Anda di halaman 1dari 21

i

LAPORAN PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS


PROSES ANNEALI NG
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah perlakuan panas







Disusun oleh:
Moh Rusli Hakam Mubarok (1205749)
Agung Maulana Pratama (1205728)
Begawan Muhammad (1204964)
Rizky Ahmad Fauzan (1205374)





JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
i

Kata pengantar

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Alloh.Swt,Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkah dan rahmadNya, sehingga praktikan dapat menyusun Laporan
Hasil Praktikum Proses Perlakuan Panas pada semester ganjil 2013.
Adapun maksud dari penyusunan hasil laporan ini untuk mempraktekkan
hasil teori yang diperoleh dari bangku kuliah khususnya mata kuliah proses
perlakuan panas, sehingga dapat mengetahui penggunaan teori yang dimaksud.
Kami menyadari didalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan-
kekurangan, sehingga praktikan selanjutnya masih perlu pembelajaran dan mohon
kritik serta masukkan yang membangun guna penyempurnaan laporan ini.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :
- Bapak Drs. H.Wardaya, M.Pd selaku dosen pembimbing praktikum
perlakuan panas.
- Bapak Drs.H.Dede Suhayat, M.Pd selaku kepala Workshop Proses
Produksi FPTK UPI Bandung.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.


Bandung, 17 Desember 2013


Penyusun,
ii

Daftar isi
Kata pengantar................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan praktikum ................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 2
2.1 Annealing ............................................................................................................ 2
2.2 Hardening ........................................................................................................... 3
2.3 Carburizing ......................................................................................................... 8
BAB III ............................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 11
3.1 Annealing .......................................................................................................... 11
3.2 Hardening 1 ...................................................................................................... 12
3.3 Carburizing ....................................................................................................... 13
3.4 Hardening 2 ...................................................................................................... 13
BAB IV ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................................. 15



1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perlakuan Panas merupakan salah satu disiplin ilmu yang
mempelajari Proses pemanasan dan pendinginan untuk menghasilkan
sifat-sifat yang diinginkan. Prinsip perlakuan panas ini pada dasarnya
sangat sederhana, yaitu logam dipanaskan dengan laju pemanasan tertentu
hingga mencapai temperatur tertentu dan kemudian ditahan pada
temperatur tersebut dengan waktu tertentu serta akhirnya didinginkan
dengan laju pendinginan tertentu pula.
Metoda pemanasan dan pendinginan pada praktikum proses
perlakuan panas ini tergantung pada perubahan sifat yang dikehendaki
serta bergantung pula jenis logam atau paduannya. Pada praktikum
perlakuan panas ini diberikan pengujian kekerasan terhadap baja yang
sudah diberikan perlakuan panas dengan menggunakan penekanan
(indentation test).

1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan yang ada pada laporan akhir praktikum ini :
a. Mahasiswa dapat melakukan proses Heat Treatment metoda
Annealing, Hardening dan Carburizing.
b. Untuk mengetahui perubahan kekerasan dan harga kekerasan
sebelum dan sesudah proses Heat Treatment metoda Annealing,
Hardening.

2

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Annealing
Proses Annealing yaitu proses pemanasan material sampai temperatur
austenit lalu ditahan beberapa waktu kemudian pendinginannya dilakukan
perlahan-lahan di dalam tungku. Keuntungan yang didapat dari proses ini
adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan kekerasan
b. Menghilangkan tegangan sisa
c. Memperbaiki sifat mekanik
d. Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk
e. Menghilangkan terjadinya retak panas
f. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan struktur
g. Memperhalus ukuran butir
h. Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja untuk
proses perlakuan panas.
Diagram anealing
SKA
Holding time
Pendinginan lambat


30 Menit Waktu

Proses Anil tidak dimaksudkan untuk memperbaiki sifat mekanik baja
perlitik dan baja perkakas. Sifat mekanik baja struktural diperbaiki dengan
cara dikeraskan dan kemudian diikuti dengan tempering.

