Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FISIKA KERAMIK

Proses Perlakuan Panas pada Logam

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Karya Sinulingga, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Kelas : PSF 21B

1. SASKIA PUTRI (4213240007)


2. NURUL AZZAHRA HARAHAP (4213540008)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023-2024
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Perlakuan Panas pada Logam” pada
pembelajaran mata kuliah Fisika Keramik.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan mini research ini. Penulis berharap,
semoga makalah ini dapat berguna bagi banyak pihak.

Penyusun

Kelompok 2
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I ..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................2
2.1 Heat Treatment .................................................................................................................2
2.2 Precipitation Hardening (Pengerasan Presipitasi) ............................................................3
BAB III ...........................................................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................6
3.2 Saran .................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................7
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses mengubah sifat logam dengan
mengubah struktur mikronya melalui pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan
atau tanpa merubah komposisi kimia logam penyusunnya. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan maupun sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik dari
besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik
merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.

Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada


temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pendinginan. Logam yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan,
melalui perlakuan ini kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan
penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedangkan keuletan dan
ketangguhan logam akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :

1. Apa itu pengertian Heat Treatment?


2. Bagaimana proses heat treatment terjadi?
3. Apa itu pengerasan presipitasi?
4. Bagaimana proses dari presipitasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang dibahas pada makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian Heat Treatment


2. Untuk mengetahui bagaimana proses heat treatment terjadi
3. Untuk mengetahui pengerasan presipitasi
4. Untuk mengetahui bagaimana proses dari presipitasi
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Heat Treatment


Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses mengubah sifat logam dengan
mengubah struktur mikronya melalui pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan
atau tanpa merubah komposisi kimia logam penyusunnya. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan maupun sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik dari
besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik
merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.

Berikut merupakan proses heat treatment yang biasa dilakukan :

1. Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada
temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pendinginan. Logam yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan, melalui perlakuan ini kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai
memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula
sedangkan keuletan dan ketangguhan logam akan meningkat .
a. Normalizing
Normalizing adalah jenis perlakuan panas yang umum diterapkan pada hampir
semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa yang besar.
Proses perlakuan panas pada logam ini terjadi di sekitar 40°C diatas batas kritis
logam, kemudian ditahan pada temperatur tersebut untuk masa waktu yang cukup
dan dilanjutkan dengan pendinginnan pada udara terbuka, yang ditujukan untuk
memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa
dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan baja paduan
rendah. Untuk lebih jelas membahas proses normalizing, berikut ini merupakan
diagram temperatur yang diperuntukan pada proses normalizing tersebut.
3

Gambar 2.1 : Diagram untuk Temperatur Normalizing

b. Quenching
Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan. Pertama
yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang kedua
adalah komposisi kimia dan hardenbility dari logam tersebut. Hardenbility
merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur
tertentu.

2.2 Precipitation Hardening (Pengerasan Presipitasi)


Penguatan dan pengerasan logam paduan bisa ditingkatkan dengan pembentukan penyebaran
partikel-partikel dari fasa kedua kedalam matrik fasa yang asli atau pertama. Prosesnya disebut
precipitation hardening karena partikel-partikel kecil dari fasa yang baru membentuk precipitasi
atau endapan. Terkadang disebut pula dengan sebutan pengerasan penuaan, karena proses
penguatan terjadi karena proses waktu (Daryus, 2009).

Proses precipitation hardening terjadi atas dua tahap yaitu :

1. Solution Heat Treating


Solution heat treatment yaitu penasan logam aluminium dalam dapur pemanas dengan
temperatur 550°𝐶 − 560°𝐶 dan dilakukan penahanan atau holding sesuai dengan jenis
dan ukuran benda kerja (Schonmetz, 1990). Pada tahap solution heat treatment terjadi
pelarutan fasa-fasa yang ada, menjadi larutan padat. Tujuan dari solution heat treatment
itu sendiri yaitu untuk mendapatkan larutan padat yang mendekati homogenya. Pada 𝑇0
struktur logam adalah 𝛼, dengan komposisi 𝐶0 . Kemudian dilakukan pendinginan cepat
hingga temperatur 𝑇1 yaitu temperature ruang sehingga phase 𝛽 tidak bisa terbentuk.
Karena itu kondisi logam adalah tidak setimbang atau non equilibrium dimana hanya ada
phase 𝛼 jenuh dengan atom 𝛽 didalamnya. Sifat bahan adalah lunak dan lemah. Proses
solution heat treatment dapat dijelaskan dalam gambar 2.2, pada temperatur 𝑇1 tersebut
pemanasan ditahan beberapa saat agar didapat larutan padat yang mendekati homogen.
4

