DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
JURUSAN FISIKA
2023-2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Perlakuan Panas pada Logam” pada
pembelajaran mata kuliah Fisika Keramik.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan mini research ini. Penulis berharap,
semoga makalah ini dapat berguna bagi banyak pihak.
Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses mengubah sifat logam dengan
mengubah struktur mikronya melalui pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan
atau tanpa merubah komposisi kimia logam penyusunnya. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan maupun sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik dari
besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik
merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada
temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pendinginan. Logam yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan, melalui perlakuan ini kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai
memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula
sedangkan keuletan dan ketangguhan logam akan meningkat .
a. Normalizing
Normalizing adalah jenis perlakuan panas yang umum diterapkan pada hampir
semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa yang besar.
Proses perlakuan panas pada logam ini terjadi di sekitar 40°C diatas batas kritis
logam, kemudian ditahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang cukup
dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka, yang ditujukan untuk
memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa
dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan baja paduan
rendah. Untuk lebih jelas membahas proses normalizing, berikut ini merupakan
diagram temperatur yang diperuntukan pada proses normalizing tersebut.
3
b. Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan. Pertama
yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang kedua
adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut. Hardenbility
merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur
tertentu.
Gambar 2.3 : Hubungan antara lamanya waktu (aging) dengan kekuatan atau
kekerasan paduan aluminium
Seiring dengan penambahan waktu penuaan atau ketika penuaan sampai di
daerah under aged, maka mulai terbentuk zona presipitat zona [GP 1] dan paduan
aluminium menjadi agak kuat dan keras. Ketika waktu aging ditambah lagi maka
akan masuk dalam daerah peak aged. Pada daerah peak aged presipitat
5
mengumpul atau mulai terbentuk zona [GP 2] dan fasa antara yang halus (fasa
θ’).
Jika fasa-fasa tersebut mulai terbentuk maka akan didapatkan tingkat kekerasan
dan kekuatan logam paduan alumunium yang optimal. Apabila setelah mencapai
peak aged (puncak penuaan) waktu artificial aging masih ditambah lagi maka
akan masuk dalam daerah over aged. Pada daerah over aged ini akan didapatkan
fasa θ, jika fasa θ ini terbentuk maka akan menyebabkan paduan alumunium
menjadi lunak kembali dan berkurang kekerasannya. Penggunaan proses artificial
aging dilakukan karena waktu penahanan yang singkat dan dapat menyesuaikan
suhu yang digunakan dengan fasa yang diinginkan, serta proses ini lebih efektif
daripada proses natural aging yang hanya menggunakan suhu ruangan dengan
waktu penahanan yang lebih lama.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses mengubah sifat logam dengan
mengubah struktur mikronya melalui pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan
atau tanpa merubah komposisi kimia logam penyusunnya. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan maupun sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik dari
besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik
merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sidney. 1992. “Introduction for physics Metallurgy”. Prentice-Hall inc. USA.
Soejdono. 1978. “Pengetahuan Logam I”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Surdia, T., dan Shinroku, S., 1999. “Pengetahuan Logam”. Cetakan ke-6, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Syaefudin. 2001. “Pengerasan Baja Karbon Rendah dengan Metode Nitridasi dan Quenching”.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Van Vlack, Djaprie, S., 1992. “Ilmu dan Teknologi Bahan”. Erlangga. Jakarta. Hal 101-104.
Wardoyo, J.T. 2005. “Metode Peningkatan Tegangan Tarik dan Kekerasan Pada Baja Karbon
Rendah Melalui Baja Fasa Ganda”. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 10. No. 3. Hal 237-248.
Zaenal, H., George, B. E., 1997. “Aplikasi Metalurgical Spectrometer”. Balai Besar Industri
Logam dan Mesin. Bandung.
Zulfikar Andhika S. dkk. 2017. “Pengaruh Variasi Media Quenching Terhadap Sifat Mekanis
Rantai Elevator Fruit Kelapa Sawit”. Tugas Akhir S-1. Tegal: Universitas Pancasakti
Tegal.