3


2.2 Hardening
Proses pengerasan atau Hardening adalah suatu proses perlakuan
panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras,
proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur
austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit
yang kemudian di quench. Pada tahap ini akan menghasilkan
terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom-atom
sehingga terbentuk struktur body center tetragonal atau struktur yang tidak
setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas.
2.2.1 Temperatur Pengerasan untuk Baja Hipoeutektoid
Temperatur yang digunakan adalah sekitar 20
0
-50
0
C di atas garis
A
3
. Misalkan sebagai contoh apabila baja dengan struktur ferit dan
perlit dipanaskan sampai temperatur dibawah A
1
, maka pemanasan
tersebut tidak akan mengubah struktur awal dari baja tersebut. Apabila
pemanasan sampai temperatur A
1
tetapi masih di bawah garis A
3
akan
mengubah perlit menjadi austenit tanpa terjadi perubahan apa-apa pada
feritnya.
Jika baja dipanaskan pada temperatur sedikit di atas A
3
dan ditahan
pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar dijamin
proses difusi yang homogen, maka struktur baja akan bertransformasi
menjadi austenit dengan ukuran butir yang relatif kecil. Quenching
dari temperatur austenisasi akan menghasilkan martensit dengan harga
kekerasan yang maksimum.
Memanaskan sampai ke temperatur E cenderung meningkatkan
ukuran butir austenit. Quenching dari temperatur seperti itu akan
menghasilkan struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah
ditemper sekalipun, akan memiliki harga impak yang rendah.
Disamping itu juga mungkin juga timbul retak pada saat diquench.

2.2.2 Temperatur Pengerasan untuk Baja Hipereutektoid
4

Temperatur yang digunakan adalah sekitar 30
0
-50
0
C di atas
temperature A
13
yang berada pada daerah austenit dan sementit seperti
terlihat pada gambar di atas tadi. Struktur hasil proses quench memiliki
kekerasan yang sangat tinggi dibandingkan dengan martensit karena
adanya karbida-karbida yang tidak larut yang memilki kekerasan di
atas martensit.
Jumlah karbida yang dapat larut pada austenit sebanding dengan
temperatur austenisasinya. Jumlah karbida yang larut meningkat jika
temperatur austenisasi dinaikkan; demikian juga dengan ukuran butir
disertai dengan penurunan kekerasan austenitnya. Jika karbida yang
terlarut terlalu besar, akan terjadi peningkatan ukuran butir disertai
dengan penurunan kekerasan dan ketangguhan seperti pada gambar di
bawah ini, jika baja dipanaskan di atas temperatur A
cm
, struktur yang
dihasilkannya hanya terdiri dari austenit saja. Dalam hal ini
pertumbuhan butir akan lebih besar; akibatnya martensit yang akan
dihasilkannya akan lebih kasar. Proses diatas akan menghasilkan
kekerasan martensit yang rendah karena adanya austenit sisa pada
struktur quench dan tidak adanya karbida yang dihasilkan.

2.2.3 Tahapan Pekerjaan yang Harus Dilakukan Sebelum Proses Pengerasan
Baja
1) Bebas dari terak (scale), oli, dan sebagainya agar dihasilkan
kekerasan yang diinginkan dengan kata lain benda kerja harus
bersih.
2) Benda kerja yang memiliki lubang, jika perlu, terutama pada baja
perkakas harus ditutup dengan tanah liat, asbes atau baja insert
sehingga tidak terjadi pengerasan pada bagian lubang tersebut. Hal
ini tidak perlu dilakukan jika ukuran lubang relatif besar.
3) Benda kerja harus ditempatkan pada fixture yang layak sebelum
diletakkan di dalam tungku. Hal ini adalah dilakukan untuk
5

mencegah timbulnya distorsi. Benda kerja-benda kerja yang kecil
yang relatif kecil dapat diletakkan dalam suatu keranjang yang
didisain khusus untuk itu agar dijamin kekerasan yang homogen.
4) Baja karbon dan baja paduan rendah dapat dipanaskan langsung ke
temperatur pemanasannya tanpa memerlukan adanya pemanasan
awal (pre-heat). Sedangkan benda kerja yang besar dan bentuknya
rumit dapat dilakukan pemanasan awal untuk mencegah distorsi
dan retak akibat tidak homogennya temperatur di bagian tengah
dengan di bagian permukaan. Pemanasan awal biasanya dilakukan
untuk baja-baja perkakas karena konduktifitas panas baja tersebut
sangat rendah, temperatur pemanasan awal yang dilakukan adalah
500
0
-600
0
C.
5) Benda kerja yang akan dikeraskan harus mempunyai struktur yang
homogen dan halus, karena apabila dari struktur logam tersebut
kasar maka akan diperoleh struktur logam yang tidak homogen,
distorsi, retak pada saat dipanaskan maupun pada saat diquench.
Untuk itu struktur logam yang kasar sebelum dipanaskan harus
dinormalkan terlebih dahulu dengan temperatur 780
0
-800
0
C.
Untuk menghindari cacat yang akan terjadi dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
o Menutupi atau menambah perkuatan bagian
ramping semenjak pemanasan.
o Bahan pengejut yang tepat, sesuai dengan jenis baja dan
kekerasan yang dituntut.
o Sikap pengejutan yang menguntungkan.
o Sering-sering membalikkan benda kerja dan menggerakkannya
di dalam medium pengejut (Quench).
6

o Perlengkapan pengencangan benda yang dikeraskan harus
dipasang sedemikian rupa sehingga tidak merintangi
penyejukan cepat pada tempat yang dikeraskan.
Wadah untuk melakukan proses quench sedapat mungkin harus
berada didekat perlengkapan pemanasan dan harus cukup besar atau
memiliki pendinginan tambahan supaya isinya tidak terpanasi pada
saat pengejutan.

2.2.4 Lama Pemanasan
Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur pengerasan
tergantung pada beberapa faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen
pemanasnya. Laju pemanasan dari tungku garam relatif lebih cepat
dibanding dengan atmosfir karena perpindahan panas dari cairan ke
benda padat terjadi dengan laju yang lebih cepat.

2.2.5 Tungku untuk Mengeraskan Baja
Tungku yang diperlukan untuk mengeraskan baja harus dilengkapi
dengan peralatan pengendali temperatur yang akurat dan pengendali
atmosfir tungku agar proses yang sedang dilaksanakan terjamin. Perlu
diperhatikan bahwa atmosfir yang digunakan selama proses pemanasan
harus netral dan tidak menimbulkan dekarburasi atau karburasi pada
permukaan baja yang diproses. Adanya lapisan dekarburasi dapat
menyebabkan rendahnya kekerasan sehingga dapat menimbulkan
kekeliruan dalam memilih temperatur tempering. Dekarburasi juga
dapat pula menjadi penyebab timbulnya retak pada jenis baja perkakas.
Jenis-jenis tungku yang digunakan pada proses perlakuan panas
antara lain adalah: Tungku garam, Tungku Muffle, Tungku Vakum
dan Tungku Fluidized Bed. Tungku-tungku tersebut dinamai seperti
itu disesuaikan dengan jenis medium pemanas yang digunakan. Perlu
diketahui bahwa kecermatan proses pengerasan sangat tergantung pada
penyiapan medium pengerasan yang tepat.
7

2.2.6 Cara Menguench
Medium yang digunakan untuk proses quench tergantung dari
komposisi kimia baja yang diproses, kekerasan yang ingin dicapai,
besarnya distorsi yang diijinkan dan kompleksitas bentuk benda kerja.
Medium yang umum digunakan adalah: air, oli, brine, garam cair dan
larutan polimer.
Jenis baja, ketebalan penampang, distorsi yang diijinkan dan sifat
yang ingin diperoleh dari benda kerja yang diproses menentukan
metoda atau cara quench. Cara-cara quench adalah sebagai berikut:
1) Quench langsung (Direct quench).
Cara ini dilakukan dengan mengunakan medium air atau oli
dimana benda kerja ditahan pada temperatur pengerasannya untuk
jangka waktu tertentu.
4) Quench yang ditunda (Delay quenching).
Proses ini dilakukan sesuai dengan nama metodenya yaitu
benda kerja yang sudah dipanaskan dan dikeluarkan dari tungku
pada temperatur pengerasannya dibiarkan beberapa saat sebelum
diquench. Cara ini dilakukan agar proses quench terjadi pada
temperatur benda kerja yang lebih rendah sehingga memperkecil
kemungkinan timbulnya distori. Cara ini lazim digunakan pada
HSS, baja hot-worked dan baja-baja yang dikeraskan
permukaannya.
5) Time quench.
Metode ini dilakukan pada baja-baja yang memiliki mampu
keras yang rendah yang memerlukan quenching ke dalam air atau
pada baja-baja yang memiliki mampu keras yang tinggi tetapi
ukuran benda kerjanya besar.
6) Medium quenching
8

Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh
struktur martensit yang keras; sekurang-kurangnya dipermukaan
baja. Hal ini hanya dapat dicapai jika menggunakan medium yang
efektif sehingga baja didinginkan pada suatu laju yang dapat
mencegah terbentuknya struktur yang lebih lunak seperti perlit dan
bainit.
Untuk baja karbon, medium quenching yang digunakan
adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang disarankan
adalah oli, cairan polimer atau garam. Untuk baja-baja paduan
tinggi disarankan agar menggunakan medium cairan garam.
Medium yang digunakan pada proses quenching diantaranya,
adalah:
1) Air.
2) Oli.
3) Garam netral.
4) Gas quenching.
5) Quenchant polimer.
6) Fluidized bed.

