MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengetahuan Bahan Teknik
yang dibina oleh Bapak Putut Murdanto
Oleh
1. Muhammad Sudarman 160511609219
2. Rizal Wahyu Amrullah 160511609230
3. Saroni Yatno Edy W 160511609292
4. Wawan Aprianto 160511609223
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat, nikmat, dan taufik serta hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini
penulis mampu menyelesaikan makalah Pengetahuan Bahan Teknik dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada
para ilmuan atau cendekiawan yang hasil karyanya penulis jadikan rujukan didalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi mengenai materi
pemesinan khususnya yang berkaitan dengan proses pengolahan besi kasar menjadi
Dbaja. Dengan harapan pembaca mampu memahami materi ini dengan jelas untuk
dapat diterapkan didalam kegiatan industri pemesinan dan dibidang pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini perlu pembenahan baik dari segi bahasa
maupun sistematika penulisan. Untuk itu penulis sangat berharap atas saran dan kritik
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini secara menyeluruh.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah .......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Logam Besi ................................................................................3
2.2 Tujuan Pengolahan Besi...........................................................................4
2.3 Proses Pembuatan Besi dan Baja .............................................................4
2.4 Penggolongan Besi Kasar ........................................................................5
2.5 Hasil Perpaduan Besi Kasar .....................................................................6
2.6 Alat-Alat Pembuatan Baja........................................................................8
2.7 Latihan Soal .............................................................................................14
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dirumuskan di atas maka
pokok permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini berkaitan dengan proses
pengolahan besi kasar menjadi baja yang didalamnya mencakup beberapa hal sebagai
berikut:
Apakah yang dimaksud dengan logam besi?
Apa tujuan dari proses pengolahan besi?
Bagaimana proses pembuatan besi dan baja?
Apa saja jenis logam dari proses pengolahan besi kasar?
Logam apa saja yang dapat dihasilkan dari proses perpaduan besi kasar?
Berapa macam alternatif alat yang digunakan pada proses pengolahan baja?
1
2
pembaca mampu memahami kajian secara teoretis pada makalah ini untuk dapat
dipraktikkan didalam dunia kerja maupun pendidikan. Tujuan pokok makalah ini
sebagai berikut:
Untuk menjelaskan definisi logam besi
Untuk menjelaskan tujuan pengolahan besi
Untuk menjelaskan proses pembuatan besi dan baja
Untuk menjelaskan penggolongan besi kasar
Untuk menjelaskan hasil perpaduan besi kasar
Untuk menjelaskan alat-alat pembuatan baja
Untuk itu penulis berupaya menyajikan materi ini secara ringkas dan jelas agar mudah
dipahami oleh pembaca. Sehingga akan meningkatkan semangat pembaca didalam
memahami konsep dasar pengetahuan bahan teknik.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Pengolahan logam ini khususnya perpaduan antara besi dengan baja diproduksi
dalam skala yang besar terutama untuk aplikasi dalam bidang konstruksi dan
manufaktur (Sofyan, 2010). Selain digunakan untuk komponen utama dalam berbagai
bidang alasan yang mendorong proses pengolahan logam sebagai berikut:
Bahan logam tersedia di alam dalam jumlah yang besar
Paduan besi dan baja dapat diproduksi dengan biaya yang relatif rendah (baik
untuk biaya ekstraksi, pemurnian, maupun pemrosesan)
Paduan besi dan baja memiliki karakteristik yang bervariasi sehingga dapat
dipakai untuk banyak aplikasi. Salah satunya karakteristik dari baja yaitu
mempunyai kekuatan dan daya tahan yang baik (Sujudwijono et al., no date)
Secara singkat proses pembuatan besi dan baja dapat dijelaskan melalui tiga
tahap sebagai berikut:
a. Reduksi bijih besi: pemrosesan dari bijih besi menjadi besi. Proses reduksi ini
merupakan sebuah proses didalam pengolahan besi kasar yang bertujuan untuk
menarik zat asam (O2) dari dalam oksida besi dengan menggunakan bahan
tambahan yaitu batu kapur (CaO). Batu kapur ini berfungsi untuk mereduksi
kandungan sulfur dan fosfor dari cairan besi (Sugiarto, no date). Proses reduksi besi
ini digolongkan menjadi 2 jenis yaitu
Reduksi langsung
Prinsip reduksi langsung adalah memasukkan gas reduktor ke dalam tanur
sehingga terjadi reaksi reduksi bijih besi. Biasanya gas reduktor yang
dimasukkan adalah gas alam dengan rasio tertentu. Reaksi reduksi ini bersifat
endotermik sehingga tidak terjadi pencairan bijih besi dan produk yang
dihasilkan adalah besi kasar padat.
5
b. Pemurnian baja: penurunan kadar karbon (C) dalam besi menjadi bahan baja
setengah jadi.
c. Pembentukan: pengubahan bentuk baja setengah jadi menjadi bahan jadi.
Proses pengolahan besi menjadi baja ini menghasilkan limbah yang dinamakan
dengan terak. Karena ketidakstabilan volume, terak baja tidak berguna sebagai bahan
bangunan untuk waktu yang lama. Namun, dengan pertumbuhan industri baja, dan
jumlah terak yang dihasilkan sebagai produk sampingan, berarti bahwa pembuangan
atau pemulihan terak perlu ditangani dengan benar. Aplikasi umum terak baja, sekali
lagi menurut data Asosiasi EUROSLAG, sebagian besar terak baja yang dihasilkan
digunakan dalam konstruksi jalan.(Netinger Grubeša et al., 2016).
Hasil dari proses pengolahan bijih besi pada dapur tinggi akan menghasilkan
besi kasar. Besi kasar ini dapat digolongkan menjadi 2 golongan (Sumanto, 2008)
sebagai berikut
Besi kasar kelabu. Besi ini berasal dari bijih besi yang mengandung silisium.
Sifat besi kasar kelabu mudah mengalir dan mencair sehingga sangat sesuai
digunakan pada bengkel penuangan besi atau bengkel pengecoran logam.
Besi kasar putih. Besi ini disebut besi cermin karena mempunyai bidang patah
yang mengkilap. Besi ini berasal dari bijih besi yang banyak mengandung mangan.
Sifat besi kasar putih ini mudah rapuh dan tidak bisa ditempa. Hal ini disebabkan
oleh kandungan karbon yang sangat tinggi pada besi tersebut.
6
Baja (Steel)
Sebelum proses pembuatan baja berlangsung terlebih dahulu diawali dengan proses
pengolahan besi kasar pada dapur tinggi (Industri, no date). Baja yaitu logam hasil
perpaduan antara besi dengan karbon dengan kadar secara teoritis 1,7 %. Baja
diproduksi dari besi kasar dengan mengurangi jumlah karbon dan kotoran lainnya
dan menambahkan sejumlah elemen paduan tertentu. Baja ini banyak digunakan
pada konstruksi bangunan seperti rangka gedung pencakar langit dan jembatan.
Selain dibidang bangunan, baja juga banyak digunakan pada sarana transportasi
seperti pembuatan rel kereta api (Sugiarto, no date). Berdasarkan kadar karbon
yang ada di dalamnya baja dapat dibedakan menjadi 3 jenis (Amyrezaa, 2015)
yaitu:
Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) yaitu baja karbon yang
memiliki kadar karbon kurang dari 0,25 %. Baja ini tidak memiliki
kemampuan untuk dilakukan perlakuan panas sehingga untuk
penguatan sifatnya dilakukan dengan menggunakan metode pengerjaan
7
dingin (Cold Working). Struktur mikronya terdiri dari ferit dan perlit
sehingga mempunyai karakteristik yang ulet dan tangguh. Aplikasi jenis
baja ini banyak digunakan untuk rangka mobil, besi siku, kontruksi
bangunan dan jembatan serta pelat yang digunakan dalam perpipaan.
Dalam jenis baja karbon rendah dikenal juga adanya Baja Paduan
Rendah Berkekuatan Tinggi (High Strenght Low Alloy / HSLA). Baja
jenis ini mengalami penambahan elemen tambahan seperti tembaga,
vanadium, nikel dan molybdenum dengan kadar mencapai 10 % dari
jumlah beratnya. Baja jenis ini mempunyai sifat mekanis lebih kuat
dibanding dengan baja karbon rendah serta memiliki sifat ulet. Namun,
jenis baja ini tidak tahan terhadap korosi (Amyrezaa, 2015).
Baja Karbon Medium (Medium Carbon Steel) yaitu jenis baja yang
mempunyai kandungan karbon sedang antara 0,25 % - 0,6 %. Guna
meningkatkan sifat mekanisnya baja ini dapat dikenakan perlakuan
panas dengan quenching dan tempering. Baja ini sebenarnya
mempunyai kekerasan yang rendah sehingga harus ditambahkan
dengan paduan chromium, nikel dan molybdenum guna memberikan
variasi dari kombinasi kekuatan dan keuletan pada baja. Melalui
perlakuan panas tersebut membuat sifat mekanis khususnya tingkat
kekuatan yang lebih tinggi namun mengakibatkan tingkat keuletan dan
ketangguhannya menurun. Aplikasi jenis baja ini dapat ditemui pada
bahan pembuat rel kereta api, poros engkol dan roda gigi gear
(Amyrezaa, 2015).
Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel) yaitu baja dengan komposisi
karbon antara 0,6 % - 1,4 %. Baja ini mempunyai sifat mekanis yang
baik khususnya tingkat kekuatan dan kekerasan yang tinggi namun
cenderung kurang ulet. Untuk meninngkatkan strukturnya supaya lebih
keras dan tahan aus maka dipadukan dengan menggunakan chromium,
tungsten, molybdenum dan vanadium. Baja jenis ini banyak digunakan
pada berbagai macam alat pemotong pada mesin perkakas (Amyrezaa,
2015).
Selain ketiga jenis baja tersebut masih terdapat jenis-jenis baja lain yang bersifat
khusus yaitu
Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja ini dibuat dengan kemampuan tahan terhadap korosi di segala
lingkungan. Baja ini mengandung paduan chromium dengan kadar
minimal 11 %. Sifat tahan korosinya diakibatkan oleh penambahan
nikel dan molibdenum (Amyrezaa, 2015).
8
Baja tahan karat terdiri dari tiga fase dalam struktur mikronya yaitu
austenit, ferit, dan martensit. Baja tahan karat berjenis martensitik dapat
dilakukan proses heat treatment namun tidak berlaku untuk jenis feritik
dan austenitik yang lunak (Amyrezaa, 2015). Baja tahan karat dengan
sifat austenitik memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi karena
mengandung chromium tinggi dengan sedikit nikel. Sedangkan jenis
baja feritik dan martensitik memiliki sifat magnetik sedangkan
austenitik tidak memiliki sifat magnet. Aplikasi jenis baja tahan karat
ini banyak diterapkan pada alat yang mempunyai temperatur tinggi serta
pada beberapa lingkungan yang memungkinkan terjadinya reaksi
oksidasi. Pemanfaatan baja tahan karat banyak digunakan pada turbin
gas, ketel uap temperatur tinggi, furnace untuk perlakuan panas,
pesawat terbang, misil, dan reaktor nuklir (Amyrezaa, 2015).
Besi Tempa (Wrought Iron)
Besi tempa adalah jenis besi tradisional tertentu yang digunakan oleh pandai besi,
menerima namanya dari kata 'tempa', masa lalu abad pertengahan dari kata kerja
bahasa Inggris 'to work'. Its meaningrefers untuk teknik pembuatan logam dengan
bekerja berulang kali dengan palu. Sampai pertengahan abad ke-19, dua teknologi
digunakan untuk menghasilkan besi tempa: teknik langsung dan teknik tidak
langsung (Cvikel et al., 2013). Besi tempa yaitu besi yang mempunyai kadar karbon
rendah. Besi tempa dibuat dari besi kasar dengan beberapa terak yang dicampur
selama proses pembuatan. Keberadaan terak memungkinkan besi tempa untuk
mampu menahan korosi dan oksidasi. Analisis kimia besi tempa dan baja ringan
hampir sama. Perbedaannya berasal dari sifat yang dikontrol selama proses
pembuatan. Besi tempa memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan yang rendah
(Sugiarto, no date). Pembuatan besi ini dilakukan dengan mengurangi kandungan
karbon. Biasanya, penurunan dari 3 sampai 4 massa% karbon menjadi sekitar 0,02
massa% karbon diakibatkan oleh pengurangan oksigen atau oksida langsung dan
produksi gas CO. Pengolahan ini menghasilkan zat besi dengan massa karbon
sekitar 0,02% dengan campuran terak dan kotoran lainnya. Campuran komposit
memiliki matriks besi ulet yang cukup untuk memungkinkan dilakukannya
pemrosesan dan pemodelan deformasi termal (McCowan et al., 2011).
Proses pembuatan baja ini menggunakan campuran besi kasar dengan karbon.
Besi kasar yang dihasilkan dari proses pengolahan bijih besi masih mempunyai
kandungan bahan-bahan bukan besi seperti karbon, silisium, belerang dan fosfor.
Bahan-bahan tersebut harus dikurangi kadarnya jika akan diproses menjadi baja karena
bahan-bahan tersebut akan berpengaruh pada proses pembuatan baja. Untuk proses
9
pengolahan besi kasar menjadi baja dibutuhkan beberapa alat yang mempunyai jenis
bermacam-macam yaitu
Konverter
Alat ini mempunyai bentuk tabung besar yang terbuat dari batu tahan api dan
dilapisi pelat baja dibagian luarnya. Bahan yang digunakan berasal dari batu-batu
chamotte, yaitu tanah liat tahan api yang telah dibakar dan dicampur sedikit tanah
liat murni. Dibagian bawahnya terdapat lubang-lubang untuk mengalirkan udara
menuju ke dalam konvertor dengan tekanan 2-2,5 atm. Tekanan udara yang tinggi
akan meningkatkan suhu udara panas yang ada dikonvertor sehingga akan
membakar kotoran-kotoran dan bahan yang bukan besi.
Proses pembakaran besi kasar ini membutuhkan waktu kurang lebih 10-18
menit. Ini tergantung dari banyaknya kotoran yang masih tersisa pada besi kasar
tersebut. Selama terjadi proses pembakaran, konvertor akan mengeluarkan sumber
api dan asap hitam. Indikator jika besi kasar telah bersih dari campuran kotoran
dapat dilihat dari sumber api dan asap yang dikeluarkan oleh konvertor yang sudah
mulai berwarna cokelat. Kemudian tekanan udara harus dihentikan dan diperiksa
untuk diisikan sejumlah ferro mangan agar besi kasar tadi menjadi baja. Konverter
ini ada 2 macam yaitu
besi kasar akan tereduksi dan membentuk terak yang akan mengapung di atas
logam cairnya. Dengan menggunakan konvertor bessener ini tidak dapat
mengurangi kadar belerang dan fosfor yang tercampur pada logam tersebut.
Sehingga ketika menggunakan alat ini maka besi kasar yang akan diolah harus
mempunyai kadar fosfor (P) tidak lebih dari 0,07 % dan belerang (S) tidak lebih
dari 0,06 %. Apabila kadar fosfor dan belerangnya tinggi maka proses
pemanasannya membutuhkan waktu yang panjang sehingga berdampak pada
pengurangan kadar karbon pada logam. Hal ini mengakibatkan baja yang
terbentuk bernilai mutu rendah.
Proses pengolahan baja menggunakan proses Konvertor Bessenner mempunyai
beberapa keuntungan (Ahadi, 2010) sebagai berikut:
Baja yang dihasilkan dari jenis baja yang mengandung kadar fosfor rendah
Baja mengandung kadar oksigen (O2) lebih rendah/sedikit
Tidak ada proses tiupan tambahan
Sedangkan kerugian menggunakan konvertor Bessenner yaitu
Tidak bisa digunakan untuk mengerjakan besi kasar yang kurang bersih
sehingga harus diambil besi kasar yang lebih murni
Prosesnya sedikit rumit bila dibandingkan dengan proses pada Konvertor
Thomas
Tidak dapat mengurangi kandungan belerang dan fosfor yang tercampur
didalam biji besi tersebut
Tanur listrik ini sangat sesuai digunakan untuk mengolah logam menjadi
baja yang bermutu tinggi. Kapasitas tanur listrik berkisar antara 4-100 ton. Tanur
listrik mempunyai beberapa jenis yaitu
a) Tanur Busur (Arc Furnace)
Dapur listrik busur cahaya adalah peralatan yang digunakan dalam proses
pembuatan dan peleburan logam, dimana besi bekas dipanaskan dan dicairkan
dengan busur listrik yang berasal dari elektroda ke besi bekas didalam dapur.
Pada proses ini menggunakan dua macam arus yaitu arus searah dan arus bolak-
balik. Pada proses peleburan biasa biasanya menggunakan arus bolak-balik
dengan 3 fase menggunakan elektroda graphite. Kelebihan dapur listrik busur
cahaya dari basic oxygen furnace adalah kemampuan untuk mengolah besi kasar
menjadi 100 % baja cair. Kapasitas alat ini mampu memproduksi atau memproses
baja mencapai 400 ton (Mesin, 2015). Alat ini digolongkan menjadi 2 yaitu
sebagai berikut:
Tanur busur langsung yaitu apabila busur listrik timbul diantara elektroda
dengan logam.
Tanur busur tidak langsung yaitu apabila busur listrik terjadi antara elektroda-
elektroda yang ditempatkan diatas logam yang akan dicairkan. Dengan adanya
sumber energy listrik pada tanur akan membuat dinding tanur menjadi panas dan
akan meleburkan logam yang diolah. Penempatan elektroda-elektroda tersebut
dapat dipasang pada posisi tegak atau mendatar.
b) Tanur Tahanan
Tanur tahanan langsung yaitu tanur yang elektroda-elektrodanya terletak di
dalam logam cair.
Tanur tahanan tidak langsung yaitu tanur yang tahanan listriknya terletak di luar
logam cair.
Tanur lstrik sangat cocok digunakan untuk membuat baja dari bahan besi kasar
cair ataupun dingin.
Zat yang tidak digunakan seperti fosfor dan belerang dapat dipisahkan
terlebih dahulu melalui proses filtering zat
Biaya operasional dengan proses BOF lebih murah dibanding dengan proses
lainnya
Proses ini dapat dikombinasikan dengan penggunaan lump jeruk nipis sebagai fluks
yang paling umum dan bijih besi sebagai pendingin digunakan dalam pembuatan baja
oksigen dasar. Namun, titik lebur yang tinggi, sifat pembubaran yang buruk,
kecenderungan pembesaran dan sifat higroskopis kapur sering menimbulkan masalah
dalam operasi. (Pal et al., 2015).
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR RUJUKAN
Amyrezaa (2015) Ferrous Alloy (1) Mengenal Definisi Paduan Besi dan Jenis-Jenis
Baja. Available at: https://metallurgistwannabe.wordpress.com/2015/08/05/ferrous-
alloy-1-mengenal-definisi-paduan-besi-dan-jenis-jenis-baja/ (Accessed: 9 November
2017).
Fadli, G. (2016) Inilah Proses Pembuatan Baja yang Perlu Kamu Ketahui. Available
at: https://gushaironfadli.com/proses-pembuatan-baja/. (Accessed: 9 November
2017).
16
Sofyan, B. T. (2010) Pengantar Material Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Sujudwijono, N. et al. (no date) ‘BALAI KOTA MALANG’, 11, pp. 17–25.
Sumanto (2008) Pengetahuan Bahan Untuk Mesin dan Listrik. Yogyakarta: Andi
Offset.