Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH MATERI PERTEMUAN KE 10

MATERIAL TEKNIK

DOSEN PENGAMPU:
Nuzul Hidayat,S.Pd. M.T.
OLEH:
SANDHY RHANA RHANDIKA
21073111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’alaa. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “perlakuan Panas Pada Logam”
dapat saya selesaikan dengan baik. Saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang perlakuan panas pada logam. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada saya
sehingga makalah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui internet.

Pada kesempatan ini, saya berharap informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna didunia, melaikan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, ataupun
adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat dalam makalaah ini, saya mohon maaf.
Saya sebagai penulis menerima kritik dan juga saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, 18 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Tujuan ............................................................................................................................ 1

BAB II ..................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2

BAB III .................................................................................................................................. 12

PENUTUP ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita lihat sekarang semakin meningkatkannya perkembangan
hidup manusia maka jaman pun ikut berkembang dengan pesat. Karena
perkembangan manusia bertambah maju maka bidang teknologipun ikut
berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan manusia dapat terpenuhi
dengan baik. Jika diperhaatikan, segala kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur
logam. Karena hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari logam.
Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam kehidupan manusia dan
menunjang teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul usaha-usaha
manusia untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam tersebut. Yaitu dengan merubah
sifat mekanis dan sifat fisiknya. Adapun sifat mekanis dari logam antara lain :
kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelehan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat dari
fisiknya antara lain : dimensi, konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas, dan
lain-lain. Karena banyaknya permintaan yang bermacamaa-macam maka diaadakan
pemilihan bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit sesuai dengan
kegunaanya. Seperti misalnya bahan baja karbon. Baja karbon mendapat prioritas
yang utama untuk dipertimbangkan. Karena baja karbon mudah diperoleh, mudah
dibentuk atau sifat permesinannya baik dan harganya relatif murah. Karena baja
karbon mendapat priorita sutama maka dituntut untuk memodifikasinya atau
memperbaiki sifatnya seperti kekerasan, kekerasan pada permukaaan, tahan aus
akibat gesekan. Karena hal tersebut maka perlu diadakan proses perlakuan panas
guna menambah kekerasan dari bahan tersebut.

B. Tujuan
- Agar mahasiswa mampu mengetahui teoritis pada perlakuan panas pada logam
- Agar menambah pengetahuan dan wasasan mahasiswa tentang teknik
BAB II
PEMBAHASAN

Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendingin logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisi logam tersebut. Baja dapat dikeraskan
sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat, atau baja dapat dilunakan untuk
memudahkan pemesinan lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam
dapat dihilangkan, besar butir diperbesaar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau
dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti ulet. Dengan cara
pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam
dalam keadaan fase padat sebagai upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu dari logam.
Salah satu cara adalah dengan mengunakan proses karburasi yaitu dengan mengeraskan
permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu proses perlakuan paanas untuk
mendapatkan kulit yang keras dari sebelumnya. Proses laku panas pada dasarnya terdiri
dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemasanan sampai ke temperatur tertentu, lalu
diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudia dilakukan pendingin dengan
kecepatan tertentu. Secara umum perlakuan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam
2 jenis :

1. Near equilibrium ( mendekati kesetimbangan)


Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah untuk :
- Melunakkan struktur kristal
- Menghaluskan butir
- Menghilangkan tegangan dalam
- Memperbaiki machineability

Jenis dari perlakuan panas Near Equibrium, misalnya :

- Full Annealing (annealing)


- Stress relief annealing
- Prosess annealing
- Spheroidizing - Normalizing
- Homogenizing

2. Non Equilirium (Tidak setimbang)


Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang
lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
- Hardening
- Martempering
- Austempering
- Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction
hardening)