2.3 Carburizing
Karburasi adalah sebuah proses penambahan unsur karbon pada
permukaan logam dengan cara difusi untuk meningkatkan sifat fisis dan
mekanisnya. Proses karburasi ini biasanya dilakukan pada baja karbon
rendah yang mempunyai sifat lunak dan keuletan tinggi. Mengeraskan
permukaan dengan cara karburasi adalah cara pengerasan yang paling tua
dan ekonomis. Karena pada proses pengerasan ini hanya mengubah
komposisi kimia dari naja karbon tersebut.
2.3.1 Tujuan karburasi :
9

- Menghasilkan permukaan material yang tahan aus tehadap gesekan
- Namun tetap ulet pada bagian tengahnya untuk menanggulangi
hentakan pada mesin
2.3.2 Cara penambahan karbon atau karburasi :
- Menggunakan medium padat atau Pack carburizing
- Menggunakan medium cair atau Liquid carburizing
- Menggunakan medium gas atau Gas carburizing
2.3.3 Pendinginan (Quenching)
Setelah permukaan material sudah mengandung cukup karbon,
proses dilanjutkan dengan pengerasan yaitu dengan pendinginan
(Quenching) untuk mendapatkan kekerasan yang tinggi
Proses pendinginan dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Pendinginan lansung (Direct Quenching)
- Pendinginan tunggal (Single Quenching)
- Double Quenching
a. Pendinginan langsung (Direct Quenching)






Efek yang timbul adalah kemungkinan adanya pengelupasan pada
benda kerja, pada pendinginan langsung ini diperoleh permukaan benda
yang getas.
b. Pendinginan Tunggal (Single Quenching)
10







Single quenching
merupakan
pendinginan dari benda kerja setelah benda kerja tersebut dikarburasi dan
telah didinginkan pada suhu tungku. Tujuan dari metode ini adalah untuk
memperbaiki difusisitas dari atom ke atom karbon dan agar gradient
komposisi lebih halus
c. Double Quenching

Double quenching adalah proses pendinginan atau pengerasan
pada benda kerja yang telah dikarburasi dan didinginkan pendinginan
tunggal pada temperature tungku. Kemudian dipanaskan lagi diluar kotak
karbon pada temperature tungku lalu dipanaskan kembali pada
temperature austenite dan baru didinginkan cepat. Tujuan dari metode ini
untuk mendapatkan butir struktur yang lebih halus.


11

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Annealing
3.1.1 Alat dan bahan
- Pahat bubut HSS bohler China
- Tungku
- Kawat beton atau kawat tembaga
- Kertas koran
- Hardness tester

3.1.2 Langkah kerja
a. Sediakan alat dan benda kerja
b. Ukur kekerasan benda dengan menggunakan Hardnees tester. Dan
hasilnya mencapai kekerasan 60 & 62 HRC
c. Setelah diukur, lakukan proses pengaitan kawat terhadap benda
kerja agar proses pengambilannya lebih mudah
d. Masukkan benda tersebut ke dalam kertas koran, agar unsur
karbonnya masih terlindungi dan panasnya tidak terkena langsung
pada bendanya
e. Masukkan benda ke dalam tungku pemanas untuk dilakukan proses
anealing
f. Atur suhu yang dipakai hingga mencapai ska 900c
g. Setelah itu, tunggu dalam waktu 30 menit
h. Setelah itu, proses pendinginannya didiamkan di dalam tungku
i. Kemudian, ambil benda tersebut dengan menggunakan pengait
j. Kemudian, ukur kembali kekerasan benda dengan menggunakan
Hardness tester yaitu dengan hasil 14 HRC (lunak)
k. Lakukan uji coba terhadap benda dengan cara digores atau di
gergaji
l. Pasti hasillnya akan lebih lunak dari pada sebelumnya
m. Proses anealing selesai

12





3.2 Hardening 1
3.2.1 Alat dan bahan.
- Pahat bubut HSS bohler China
- Tungku
- Kawat tembaga atau kawat beton
- Kertas koran
- Hardnees tester
- Minyak quenchimg

