Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HEAT TREATMENT ( PERLAKUAN PANAS )

Disusun :
Nama: Oktofianus Selly
Nim : 222306567

JURUSAN TEKNIK MESIN


PRODI TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan hikmat dan rahmat-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah tentang “ Heat Treatment (Perlakuan Panas)

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa menyampaikan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Kupang, 26 Oktober
2023

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
Latar Belakang ........................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................. 6
Pengertian Heat Treatment ....................................................................................... 6
1. Normalizing .................................................................................................... 6
2. Annealing. ....................................................................................................... 6
3. Hardening. ...................................................................................................... 7
4. Tempering ...................................................................................................... 7
5. Surface hardening .......................................................................................... 9
BAB III .......................................................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Bidang industri yang memproduksi berbagai macam kebutuhan manusia sedang


berkembang sangat pesat. Permintaan pasar yang sangat tinggi mendorong bidang industri
pisau atau pandai besi besar maupun kecil untuk meningkatkan kebutuhan penggunaan
dari hasil pengerasan baja yang dibutuhkan konsumen. Untuk memenuhi tuntutan
konsumen, dalam teknik pengerasan logam ini peneliti mencoba mengangkat
permasalahan pengerasan logam pada pisau dengan bahan baja karbon sedang. Baja ini
sering digunakan oleh pandai besi untuk pembuatan pisau. Pada industri pembuatan pisau
atau pandai besi sendiri mengalami beberapa permasalahan,diantaranya banyak konsumen
yang mengeluhkan hasil kekerasan dan kekuatan dari pisau yang diproduksi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kekerasan dan kekuatan pisau, diantaranya adalah
media pendinginan pada saat proses perlakuan panas (Heat Treatment) maupun pada saat
proses penempaan itu sendiri, karena penempaan dilakukan dengan metode konvensional
atau masih dengan cara manual. Hal ini yang mendasari penelitian ini dilakukan adalah
untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis dari pisau perkakas.Salah satu cara yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan perlakuan
panas (Heat Treatment)dengan media pendingin yang berbeda. Media yang digunakan
oleh rata-rata industri pisau atau pandai besi adalah menggunakan air biasa atau tanpa
campuran apapun. Dengan mengubah media pendinginan (quenching) dengan
mengguanakan cairan karbon (cairan arang) diharapkan akan menambah kekerasan dan
kekuatan dari pisau yang diproduksi.
Perlakuan panas mempunyai tujuan meningkatkan keuletan,menghilangkan tegangan
internal, menghaluskan butir kristal,meningkatkan kekerasan, meningkatkan tegangan
tarik logam dan sebagainya. Tujuan ini akan tercapai seperti apa yang diinginkan jika
memperhatikan faktor yang mempengaruhinya, seperti suhu pemanasan media pendingin
yang digunakan.
Salah satu proses perlakuan panas pada baja adalah pengerasan(hardening), yaitu
proses pemanasan baja sampai suhu diatas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang
cepat dinamakan quenching(Amstead, 1979). Hasil dari proses hardening pada baja, akan
menimbulkan tegangan dalam (internal stress) dan rapuh (Britles),sehingga baja tersebut
belum cocok untuk segera digunakan. Oleh karena itu pada baja tersebut perlu dilakukan
proses lanjut yaitu proses temper. Proses tempering akan menurunkan kegetasan, kekuatan
tarik dan kekerasan sampai memenuhi syarat penggunaan, sedangkan keuletan dan
ketangguhan meningkat. Kekerasan merupakan sifat ketahanan dari bahan terhadap
penekanan.
B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan utama yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah perubahan sifat mekanis material duralumin setelah di
aging apakah akan lebih baik daripada sebelum di-aging, bagaimana waktu dan temperatur
pada saat aging akan mempengaruhi material itu sendiri. Dan sejauh mana pengaruh aging
pada paduan aluminium-tembaga. Untuk membuktikan hal ini tentu harus dilakukan
penelitian bahan dan kekuatan material tersebut. Dimana akhirnya dapat disarankan
temperatur dan waktu aging yang lebih efektif dan singkat untuk mencapai nilai kekerasan
yang diinginkan.
C Tujuan

Tujuan utama perlakuan panas adalah:


1. Mengurangi tegangan internal diinduksi selama kerja panas atau dingin.
2. Merubah atau memurnikan ukuran butir.
3. Meningkatkan ketahanan terhadap panas dan korosi.
4. Meningkatkan sifat mekanik seperti keuletan, kekuatan, kekerasan,
ketangguhan,dan lain-lain.
5. Membantu untuk meningkatkan sifat mampu mesin.
6. Meningkatkan ketahanan aus.
7. Menghilangkan gas.
8. Meningkatkan sifat listrik dan magnetik.
9. Merubah komposisi kimia.
10. Membantu untuk meningkatkan ketahanan kejut.
11. Meningkatkan mampu las.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Heat Treatment
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada
temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing mempunyai
kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.

Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur
mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan
mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya
pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan
paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.

Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan aatu pendinginan
dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat
tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature
sangat menetukan.

Berikut beberapa jenis proses perlakuan panas:

1. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase
austenit yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin
udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus
dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam.
Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum
tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung
dari kadar karbon.

2. Annealing.
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature
merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar
temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang
diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.

Tujuan proses anneling :


• Melunakkan material logam
• Menghilangkan tegangan dalam / sisa
• Memperbaiki butir-butir logam.
3. Hardening.
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas
daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat. Untuk proses ini dilakukan
dengan input panas dan transfer panas dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk
merubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang
keras. Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770-830º C
(tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut, beberapa saat
kemudian didinginkan secara mendadak dengan mencelupkan dalam air, oli atau
media pendingin yang lain. Dengan pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu
yang cukup bagi austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan
sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit.
Hasilnya keuletan tinggi.
Di dalam hardening baja hipoeutectoid dipanaskan 30-50 oC diatas upper
critical temperatur, sementara baja hypereutectoid dipanaskan 30-50 oC diatas lower
critical temperatur. Tergantung pada ketebalan dari komponen, baja ditahan pada
temperatur ini untuk waktu yang diperlukan dan kemudian didinginkan pada media
pendinginan yang sesuai seperti udara, brine, oil dan udara.
Baja hypoeutectoid terdiri dari ferrit dan peaalit sementara baja hypereutectoid
terdiri dari pearlit dan cementit. Saat memanaskan diatas temperatur kritis,
strukturnya terdiri dari unsur pokok tunggal dinamakan austenit. Saat pendinginan
cepat, austenit berubah menjadi unsur pokok mikro dinamakan maartensit. Martensit
mungkin disebut solusi titik jenuh dari karbon pada α-iron dimana sangat kuat dan
rapuh. Kekerasan pada baja akibat dari martensit.

4. Tempering
Tempering adalah pemanasan kembali antara 100-400 derajat Celcius, yang
bertujuan untuk menurunkan kekerasan, pendinginan dilakukan di udara. Dalam
proses tempering atom-atom akan berganti menjadi suatu campuran fasa-fasa ferrit
dan sementit yang stabil. Melalui tempering kekuatan tarik akan menurun sedang
keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Untuk proses quenching setelah
hardening dilakukan mendadak, sedangkan setelah tempering pendinginan dilakukan
dengan udara. Proses pendinginan ini jelas akan berakibat berubahnya struktur
logam yang diquench.

Tempering dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:


a. Tempering suhu rendah (150-300° C)
Tujuannya untuk mengurangi tegangan kerut dan kerapuhan baja. Digunakan
pada alat kerja yang tak mengalami beban berat seperti alat potong dan mata bor
kaca.
b. Tempering suhu menengah (300-500° C)
Tujuannya menambah keuletan dan sedikit mengurangi kekerasan. Digunakan
pada alat kerja yanga mengalami beban berat seperti palu, pahat dan pegas.
c. Tempering suhu tinggi (500-650° C)
Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang besar dan kekerasannya
menjadi lebih rendah. Digunakan pada roda gigi, poros, batang penggerak.

Tiga dasar pengerasan untuk perkembangan martensit, tempered martensite, dan


bainite adalah conventional hardening and tempering, martempering dan austempering.
1. Conventional Hardening dan Tempering
Conventional dan Tempering saling berhubungan, perbedaannya adalah bahwa
pada Tempering medium quenching lebih terkontrol. Jika sebuah logam dipanaskan
pada suhu austenit kemudian didinginkan pada air dingin, perbedaan suhu di pusat dan
permukaan akan menyebabkan retakan pada logam dan ada kemungkinan akan terjadi
distorsi.

