Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
dengan judul “Pengaruh Variasi Cairan Etsa Nital Terhadap Struktur Dan
Kekerasan Mikro Baja AISI 1045’’ dengan baik. Dalam penyelesaian tugas akhir
ini penulis juga mendapat bantuan dan support dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini juga penulis mengucapkan limpah terimakasih sebesarbesarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Frederik Lukas Benu, M.Si, Ph.D selaku Rektor
Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknik.
3. Bapak Dr. Jefri S. Bale, S.T., M.Eng Selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin.
4. Bapak Dominggus G.H Adoe, S.T.,M.Eng selaku dosen pembimbing I.
5. Bapak Jack C. A. Pah, S.T., M.T selaku dosen pembimbing II
6. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dalam doa serta memberikan
dorongan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian
ini.
7. Seluruh teman-teman Angkatan Racing’15.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf jika masih ada
kekeliruan dalam penulisan tugas akhir ini dan pastinya kritik dan saran dari
pembaca akan menjadi sangat bermanfaat bagi penulis. Akhir kata, semoga tulisan
ini bermanfaat bagi kita semua.
Kupang, 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR NOTASI................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
iii
III.1. Waktu Lokasi Penelitia.................................................................................13
III.2. Jadwal Kegiatan Penilitian............................................................................13
III.3. Alat dan Bahan ........................................................................................... 13
III.3. Metode Penelitian ........................................................................................ 14
III.3.1. Studi Pustaka …..………………………………………. ....................... 14
III.3.2.Variabel Penelitian..................................................................................... 14
III. 4. Prosedur Penelitian .....................................................................................15.
III.4.1. Prosedur Pengambilan Data ..................................................................... 15
III.5. Diagram Alir ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR NOTASI
E = Beban (kg) 8
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Baja AISI 1045 merupakan baja karbon kelas menengah. AISI sendiri
merupakan standarisasi baja American Iron and Steel Institude dengan kode 1045,
1045 menunjukan bahwa 45 adalah kandungan atau kadar karbon pada baja
tersebut yaitu 0,45 %. Sifat mekanik dari baja AISI 1045 sangat baik dimana baja
AISI 1045 memiliki karakter sifat mekanik yang mampu las, mesin, serta tingkat
kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Dalam penggunaannya baja AISI 1045
biasanya dapat digunakan untuk pembuatan komponen–komponen mesin serta
alat-alat perkakas. Pengaplikasian baja AISI 1045 cenderung untuk pembuatan
komponen atau alat yang harus memiliki ketahanan aus yang baik dikarenakan
fungsi dari benda yang dibuat agar dapat menahan abrasi terhadap pengurangan
dimensi akibat terjadinya gesekan pada benda tersebut.
Kekuatan suatu baja dipengaruhi oleh adanya fasa akhir ferit berbutir halus
dengan karakteristik kekuatan yang baik. Selain itu adanya penambahan paduan
seperti Mn dan Nb dapat menolong terjadinya mekanisme penguatan presipitat
dan mendukung mekanisme penghalus butir ferit. Terbentuknya fasa akhir ferit
berbutir halus sangat dipengaruhi oleh butir austenit yang terbentuk saat
pemanasan awal. Apabila butir austenit yang dihasilkan berukuran besar (kasar)
maka akan diperoleh fasa akhir ferit dengan butir yang kasar pula sehingga akan
1
menurunkan kekuatan suatu baja tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
proses terkendali yang dapat mengontrol srtuktur mikro akhir suatu baja [1].
Untuk mengetahui karakteristik butir dari fasa ferit yang terbentuk maka
kita perlu meneliti Struktur mikro dan perilaku butir fasa austenit dari suatu baja
dengan melakukan metalografi. Pengujian metalografi merupakan pengujian
untuk mengamati struktur mikro dari suatu material, yang terdiri dari beberapa
tahap antara lain presparasi sampel yang terdiri dari mounting grinding polishing
dan etching yang diakhiri dengan pengamatan stuktur mikro pada mikroshop.
Proses yang sangat menentukan pada pengujian metalografi adalah proses Etsa
[2].
Proses etsa merupakan proses korosi terkontrol yang diperlukan untuk
menampilkan struktur mikro batas butir dari fasa austenit guna mengevaluasi
perilaku butir fasa austenit dari Baja Aisi 1045. Untuk memperoleh penampakan
struktur mikro batas butir austenit yang baik dibutuhkan metode etsa yang tepat.
Parameter yang diperlukan dalam proses Etsa secara umum meliputi komposisi
larutan etsa, cara pengetsaan, temperatur Etsa, dan waktu pengetsaan.Oleh karena
itu peneliti bermaksud mengambil bagian dari penelitian yang akan dilakukan
terhadap Baja AISI 1045 ini yaitu “Pengaruh Variasi Cairan Etsa Nital
Terhadap Struktur Dan Kekerasan Mikro Baja AISI 1045”
2
I.3. Batasan Masalah
Supaya tidak meluas perlu adanya batasan, penelitian ini dibatasi dengan
hal-hal sebagai berikut :
1. Spesimen yang digunakan yaitu Baja AISI 1045.
2. Metode pengujian yang digunakan adalah Metode Etsa Nital dengan
variasi 3%, 4%, 5%, 6%.
3. Pengujian yang dilakukan adalah Pengujian kekerasan dan struktur mikro
untuk meneliti bentuk mikro pada baja yang telah di perlakuan
menggunakan cairan Etsa Nital.
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi cairan Etsa Nital pada Baja AISI
1045.
2. Untuk mengetahui dampak dari variasi yang terjadi dalam proses dan
pengaruh perlakuan etsa nital pada Baja AISI 1045.
I.5. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
etsa. Kekuatan tarik tertinggi pada perlakuan etsa 40 menit dalah 28,101 MPa.
Sementara specimen tanpa perlakuan etsa didapatkan kekuatan tarik lebih rendah
sebesar 9.267 MPa. Pengujian foto mikro menghasilkan perbandingan yang
signifikan antaralogam dengan dan tanpa perlakuan etsa, dimana terlihat jelas
celah atau pori – pori yang terlihat pada specimen dengan perlakuan etsa selama
40 menit. [5]
Laju dan bentuk korosi pada baja karbon menengah yang mendapat
perlakuan pada suhu austenite diuji di dalam larutan NaCl 3 N. Dalam penelitian
ini, benda uji adalah baja karbon menengah yang mendapat perlakuan panas pada
suhu 750°C,800°C dan 850°C yang ditahan selama 15 menit dan dilanjutkan
dengan pendinginan cepat di dalam air. Pengujian korosi dilakukan dengan cara
merendam benda uji di dalam larutan NaCl 3N, selama 1, 2, 3, 4 dan 5hari.
Diperoleh bahwa dengan memberikan perlakuan panas austenite pada benda uji,
maka laju korosi akan meningkat. Semakin tinggi suhu austenit yang diberikan,
laju korosi akan membesar dan bentuk korosi yang diperoleh adalah korosi
merata. [6]
Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi
dari element campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang
mempunyai perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat mekanis adalah sensitif
kepada isi dari pada karbon, yang mana secara normal kurang dari 1,0%C.
Sebagian dari baja umum digolongkan menurut konsentrasi karbon, yakni ke
dalam rendah, medium dan jenis karbon tinggi. Baja merupakan bahan dasar vital
untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi,
generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan
menggunakan baja. Besi baja menduduki peringkat pertama di antara barang
tambang logam dan produknya melingkupi hampir 90 % dari barang berbahan
logam.
5
II.2.2. Baja AISI 1045
AISI 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar
0,43 - 0,50 dan termasuk golongan baja karbon menengah. Baja spesifikasi ini
banyak digunakan sebagai komponen automotif misalnya untuk komponen roda
gigi pada kendaraan bermotor. Komposisi kimia dari baja AISI 1045 dapat dilihat
pada Tabel II.
Kode €% Si % Mn % Mo % P% S%
AISI 0,05
0,40,45 0,10,3 0,600,90 0,025 0,04 max
1045 max
Baja AISI 1045 disebut sebagai baja karbon karena sesuai dengan
pengkodean internasional, yaitu seri 10xx berdasarkan nomenklatur yang
dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of Automotive Engineers). Pada angk a
10 pertama merupakan kode yang menunjukkan plain carbon kemudian kode xxx
setelah angka 10 menunjukkan komposisi karbon. Jadi baja AISI 1045 berarti baja
karbon atau plain carbon steel yang mempunyai komposisi karbon sebesar 0,45%.
Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komponen roda gigi, poros dan
bantalan. Pada aplikasinya ini baja tersebut harus mempunyai ketahanan aus yang
baik karenasesuai dengan fungsinya harus mempu menahan keausan akibat
bergesekan dengan rantai. Ketahanan aus didefinisikan sebagai ketahanan
terhadap abrasi atau ketahanan terhadap pengurangan dimensi akibat suatu
gesekan Pada umumnya ketahanan aus berbanding lurus dengan kekerasan. [7]
6
II.2.3. Pengertian Etsa
a. Etsa (etching)
Etsa adalah proses pelarutan logam menggunakan asam yang kuat (strong
acid) pada bagian yang tidak terlindungi pada permukaan logam untuk membuat
desain melalui metode intaglio pada logam. Istilah “pengetsaan dalam” atau deep
etching mengacu pada penggunaan asam dengan konsentrasi yang tinggi untuk
mengkasarkan permukaan (roughing) dari spesimen metallografi. Etsa dapat
dilakukan pada lingkungan basah (wet etching) maupun kering (dry etching). Etsa
pada lingkungan basah melibatkan penggunaan cairan pengetsa (etchants). Pelat
atau logam biasanya dicelupkan ke dalam larutan pengetsa dan material dilarutkan
melalui proses kimiawi. Sedangkan etsa kering melibatkan pengetsa dalam fase
gas pada plasma. Di sini proses etsa yang terjadi merupakan gabungan antara
proses kimia dan fisik karena adanya plasma. Etsa kering sering juga disebut
sebagai plasma etching. Metode etsa menggunakan larutan pada umumnya
menggunakan proses komponen microelectronic dikarenakan selektifitasnya,
kecepatan laju etsanya serta rendahnya biaya investasi. Pelarutan logam pada etsa
basah diikuti dengan undercutting pada fotoresist dan umumnya isotropik alami.
Pada proses isotropic etching, material digerus pada arah vertikal dan horizontal
pada laju yang sama.
Meskipun reaksi pelarutan logam pada etsa basah merupakan reaksi
elektro kimia alami, proses dimana sumber energi untuk reaksi larutan yang
datang dari etchant dikenal sebagai chemical etching.
b. Mask
Mask atau resist pada umumnya digunakan untuk melindungi bagian dari
benda kerja yang tidak diperlukan perlakuan etsa atau pelarutan. Material
berbasis sintetik atau karet biasa digunakan untuk menjadi mask. Mask atau resist
harus memenuhi beberapa kriteria seperti melekat dengan baik pada permukaan
benda kerja, tidak ikut bereaksi saat pelarutan, mampu menahan panas yang
timbul akibat etsa dan mudah dihilangkan.
c. Etchant
Merupakan larutan asam atau alkaline yang diatur dengan mengendalikan
tingkatan komposisi kimia dan temperatur. Tujuan utama etchant adalah
7
untuk memperoleh permukaan akhir yang baik dan penggerusan yang
seragam pada logam.
d. Deep etching
Deep etching merupakan etsa yang ditujukan agar memperoleh
kedalaman yang lebih pada akhir proses etsa. Deep etching dengan metode
wet etching akan memerlukan waktu pencelupan yang lebih lama dan diperlukan
beberapa kali pencelupan. Dikarenakan prosesnya yang lama, membutuhkan
lebih banyak larutan etchant serta profil dinding terutama side wall akan ikut
tergerus. Untuk menghindari hal seperti ini para pekerja seni biasanya
menambahkan resistatau mask pada side wall agar tidak itu tergerus.
e. Electro etching
Electro etching merupakan proses etsa dengan penambahan arus di
dalamnya. Sebuah baterai DC atau sumber daya lain dapat digunakan dalam
hal ini. Pada etsa jenis ini kutub positif baterai dihubungkan pada logam yang
akan dietsa melalui kabel sabagai anoda dan logam yang dikorbankan
(sacrificed metal) pada kutub negatif. Atom logam yang akan dietsa
bermuatan positif akan melompat menuju pada katoda melalui asam maupun
larutan yang digunakan [8].
8
Pengujian ini menggunakan persamaan rumus sebagai berikut;
HR = E-e
Keterangan :
HR : Hardness Rockwell
E : 100 untuk indentor intan dan 130 untuk indentor bola
e : Kedalaman indentasi permanen karena beban utama (mayor) per 0,002 mm.
h : kedalaman indentasi oleh beban utama setelah dilepas.
9
2. Memungkinkan pemotongan spesimen labih dari satu
3. Mempermudah pengamplasan pada permukaan benda uji
4. Mempermudah polising pada permukaan bendah uji
5. Mempermudah pada saat pengujian
6. Mempermudah melihat struktur mikro
7. Memudahkan dalam penyimpanan
Adapun tahapan-tahapan pengamplasan/pemolesan pada material yang sudah
dilakuakan pemotongannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengamplasan pada material uji pengamplasan dilakukan untuk
memperhaluskan permukaan material uji dan membersihkan kotoran-
kotoran yang menempel seperti karat-karat pada material menghilangkan
adanya deformasi. Pengamplasan yang dilakuakn dari amplas yang paling
kasar hinggah paling halus.
2. Pemolesan merupakan proses terakhir preprasi spesimen pemolesan
dilakukan untuk menghilangkan goresan-goresan halus dari proses
pengamplasan pada spesimen uji. pemolesan yang dilakukan disini adalah
menggunakan cairan alkohol untuk membersihkan permukaan yang telah
di amplas lalu di oleskan oleh outosol supaya mendapatkan hasil
pemolesan yang sempurna.
Struktur bahan dalam orde kecil sering disebut struktur mikro. Struktur ini
hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat pengamat struktur mikro
diantaranya : mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission,
dan mikroskop sinar – X. Persiapan yang harus dilakukan sebelum mengamati
struktur mikro adalah pemotongan spesimen, pengampelasan dan pemolesan
dilanjutkan pengetsaan. Setelah permukaan spesimen rata betul kemudian
dilanjutkan dengan proses pengampelasan dengan nomor kekasaran yang
berurutan dari yang paling kasar (nomor kecil) sampai yang halus (nomor besar).
Arah pengampelasan tiap tahap harus diubah, pengampelasan yang lama dan
penuh kecermatan akan menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Pemolesan
dilakukan dengan autosol yaitu metal polish, bertujuan agar didapat permukaan
10
yang rata dan halus tanpa goresan sehingga terlihat mengkilap seperti kaca.
Kemudian mencelupkan spesimen dalam larutan etsa dengan posisi permukaan
yang dietsa menghadap keatas. Selama pencelupan akan terjadi reaksi terhadap
permukaan specimen sehingga larutan yang menyentuh spesimen harus
segar/baru, oleh karena itu perlu digerak-gerakkan. Kemudian spesimen dicuci,
dikeringkan dan dilihat atau difoto dengan mikroskop logam. Pemeriksaan
struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur, ukuran dan
banyaknya bagian struktur yang berbeda.
Prinsip proses etsa adalah proses korosi terkontrol oleh elektrolit antara
daerah permukaan dengan potensial yang berbeda untuk memunculkan
mikrostruktur bahan kristalin berdasarkan reaksi kimia secara diferensial. Teknik
etsa secara umum dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui etsa
kimia yaitu pencelupan permukaan material uji pada larutan etsa, penetesan
larutan etsa pada permukaan material uji atau dengan elektro-etsa. Teknik etsa
yang paling umum digunakan untuk material logam seperti baja adalah etsa kimia
yang menggunakan cairan kimia tertentu sebagai pereaksi, sedangkan elektro etsa
merupakan teknik etsa khusus memanfaatkan aliran listrik yang biasanya dipakai
untuk material baja khusus seperti baja tahan karat.
11
sifat bahan logam serta paduannya, dengan menggunakan peralatan mikroskop.
Prosedur uji Metallografi.
1. Untuk memperoleh permukaan benda uji yang memenuhi syarat agar dapat
ditelit dibawah mikroskop maka diperlukan kegiatan-kegiatan persiapan benda uji
sebagai berikut :
1. Pemilihan benda uji yang telah mengalami proses permesinan
2. Benda uji kemudian diamplas dengan amplas no : 800, 1000, dan 1200
secara berturut-turut. Setiap pergantian kertas amplas, arahnya
berlawanan dengan arah sebelumnya.
3. Setalah proses pengamplasan selesai, benda uji disemprot dengan
alkohol kemudian dikeringkan dengan hair dryer.
4. Selanjutnya dilakukan proses Polishing.
5. Setelah proses polishing selesai, benda uji disemprot dengan alkohol
kemudian dikeringkan dengan hair dryer.
2. Selanjutnya benda uji dicelup ke dalam larutan ETSA selama beberapa saat
untuk di uji atau diamati di bawah mikroskop.
3. Struktur mikro yang tampak kemudian dipotret, untuk kemudian hasil
pemotretan tersebut diteliti dan dianalisa [10].
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bulan
No Kegiatan
I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Proposal Skripsi
5 Analisis Data
13
III.2. Alat dan Bahan
14
III.3.1. Studi Pustaka
III.3.2.Variabel Penelitian
15
sudah rata diamplas lagi menggunakan kertas pasir ukuran 3000 sampe
permukaan baja AISI 1045 halus.
4. Baja AISI 1045 yang sudah dihaluskan kemudian dicuci menggunakan
alcohol.
5. Baja AISI 1045 yang sudah dicuci menggunakan alkohol kemudian
digosok dengan autosol
6. Baja AISI 1045 yang sudah di gosok menggunakan autosoul kemudian di
bungkus dengan tisu.
7. Baja AISI yang suda di bungkus menggunakan tisu kemudian di masukan
pada plastik klip.
8. Benda uji direndam menggunkan cairan etsa nital kurang lebih selama 6-
10 detik.
9. Setelah benda uji diberi perlakuan etsa kemudian difoto pada mickroskop
optik untuk melihat struktur mikro pada benda uji.
16
Tabel 111.2 komposisi larutan Etsa Nita
1. 3%
2. 4%
3. 5%
4. 6%
2.
3.
4.
17
III.5. Diagram Alir
Studi Pustaka
Pengujian
SPESIMEN
Analisa
Data
Selesai
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
19
[10] Sasi Kirono, Eri Diniardi, Isgihardi Prasetyo, Analisa Perubahan
Dimensi Baja Aisi 1045 Setelah Proses Perlakuan Panas (Heat
Treatment)
20