Gambar 2.2 : Diagram Fase Pemanasan Logam Paduan

2. Precipitation Heat Treating


Setelah solution heat treatment dan quenching tahap selanjutnya dalam proses age
hardening adalah aging atau penuaan. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya waktu
pada umumnya dinamakan aging atau penuaan. Aging atau penuaan pada paduan
aluminium dibedakan menjadi dua, yaitu penuaan alami (natural aging) dan penuaan
buatan (artificial aging), adapun penjelasan dari keduanya adalah sebagai berikut ini.
a. Natural Aging
Penuaan alami (natural aging) adalah penuaan untuk paduan aluminium yang di
age hardening dalam keadaan dingin. Natural aging berlangsung pada temperatur
suhu kamar (25°C) dan dengan waktu penahanan 5 sampai 8 hari.
b. Artificial aging
Artificial aging merupakan penuaan buatan yang dapat dilakukan dengan
beberapa variasi perlakuan. Salah satu variasi tersebut adalah variasi temperature
artificial aging. Temperatur artificial aging dapat ditetapkan pada suhu 120°C -
180°C, di bawah temperatur pengkristalan atau di atas temperatur pengkristalan
logam paduan alumunium. Proses pengendapan ini dimulai dengan pengintian
dari klaster atom yang kecil dalam kisi yang nantinya akan menjadi inti prespitat.
Laju pertumbuhan inti dikendalikan oleh laju migrasi atom, sehingga prespitasi
meningkat dengan naiknya suhu aging. Dalam kurva penuaan dibawah ini, pada
awal-awal tahap artificial aging struktur atau fasanya masih berupa larutan padat
lewat jenuh (Super Saturated Solid Solution).

Gambar 2.3 : Hubungan antara lamanya waktu (aging) dengan kekuatan atau
kekerasan paduan aluminium
Seiring dengan penambahan waktu penuaan atau ketika penuaan sampai di
daerah under aged, maka mulai terbentuk zona presipitat zona [GP 1] dan paduan
aluminium menjadi agak kuat dan keras. Ketika waktu aging ditambah lagi maka
akan masuk dalam daerah peak aged. Pada daerah peak aged presipitat
5

mengumpul atau mulai terbentuk zona [GP 2] dan fasa antara yang halus (fasa
θ’).
Jika fasa-fasa tersebut mulai terbentuk maka akan didapatkan tingkat kekerasan
dan kekuatan logam paduan alumunium yang optimal. Apabila setelah mencapai
peak aged (puncak penuaan) waktu artificial aging masih ditambah lagi maka
akan masuk dalam daerah over aged. Pada daerah over aged ini akan didapatkan
fasa θ, jika fasa θ ini terbentuk maka akan menyebabkan paduan alumunium
menjadi lunak kembali dan berkurang kekerasannya. Penggunaan proses artificial
aging dilakukan karena waktu penahanan yang singkat dan dapat menyesuaikan
suhu yang digunakan dengan fasa yang diinginkan, serta proses ini lebih efektif
daripada proses natural aging yang hanya menggunakan suhu ruangan dengan
waktu penahanan yang lebih lama.
6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah proses mengubah sifat logam dengan
mengubah struktur mikronya melalui pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan
atau tanpa merubah komposisi kimia logam penyusunnya. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan maupun sebagian dari logam. Adanya sifat alotropik dari
besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik
merupakan transformasi dari satu bentuk susunan atom ke bentuk susunan atom yang lain.

3.2 Saran

Semoga penjelasan diatas dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari semaksimal


mungkin dan pembaca semakin memahami pentingnya pelajaran mengenai yaitu Proses
Perlakuan Panas pada Logam dalam Fisika Keramik. Dengan membaca makalah ini lah,
diharapkan mahasiswa semakin mengetahui lebih dalam terkait Proses Perlakuan Panas pada
Logam yang telah kami bahas.
7

DAFTAR PUSTAKA
Sidney. 1992. “Introduction for physics Metallurgy”. Prentice-Hall inc. USA.

Smallman. R. E. and Bishop. R. J. 1999. “Modern Physical Metallurgy and Materials


Engineering”. Oxford, Butterworth-Heinemann. Hal 298.

Soejdono. 1978. “Pengetahuan Logam I”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Surdia, T., dan Shinroku, S., 1999. “Pengetahuan Logam”. Cetakan ke-6, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.

Syaefudin. 2001. “Pengerasan Baja Karbon Rendah dengan Metode Nitridasi dan Quenching”.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Van Vlack, Djaprie, S., 1992. “Ilmu dan Teknologi Bahan”. Erlangga. Jakarta. Hal 101-104.

Wardoyo, J.T. 2005. “Metode Peningkatan Tegangan Tarik dan Kekerasan Pada Baja Karbon
Rendah Melalui Baja Fasa Ganda”. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 10. No. 3. Hal 237-248.

Zaenal, H., George, B. E., 1997. “Aplikasi Metalurgical Spectrometer”. Balai Besar Industri
Logam dan Mesin. Bandung.

Zulfikar Andhika S. dkk. 2017. “Pengaruh Variasi Media Quenching Terhadap Sifat Mekanis
Rantai Elevator Fruit Kelapa Sawit”. Tugas Akhir S-1. Tegal: Universitas Pancasakti
Tegal.

Anda mungkin juga menyukai