Anda di halaman 1dari 11

PERLAKUAN PANAS PADA BAJA

DOSEN PENGAMPU

Ratna Monasari S.T., M.T

DISUSUN OLEH

Jasa Parlindungan Sitorus


2231210149

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGRI MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam dunia kerja.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 26 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................2w

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Pengertian Perlakuan Panas..................................................................................................5

B. Perlakuan Panas Pada Baja...................................................................................................5

BAB III............................................................................................................................................9

PENUTUP.......................................................................................................................................9

A. Kesimpulan...........................................................................................................................9

B. Saran.....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia, logam merupakan bahan yang paling banyak
digunakan. Dari beragam logam yang ada, baja menjadi salah satu material yang sering
digunakan baik sebagai alat bantu maupun alat untuk hunian (Perdana, 2017). Baja
merupakan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur C menjadi dasar
pencampurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran lainnya seperti Sulfur
(S), fospor (P), silicon (Si), dan mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi. Kandungan
karbon di dalam baja sekitar 0,1-1,7 % sedangkan unsur lainnya dibatasi presentasinya
itu, baja karbon dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya Jenis baja sendiri beraneka
ragam tergantung dari beberapa hal penyusunnya, salah satu factor yang menjadi acuan
adalah persentase kadar karbon yang ada didalamnya. Dari situ, baja karbon dapat dibagi
berdasarkan banyaknya kandungan karbon menjadi tiga jenis, baja karbon tinggi, baja
karbon sedang, dan baja karbon rendah. Salah satu pemanfaatan logam dalam kehidupan
manusia dapat dilihat peralatan rumah tangga. Pembuatan pisau potong secara tradisional
dilakukan melalui industri rumahan pandai besi (Trihutomo, 2015).

Saat membuat perkakas yang dipesan konsumen, home industri pandai besi
menggunakan peralatan sederhana. Pengetahuan yang digunakan dalam pembuatan
peralatan didasarkan pada pengetahuan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Proses
pembuatanya menggunakan metode pengerasan dan untuk mendinginkan benda kerja
yang selalu menggunakan air sebagai media pendingin. Hasil dari proses tersebut
menyebabkan logam menjadi keras akan tetapi getas. Penggunaan suhu pemanasan yang
tidak sesuai juga tidak akan meningkatkan kekerasannya secara signifikan apalagi jika
menggunakan bahan baku dengan kualitas yang rendah dari factor kekerasan yang
dimilikinya (Paristiawan, Ridlo, Prasetyo, & Chandra, 2021). Karena kandungan
karbonnya yang rendah, maka susah untuk dapat dikeraskan secara langsung,. Untuk itu,
perlu adanya masukan karbon dari luar untuk meningkatkan kemampuan pengerasannya
melalui heat treatment. Sehingga diperlukan proses yang tepat dalam pengolahan logam
tersebut supaya didapatkan peningkatan kekerasan dan ketahanan ausnya dalam
penggunaannya (Kumar et al., 2015; Rile, 2019)

Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas yang dilakukan
tergantung pada sifat coran dan penggunaanya. Perlakuan panas adalah proses untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur
yang cocok, lalu dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke
temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas yang
dilaksanakan pada coran adalah : pelunakan temperatur rendah, pelunakan, penormalan,
pengerasan dan penemperan. Tujuannya adalah untuk membuat logam tersebut sesuai
dengan yang dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskanlah
pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pengertian perlakuan panas?


2. Bagaimana perlakuan panas pada baja?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perlakuan panas.
2. Untuk mengetahui perlakuan panas pada baja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perlakuan Panas


Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan
sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat, atau baja dapat dilunakkan
untuk memudahkan pemesinan lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat,
tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan
ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang
ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat mengakibatkan
perubahan sifat-sifat fisis. Sebelum dirol, lembaran baja dipanaskan terlebih dahulu,
setelah selesai dibentuk lembaran logam dinormalkan disusul dengan proses pelurusan.

B. Perlakuan Panas Pada Baja


Meskipun sejumlah besar bahan tersedia, baja telah digunakan dalam berbagai
aplikasi karena fasilitas untuk mendapatkan mereka dan juga untuk sifat berbeda yang
diperoleh dengan proses perlakuan panas, termasuk biaya yang rendah, dan dengan
mempertimbangkan bahan baku dan produksi baja di seluruh dunia sekitar 6.109 ton per
tahun. Baja adalah paduan Fe–C (kandungan Carbon maksimum sekitar 2%) yang dapat
mengandung elemen paduan lainnya, sesuai dengan aplikasinya. Bahkan variasi rendah
dalam komposisi tersebut dapat menyebabkan perbedaan besar dalam sifat mekanik,
karena struktur akhir dapat berubah sesuai dengan pengolahan manufaktur dan juga
siklus perlakuan panas yang diterapkan
Bahan yang digunakan adalah baja NS 1045 sifat mekanik kekerasannya adalah
HRc 15,4. Komposisi 0,44%C, 0,30%Si, 0,70%Mn, mikrostrukturnya dengan matriksnya
adalah Ferit dengan warna putih dan Perlit dengan warna hitam bertumpuk berupa tapak
tangan dengan photo mikrostruktur seperti berikut:

Gambar 1. Mikrostruktur baja NS 1045

Setelah dilakukan pemanasan baja NS 1045 masing-masing pada temperatur


8000C, 9000C dan 10000C kemudian dicelupkan kedalam media pendingin masing-
masing air (H2O), air garam (NaCl) dan minyak oli. Dari hasil pemanasan tersebut
dilakukan pengujian kekerasan dipanaskan pada 8000C, 9000C dan 10000C dan dicelup
kedalam media pendingin air (H2O) kekerasannya 77,75 HRc, 94,00 HRc dan 112,73
HRc, media pendingin air garam (NaCl) kekerasannya masing-masing 45,6 HRc, 65,00
HRc dan 88,50 HRc, sedangkan media pendingin oli diperoleh kekerasannya masing-
masing32,25 HRc, 49,50 HRc dan 75,24 HRc. Setelah dilakukan pemanasan dan
dicelupkan ke dalam media pendingin, kemudian dilakukan pengujian mikrostruktur
dengan menggunakan mikroskop maka diperoleh gambar mikro strukturnya pada
Gambar 2
Figure 2. Mikrostruktur baja yang didinginkan

Dari Gambar 2 terlihat hubungan antara perlakuan panas dan media pendingin
yang diberikan pada baja yang dipanaskan diatas temperatur kritis, terlihat bentuk matrik
yang terjadi adalah martensit (hitam) dan selang seling ferit (putih) secara menumpuk
menyerupai tapak tangan. Baja seperti ini sangat keras akan tetapi getas atau rapuh, dan
selalu mempunyai tegangan sisa sewaktu pemanasan, sehingga kurang baik dipakai
secara langsung, Untuk itu perlu dihilangkan tegangan sisa yang terjadi dengan proses
tempering, yaitu pemanasan dibawah temperature kritis, 3000C, 4000C dan 5000C.

Proses heat treatment dilakukan untuk mendapatkan logam dengan sifat mekanik
yang kita inginkan (Mirzaei, Saghafian, Beitollahi, Swierczek, & Tiberto, 2019; Motagi
& Bhosle, 2012). Tingkat kekerasan, keuletan, kemampuan permesianan dari logam
dapat disesuainkan dengan proses heat treatmen, selain itu tegangan sisa akibat proses
pembentukan yang dapat meningkatkan laju korosi juga dapat dihilangkan sehingga laju
korosi dari logam dapat dikurangi (Hafeez, Inam, & Farooq, 2020; Sahnesarayi,
Sarpoolaky, & Rastegari, 2019; Sidiq, Willis, & Shidik, 2020). Proses ini juga dapat
digunakan untuk memodifikasi beberapa properti yang dimiliki oleh logam dengan tujuan
tertentu, seperti: meningkatkan kinerja pemrosesan, meningkatkan keuletan, dan
memulihkan elastisitas setelah pengerjaan dingin ataupun pengerjaan hasil pengelasan
(Anwar et al., 2019; Priambodo & Widyanto, 2015; Rahmadianto, Purnowidodo, &
Soenoko, 2014; Shuaib-Babata & Adewuyi, 2016). Logam yang mudah untuk diberi
perlakuan panas adalah baja, dan sifat fisik serta mekanik logam dapat diubah sesuai
kebutuhan (Priambodo & Widyanto, 2015; Senthilkumar & Ajiboye, 2018).
Proses perlakuan panas yang digunakan dapat disesuaikan dengan hasil akhir dari
logam yang dibutuhkan. Dalam perkembangannya proses perlakuan panas sendiri
mengalami berbagai perkembangan (Rile, 2019). Melihat dari jenis logam yang
digunakan, baja st 41 merupakan contoh dari baja yang memiliki kadar karbon dalam
kisaran 0,2% dan termasuk dalam jenis baja karbon rendah (Han et al., 2017). Oleh
karena itu maka diperlukan perlakuan kusus terlebih dahulu untuk dapat meningkatkan
kekerasannya salah satunya dengan penambahan karbon. Jenis treatment yang dilakukan
adalah pack carburizing dengan menggunakan arang batok kelapa (Le, Nguyen, & Bui1,
2018; Shi, C., Qu & Provis, 2019). Setelah karbonnyameningkat maka dapat dilakukan
proses perlakuan panas selanjutnya. Melihat penggunaannya untuk pisau rumah tangga
maka diperlukan kekerasan dan ketahanan aus pada bagian yang tajam dari pisau. Oleh
karena itu, proses perlakuan panas yang cocok untuk dapat dilakukan selanjutnya adalah
flame hardening karena hanya mengeraskan bagian tertentu saja. Setelah dikeraskan
maka bisa dilanjutkan dengan proses tempering untuk menurunkan kegetasannya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Baja adalah paduan Fe–C (kandungan Carbon maksimum sekitar 2%) yang dapat
mengandung elemen paduan lainnya, sesuai dengan aplikasinya. Bahkan variasi rendah
dalam komposisi tersebut dapat menyebabkan perbedaan besar dalam sifat mekanik,
karena struktur akhir dapat berubah sesuai dengan pengolahan manufaktur dan juga
siklus perlakuan panas yang diterapkan
Proses heat treatment dilakukan untuk mendapatkan logam dengan sifat mekanik
yang kita inginkan. Tingkat kekerasan, keuletan, kemampuan permesianan dari logam
dapat disesuainkan dengan proses heat treatmen, selain itu tegangan sisa akibat proses
pembentukan yang dapat meningkatkan laju korosi juga dapat dihilangkan sehingga laju
korosi dari logam dapat dikurangi. Proses ini juga dapat digunakan untuk memodifikasi
beberapa properti yang dimiliki oleh logam dengan tujuan tertentu, seperti: meningkatkan
kinerja pemrosesan, meningkatkan keuletan, dan memulihkan elastisitas setelah
pengerjaan dingin ataupun pengerjaan hasil pengelasan. Logam yang mudah untuk diberi
perlakuan panas adalah baja, dan sifat fisik serta mekanik logam dapat diubah sesuai
kebutuhan (Priambodo & Widyanto, 2015; Senthilkumar & Ajiboye, 2018).

B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penulis bisa mengambil studi kasus
mengenai percobaan perlakuan panas langsung dari salah satu jenis baja dan dilakukan
analisis mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Samsul. Analisa Perlakuan Panas Terhadap Baja Karbon NS 1045

Sari, Nasmi. (2017). Perlakuan Panas Pada Baja Karbon: Efek Media Pendinginan Terhadap
Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro. Jurnal Teknik Mesin (JTM), Vol. 06, No. 4.

Setyawan, Dwi, dkk. (2018). Pengaruh proses perlakuan panas terhadap penggunaan media
pendingin terhadap kekuatan tarik material ST-41. Jurnal Mesin Nusantara, Vol. 1, No. 1.

Sidiq, Fajar, dkk. (2022). Perlakuan Panas Bertingkat sebagai Upaya Meningkatkan Kekuatan
Mekanik Baja Karbon Rendah. Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 11, No. 1.

Susetyo, Ferry, dkk. (2020). Efek Perlakuan Panas pada Substrat Baja Karbon dan Lapisan Hasil
Pengerasan Permukaan dengan Metoda MMAW. Jurnal Mechanical, Volume 11, Nomor
1.

Anda mungkin juga menyukai