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja
dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi. Pada saat proses pendingin dari suhu
lelehnya, baja mulai berubah manjadi fasa pada suhu 1350°, pada fasa inilah
berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan
dengan jalan heat treatment. Bila proses pendingin dilakukan secara perlahan, maka
akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi
kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon
dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan (Equibrium Phase Diagram).
\
Gambar diagram near equilibrium ferrite-cementid (Fe-Fe3C)
Keteranagn gambar :
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pemdingin perubahan-perubahan
pada struktur kristral dan struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia.
 Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan
sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
 Sifat-sifat cementitte : sangat keras dan sangat getas.
 Pada sisi kiri diagrama diaman pada kandungan karbon yang sangat rendah,
pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
 Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid,
struktur mikro yang berbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
 Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6,67%, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara pelit dan sementit.
 Pada saat pendingin dari suhu lelah baja dengan kadar karbon rendah, akan
terbentuk struktur mikro ferit delta lalu menjadi struktur mikro austenit.
Penekanan terletak pada struktur mikro, garis-garis dan kandungan carbon. a.
Kandungan carbon
0,008% C = batas kelarutan maksimum carbon pada ferrite pada temperature kamar
0,025% C = batas kelarutan mksimum carbon pada ferrite pada temperature 723 b.
Derajat celsius
0,83% C = Titik Eutectoid
2% C = Batas kelarutan carbon pada besi Gamma pada temperature 1130°
4,3 % C = Titik Eutelic
0,1% C = Batas kelarutan carbon pada besi gamma pada temperatu 1493°

c. Garis – garis
Garis liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses perdinginan
(pembekuan). Garis solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses
pembekuan (pendinginan). Garis solvus ialah garis yang menunjukan batas antara
fasa padat dengan fasa padat atau solid solution dengan solid solution.
Garis Acm = garis kelarutan carbon pada besi gamma (austenite)
Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan ferrit menjadi autenite
(gamma) pada pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Autenite (gamma) menjadi
ferrit pada pendinginan.
Garis A0 = garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada cementid
Garis A2 = garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada ferrite.

d. Struktur mikro
 Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum
kelarutan carbon 0,025%C pada temperature 723° C, struktur kristalnya BCC
(Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan
carbon 0,008%C.
 Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan
carbon 2%C pada temperature 1130°C, struktur kristalnya FCC (Face Center
Cubic).
 Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya
Orthohombic.
 Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi gamma dengan cementid yang
dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan Carbon 4,3%C.
 Pearlite ialah campuran Eutectoid anatra Ferrite dengan Cementid yang
dibentuk pada temperature 723°C dengan kandungan Carbon 0,83%C.

Beberapa macam proses Heat treatment dan kegunaanya :

1. Proses normalizing
Proses normalizing sendiri adalah proses perlakuan panas terhadap baja dengan
tujuan mendapatkan struktur, butiran yang halus dan seragam untuk menghilangkan
tegangan dalam akibat pengerjaan dengan mesin. Proses pernomalan umumnya
diterapkan paja baja karbon dan baja paduan rendah. Kekerasan yang akan diperoleh
dari [erlakuan ini tergantung pada ukuran, komposisi baja serta laju pendinginan.
Normalizing tidak dapat diterapkan pada jenis yang baja yang dapat dikeraskan di
udara. Tujuan dari proses normalizing adalah untuk menghaluskan butir, memperbaiki
mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa, dan memperbaiki sifat mekanik baja
karbon struktural dan baja-baja paduan rendah. Secara umum proses normalizing
dilakukan dengan cara memanaskan baja 850 derajat sampai 90 derajat, kemudian
setelah suhu merata didinginkan udara.
Manfaat dari proses normalizing antara lain :
a. Menghilangkan struktur yang berbutir kasar yang diperoleh dari proses pengerjaan
yang sebelumnya di alami oleh baja.
b. Mengeliminasi struktur yang kasar yang diperoleh dari akibat pendinginan yang
lambat pada proses anil.
c. Menghaluslkan ukuran ferit dan pearlite.
d. Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik
e. Pernomalan dapat mencegah distorsi dan memperbaiki mampu mesin-mesin baja
paduan yang dikarburasi karena temperatur pernomalan lebih tinggi dari temperatur
pengkarbonan
f. Pernomalan dapat memperbaiki sifat-sifat mekanik

2. Full anneling (annealing)


Proses perlakuan pnas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite)
tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dalam furnance.
Tujuan untuk memperbaiki ukuran butir dan machinibility. Proses full annealing ini
biasanya dilaakukan memanaskan logam sampai keatas temperature kritiss (pada baja
hypoutectoid (25C – 50C). Dilanjutakan proses pendinginan yang cukup lambat
(biasanya dalam furnace atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang
baik). Baja yang mengalami pemanasan sampai temperatur terlalu tinggi ataupun waktu
tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan kasar dan
bila didinginkan dengan laambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar
sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas).

3. Strees relief annealing


Yaitu proses menghilangkan tegangan sisa dari suatu bahan dengan memanasakan
kemudian ditahan beberapa waktu lalu dilakukan dengan pendinginan perlahan-lahan.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan tegangan sisa selama proses fabrikasi:
a. Perlu diingatkan bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah 0,3% C itu tidak
bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa martensite.
b. Agar kekerasanya meningkat tetapi skrutur mikronya tidak martensite, dapat
dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek
dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa.
c. Untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relatief
annealing.

4. Hardening
- Memanaskan suatu bahan hingga diatas suhu transformasi (723 C) kemudian
didinginkan secara cepat, melalui media pendingin seperti air, oli, atau media
pendingin lainnya.
- Tujuannya adalah untuk mengreaskan bahan.

5. Tempering
a. Proses hardening menghasilkan struktur martensit yang sangat brittle, maka jarang
digunakan dalam aplikasi. Perlu mekanisme perlakuan panas agar martensit yang
telah terbentuk dapat dimodifikasi sifatnya dan hasilkan baja yang lebih tangguh
(tough). Mekanisme ini disebut dengan tempering.
b. Proses ini terjadi atas dua tahap, dimana di dalamnya terjadi reduksi kadar karbon
dalam martensit hingga 0,3%. Kekerasan baja meneurun dan keuletannya (ducility)
meningkat, maka dapat dihasilkan baja yang lebih tangguh.

6. Aging (Preciptation Hardening)


- Proses pemanasan kembali bahan yang telah dikeraskan, suhu pemanasanya relatif
rendah yaitu dibawah suhu transformasi eutektoid.
- Tujuannya adalah untuk mengurangi kekrasan bahan sehingga keuletan
(ketangguhan) bahan tersebut dapat naik.

7. Speroidisasi (spherodizing)
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan struktur Carbida berbentuk
bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses spheroidizing ini akan memperbaiki
machinibility pada baja paduan kadar carbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan
sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang
terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan cemented. Adanya jaringan
cemented 9cemented network) ini menyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai
machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus
dihancurkan dengan proses spheroidizing.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai sekitar
temperature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada temperature
tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena
berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang
tadinya berbentuk plat atau lempeng itu akan hancur menjadi bola – bola kecil (sphere)
yang disebut dengan spheroidile yang tersebar dalam matriks ferrite.

Jenis – jenis pengerasan permukaan


a. Karburasi
Cara ini sudah lama dikenal, besi dipanaskan diatas suhu dalam lingkungan yang
mengandung karbon, baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari
cara karburasi yaitu karburasi padat, karburasi cair dan karburasi gas.
b. karbonitiding adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di
atas suhu kristis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen.
Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan luar meningkat bila
ditambahkan nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan baja yang relative murah ketebalan
lapitran yang tahan antara 0,80 sampai 0,75 mm.
c. Cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrrogen untuk meperoleh specimen
yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan. Proses ini tidak sembarang
dilakukan dengan sembarang pengunaan. Pengunaan closedpot dan hood ventilasi
diperlukan untuk cyaniding karena uap sianida yang terbentuk sangat beracun. d. Nitriding
Adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ±510°C dalam
lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu. Metode pengerasan kasus ini
menguntungkan karena fakta bahwa kasus sulit diperoleh dari pada karburasi. Banyak
bagian-bagian mesin seperti silinder barrel and gear dapat dikerjakan dengan cara ini.
Proses ini melibatkan theexposing dari bagian untuk gas amonia atau bahan nitrogen
lainnya selama 20 sampai 100 jam pada 950 °F. The inwhich kontainer pekerjaan dan
gas amoniak dibawa dalam kontak harus kedap udara dan mampu mempertahankan
suhu sirkulasi and even.
Faktor – faktor yang mempengaruhi laju pendinginan media pendingin
1. Densitas semakin tinggi densitas suatu media pendingin, maka semakin cepat proses
pendinginan oleh semakin tinggi densitas suatu media pendingin, maka semakin cepat
proses pendinginan oleh media pendingin tersebut.media pendingin tersebut.
2. Viskositas
Semakin tinggi viskositas suatu media pendingin, maka laju pendinginan semakin lambat.
Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk
dibawah tekanan shear. Biasanya diterima sebagi “kekentalan”atau penolakan terhadap
penuangan. Viskositas mengambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat
dipikirk sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas
rendah, sedangkan minyak sayur memiliki minyak sayur memiliki viskositas tinggi.

Pengaruh viskositas dan density bedasarkan media pendingin :


a. Air garam
Air memiliki viskositas yang rendah sehingga nilai kekentalan cairan kurang, sehingga
laju pendinginan cepat dan massa jenisnya lebih besar dibandingkan dengan media
pendinginan lainnya seperti air, solar, oli, udara, sehingga kecepatan media pendingin
besar dan makin cepat laju pendinginannya.
b. Air
Air memilki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam, kekentalan rendah sama
dengan air garam. Laju pendinginananya lebih lambat dari air garam.
c. Solar
Solar memiliki viskositas yang tinggi dibandingkan dengan air dan massa jenisnya yang
lebih rendah dibandingkan air sehingga laju pendinginannya lebih lambat.
d. Oli
Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan
media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya
lambat. Udara tidak memiliki viskositas tetapi hanya memiliki massa jenis sehingga laju
pendinginannya sangat lambat.
 Kurva pendinginan 1 mengambarkan pendinginan yang sangat lambat (seperti pada
annealing konvensional), baja akan memulai bertransformasi pada titik A1 dan
selesai pada A1’ dan akan menghasilkan perlit kasar. Ini terjadi karena transformasi
berlangsung pada berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi. Kekerasannya
sekitar Rc 15.
 Kurva pendinginan 2 mengambarkan pendinginan seperti pada proses “isothernal
annealing” proses dilakukan dengan mendinginkan cepat sampai ke temperatur di
bawah temperatur kritis (diatas daerah nose diagram). Pada kurva 2 transformasi
berlangsung pada temepratur pada temperatur yang lebih rendah, akan dihasilkan
perlit yang lebih halus, kekerasan sekitar Rc 30.
 Kurva pendinginan 3 mengambarkan pendinginan yang agak cepat, seperti pad
normalizing. Disini tampak bahwa transformasi dimulai dan selesai pada temperatur
yang berbeda, sehingga akan diperoleh perlit dengan ukuran butir yang bervariasi.
Yang terjadi pada temperatur lebih tinggi akan lebih kasar dan yang terjadi pada
temperatur lebih rendah akan lebih lebih halus, sehingga ada sebagian perlit kasar
dan sisanya perlit medium. Perlit yang lebih halus akan dihasilkan dengan kurva
pendinginan 4 yang lebih cepat lagi, seperti pada quench.
 Kurva pendinginan 5, pendinginan yang cukup cepat, transormasi menajdi perlit
mulai lebih awal, tetapi akan berhenti kurva pendinginan menyinggung kurva
transformasi 25% (transformasi baru berlangsung 25%). Transformasi akan mulai
lagi ketika mencapai temperatur Ms, austenit akan menjadi martensit. Sehingga
setelah akhir transformasi akan diperoleh 25% perlit dan 75% martensit.

 Kurva pendinginan 6 mengambarkan pendinginan yang sangat cepat, seperti pada


water quench. Tidak terjadi transformasi sebelum mencapai temperatur Ms,
transformasi selesai pada temperatur Mf, struktur seluruhnya martensit. Stuktur
yang seluruhnya martensit juga masih dapat dicapai dengan laju pendinginan yang
sedikit lebih lambat, tetapi paling tidak laju pendinginannya harus seperti kurva
pendinginan 7, bila lebih lambat akan ada sebagian austentit yang menjadi pelit.
Karena itu laju pendinginan yang tepat mengahsilkan 100% martensit disebut laju
pendinginan kritis atau Critical Cooling Rate (CCR)
 Pada baja karbon bainit baru dapat diperoleh bila dilakukan pedinginan secara
isothermal, seperti pada kurva pendinginan 8. Cara seperti ini dilakukan pada proses
austempering.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua usaha-usaha manusia untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam tersebut
tidak terlepas dari perlakuan panas. Yaitu dengan dengan merubah sifat mekanis
dan fisiknya. Adapun sifat mekanis dari logam antara lain : kekerasan, kekuatan,
keulitan, kelelehan dan lain-lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi,
konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas, dan lain-lain. Karena banykanya
permintaan yang bermacam-macam maka diadakan pemilihan bahan. Pemilihan
bahan tersebut dapat dipersempi sesuai dengan kegunaannya. Seperti misalnya pada
baja karbon. Baja karbon mendapat proritas yang utama yang dipertimbangkan.
Karena baja karbon mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinanya baik
dan harganya relatif murah. Karena baja karbon mendapat prioritas utama maka
dituntut untuk memodifikasi atau memperbaiki sifatnya seperti kekerasan,
kekerasan pada permukaan, tahan aus akibat gesekan.

B. Saran
Berhubungan dengan makalah ini, saya mengharapkan bimbingan dari dosen dan
para membaca semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/218299246/Perlakuan-Panas-Pada-Logam
com.perlakuan panas pada logam heat tretment
10 SOAL PILIHAN GANDA LENGKAP DENGAN KUNCI JAWABANNYA:

1.Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah umtuk,kecuali:


A.Melunakkan struktur kristal
B.Menghaluskan butir
C.Menghilangkan tegangan dalam
D.Meperbaiki machineability
E.Semua jawaban salah

2.Beberapa macam proses heat treatment dan kegunaanya,kecuali:


A.Proses normalizing
B.Full anneling
C.Tmpering
D.Cyaniding
E.Hardening

3.Pada kandungan karbon mencapai ......... terbentuk struktur mikro dinamakan semenit
Fe3C.
A.5.67%
B.7.82%
C.6.67%
D.6.12%
E.8.25%

4.Berapa titik Eutectoid pada derajat celsius?


A.0,76% E.0,93%
B.0,57%
C.0,83%
D.0,46%
5.Struktur micro ada beberapa bagian,manakah bagian yang bener di bawah ini?
A.Ferrite
B.Aging
C.Nitriding
D.Densitas
E.Viskositas

6.Pengaruh viskositas dan density berdasarkan media pendingin adalah


A.Udara
B.Garam
C.Minyak
D.Solar
E.Tanah

7.Pada saat proses pendingin dari suhu lelehnya,baja mulai berubah menjadi fasa pada
suhu?
A.1245 derajat
B.1460 derajat
C.1320 derajat
D.1350 derajat
E.1380 derajat

8.Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada cementid,pengertian dari?


A.A4
B.A0
C.A1
D.A2
E.A3
9.Batas kelarutan maksimum carbon pada ferrite pada temperature kamar adalah
A.0,006% C
B.0,007%C
C.0,008%C
D.0,005%C
E.0,009%C

10.Terjadinya absobsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh specimen yang keras pada
baja karbon rendah yang sulit dikeraskan,pengertian dari?
A.Karbusi
B.Karbonitiding
C.Nitriding
D.Tempering
E.Cyaniding

KUNCI JAWABAN NO 1-10:


1.E
2.D
3.C
4.C
5.A
6.D
7.D
8.B
9.C
10.E

SELESAI.

Anda mungkin juga menyukai