2. Martempering
Martempering adalah salah satu solusi untuk untuk mencegah terjadinya distorsi
dan retakan. Martempering mirip dengan conventional hardening, kecuali bahwa
dalam quenching suhu logam dikurangi hingga 400oF, atau sedikit di atas garis
martensit, Ms. Pada saat suhu ini ditahan hingga suhu pada pusat/inti sama dengan
suhu pada permukaan, kemudian logam didinginkan pada suhu kamar. Logam
dibiarkan dalam medium quenching hingga suhu pad logam sama, kemudian
didinginkan pada suhu yang sedang, biasanya di udara. Pendinginan yang merata
dapat mencegah terjadinya tegangan sisa.

3. Austempering
Proses austempering mengubah austenit menjadi stuktur yang lebih keras yang
disebut dengan bainit. Pada austempering, logam didinginkan dalam media garam
pada suhu 450-800oF. Pada saat suhu ini dimaksudkan untuk memperoleh struktur
logam yang ulet dan keras. Ketika suhu yang konstan dipertahankan untuk beberapa
waktu tertentu selama transformasi austenit akan dihasilkan struktur bainit. Tetapi
proses ini hanya dapat dilakukan pada logam yang mempunyai kekerasan yang baik
seperti, mata pisau dan kawat. Baja yang mengandung karbon 0,6 % sangat mudah
untuk diaustemper.
5. Case hardening

• Carburizing
Karburasi adalah cara pengerasan agar baja yang memiliki kadar karbon
rendah menjadi keras pada lapisan luar atau memiliki kadar karbon tinggi pada
lapisan luarnya. Biasanya suhu pada proses karburasi adalah 1700o F. Setelah proses
pendinginan maka pada permukaan baja dapat dilihat dengan mikroskop bahwa
terdapat bagian-bagian hypereutektoid, zona yang terdiri dari perlit dengan jaringan
sementit yang putih, diikuti zona eutektoid, hanya terdiri dari perlit, dan terakhir
adalah zone hypoeutektoid, yang terdiri dari perlit dan ferrit, dimana jumlah ferrit
meningkat hingga pusat dicapai .
• Cyaniding
Cyaniding adalah proses dimana terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk
memperoleh permukaan yang keras pada karbon rendah yang sulit dikeraskan.
Benda yang dikeraskan dimasukkan ke dalam dapur yang mengandung garam
sianida natrium, suhunya sedikit di atas daerah Austenit, lama pemanasan tergantung
pada permukaan yang dikeraskan. Benda kemudian dicelupkan ke dalam air untuk
mendapatkan permukaan yang keras.

• Nitriding
Proses nitriding adalah proses pengerasan permukaan pada atmosphere yang
mengandung campuran gas ammonia dan dissociated ammonia. Efektivitas dari
proses ini tergantung pada formasi nitride dalam baja oleh reaksi nitrogen dengan
unsur material. Nitrogen harus diubah menjadi atom-atom karena molekul nitrogen
tidak akan bereaksi. Suhu dinaikkan antara 925F-1050F selama 10-72h. Nitrogen
yang diserap oleh logam membentuk nitride yang keras yang merata pada
permukaan logam.

6. Surface hardening
Surface hardening adalah proses pengerasan material pada permukaan bahan.
Secara garis besar surface hardening dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu surface
hardening dengan penambahan zat dan surface hardening tanpa penambahan zat.

• Induction hardening,
Induction hardening adalah metode yang mirip dengan flame hardening, dengan
pengecualian bahwa sumber panasnya adalah sentral listrik di dalam logam oleh
sebuah aliran induksi listrik. Yang dapat dikeraskan dengan metode ini adalah
konduktor atau semikonduktor.
• Flame hardening.
Flame hardening adalah proses pemanasan permukaan yang menggunakan nyala
api oxyacetylene untuk pemanasan permukaan logam. Proses ini hanya dapat dilakukan
untuk logam yang mengandung kadar karbon tinggi atau sedang. Dasar penyalaan nyala
api sama dengan pengerasan induksi yaitu pemanasan yang cepat disusul dengan
pencelupan permukaan tebal lapisan yang mengeras tergantung pada kemampu
pengerasan bahan, karena selam pemanasan tidak ada penambahan unsure-unsur lain.
Pada alat dipasangkan juga aliran pendingin sehingga setelah suhu yang diinginkan
tercapai permukaan langsung disemprot dengan air.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
• Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan logam atau paduan dalam
keadaan padat dengan tujuan mengubah sifat-sifatnya.
• jenis proses perlakuan panas: Normalizing, Annealing. Hardening, dan Tempering.

Anda mungkin juga menyukai