3.2.2 Langkah kerja
a. Sediakan alat dan benda kerja
b. Ukur kelunakan atau kekerasan benda dengan menggunakan
Hardnees teste. Dan hasilnya setelah diukur mencapai 14 HRC
c. Setelah diukur, lakukan proses pengaitan kawat terhadap benda
kerja agar proses pengambilannya lebih mudah
d. Masukkan benda tersebut ke dalam kertas koran, agar unsur
karbonnya masih terlindungi dan panasnya tidak terkena langsung
pada bendanya
e. Masukkan benda ke dalam tungku pemanas untuk dilakukan proses
Hardening
f. Atur suhu yang dipakai hingga mencapai ska 900c
g. Setelah itu, tunggu dalam waktu 30 menit
h. Setelah itu, proses pendinginannya dengan minyak quenching
i. Kemudian, ambil benda tersebut dengan menggunakan pengait
j. Kemudian, ukur kembali kekerasan benda dengan menggunakan
Hardnees tester. Dan hasilnya setelah diukur, tidak sesuai dengan
hasil yang diinginkan, karena proses pendinginan yang digunakan
harus menggunakan dengan air
13

k. Lakukan uji coba terhadap benda dengan cara digores atau di
gergaji
3.3 Carburizing
3.3.1 Alat dan bahan
- Bohler VCN 150
- Tungku
- Kawat beton
- Karbon aktif
- Hardnees tester
- Tang
- Borax
- Air bersih
- Minyak quenching

3.3.2 Langkah kerja dan hasil
a. Sediakan alat dan benda kerja
b. Ukur kekerasan benda dengan menggunakan Hardnees tester
c. Setelah diukur, lakukan proses pengaitan kawat terhadap benda
kerja agar proses pengambilannya lebih mudah
d. Masukkan benda tersebut ke dalam karbon aktif, agar pada saat
pemanasan karbon masuk kedalam benda tersebut
e. Masukkan benda ke dalam tungku pemanas untuk dilakukan proses
Carburizing
f. Atur suhu yang dipakai hingga mencapai ska 900c
g. Setelah itu, tunggu dalam waktu 60 menit
h. Kemudian, ambil benda tersebut dengan menggunakan pengait
i. Setelah itu, proses pendinginannya ada yang menggunakan dengan
air dan ada yang menggunakan dengan minyak quenching
j. Kemudian, ukur kembali kekerasan benda dengan menggunakan
Hardness tester
k. Lakukan uji coba terhadap benda tersebut
3.4 Hardening 2
14

3.4.1 Alat dan bahan.
- Baja Amutit S (K460)
- Tungku
- Kawat tembaga atau kawat beton
- Kertas koran
- Hardnees tester
- Minyak quenchimg

3.4.2 Langkah kerja
a. Sediakan alat dan benda kerja
b. Ukur kelunakan atau kekerasan benda dengan menggunakan
Hardnees teste. Dan hasilnya setelah diukur mencapai 10 HRC
c. Setelah diukur, lakukan proses pengaitan kawat terhadap benda
kerja agar proses pengambilannya lebih mudah
d. Masukkan benda tersebut ke dalam kertas koran, agar unsur
karbonnya masih terlindungi dan panasnya tidak terkena langsung
pada bendanya
e. Masukkan benda ke dalam tungku pemanas untuk dilakukan proses
Hardening
f. Atur suhu yang dipakai hingga mencapai ska 850
0
C
g. Setelah itu, tunggu dalam waktu 30 menit
h. Setelah itu, proses pendinginannya dengan minyak quenching
i. Kemudian, ambil benda tersebut dengan menggunakan pengait
j. Kemudian, ukur kembali kekerasan benda dengan menggunakan
Hardnees tester. Dan hasilnya setelah diukur mengalami
peningkatan kekerasan dari 14 menjadi 62
15

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Proses Annealing
- Setelah melakukan Annealing baja HSS mengalami penurunan
kekerasan dari 60 HRC menjadi 14 HRC.

4.1.2 Proses Hardening 1
- Setelah melakukan Hardening baja HSS mengalami kegagalan
dalam proses hardening karena kekerasan tidak sesuai dengan
kekerasan yang diinginkan desebabkan kesalahan dalam memilih
media quenching.
- Baja hasil Hardening mudah diproses pemesinan

4.1.3 Proses Carburizing
- Kadar karbon pada Baja Bohler VCN 150 setelah proses
carburizing mengalami peningkatan.
4.1.4 Proses Hardening 2
- Setelah melakukan Hardening 2 Baja Amutit S (K460) mengalami
peningkatan kekerasan dari 14 HRC menjadi 52 HRC.

4.2 Saran
4.2.1 Proses Annealing
-
4.2.2 Proses Hardening 1
- Sebelum melakukan praktikum alangkah lebih baik memilih media
quenching yang tepat sehingga kekerasan bisa tercapai sesuai
dengan yang diinginkan.
4.2.3 Proses Carburizing
-

16

LAMPIRAN

17

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai