Anda di halaman 1dari 21

Pengolahan Besi Kasar Menjadi Baja

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengetahuan Bahan Teknik
yang dibina oleh Bapak Putut Murdanto

Oleh
1. Muhammad Sudarman 160511609219
2. Rizal Wahyu Amrullah 160511609230
3. Saroni Yatno Edy W 160511609292
4. Wawan Aprianto 160511609223

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
November 2017
Kata Pengantar

Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat, nikmat, dan taufik serta hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini
penulis mampu menyelesaikan makalah Pengetahuan Bahan Teknik dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada
para ilmuan atau cendekiawan yang hasil karyanya penulis jadikan rujukan didalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi mengenai materi
pemesinan khususnya yang berkaitan dengan proses pengolahan besi kasar menjadi
Dbaja. Dengan harapan pembaca mampu memahami materi ini dengan jelas untuk
dapat diterapkan didalam kegiatan industri pemesinan dan dibidang pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini perlu pembenahan baik dari segi bahasa
maupun sistematika penulisan. Untuk itu penulis sangat berharap atas saran dan kritik
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini secara menyeluruh.

Malang, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah .......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Logam Besi ................................................................................3
2.2 Tujuan Pengolahan Besi...........................................................................4
2.3 Proses Pembuatan Besi dan Baja .............................................................4
2.4 Penggolongan Besi Kasar ........................................................................5
2.5 Hasil Perpaduan Besi Kasar .....................................................................6
2.6 Alat-Alat Pembuatan Baja........................................................................8
2.7 Latihan Soal .............................................................................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................15

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bijih-Bijih Besi ................................................................................3


Gambar 2.4.1 Besi Kasar Kelabu .........................................................................5
Gambar 2.4.2 Besi Kasar Putih ............................................................................6
Gambar 2.6.1 Tungku Pengolah Baja ..................................................................9
Gambar 2.6.3 Tanur Listrik ..................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di bidang permesinan kita sering menjumpai beberapa material bahan baik


yang digunakan dalam proses praktikum pemesinan atau dalam proses perancangan
sebuah mesin. Material bahan ini merupakan komponen utama dalam merancang
konstruksi sebuah mesin. Material tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda tergantung dari partikel yang menyusun material tersebut. Material bahan ini juga
mempunyai beragam wujud baik padat, gas atau cair. Pada makalah ini pokok
pembahasan akan dititikberatkan pada bahan yang berwujud padat yaitu proses
pengolahan besi kasar menjadi baja. Konstruksinya yang kuat membuat material ini
(baja) banyak digunakan di dalam berbagai bidang kehidupan. Selain di bidang
permesinan penggunaan baja ini juga banyak ditemukan pada bidang-bidang lain
seperti pada konstruksi rangka gedung dan juga sebagai penunjang alat transportasi
kereta api yaitu sebagai rel. Seorang teknisi mesin harus mampu memahami
pengetahuan bahan teknik dengan baik guna menunjang keterampilannya sehingga
mampu memaksimalkan potensinya secara optimal khususnya dalam menganalisa dan
merancang sebuah produk dengan material bahan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dirumuskan di atas maka
pokok permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini berkaitan dengan proses
pengolahan besi kasar menjadi baja yang didalamnya mencakup beberapa hal sebagai
berikut:
 Apakah yang dimaksud dengan logam besi?
 Apa tujuan dari proses pengolahan besi?
 Bagaimana proses pembuatan besi dan baja?
 Apa saja jenis logam dari proses pengolahan besi kasar?
 Logam apa saja yang dapat dihasilkan dari proses perpaduan besi kasar?
 Berapa macam alternatif alat yang digunakan pada proses pengolahan baja?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan memberikan informasi yang berkaitan dengan proses


pengolahan besi kasar menjadi logam secara mendalam. Dengan demikian, diharapkan

1
2

pembaca mampu memahami kajian secara teoretis pada makalah ini untuk dapat
dipraktikkan didalam dunia kerja maupun pendidikan. Tujuan pokok makalah ini
sebagai berikut:
 Untuk menjelaskan definisi logam besi
 Untuk menjelaskan tujuan pengolahan besi
 Untuk menjelaskan proses pembuatan besi dan baja
 Untuk menjelaskan penggolongan besi kasar
 Untuk menjelaskan hasil perpaduan besi kasar
 Untuk menjelaskan alat-alat pembuatan baja
Untuk itu penulis berupaya menyajikan materi ini secara ringkas dan jelas agar mudah
dipahami oleh pembaca. Sehingga akan meningkatkan semangat pembaca didalam
memahami konsep dasar pengetahuan bahan teknik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Logam Besi

Logam besi merupakan komponen yang paling banyak digunakan sebagai


bahan industri karena mempunyai karakteristik yang bervariasi mulai dari yang bersifat
keras sampai dengan yang bersifat lunak (Zainuri, 2008). Fokus pembahasan pada
makalah ini menitikberatkan pada pengolahan besi kasar menjadi baja.
Komponen utama pembentukan besi yaitu bijih besi yang merupakan bahan tambang
yang diperoleh dari dalam perut bumi. Bijih besi ini tidak pernah ditemukan dalam
bentuk murni di alam dikarenakan bijih besi mempunyai kemampuan berikatan dengan
elemen lain. Maka dari itu besi tersebut harus dipisahkan dari bijih besi, mineral dan
batu endapan yang menempel (Zainuri, 2008). Besi yang masih dalam bentuk murni
secara langsung tidak cocok digunakan sebagai bahan karena karakteristiknya terlalu
lunak. Besi yang dapat diolah secara teknis selalu membutuhkan perpaduan antara besi
(Fe) dengan zat arang (C) dan unsur-unsur lainnya. Tinggi kadar arang yang ada
didalam besi sangat menentukan karakteristik dari besi tersebut yang meliputi
kekerasan, kekuatan dan keuletannya (Alois Schonmetz, 1985). Selain menggunakan
bahan tambahan, pada saat proses pengolahan besi kasar menjadi baja menggunakan
bahan bakar kokas. Penggunaan kokas ini mempunyai kelebihan yaitu energi kalor
yang dihasilkan tinggi mencapai 8000 kal/kg dan mempunyai kandungan zat arang
yang tinggi (Indiyanto, no date). Proses pengolahan besi ini merupakan proses yang
berisiko oleh karena itu pelaksanaannya harus sesuai dengan prosedur yang baik dan
benar termasuk didalamnya harus memperhatikan alat keselamatan kerja baik
keselamatan operator, alat dan benda kerja. Debu dari sisa-sisa pengolahan besi yang
mengandung silica ini sangat berbahaya bagi kesehatan khususnya kesehatan paru-paru
(Damanik, Husodo and Gunawan, 2015). Karena di dalam proses ini sangat erat
kaitannya dengan proses berlangsungnya reaksi kimia, sehingga untuk meminimalisir
dampak dari proses tersebut maka seorang pekerja dalam proses pengolahan logam
harus selalu mematuhi Standar Operasi yang benar.

Gambar 2.1 Bijih-bijih Besi

3
4

2.2 Tujuan Pengolahan Besi

Pengolahan logam ini khususnya perpaduan antara besi dengan baja diproduksi
dalam skala yang besar terutama untuk aplikasi dalam bidang konstruksi dan
manufaktur (Sofyan, 2010). Selain digunakan untuk komponen utama dalam berbagai
bidang alasan yang mendorong proses pengolahan logam sebagai berikut:
 Bahan logam tersedia di alam dalam jumlah yang besar
 Paduan besi dan baja dapat diproduksi dengan biaya yang relatif rendah (baik
untuk biaya ekstraksi, pemurnian, maupun pemrosesan)
 Paduan besi dan baja memiliki karakteristik yang bervariasi sehingga dapat
dipakai untuk banyak aplikasi. Salah satunya karakteristik dari baja yaitu
mempunyai kekuatan dan daya tahan yang baik (Sujudwijono et al., no date)

2.3 Proses Pembuatan Besi dan Baja

Secara singkat proses pembuatan besi dan baja dapat dijelaskan melalui tiga
tahap sebagai berikut:
a. Reduksi bijih besi: pemrosesan dari bijih besi menjadi besi. Proses reduksi ini
merupakan sebuah proses didalam pengolahan besi kasar yang bertujuan untuk
menarik zat asam (O2) dari dalam oksida besi dengan menggunakan bahan
tambahan yaitu batu kapur (CaO). Batu kapur ini berfungsi untuk mereduksi
kandungan sulfur dan fosfor dari cairan besi (Sugiarto, no date). Proses reduksi besi
ini digolongkan menjadi 2 jenis yaitu

 Reduksi tidak langsung


Proses reduksi tidak langsung ini dilakukan di dalam tanur tinggi (blast
furnace). Pada proses ini material yang dimasukkan ke dalam tanur tinggi yaitu
bijih besi yang dimurnikan, batu bara dan batu kapur. Proses ini dikenal sebagai
proses reduksi tidak langsung dikarenakan gas reduktor tidak dimasukkan
secara langsung ke dalam tanur tinggi, melainkan dihasilkan dari proses di
dalam tanur tinggi tersebut melalui proses pemanasan terlebih dahulu.

 Reduksi langsung
Prinsip reduksi langsung adalah memasukkan gas reduktor ke dalam tanur
sehingga terjadi reaksi reduksi bijih besi. Biasanya gas reduktor yang
dimasukkan adalah gas alam dengan rasio tertentu. Reaksi reduksi ini bersifat
endotermik sehingga tidak terjadi pencairan bijih besi dan produk yang
dihasilkan adalah besi kasar padat.
5

b. Pemurnian baja: penurunan kadar karbon (C) dalam besi menjadi bahan baja
setengah jadi.
c. Pembentukan: pengubahan bentuk baja setengah jadi menjadi bahan jadi.
Proses pengolahan besi menjadi baja ini menghasilkan limbah yang dinamakan
dengan terak. Karena ketidakstabilan volume, terak baja tidak berguna sebagai bahan
bangunan untuk waktu yang lama. Namun, dengan pertumbuhan industri baja, dan
jumlah terak yang dihasilkan sebagai produk sampingan, berarti bahwa pembuangan
atau pemulihan terak perlu ditangani dengan benar. Aplikasi umum terak baja, sekali
lagi menurut data Asosiasi EUROSLAG, sebagian besar terak baja yang dihasilkan
digunakan dalam konstruksi jalan.(Netinger Grubeša et al., 2016).

2.4 Penggolongan Besi Kasar

Hasil dari proses pengolahan bijih besi pada dapur tinggi akan menghasilkan
besi kasar. Besi kasar ini dapat digolongkan menjadi 2 golongan (Sumanto, 2008)
sebagai berikut
 Besi kasar kelabu. Besi ini berasal dari bijih besi yang mengandung silisium.
Sifat besi kasar kelabu mudah mengalir dan mencair sehingga sangat sesuai
digunakan pada bengkel penuangan besi atau bengkel pengecoran logam.

Gambar 2.4.1 Besi Kasar Kelabu

 Besi kasar putih. Besi ini disebut besi cermin karena mempunyai bidang patah
yang mengkilap. Besi ini berasal dari bijih besi yang banyak mengandung mangan.
Sifat besi kasar putih ini mudah rapuh dan tidak bisa ditempa. Hal ini disebabkan
oleh kandungan karbon yang sangat tinggi pada besi tersebut.
6

Gambar 2.4.2 Besi Kasar Putih

2.5 Hasil Perpaduan Besi Kasar

Kombinasi dari besi kasar dengan beberapa bahan tambahan akan


menghasilkan beberapa macam bahan logam paduan. Beberapa macam bahan logam
paduan yang dihasilkan dari proses perpaduan besi kasar secara garis besar
dikelompokkan menjadi 3 macam (Indiyanto, no date) yaitu
 Besi Cor (Cast Iron)
Besi cor merupakan logam hasil perpaduan antara besi dan karbon dengan kadar
antara 1,7-3,5 % (Indiyanto, no date). Besi tuang adalah paduan ferrous dengan
kandungan karbon tinggi dengan karbon di atas 2% massa, yang merupakan
kelarutan tertinggi karbon di bidang fasa austenite (McCowan et al., 2011). Paduan
dengan nikel, kromium, silikon atau vanadium membuat besi cor memiliki
kekuatan, ketahanan dan kekerasan yang baik (Suprihanto, Satrijo and Suratman,
2007) Proses pembuatannya dilakukan dengan menuangkan campuran bijih besi
cair dengan karbon yang dimasukkan kedalam cetakan dan melalui proses
pendinginan yang bertahap (Sugiarto, no date)

 Baja (Steel)
Sebelum proses pembuatan baja berlangsung terlebih dahulu diawali dengan proses
pengolahan besi kasar pada dapur tinggi (Industri, no date). Baja yaitu logam hasil
perpaduan antara besi dengan karbon dengan kadar secara teoritis 1,7 %. Baja
diproduksi dari besi kasar dengan mengurangi jumlah karbon dan kotoran lainnya
dan menambahkan sejumlah elemen paduan tertentu. Baja ini banyak digunakan
pada konstruksi bangunan seperti rangka gedung pencakar langit dan jembatan.
Selain dibidang bangunan, baja juga banyak digunakan pada sarana transportasi
seperti pembuatan rel kereta api (Sugiarto, no date). Berdasarkan kadar karbon
yang ada di dalamnya baja dapat dibedakan menjadi 3 jenis (Amyrezaa, 2015)
yaitu:
 Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) yaitu baja karbon yang
memiliki kadar karbon kurang dari 0,25 %. Baja ini tidak memiliki
kemampuan untuk dilakukan perlakuan panas sehingga untuk
penguatan sifatnya dilakukan dengan menggunakan metode pengerjaan
7

dingin (Cold Working). Struktur mikronya terdiri dari ferit dan perlit
sehingga mempunyai karakteristik yang ulet dan tangguh. Aplikasi jenis
baja ini banyak digunakan untuk rangka mobil, besi siku, kontruksi
bangunan dan jembatan serta pelat yang digunakan dalam perpipaan.
Dalam jenis baja karbon rendah dikenal juga adanya Baja Paduan
Rendah Berkekuatan Tinggi (High Strenght Low Alloy / HSLA). Baja
jenis ini mengalami penambahan elemen tambahan seperti tembaga,
vanadium, nikel dan molybdenum dengan kadar mencapai 10 % dari
jumlah beratnya. Baja jenis ini mempunyai sifat mekanis lebih kuat
dibanding dengan baja karbon rendah serta memiliki sifat ulet. Namun,
jenis baja ini tidak tahan terhadap korosi (Amyrezaa, 2015).

 Baja Karbon Medium (Medium Carbon Steel) yaitu jenis baja yang
mempunyai kandungan karbon sedang antara 0,25 % - 0,6 %. Guna
meningkatkan sifat mekanisnya baja ini dapat dikenakan perlakuan
panas dengan quenching dan tempering. Baja ini sebenarnya
mempunyai kekerasan yang rendah sehingga harus ditambahkan
dengan paduan chromium, nikel dan molybdenum guna memberikan
variasi dari kombinasi kekuatan dan keuletan pada baja. Melalui
perlakuan panas tersebut membuat sifat mekanis khususnya tingkat
kekuatan yang lebih tinggi namun mengakibatkan tingkat keuletan dan
ketangguhannya menurun. Aplikasi jenis baja ini dapat ditemui pada
bahan pembuat rel kereta api, poros engkol dan roda gigi gear
(Amyrezaa, 2015).

 Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel) yaitu baja dengan komposisi
karbon antara 0,6 % - 1,4 %. Baja ini mempunyai sifat mekanis yang
baik khususnya tingkat kekuatan dan kekerasan yang tinggi namun
cenderung kurang ulet. Untuk meninngkatkan strukturnya supaya lebih
keras dan tahan aus maka dipadukan dengan menggunakan chromium,
tungsten, molybdenum dan vanadium. Baja jenis ini banyak digunakan
pada berbagai macam alat pemotong pada mesin perkakas (Amyrezaa,
2015).
Selain ketiga jenis baja tersebut masih terdapat jenis-jenis baja lain yang bersifat
khusus yaitu
 Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja ini dibuat dengan kemampuan tahan terhadap korosi di segala
lingkungan. Baja ini mengandung paduan chromium dengan kadar
minimal 11 %. Sifat tahan korosinya diakibatkan oleh penambahan
nikel dan molibdenum (Amyrezaa, 2015).
8

Baja tahan karat terdiri dari tiga fase dalam struktur mikronya yaitu
austenit, ferit, dan martensit. Baja tahan karat berjenis martensitik dapat
dilakukan proses heat treatment namun tidak berlaku untuk jenis feritik
dan austenitik yang lunak (Amyrezaa, 2015). Baja tahan karat dengan
sifat austenitik memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi karena
mengandung chromium tinggi dengan sedikit nikel. Sedangkan jenis
baja feritik dan martensitik memiliki sifat magnetik sedangkan
austenitik tidak memiliki sifat magnet. Aplikasi jenis baja tahan karat
ini banyak diterapkan pada alat yang mempunyai temperatur tinggi serta
pada beberapa lingkungan yang memungkinkan terjadinya reaksi
oksidasi. Pemanfaatan baja tahan karat banyak digunakan pada turbin
gas, ketel uap temperatur tinggi, furnace untuk perlakuan panas,
pesawat terbang, misil, dan reaktor nuklir (Amyrezaa, 2015).
 Besi Tempa (Wrought Iron)
Besi tempa adalah jenis besi tradisional tertentu yang digunakan oleh pandai besi,
menerima namanya dari kata 'tempa', masa lalu abad pertengahan dari kata kerja
bahasa Inggris 'to work'. Its meaningrefers untuk teknik pembuatan logam dengan
bekerja berulang kali dengan palu. Sampai pertengahan abad ke-19, dua teknologi
digunakan untuk menghasilkan besi tempa: teknik langsung dan teknik tidak
langsung (Cvikel et al., 2013). Besi tempa yaitu besi yang mempunyai kadar karbon
rendah. Besi tempa dibuat dari besi kasar dengan beberapa terak yang dicampur
selama proses pembuatan. Keberadaan terak memungkinkan besi tempa untuk
mampu menahan korosi dan oksidasi. Analisis kimia besi tempa dan baja ringan
hampir sama. Perbedaannya berasal dari sifat yang dikontrol selama proses
pembuatan. Besi tempa memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan yang rendah
(Sugiarto, no date). Pembuatan besi ini dilakukan dengan mengurangi kandungan
karbon. Biasanya, penurunan dari 3 sampai 4 massa% karbon menjadi sekitar 0,02
massa% karbon diakibatkan oleh pengurangan oksigen atau oksida langsung dan
produksi gas CO. Pengolahan ini menghasilkan zat besi dengan massa karbon
sekitar 0,02% dengan campuran terak dan kotoran lainnya. Campuran komposit
memiliki matriks besi ulet yang cukup untuk memungkinkan dilakukannya
pemrosesan dan pemodelan deformasi termal (McCowan et al., 2011).

2.6 Alat-Alat Pembuatan Baja

Proses pembuatan baja ini menggunakan campuran besi kasar dengan karbon.
Besi kasar yang dihasilkan dari proses pengolahan bijih besi masih mempunyai
kandungan bahan-bahan bukan besi seperti karbon, silisium, belerang dan fosfor.
Bahan-bahan tersebut harus dikurangi kadarnya jika akan diproses menjadi baja karena
bahan-bahan tersebut akan berpengaruh pada proses pembuatan baja. Untuk proses
9

pengolahan besi kasar menjadi baja dibutuhkan beberapa alat yang mempunyai jenis
bermacam-macam yaitu
 Konverter
Alat ini mempunyai bentuk tabung besar yang terbuat dari batu tahan api dan
dilapisi pelat baja dibagian luarnya. Bahan yang digunakan berasal dari batu-batu
chamotte, yaitu tanah liat tahan api yang telah dibakar dan dicampur sedikit tanah
liat murni. Dibagian bawahnya terdapat lubang-lubang untuk mengalirkan udara
menuju ke dalam konvertor dengan tekanan 2-2,5 atm. Tekanan udara yang tinggi
akan meningkatkan suhu udara panas yang ada dikonvertor sehingga akan
membakar kotoran-kotoran dan bahan yang bukan besi.

2.6.1Tungku Pengolahan Baja

Proses pembakaran besi kasar ini membutuhkan waktu kurang lebih 10-18
menit. Ini tergantung dari banyaknya kotoran yang masih tersisa pada besi kasar
tersebut. Selama terjadi proses pembakaran, konvertor akan mengeluarkan sumber
api dan asap hitam. Indikator jika besi kasar telah bersih dari campuran kotoran
dapat dilihat dari sumber api dan asap yang dikeluarkan oleh konvertor yang sudah
mulai berwarna cokelat. Kemudian tekanan udara harus dihentikan dan diperiksa
untuk diisikan sejumlah ferro mangan agar besi kasar tadi menjadi baja. Konverter
ini ada 2 macam yaitu

a) Konvertor Bessener (Konvertor Asam)


Konvertor ini mempunyai konstruksi dinding dalam terbuat dari batu tahan
api dari bahan silica yang bersifat asam. Dengan adanya udara panas yang
dihembuskan ke dalam konvertor maka segala kotoran yang tercampur pada
10

besi kasar akan tereduksi dan membentuk terak yang akan mengapung di atas
logam cairnya. Dengan menggunakan konvertor bessener ini tidak dapat
mengurangi kadar belerang dan fosfor yang tercampur pada logam tersebut.
Sehingga ketika menggunakan alat ini maka besi kasar yang akan diolah harus
mempunyai kadar fosfor (P) tidak lebih dari 0,07 % dan belerang (S) tidak lebih
dari 0,06 %. Apabila kadar fosfor dan belerangnya tinggi maka proses
pemanasannya membutuhkan waktu yang panjang sehingga berdampak pada
pengurangan kadar karbon pada logam. Hal ini mengakibatkan baja yang
terbentuk bernilai mutu rendah.
Proses pengolahan baja menggunakan proses Konvertor Bessenner mempunyai
beberapa keuntungan (Ahadi, 2010) sebagai berikut:
 Baja yang dihasilkan dari jenis baja yang mengandung kadar fosfor rendah
 Baja mengandung kadar oksigen (O2) lebih rendah/sedikit
 Tidak ada proses tiupan tambahan
Sedangkan kerugian menggunakan konvertor Bessenner yaitu
 Tidak bisa digunakan untuk mengerjakan besi kasar yang kurang bersih
sehingga harus diambil besi kasar yang lebih murni
 Prosesnya sedikit rumit bila dibandingkan dengan proses pada Konvertor
Thomas
 Tidak dapat mengurangi kandungan belerang dan fosfor yang tercampur
didalam biji besi tersebut

b) Konvertor Thomas (Konvertor Basa)


Konvertor ini mempunyai dinding bagian dalam yang terbuat dari bahan
dolomit sehingga akan selalu bersifat basa. Alat ini mampu digunakan untuk
pembuatan baja dari besi kasar yang mengandung banyak fosfor (P) kurang
lebih 1,8-2 %. Pada proses ini terak yang terjadi banyak mengandung asam
fosfat yang sangat cocok digunakan untuk membuat pupuk. Selain itu pada
proses Thomas ini besi kasar yang kita pakai berkadar silisium dibawah 0,5 %.
Proses pembuatan baja dengan menggunakan Konvertor Thomas ini
mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan menggunakan
Konvertor Thomas (Ahadi, 2010) sebagai berikut:
 Dapat mengerjakan berbagai jenis besi kasar yang kurang bersih
 Fosfor dapat dihilangkan dengan tidak mengganggu proses di dalam
konvertor
 Menghasilkan terak yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk
untuk kesuburan tanah dan tanaman
 Lebih mudah didalam prosesnya dibanding dengan proses Konvertor
Bessener
11

Sementara kekurangan atau kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan


Konvertor Thomas (Ahadi, 2010) yaitu
 Baja hasil pengolahan terlalu banyak mengandung oksigen (O2)
 Kandungan besi yang hilang lebih banyak dibanding dengan proses
Konvertor Bessenner mencapai 11-13 %.

 Pembuatan Baja Siemens-Martin


Proses pembuatan baja Siemens-Martin ini sering dipakai di benua Eropa,
sedangkan di belahan dunia lain seperti Amerika lebih dikenal dengan istilah
Open-Hearth.
Pada proses ini bahan baku yang digunakan untuk membuat baja yaitu besi baja
cair dan baja sekrap. Alat ini menggunakan bahan bakar yang berwujud cair atau
gas. Tanur Siemens-Martin ini lebih dikenal sebagai tanur regenerator.
Regenerator ini berfungsi untuk pemanas mula dari udara dan gas. Jika
menggunakan bahan bakar cair maka diatas tanur dipasang 2 buah injektor. Udara
pada proses ini masuk melalui salah satu dari regenerator kedalam tanur. Sebelum
masuk dalam tanur udara luar dipanaskan terlebih dahulu oleh regenerator hingga
mencapai suhu kira-kira 920⁰ sehingga pada saat bereaksi dengan bahan bakar
dalam tanur suhu dapat mencapai suhu pembakaran 1800⁰. Dengan demikian tanur
Siemens-Martin ini sangat cocok digunakan untuk mengolah logam yang bertitik
cair lebih tinggi daripada baja (besi).

 Pembuatan Baja Listrik


Pembuatan baja dengan tanur listrik (dapur listrik) sebenarnya sama dengan
pembuatan baja dengan tanur nyala hanya saja sumber panasnya berasal dari
tenaga listrik. Penggunaan sumber energi listrik mempunyai keuntungan bahwa
energi listrik mampu menghasilkan suhu yang tinggi dan tetap serta temperaturnya
mudah untuk diatur, selain itu sumber energi listrik merupakan sumber panas yang
bersih artinya tidak mengandung oksigen sehingga ketika bereaksi dengan dengan
cairan logam tidak akan menghasilkan oksidasi. Selain itu, keuntungan
menggunakan dapur listrik ini yaitu praktis tidak ada udara luar/ oksigen (O2). Di
sisi mempunyai beberapa keuntungan, dapur listrik ini juga mempunyai beberapa
kekurangan (Mesin, 2015) sebagai berikut:
 Harga alat dan perlengkapannya mahal
 Membutuhkan biaya operasional yang besar
12

Gambar 2.6.3 Tanur Listrik

Tanur listrik ini sangat sesuai digunakan untuk mengolah logam menjadi
baja yang bermutu tinggi. Kapasitas tanur listrik berkisar antara 4-100 ton. Tanur
listrik mempunyai beberapa jenis yaitu
a) Tanur Busur (Arc Furnace)
Dapur listrik busur cahaya adalah peralatan yang digunakan dalam proses
pembuatan dan peleburan logam, dimana besi bekas dipanaskan dan dicairkan
dengan busur listrik yang berasal dari elektroda ke besi bekas didalam dapur.
Pada proses ini menggunakan dua macam arus yaitu arus searah dan arus bolak-
balik. Pada proses peleburan biasa biasanya menggunakan arus bolak-balik
dengan 3 fase menggunakan elektroda graphite. Kelebihan dapur listrik busur
cahaya dari basic oxygen furnace adalah kemampuan untuk mengolah besi kasar
menjadi 100 % baja cair. Kapasitas alat ini mampu memproduksi atau memproses
baja mencapai 400 ton (Mesin, 2015). Alat ini digolongkan menjadi 2 yaitu
sebagai berikut:
 Tanur busur langsung yaitu apabila busur listrik timbul diantara elektroda
dengan logam.
 Tanur busur tidak langsung yaitu apabila busur listrik terjadi antara elektroda-
elektroda yang ditempatkan diatas logam yang akan dicairkan. Dengan adanya
sumber energy listrik pada tanur akan membuat dinding tanur menjadi panas dan
akan meleburkan logam yang diolah. Penempatan elektroda-elektroda tersebut
dapat dipasang pada posisi tegak atau mendatar.

b) Tanur Tahanan
 Tanur tahanan langsung yaitu tanur yang elektroda-elektrodanya terletak di
dalam logam cair.
 Tanur tahanan tidak langsung yaitu tanur yang tahanan listriknya terletak di luar
logam cair.
Tanur lstrik sangat cocok digunakan untuk membuat baja dari bahan besi kasar
cair ataupun dingin.

 Pembuatan Baja Basic Oxygen Furnace (BOF)


13

Proses pengolahan baja dengan proses Basic Oxygen Furnace (BOF)


merupakan modifikasi dari proses Bessener. Pada proses Bessener untuk
membakar kotoran yang tersisa pada biji besi menggunakan uap air panas yang
ditiupkan pada besi kasar cair, sedangkan pada proses BOF memakai oksigen
murni sebagai pengganti uap air (Fadli, 2016).
Dapur bejana BOF mempunyai ukuran diameter 5 meter dan dalam satu kali
pemanasan mampu menghasilkan 35-200 ton baja. Konstruksi tungkunya relative
sederhana, pada bagian luarnya dibuat dari plat baja sedangkan dinding bagian
dalamnya dibuat dari batu tahan api (firebrick) (Fadli, 2016).
Proses BOF menggunakan besi kasar cair yang dihasilkan dari dapur tinggi
sebagai bahan dasar utama dengan kadar 65-85 % dicampur dengan besi bekas
(skrap baja) sebanyak 15-35 % dan batu kapur serta oksigen dengan kemurnian
99,5 %. Oksigen akan mengikat karbon yang terdapat pada besi kasar secara
berangsur-angsur hingga turun mencapai tingkat baja yang dibuat. Pada saat
oksidasi berlangsung terjadi panas yang sangat tinggi sehingga dapat menaikkan
temperatur logam mencapai suhu diatas 165 ⁰ C.
Saat oksidasi berlangsung, ditambahkan batu kapur yang dimasukkan ke dalam
tungku. Batu tersebut akan mencair kemudian bercampur dengan bahan-bahan
impuritas (bahan-bahan yang teroksidasi) sehingga membentuk terak yang
terapung di atas baja cair. Ketika proses oksida selesai, aliran oksigen dihentikan
dan pipa pengalir oksigen diangkat dari tungku. Kemudian tungku BOF
dimiringkan guna pengambilan sampel baja cair kemudian dilakukan analisa
komposisi kimia untuk menilai kadar bajanya. Jika komposisi kimia pada unsur
baja telah tercapai maka dilakukan penuangan (tapping). Penuangan dilakukan
ketika temperature baja cair sekitar 165 ⁰ C. Cara melakukan penuangan yaitu
dengan memiringkan perlahan-lahan tungku pengolahan sehingga cairan baja
tertuang masuk kedalam ladel (wadah tuangan baja cair yang belum dicetak)
(Fadli, 2016).
Di dalam ladel kemudian dilakukan skimming untuk membersihkan terak dari
permukaan baja cair. Setalh terak dibersihkan dilakukan proses perlakuan logam
cair (metal treatment) (Fadli, 2016).
Menurut Fadli (2016) proses pengolahan baja dengan proses Basic Oxygen
Furnace (BOF) mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut:
 Proses BOF menggunakan oksigen (O2) murni tanpa campuran nitrogen
 Proses pembuatan berjalan lebih cepat dan efektif
 Pada dapur olah (tungku) tidak diperlukan tuyer pada bagian bawahnya
14

 Zat yang tidak digunakan seperti fosfor dan belerang dapat dipisahkan
terlebih dahulu melalui proses filtering zat
 Biaya operasional dengan proses BOF lebih murah dibanding dengan proses
lainnya
Proses ini dapat dikombinasikan dengan penggunaan lump jeruk nipis sebagai fluks
yang paling umum dan bijih besi sebagai pendingin digunakan dalam pembuatan baja
oksigen dasar. Namun, titik lebur yang tinggi, sifat pembubaran yang buruk,
kecenderungan pembesaran dan sifat higroskopis kapur sering menimbulkan masalah
dalam operasi. (Pal et al., 2015).

2.7 Latihan Soal

a. Jelaskan secara singkat mengenai proses pengolahan besi kasar!


Proses pembuatan besi kasar dimulai dengan mengolah bijih-bijih besi yang
berasal dari hasil pertambangan, setelah melewati beberapa tahapan bijih besi
tadi direduksikan dengan bahan tambahan yaitu batu kapur guna mengurangi
kandungan zat asam yang ada didalamnya. Bijih besi, batu kapur dan kokas tadi
diolah di dapur tinggi sehingga menghasilkan besi kasar.

b. Bagaimana sifat besi yang mempunyai komposisi karbon terlalu tinggi?


Kadar karbon yang terlalu tinggi pada logam besi ini akan berdampak pada
kekuatan besi yang terbentuk sehingga besi ini akan bersifat mudah rapuh dan
tidak bisa ditempa.

c. Apa yang dimaksud dengan reduksi pada pengolahan besi kasar?


Reduksi adalah proses didalam pengolahan besi kasar yang bertujuan untuk
menarik zat asam (O2) dari dalam oksida besi dengan menggunakan bahan
tambahan yaitu batu kapur (CaO)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan bahan teknik merupakan sebuah ilmu yang wajib dipelajari


didalam pendidikan teknik mesin. Hal ini sangat penting guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap setiap bahan teknik yang sering
digunakan di dalam proses pemesinan. Dengan adanya pemahaman dan pengetahuan
mengenai bahan teknik secara mendalam akan menghindarkan mahasiswa dari
kesalahan didalam memilih bahan ketika akan merancang sebuah alat. Pada makalah
ini pembahasan mengenai bahan teknik lebih dititikberatkan pada proses pengolahan
besi kasar menjadi baja. Makalah ini menyajikan ringkasan materi mulai dari awal
proses pengolahan bijih-bijih besi sampai dengan proses pengolahan besi kasar
menjadi baja.

3.2 Saran

Setiap proses pengerjaan logam mempunyai prosedur dan ketentuan tertentu.


Hal ini bertujuan untuk meningkat kualitas mutu dari logam yang diolah. Sehingga
dengan prosedur dan komposisi yang tepat maka logam yang dihasilkan juga akan
berkualitas tinggi. Hal perlu dipahami oleh seorang teknisi dalam bidang permesinan
khususnya yang berkaitan dengan analisis material bahan. Hal ini sangat penting guna
mendukung proses perancangan alat permesinan yang akan dikerjakan. Untuk itu maka
seorang teknisi dalam bidang pemesinan harus mempunyai kemampuan dan
pengetahuan bahan teknik dengan baik dan mendalam.

15
DAFTAR RUJUKAN

Ahadi (2010) Proses Pembuatan Baja. Available at:


http://www.ilmusipil.com/proses-pembuatan-baja. (Accessed: 9 November 2017).

Alois Schonmetz, K. G. (1985) Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam.


Bandung: Angkasa.

Amyrezaa (2015) Ferrous Alloy (1) Mengenal Definisi Paduan Besi dan Jenis-Jenis
Baja. Available at: https://metallurgistwannabe.wordpress.com/2015/08/05/ferrous-
alloy-1-mengenal-definisi-paduan-besi-dan-jenis-jenis-baja/ (Accessed: 9 November
2017).

Cvikel, D. et al. (2013) ‘Characterization of a 12-pdr wrought-iron cannonball from


the Akko 1 shipwreck’, Materials Characterization, 83, pp. 198–211. doi:
10.1016/j.matchar.2013.06.012.

Damanik, L. H., Husodo, A. H. and Gunawan, T. (2015) ‘MODEL


PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN
PENGECORAN LOGAM TRADISIONAL STUDI KASUS DI KAWASAN
INDUSTRI BATUR KLATEN- JAWA TENGAH’, 4(2).

Fadli, G. (2016) Inilah Proses Pembuatan Baja yang Perlu Kamu Ketahui. Available
at: https://gushaironfadli.com/proses-pembuatan-baja/. (Accessed: 9 November
2017).

Indiyanto, R. (no date) ‘Pengantar pengetahuan bahan teknik’.

Industri, K. (no date) ‘Dasar Kimia Industri Baja’.

McCowan, C. N. et al. (2011) ‘United States Capitol dome: Characterization of cast


and wrought materials’, Materials Characterization, 62(8), pp. 807–816. doi:
10.1016/j.matchar.2011.05.002.

Mesin, A. T. (2015) Dapur Listrik Busur Cahaya. Available at:


http://teknikmesin.org/dapur-listrik-busur-cahaya/ (Accessed: 9 November 2017).

Netinger Grubeša, I. et al. (2016) ‘Applications of steel slag in civil engineering’,


Characteristics and Uses of Steel Slag in Building Construction, i, pp. 67–82. doi:
10.1016/B978-0-08-100368-8.00005-1.

Pal, J. et al. (2015) ‘Performance Assessment of Partially Pre-fused Synthetic Flux in


Basic Oxygen Steel Making’, Journal of Iron and Steel Research International.
Central Iron and Steel Research Institute, 22(10), pp. 916–923. doi: 10.1016/S1006-
706X(15)30090-X.

16
Sofyan, B. T. (2010) Pengantar Material Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.

Sugiarto, Y. (no date) ‘Pengetahuan bahan teknik’.

Sujudwijono, N. et al. (no date) ‘BALAI KOTA MALANG’, 11, pp. 17–25.

Sumanto (2008) Pengetahuan Bahan Untuk Mesin dan Listrik. Yogyakarta: Andi
Offset.

Suprihanto, A., Satrijo, D. and Suratman, R. (2007) ‘PENGARUH PENAMBAHAN


UNSUR Cr DAN Cu TERHADAP KEKUATAN TARIK BESI COR KELABU
FC20 1’, 9.

Zainuri, M. (2008) Kekuatan Bahan. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai