(MAKALAH)
Dosen Pembimbing :
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Gusset Plate/Pelat
Buhul” ini dengan baik dan tepat waktu.
Sebagai manusia yang penuh keterbatasan, dalam menyusun makalah ini kami
mengalami tantangan maupun kesulitan, namun berkat bantuan Tuhan Yang Maha Esa dan
sumber-sumber yang kami ambil sebagai acuan untuk menambah wawasan kami dalam
menyelesaikan masalah ini.
Kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca demi
menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
KELOMPOK XVI
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari
besi. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang menyebabkan
tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran, sehingga
membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi. Bila
dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih banyak memiliki
keunggulan-keunggulany yang tidak terdapat pada bahan-bahan konstruksi lain.
Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan tarik dan kekuatan tekan
tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifat-sifat lain yang
menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu material yang umum
dipakai. Sifat-sifat baja antara lain :
Kekuatan tinggi Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy
atau kekuatan tarik fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi
dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah
konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang
lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.
Kemudahan pemasangan Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk
standar serta mudah diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang
dilakukan dilapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.
Keseragaman Baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga
mutunya seragam.
1
Dalam konstruksi baja, setiap bagian elemen dari strukturnya dihubungkan
satu sama lain dengan menggunakan alat pengikat (fastener)/penyambung. Pada
struktur rangka baik atap maupun jembatan baja, juga pada struktur portal, tempat
berkumpulnya batang-batang, yang disebut titik buhul, menggunakan pelat
penyambung yang dinamakan pelat buhul, dimana batang-batang tadi diikat dengan
menggunakan alat pengikat pada pelat buhul tersebut.
Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan
disalurkan kepada batang batang baja struktur tersebut, sebagai gaya gaya tekan dan
tarik, melalui titik titik pertemuan batang (Titik Buhul). Gaya gaya eksentrisitas yang
dapat menimbulkan momen sekunder selalu dihindari. Oleh karena itu garis netral tiap
tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling berpotongan pada satu titik
saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.
Dengan demikian ada hal hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruksi
rangka baja yaitu :
Mutu dan dimensi tiap tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang
batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagainya. Oleh karena itu batang
batang rangka jembatan harus dijaga selama pengangkutan, penyimpanan, dan
pemasangan.
Kekuatan pelat penyambung harus lebih besar daripada batang yang disambung
(Struktur sambungan harus lebih kuat dari batang utuh).
Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya yang dapat menyebabkan momen
sekunder, maka garis netral tiap batang yang bertemu harus berpotongan melalui
satu titik (harus merencanakan bentuk pelat buhul yang tepat).
Pelat buhul yang paling ujung, baik pelat buhul bawah maupun atas, Biasanya
panjangnya dilebihi, untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila
diperlukan.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pada penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang Sambungan Baja?
2. Menjelaskan tentang Gusset Plate / Pelat Buhul?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gambar
Gambar
5
3. Kolom-kolom pada konstruksi merupakan elemen struktur yang menerima beban-
beban dari balok dan pelat yang diteruskan ke pondasi. Kolom mengalami tekan
aksial searah sumbunya dan penempatan balok yang mempunyai eksentrisitas
menimbulkan gaya-gaya lentur. Tidak seperti elemen struktur tarik yang
bebannya cenderung menahan elemen struktur pada posisinya, elemen struktut
tekan sangat peka terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan peralihan
lateral atau tekuk. Kolom pada hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan
aksial saja. Namun, bila pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan
(restraint) rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-batang yang
bertemu di ujung kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil
dibandingkan tekanan langsung, maka batang tekan dapat direncanakan dengan
aman sebagai kolom yang dibebani secara konsentris.
6
4. Sambungan Titik Buhul (Simpul); Sambungan ini merupakan sambungan yang
menyatukan beberapa Batang/Balok menjadi satu Titik Buhul (Simpul) atau Titik
Pertemuan, sambungan ini dilakukan dengan cara memberi Pelat Baja (Pelat
Buhul/Simpul) sebagai titik pertemuan batang-batang aksial tersebut. Sambungan
baja ini dapat dilakukan dengan menggunakan profil yang sama dan sejenis atau
dengan profil yang berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang
disambung, dapat menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari
beberapa alat sambung, baut, paku dan las.
Sambungan Pada Simpul, selalu dibarengi dengan adanya pelat simpul (gusset plate)
sebagai bagian dari alat sambung, untuk mempersatukan dan menyambung batang-
batang yang bertemu di titik simpul tersebut, pelat simpul sebagai pelat penyambung,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
7
Pelat buhul harus memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan
profil tebal pelat pada profil baja, hal ini dikarenakan semua gaya yang bekerja
pada struktur rangka utama akan disalurkan ke pelat buhul tersebut
Takikan; Tidak terjadi takikan pada pelat buhul, pada posisi yang menerima
beban, yaitu pada bagia sudut dalam, karena dapat mengakibatkan pelat simpul
rawan sobek (perhatikan takikan padagambar di bawah ini).
Gambar
8
Menurut Astaneh (1998) pelat buhul direncanakan agar memiliki kekuatan
dan daktilitas yang cukup untuk dapat menahan gaya aksial, geser dan lentur dari
bresing, balok, dan kolom. Pengaruh daktilitas dari pelat buhul akan sangat berperan
dalam mengakomodasi rotasi di daerah pertemuan bresing dan pelat buhul, untuk
menjamin agar pelat buhul dapat berotasi dengan bebas Astaneh menyarankan di
daerah pertemuan antara pelat buhul dan bresing diberi jarak sebesar 2tp.
Gambar
Gambar
9
Perencanaan seismik di setiap sambungan termasuk pelat buhul adalah untuk
mengidentifikasi cara kegagalan dari tiap-tiap elemen. Cara kegagalan dari setiap
elemen harus direncanakan secara hirarki kelelehan agar dapat menghasilkan suatu
performa seismik yang bersifat daktail dari setiap elemen yang nantinya akan
menghasilkan peningkatan daktilitas secara global dari rangka bresing eksentrik.
Gambar
10
Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang ditulis dengan
notasi kd atau 1d pada Tabel Baja tentang Baut, misalnya :
1
𝐴 𝑏𝑎𝑢𝑡 = 4 𝜋 . 𝑑 s2
𝑑𝑛+3 .𝑑𝑘
ds = 4
Kalau baut yang diulir penuh digunakan sebagai alat penyambung, maka ulir baut
akan berada pada bidang geser. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.
11
Baut yang tidak diulir penuh adalah baut yang hanya bagian ujungnya
diulir. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:
Diameter nominal baut yang tidak diulir penuh ialah diameter terluar dari
batang baut. Diameter nominal ialah diameter yang tercantum pada nama
perdagangan, misalnya baut M16 berarti diameter nominal baut tersebut = 16 mm.
Mengenai kekuatan tarik baut, anda dapat melihat pada tabel konstruksi baja. Untuk
menghitung luas penampang baut tidak diulir penuh digunakan rumus : 𝐴 𝑏𝑎𝑢𝑡 =
1
𝜋 .𝑑
4
Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)
Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)
12
Baut yang dibebani sejajar dengan sumbunya
Gambar baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu
Besarnya tegangan izin baut pada sambungan yang menggunakann baut telah
diatur pada PPBBI pasal 8.2 yaitu:
Tegangan geser izin : τ = 6,0 ⋅ σ
Tegangan terik izin : σ = 7,0 ⋅ σ
13
Mengenai jarak baut pada suatu sambungan, tetap harus berdasarkan
PPBBI pasal 8.2, yaitu :
Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh
lebih dari 5 buah.
Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung,
tidak boleh kurang dari 1,2 d dan tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah
tebal terkecil bagian yang disambungkan).
Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari
2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar
dari 7 d atau 14 t.
Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris baut yang tidak berseling, maka jarak
antara kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan
pada satu baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d
atau 14 t.
2,5 d < s < 7 d atau 14 t
2,5 d < u < 7 d atau 14 t
1,5 d < s1 < 3 d atau 6 t
Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang dipasang berseling,
jarak antara baris-baris buat (u) tidak bole kurang dari 2,5 d dantidak boleh lebih
besar dari 7 d atau 14 t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut terdekat
pada baris lainnya (s2) tidak boleh lebih besar dari 7d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u.
14
Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, paku keling terdiri secara
sederhana dari sebuah baja yang pendek, mudah ditempa dan berbentuk mangkuk
setengah bulatan. Tetapi bisa juga kepala paku keling tersebut berbentuk
bonggolan. Pada saat paku keling berada dalam keadaan plastis, paku keling
dipukul dengan palu sehingga akan terbentuk sebuah kepala lagi pada sisi yang
lainnya, dan paku keling tersebut mengembang serta mengisi seluruh lubang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 8 berikut ini.
Hal ini didasarkan kepada pendapat Gunawan dan Margaret (1991) yang
menyatakan bahwa pada PPBBI rumus tersebut ditulis salah.
Besarnya tegangan izin dalam menghitung kekuatan paku keling adalah :
Tegangan geser yang diijinkan : τ = 0,8 σ
Tegangan terik yang diijinkan : σ tr = 0,8 σ
σ tr = 2 σ untuk S1 > 2 d
σ tr = 1,6 σ untuk1,5 d ≤ S1 ≤ 2 d
Dimana :
S1 = Jarak dari paku keling yang paling luar ke tepi bagian yang disambung
d = Diameter pake keling.
15
σ = Tegangan dasar menurut tabel 1 (pasal 2.2), kecuali untuk tumpuan
menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.
16
o Las tumpul V ganda : sambungan jenis ini lebih cocok untuk seluruh
kondisi.
17
o Las sudut cembung : Pemakaian elektroda lebih banyak sama seperti
las sudut cekung.
2) Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8 a 10 kali tebal las.
3) Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40 kali tebal las. Kalau diperlukan
panjang netto las yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat las yang
terputus-putus.
18
4) Untuk las terputus pada batang tekan, jarak bagian-bagian las itu tidak boleh
melebihi 16 t atau 30 cm. Sedangkan pada batang tarik, jarak itu tidak boleh
melebihi 24 t atau 30 cm, dimana t adalah tebal terkecil dari elemen yang
dilas.
5) Tebal las sudut tidak boleh lebih dari ½ t √2
6) Gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut α dengan bidang retak las,
maka tegangan miring diizinkan adalah :
1
𝜎𝑎=
√sin2 𝑎 + 3 cos2 𝑎
a.
P= A(untuk =900)
b.
19
c.
d.
P = 0,58 A(untuk =00)
e.
P = 0,91 A(untuk =790)
f.
P = 0,71 A(untuk =450)
g.
P = 0,58 A(untuk =00)
20
h.
P= A(untuk =900)
i.
P = 1,2 A
j.
P = 0,89 A(untuk =770)
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sambungan baja dalam perencanan struktur (konstruksi) baja didasarkan pada tipe
profil baja yang dipakai, secara umum sambungan terbentuk didasarkan atas
hubungan sambungan sebagai berikut, yaitu sambungan antar balok (balok dengan
balok), sambungan antar kolom (kolom dengan kolom), sambungan belok dengan
kolom, sambungan titik buhul.
2. Gusset Plate atau plat buhul adalah sistem sambungan memakai pelat baja, bisa
tunggal atau berpasangan yang berguna untuk mempersatukan dan menyambung
batang-batang yang bertemu di titik simpul.
3. Syarat-syarat plat buhul :
Cukup lebar sehingga dapat memenuhi syarat-syarat atau peraturan penempatan
baut/paku keling;
Tidak terjadi takikan (Jika terjadi takikan mudah sobek);
Cukup kuat menerima gaya-gaya batang yang diluruskan plat buhul (perlu
dianalisis kekuatan plat simpul pada penampang potongan tertentu dari pelat
buhul)
4. Di dalam sambungan plat buhul terdapat alat penyambung yang lazim digunakan
untuk profil baja ialah baut, paku keling dan Las.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca atau makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun. Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.
22
DAFTAR PUSTAKA
Wiryanto Dewobroto.2016. Struktur Baja – Perilaku, Analisis & Desain – AISC 2010. Edisi
kedua. Tangerang: Penerbit Jurusan Teknik Sipil UPH.
Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson. 1990. Struktur Baja, Design Dan Perilaku. Jilid 1.
Jakarta:Penerbit AIRLANGGA.
23