2017). Pembuatan Electric Furnace Berbasis
Mikrokontroler , 1.
Trihutomo, P. (2015). Analisa Kekerasan Pada Pisau Berbahan Baja Karbon
Menengah Hasil Proses Hardening Dengan Media Pendinginan Berbeda.
Jurnal Teknik Mesin , 29.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai