Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENGARUH CAIRAN ETSA NITAL TERHADAP STRUKTUR


DAN KEKERASAN MIKRO BAJA AISI 1045

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Teknik dari Universitas Nusa Cendana

Oleh

OSKAR DAVID ROHI DIMA


NIM: 1506020055

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
dengan judul “Pengaruh Variasi Cairan Etsa Nital Terhadap Struktur Dan
Kekerasan Mikro Baja AISI 1045’’ dengan baik. Dalam penyelesaian tugas akhir
ini penulis juga mendapat bantuan dan support dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini juga penulis mengucapkan limpah terimakasih sebesarbesarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Frederik Lukas Benu, M.Si, Ph.D selaku Rektor
Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknik.
3. Bapak Dr. Jefri S. Bale, S.T., M.Eng Selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin.
4. Bapak Dominggus G.H Adoe, S.T.,M.Eng selaku dosen pembimbing I.
5. Bapak Jack C. A. Pah, S.T., M.T selaku dosen pembimbing II
6. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dalam doa serta memberikan
dorongan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian
ini.
7. Seluruh teman-teman Angkatan Racing’15.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf jika masih ada
kekeliruan dalam penulisan tugas akhir ini dan pastinya kritik dan saran dari
pembaca akan menjadi sangat bermanfaat bagi penulis. Akhir kata, semoga tulisan
ini bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR NOTASI................................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2

1.3. Batasan Masalah................................................................................................2

1.4. Tujuan Penelitian..............................................................................................3

1.5. Manfaat Penelitian............................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu.........................................................................................4

II.2. Dasar teori........................................................................................................5

II.2.1. Pengertian Baja………………………………………………......................5

II.2.2. Baja AISI 1045...…...............................................................................……6

II.2.3. Pengertian Etsa……………………………….........……………………….7

II.2.4. Pengujia Kekerasan.......................................................................................8

II.2.5. Definisi Metalografi......................................................................................9

II.2.6. Pengujian Struktur Mikro............................................................................10

II.2.7. Uji Metallografi ..........................................................................................11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

iii
III.1. Waktu Lokasi Penelitia.................................................................................13
III.2. Jadwal Kegiatan Penilitian............................................................................13
III.3. Alat dan Bahan ........................................................................................... 13
III.3. Metode Penelitian ........................................................................................ 14
III.3.1. Studi Pustaka …..………………………………………. ....................... 14
III.3.2.Variabel Penelitian..................................................................................... 14
III. 4. Prosedur Penelitian .....................................................................................15.
III.4.1. Prosedur Pengambilan Data ..................................................................... 15
III.5. Diagram Alir ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Spesimen Uji Baja AISI 1045........................................................... 6

v
DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Komposisi Kimia Baja AISI 1045. ...................................................... 6


Tabel III.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................13
Tabel 111.2 komposisi larutan Etsa Nita ............................................................ 16

Tabel 111.3 Nilai kekerasan baja AISI 1045 ..................................................... 17

vi
DAFTAR NOTASI

Notasi Satuan Halaman

HR = Hardness Rockwell (HRC) 8

E = Beban (kg) 8

e = Kedalaman Indentasi (mm) 8

vii
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, penggunaan logam


sebagai bahan utama operasional atau sebagai bahan baku produksi industri
semakin tinggi. Baja karbon banyak digunakan terutama untuk membuat alat-alat
perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif dan kebutuhan
rumah tangga. dalam tingkat kebutuhan suatu baja sebagai bahan pokok untuk
industri seperti manufaktur dan konstruksi telah mengalami peningkatan yang
pesat, tentunya untuk mendukung pertumbuhan industri tersebut maka dibutuhkan
kriteria produk suatu baja yang berkualitas dengan harga yang kompetitif.

Baja AISI 1045 merupakan baja karbon kelas menengah. AISI sendiri
merupakan standarisasi baja American Iron and Steel Institude dengan kode 1045,
1045 menunjukan bahwa 45 adalah kandungan atau kadar karbon pada baja
tersebut yaitu 0,45 %. Sifat mekanik dari baja AISI 1045 sangat baik dimana baja
AISI 1045 memiliki karakter sifat mekanik yang mampu las, mesin, serta tingkat
kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Dalam penggunaannya baja AISI 1045
biasanya dapat digunakan untuk pembuatan komponen–komponen mesin serta
alat-alat perkakas. Pengaplikasian baja AISI 1045 cenderung untuk pembuatan
komponen atau alat yang harus memiliki ketahanan aus yang baik dikarenakan
fungsi dari benda yang dibuat agar dapat menahan abrasi terhadap pengurangan
dimensi akibat terjadinya gesekan pada benda tersebut.

Kekuatan suatu baja dipengaruhi oleh adanya fasa akhir ferit berbutir halus
dengan karakteristik kekuatan yang baik. Selain itu adanya penambahan paduan
seperti Mn dan Nb dapat menolong terjadinya mekanisme penguatan presipitat
dan mendukung mekanisme penghalus butir ferit. Terbentuknya fasa akhir ferit
berbutir halus sangat dipengaruhi oleh butir austenit yang terbentuk saat
pemanasan awal. Apabila butir austenit yang dihasilkan berukuran besar (kasar)
maka akan diperoleh fasa akhir ferit dengan butir yang kasar pula sehingga akan

1
menurunkan kekuatan suatu baja tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
proses terkendali yang dapat mengontrol srtuktur mikro akhir suatu baja [1].
Untuk mengetahui karakteristik butir dari fasa ferit yang terbentuk maka
kita perlu meneliti Struktur mikro dan perilaku butir fasa austenit dari suatu baja
dengan melakukan metalografi. Pengujian metalografi merupakan pengujian
untuk mengamati struktur mikro dari suatu material, yang terdiri dari beberapa
tahap antara lain presparasi sampel yang terdiri dari mounting grinding polishing
dan etching yang diakhiri dengan pengamatan stuktur mikro pada mikroshop.
Proses yang sangat menentukan pada pengujian metalografi adalah proses Etsa
[2].
Proses etsa merupakan proses korosi terkontrol yang diperlukan untuk
menampilkan struktur mikro batas butir dari fasa austenit guna mengevaluasi
perilaku butir fasa austenit dari Baja Aisi 1045. Untuk memperoleh penampakan
struktur mikro batas butir austenit yang baik dibutuhkan metode etsa yang tepat.
Parameter yang diperlukan dalam proses Etsa secara umum meliputi komposisi
larutan etsa, cara pengetsaan, temperatur Etsa, dan waktu pengetsaan.Oleh karena
itu peneliti bermaksud mengambil bagian dari penelitian yang akan dilakukan
terhadap Baja AISI 1045 ini yaitu “Pengaruh Variasi Cairan Etsa Nital
Terhadap Struktur Dan Kekerasan Mikro Baja AISI 1045”

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dituliskan perumusan masalah


yaitu :
1. Bagaimana pengaruh perlakuan cairan Etsa Nital terhadap perubaha
struktur dan kekerasan mikro pada Baja AISI 1045?
2. Bagaimana dampak yang terjadi dalam proses dan pengaruh perlakuan
cairan Etsa Nital terhadap struktur dan kekerasan mikro pada Baja AISI
1045?
3. Bagaiman pengaruh variasi cairan Etsa Nital terhadap struktur dan
kekerasan mikro baja AISI 1045?

2
I.3. Batasan Masalah

Supaya tidak meluas perlu adanya batasan, penelitian ini dibatasi dengan
hal-hal sebagai berikut :
1. Spesimen yang digunakan yaitu Baja AISI 1045.
2. Metode pengujian yang digunakan adalah Metode Etsa Nital dengan
variasi 3%, 4%, 5%, 6%.
3. Pengujian yang dilakukan adalah Pengujian kekerasan dan struktur mikro
untuk meneliti bentuk mikro pada baja yang telah di perlakuan
menggunakan cairan Etsa Nital.

I.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi cairan Etsa Nital pada Baja AISI
1045.
2. Untuk mengetahui dampak dari variasi yang terjadi dalam proses dan
pengaruh perlakuan etsa nital pada Baja AISI 1045.

I.5. Manfaat

1. Untuk mengetahui struktur dan kekerasan mikro baja AISI 1045.


2. Diharapkan penelitian ini boleh bermanfaat sebagai literatur atau bahan
penelitian selanjutnya.
3. Diharapkan penelitian ini juga boleh menjadi tambahan untuk dunia
industri.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Dalam mendukung penelitian ini dapat dilihat beberapa penelitian


terdahulu mengenai pengaruh cairan etsa Nital terhadap struktur dan kekerasan
mikro terhadap baja AISI 1045. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
melakukan penelitian tentang modifikasi Metode Etsa Terhadap penampakan
batas butir fasa ustenit pada baja HSLA A572 grade hasil canai panaps. Dari hasil
penelitian, diperoleh penampakan batas butir yang terbaik dan sangat jelas pada
semua sampel dengan menggunakan metode etsa larutan etsa hasil modifikasi
dengan temperatur larutan 80-90°C, temperatur sampel 50-60°C dan waktu
Pengetsaan selama 5 menit. Dari segi penggunaan kadar larutan yang dipakai,
metode etsa larutan etsa modifikasi merupakan yang Paling efektif dan efisien
dibandingkan dengan metode etsa yang lainnya [3].

Kekuatan geser pada sambungan brazing antar plat aluminium tebal 2 mm


dan mild steel tebal 2 mm dengan filler alusol tanpa perlakuan etsa memiliki
tegangan geser rata-rata sebesar 9,267 MPa dan regangan memiliki nilai sebesar
0,91 %. Kekuatan geser pada sambungan brazing antar plat aluminium tebal 2
mm dan mild steel tebal 2 mm dengan filler autosol dengan perlakuan etsa selama
20 menit memiliki tegangan geser rata-rata sebesar 23,306 MPa dan memiliki
nilai regangan sebesar 2,55 %. Pada perlakuan etsa selama 30 menit memiliki
tegangan geser rata-rata sebesar 19,708 MPa dan memiliki nilai regangan sebesar
3,22 %. Pada perlakuan etsa selama 40 menit memiliki tegangan geser rata-rata
sebesar 27,924 MPa dan memiliki nilai regangan sebesar 3,60 %. Ini
menunjukkan bahwa, perlakuan etsa mempengaruhi hasil uji kekuatan geser pada
sambungan proses brazing. Dimana perlakuan etsa meningkatkan kekuatan geser
sambungan proses brazing [4].

Analisis tentang pengaruh cairan etsa HNO3 terhadap sambungan brazing


antara mild steel dan aluminium seri 6 menggunakan variasi waktu pengetsaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik meningkat dengan perlakuan

4
etsa. Kekuatan tarik tertinggi pada perlakuan etsa 40 menit dalah 28,101 MPa.
Sementara specimen tanpa perlakuan etsa didapatkan kekuatan tarik lebih rendah
sebesar 9.267 MPa. Pengujian foto mikro menghasilkan perbandingan yang
signifikan antaralogam dengan dan tanpa perlakuan etsa, dimana terlihat jelas
celah atau pori – pori yang terlihat pada specimen dengan perlakuan etsa selama
40 menit. [5]

Laju dan bentuk korosi pada baja karbon menengah yang mendapat
perlakuan pada suhu austenite diuji di dalam larutan NaCl 3 N. Dalam penelitian
ini, benda uji adalah baja karbon menengah yang mendapat perlakuan panas pada
suhu 750°C,800°C dan 850°C yang ditahan selama 15 menit dan dilanjutkan
dengan pendinginan cepat di dalam air. Pengujian korosi dilakukan dengan cara
merendam benda uji di dalam larutan NaCl 3N, selama 1, 2, 3, 4 dan 5hari.
Diperoleh bahwa dengan memberikan perlakuan panas austenite pada benda uji,
maka laju korosi akan meningkat. Semakin tinggi suhu austenit yang diberikan,
laju korosi akan membesar dan bentuk korosi yang diperoleh adalah korosi
merata. [6]

II.2. Dasar Teori

II.2.1. Pengertian Baja

Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi
dari element campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang
mempunyai perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat mekanis adalah sensitif
kepada isi dari pada karbon, yang mana secara normal kurang dari 1,0%C.
Sebagian dari baja umum digolongkan menurut konsentrasi karbon, yakni ke
dalam rendah, medium dan jenis karbon tinggi. Baja merupakan bahan dasar vital
untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi,
generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan
menggunakan baja. Besi baja menduduki peringkat pertama di antara barang
tambang logam dan produknya melingkupi hampir 90 % dari barang berbahan
logam.

5
II.2.2. Baja AISI 1045

AISI 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar
0,43 - 0,50 dan termasuk golongan baja karbon menengah. Baja spesifikasi ini
banyak digunakan sebagai komponen automotif misalnya untuk komponen roda
gigi pada kendaraan bermotor. Komposisi kimia dari baja AISI 1045 dapat dilihat
pada Tabel II.

Tabel II.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045


[http//www.strindustries.com, 2006]

Kode €% Si % Mn % Mo % P% S%

AISI 0,05
0,40,45 0,10,3 0,600,90 0,025 0,04 max
1045 max

Baja AISI 1045 disebut sebagai baja karbon karena sesuai dengan
pengkodean internasional, yaitu seri 10xx berdasarkan nomenklatur yang
dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of Automotive Engineers). Pada angk a
10 pertama merupakan kode yang menunjukkan plain carbon kemudian kode xxx
setelah angka 10 menunjukkan komposisi karbon. Jadi baja AISI 1045 berarti baja
karbon atau plain carbon steel yang mempunyai komposisi karbon sebesar 0,45%.
Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komponen roda gigi, poros dan
bantalan. Pada aplikasinya ini baja tersebut harus mempunyai ketahanan aus yang
baik karenasesuai dengan fungsinya harus mempu menahan keausan akibat
bergesekan dengan rantai. Ketahanan aus didefinisikan sebagai ketahanan
terhadap abrasi atau ketahanan terhadap pengurangan dimensi akibat suatu
gesekan Pada umumnya ketahanan aus berbanding lurus dengan kekerasan. [7]

6
II.2.3. Pengertian Etsa

a. Etsa (etching)
Etsa adalah proses pelarutan logam menggunakan asam yang kuat (strong
acid) pada bagian yang tidak terlindungi pada permukaan logam untuk membuat
desain melalui metode intaglio pada logam. Istilah “pengetsaan dalam” atau deep
etching mengacu pada penggunaan asam dengan konsentrasi yang tinggi untuk
mengkasarkan permukaan (roughing) dari spesimen metallografi. Etsa dapat
dilakukan pada lingkungan basah (wet etching) maupun kering (dry etching). Etsa
pada lingkungan basah melibatkan penggunaan cairan pengetsa (etchants). Pelat
atau logam biasanya dicelupkan ke dalam larutan pengetsa dan material dilarutkan
melalui proses kimiawi. Sedangkan etsa kering melibatkan pengetsa dalam fase
gas pada plasma. Di sini proses etsa yang terjadi merupakan gabungan antara
proses kimia dan fisik karena adanya plasma. Etsa kering sering juga disebut
sebagai plasma etching. Metode etsa menggunakan larutan pada umumnya
menggunakan proses komponen microelectronic dikarenakan selektifitasnya,
kecepatan laju etsanya serta rendahnya biaya investasi. Pelarutan logam pada etsa
basah diikuti dengan undercutting pada fotoresist dan umumnya isotropik alami.
Pada proses isotropic etching, material digerus pada arah vertikal dan horizontal
pada laju yang sama.
Meskipun reaksi pelarutan logam pada etsa basah merupakan reaksi
elektro kimia alami, proses dimana sumber energi untuk reaksi larutan yang
datang dari etchant dikenal sebagai chemical etching.
b. Mask
Mask atau resist pada umumnya digunakan untuk melindungi bagian dari
benda kerja yang tidak diperlukan perlakuan etsa atau pelarutan. Material
berbasis sintetik atau karet biasa digunakan untuk menjadi mask. Mask atau resist
harus memenuhi beberapa kriteria seperti melekat dengan baik pada permukaan
benda kerja, tidak ikut bereaksi saat pelarutan, mampu menahan panas yang
timbul akibat etsa dan mudah dihilangkan.
c. Etchant
Merupakan larutan asam atau alkaline yang diatur dengan mengendalikan
tingkatan komposisi kimia dan temperatur. Tujuan utama etchant adalah

7
untuk memperoleh permukaan akhir yang baik dan penggerusan yang
seragam pada logam.
d. Deep etching
Deep etching merupakan etsa yang ditujukan agar memperoleh
kedalaman yang lebih pada akhir proses etsa. Deep etching dengan metode
wet etching akan memerlukan waktu pencelupan yang lebih lama dan diperlukan
beberapa kali pencelupan. Dikarenakan prosesnya yang lama, membutuhkan
lebih banyak larutan etchant serta profil dinding terutama side wall akan ikut
tergerus. Untuk menghindari hal seperti ini para pekerja seni biasanya
menambahkan resistatau mask pada side wall agar tidak itu tergerus.
e. Electro etching
Electro etching merupakan proses etsa dengan penambahan arus di
dalamnya. Sebuah baterai DC atau sumber daya lain dapat digunakan dalam
hal ini. Pada etsa jenis ini kutub positif baterai dihubungkan pada logam yang
akan dietsa melalui kabel sabagai anoda dan logam yang dikorbankan
(sacrificed metal) pada kutub negatif. Atom logam yang akan dietsa
bermuatan positif akan melompat menuju pada katoda melalui asam maupun
larutan yang digunakan [8].

II.2.4. Pengujian Kekerasan

Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material


tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras .penekanan
tersebut dapat berupa penggoresn (scartching), pantulan ataupun indentasi dari
material keras terhadap suatu permukaan benda uji.

Uji kekerasan rockwell atau pengujian rockwell mirip seperti pengujian


brinell, yaitu angka kekerasan yang didapatkan adalah fungsi derajat indentasi,
indentor dan bebaban yang digunakan bermacam-macam tergantung pada kondisi
saat pengujian. Berbeda dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang
digunakan lebih kecil dan halus. Uji kekerasan rockwell banyak digunakan di
industri sebab prosedur kerjanya lebih cepat. Satuan kekerasan rockwell adalah
HRC atau HRB yang merupakan selisih antara sebuah konstanta dan dalamnya
luka tekan permanen (e) yang dibagi dengan 0,002 mm.

8
Pengujian ini menggunakan persamaan rumus sebagai berikut;

HR = E-e
Keterangan :
HR : Hardness Rockwell
E : 100 untuk indentor intan dan 130 untuk indentor bola
e : Kedalaman indentasi permanen karena beban utama (mayor) per 0,002 mm.
h : kedalaman indentasi oleh beban utama setelah dilepas.

II.2.5. Definisi Metalografi

Metalografi merupakan suatu bidang ilmu metalorgi yang mempelajari


struktur mikro dari suatu logam, dan material lainnya serta hubungan dengan
material tersebut dengan metode yang dipaki, yaitu : mikroskop optik. Secara
umum, pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu : metalografi makro,
yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran kali dan metalografi mikro,
yaitu penyelidikan logam dengan 1000 kali. Sebelum kita menguji suatu material
logam pertama-tama yang harus dipertimbangkan adalah tahap pemotongan suatu
material tidak boleh membuat cacat pada material logam yang akan di uji. Dimana
kita harus memberi tandan pada material uji yang akan di potong sehinggah tidak
terjadi kekeliruan pada saat pemotongan. Dalam ilmu metalorgi struktur mikro
merupakan hal yang paling penting untuk dipelajari karna struktur mikro sangat
berpengaruh pada sifat fisik suatu material uji. Struktur mikro sendiri dipengaruhi
oleh komposisi kimia dari logam atau paduannya tersebut serta proses yang
dialaminya.
Adapun tahapan dari benda uji metalografi pada percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Pemotongan benda uji (cautting) pemotongan pada benda uji jangan
samapai merusak struktur bahan yang diakibatkan gesekan alat pemotong
dengan benda uji.
Adapun tahap pemotongan yang dilakukan pada material ini adalah:
pemotongan yang dilakukan dengan menggunakan griding potong.
Adapun tujuan dari pemotongan material uji ini adalah:
1. Untuk mendapatkan kerataan permukaan pada benda uji.

9
2. Memungkinkan pemotongan spesimen labih dari satu
3. Mempermudah pengamplasan pada permukaan benda uji
4. Mempermudah polising pada permukaan bendah uji
5. Mempermudah pada saat pengujian
6. Mempermudah melihat struktur mikro
7. Memudahkan dalam penyimpanan
Adapun tahapan-tahapan pengamplasan/pemolesan pada material yang sudah
dilakuakan pemotongannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengamplasan pada material uji pengamplasan dilakukan untuk
memperhaluskan permukaan material uji dan membersihkan kotoran-
kotoran yang menempel seperti karat-karat pada material menghilangkan
adanya deformasi. Pengamplasan yang dilakuakn dari amplas yang paling
kasar hinggah paling halus.
2. Pemolesan merupakan proses terakhir preprasi spesimen pemolesan
dilakukan untuk menghilangkan goresan-goresan halus dari proses
pengamplasan pada spesimen uji. pemolesan yang dilakukan disini adalah
menggunakan cairan alkohol untuk membersihkan permukaan yang telah
di amplas lalu di oleskan oleh outosol supaya mendapatkan hasil
pemolesan yang sempurna.

II.2.6. Pengujian Struktur Mikro

Struktur bahan dalam orde kecil sering disebut struktur mikro. Struktur ini
hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat pengamat struktur mikro
diantaranya : mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission,
dan mikroskop sinar – X. Persiapan yang harus dilakukan sebelum mengamati
struktur mikro adalah pemotongan spesimen, pengampelasan dan pemolesan
dilanjutkan pengetsaan. Setelah permukaan spesimen rata betul kemudian
dilanjutkan dengan proses pengampelasan dengan nomor kekasaran yang
berurutan dari yang paling kasar (nomor kecil) sampai yang halus (nomor besar).
Arah pengampelasan tiap tahap harus diubah, pengampelasan yang lama dan
penuh kecermatan akan menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Pemolesan
dilakukan dengan autosol yaitu metal polish, bertujuan agar didapat permukaan

10
yang rata dan halus tanpa goresan sehingga terlihat mengkilap seperti kaca.
Kemudian mencelupkan spesimen dalam larutan etsa dengan posisi permukaan
yang dietsa menghadap keatas. Selama pencelupan akan terjadi reaksi terhadap
permukaan specimen sehingga larutan yang menyentuh spesimen harus
segar/baru, oleh karena itu perlu digerak-gerakkan. Kemudian spesimen dicuci,
dikeringkan dan dilihat atau difoto dengan mikroskop logam. Pemeriksaan
struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur, ukuran dan
banyaknya bagian struktur yang berbeda.
Prinsip proses etsa adalah proses korosi terkontrol oleh elektrolit antara
daerah permukaan dengan potensial yang berbeda untuk memunculkan
mikrostruktur bahan kristalin berdasarkan reaksi kimia secara diferensial. Teknik
etsa secara umum dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui etsa
kimia yaitu pencelupan permukaan material uji pada larutan etsa, penetesan
larutan etsa pada permukaan material uji atau dengan elektro-etsa. Teknik etsa
yang paling umum digunakan untuk material logam seperti baja adalah etsa kimia
yang menggunakan cairan kimia tertentu sebagai pereaksi, sedangkan elektro etsa
merupakan teknik etsa khusus memanfaatkan aliran listrik yang biasanya dipakai
untuk material baja khusus seperti baja tahan karat.

Dalam prosedur metalografi, ada tahapan yang disebut “etching”,tahapan


ini dilakukan dengan memberikan larutan etsa pada spesimen sesuai dengan
metode dan waktu yang ditentukan. Proses yang terjadi pada etching ini yaitu
penyerangan/pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali, sehingga
struktur yang akan diamati terlihat dengan jelas dan tajam. Jika tidak
memperhatikan metode yang tepat serta lamanya waktu kontak dengan larutan
maka biasanya spesimen akan “gosong”, kesalahan dalam memilih larutan juga
menyebabkan batas butir tidak akan tampak pada mikroskop logam ketika kita
amati, maka sebelum melakukan proses ini tentunya kita harus mengetahui jenis
larutan dan metode yang tepat [9].

II.2.7. Uji Metallografi

Metallografi merupakan salah satu disiplin ilmu logam yang mempelajari


keadaan stuktur mikro bahan logam. Hubungan antara stuktur mikro dan sifat-

11
sifat bahan logam serta paduannya, dengan menggunakan peralatan mikroskop.
Prosedur uji Metallografi.

1. Untuk memperoleh permukaan benda uji yang memenuhi syarat agar dapat
ditelit dibawah mikroskop maka diperlukan kegiatan-kegiatan persiapan benda uji
sebagai berikut :
1. Pemilihan benda uji yang telah mengalami proses permesinan
2. Benda uji kemudian diamplas dengan amplas no : 800, 1000, dan 1200
secara berturut-turut. Setiap pergantian kertas amplas, arahnya
berlawanan dengan arah sebelumnya.
3. Setalah proses pengamplasan selesai, benda uji disemprot dengan
alkohol kemudian dikeringkan dengan hair dryer.
4. Selanjutnya dilakukan proses Polishing.
5. Setelah proses polishing selesai, benda uji disemprot dengan alkohol
kemudian dikeringkan dengan hair dryer.

2. Selanjutnya benda uji dicelup ke dalam larutan ETSA selama beberapa saat
untuk di uji atau diamati di bawah mikroskop.
3. Struktur mikro yang tampak kemudian dipotret, untuk kemudian hasil
pemotretan tersebut diteliti dan dianalisa [10].

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan peneletian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan atau 12


(dua belas) minggu terhitung sejak proposal ini diseminarkan. Preparasi pada
spesimen uji dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin UNDANA,
sedangkan pengujian kekerasan dan struktur mikro di Laboratorium Bahan Teknik
Politeknik Negeri Kupang.

Tabel III.1 Jadwal kegiatan penelitian :

Bulan
No Kegiatan
I II III IV

1 Penyusunan Proposal

2 Proposal Skripsi

Persiapan Penelitian dan


3
Pengambilan Data

Pelaksanaan Penelitian dan


4
Pengambilan Data

5 Analisis Data

6 Penyusunan Hasil Penelitian

7 Penyusunan Tugas Akhir

13
III.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Gerinda untuk memotong dan mengamplas


2. Kertas pasir untuk menghaluskan
3. Autosol untuk membersihkan karat pada spesimen
4. Alkohol untuk mencuci spesimen
5. Plastik klip sebagai wadah spesimen
6. Tisu untuk membungkus spesimen
7. Kamera
8. Polisher Grindding Machine, sebagai mesin pengamplas atau digunakan
untuk menghaluskan permukaan logam sebelum dilakukan pengujian
kekerasan dan struktur mikro.
9. Cairanm etsa nital
Adapun bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini :
1. Baja AISI 1045
Sebagai media atau material penelitian..
2. Cairan etsa nital 3%, 4%, 5%, 6% digunakan sebagai media perendaman
material uji.

III.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen


nyata (trueexperimental research). Metode eksperimen adalah suatu tuntutan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek
keadaan atau proses sesuatu. Metode ini dipilih karena lebih tepat untuk
mengetahui sebab akibat yang terjadi. Agar memperoleh data yang akurat
sehingga dapat diolah menjadi data yang baik untuk disimpulkan.

14
III.3.1. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dimaksud adalah mengumpulkan referensi berupa buku


dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian tentang pengaruh cairan etsa nital
terhadap struktur dan kekerasan mikro.

III.3.2.Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :


1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang ditentukan oleh peneliti dan
ditentukan sebelum penelitian dilakukan yaitu memberi perlakuan cairan
etsa nital pada material baja AISI 1045.
2. Variabel terikat (idependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung pada
variabel bebas dan besarnya dapat diketahui setelah penelitian dilakukan.
Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah :
1. Kekerasan material.
2. Struktur mikro.

III. 4. Prosedur Penelitian

III.4.1. Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah prosedur pengambilan data yang diterapkan dalam


penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut yaitu;

1. Memotong baja AISI 1045 ukuran awal panjang 30 cm lebar 8 cm tebal


1cm menjadi 4 bagian.
2. Baja AISI 1045 yang dari 4 bagian dipotong bentuk dadu berukuran
panjang 2 cm lebar 2cm sebanyak 50 potongan
3. Baja AISI 1045 yang sudah dipotong sebanyak 50 potongan kemudian
diamplas pada permukaan baja menggunakan kertas pasir berukuran 800
sampai karat pada permukaan baja hilang, setelah karat pada permukaan
baja hilang di amplas lagi menggunakan kertas pasir berukuran 1200
sampai permukaan baja betul-betul rata stelah permukaan baja AISI 1045

15
sudah rata diamplas lagi menggunakan kertas pasir ukuran 3000 sampe
permukaan baja AISI 1045 halus.
4. Baja AISI 1045 yang sudah dihaluskan kemudian dicuci menggunakan
alcohol.
5. Baja AISI 1045 yang sudah dicuci menggunakan alkohol kemudian
digosok dengan autosol
6. Baja AISI 1045 yang sudah di gosok menggunakan autosoul kemudian di
bungkus dengan tisu.
7. Baja AISI yang suda di bungkus menggunakan tisu kemudian di masukan
pada plastik klip.
8. Benda uji direndam menggunkan cairan etsa nital kurang lebih selama 6-
10 detik.
9. Setelah benda uji diberi perlakuan etsa kemudian difoto pada mickroskop
optik untuk melihat struktur mikro pada benda uji.

Gambar II.1. Spesimen Uji Baja AISI 1045

16
Tabel 111.2 komposisi larutan Etsa Nita

No Komposisi Larutan Etsa Nital Material Baja Aisi 1045

1. 3%

2. 4%

3. 5%

4. 6%

Tabel 111.3 Nilai kekerasan baja AISI 1045

Material Baja AISI 1045 Media Media Nilai Kekerasan


carburicing Quencing
No Titik Kekerasan Baja
AISI 1045
1.

2.

3.

4.

17
III.5. Diagram Alir

Studi Pustaka

Persiapan Alat Dan Bahan

Pemotongan Baja Aisi 1045


SPESIMEN

Cairan Cairan Cairan Cairan


Etsa 6%
Etsa 3 % Etsa 4% Etsa 5%

Pengujian
SPESIMEN

Kekerasan (rockwell) Struktur Mikro

Analisa
Data

Kesimpulan Dan Saran

Selesai
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian

18
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anugrh Martua Radja, modifikasi metode etsa terhadap


penampakan batas butiraustenit pada baja hsla a572 grade50 hasil
proses canai panas.
[2] Febriani, Diah, evaluasi larutan etsa terhadap kualitas batas butir
austenit prior baja HSLH -0,037% Nb skripsi DTMM FT UI.
2006/2007
[3] Dedi Priadi, modifikasi metode etsa terhadap penampakan batas
butir fasa austenit pada baja HSLA A572 grade hasil canai panas.
[4] Eko Cat-fyo Nugroho, menganalisis tentang pengaruh cairan etsa
HNO3 terhadap sambungan brazing antara mild steel dan
alumenium seri 6 menggunakan variasi waktu pengetsaan.
[5] R. Kohar, Laju Dan Bentuk Korosi Pada Baja Karbon Yang
Mendapat Perlakuan Pada Suhu Austenit Diuji Di Dalam Larutan
Nacl 3 N.
[6] Glyn,et.al. Ditri Mahbegi. “Analisa Pengaruh Temperatur
Tempering Pada Perlakuan Panas Terhadap Perubahan Struktur
Mikro Dan Sifat Mekanik Coupler Yoke Rotary(Aar-M201 Grade
E)”
[7] Avner, H, S. 1974, Agus Pramono. Karakterisrik Mekanik Proses
Hardening Baja Aisi 1045 Media Quenching Untuk Aplikasi
Sprochet Rantai
[8] By, W., Henry, B., & Rawdon, S. Analisa Kekerasan Dan
Struktur Mikro Pada Baja Aisi 1018 Akibat Proses Pack
Carburizing Dengan Variasi Konsentrasi Serbuk Cangkang Keong
Emas
[9] Achmad Zainur, Paryanto Dwi Setyawan, Prayuda atmam, Analisa
Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada Baja Aisi 1018 Akibat
Proses Pack Carburizing Dengan Variasi Konsentrasi Serbuk
Cangkang Keong Emas

19
[10] Sasi Kirono, Eri Diniardi, Isgihardi Prasetyo, Analisa Perubahan
Dimensi Baja Aisi 1045 Setelah Proses Perlakuan Panas (Heat
Treatment)

20

Anda mungkin juga menyukai