Disusun
DRISTY H. LOSU
NIM: 15 012 033
2019
ABSTRAK
Dresty H Losu, 2019. Desain Struktur Atap Baja dan Metode Pelaksanaan
Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Rusun K45 Yonif 712 Raider Tuminting-
Manado. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado (dibimbing
oleh Rudolf G Mait, ST. MT dan Noldie E. Kondoj, ST. MT)
Baja adalah tercampurnya unsur karbon pada besi sehingga jadilah baja.
Fungsi karbon pada baja adalah sebagai pengeras. Baja merupakan suatu elemen
yang mempunyai sifat kuat dan mudah dikerjakan. Dibidang industri jenis baja
konfensional digunakan untuk rangka atap. Agar rangka atap mampu memikul
beban-beban yang bekerja, maka perlu perencanaan dan perhitungan yang benar
dan teliti.
Dengan demikian untuk menganalisa struktur rangka kuda-kuda baja profil
dengan bentangan 16 meter, ada berbagai macam cara yang sering digunakan
diantaranya adalah cara analitis (metode ritter).
Dari perhitungan panjang bentang rangka kuda-kuda, perhitungan beban
yang bekerja, perhitungan gaya pada rangka batang, dilanjutkan dengan kombinasi
pembebanan dalam menganalisa dimensi profil kuda-kuda sebesar 10861.3492
kilogram batang tekan untuk batang atas, 6653.9913 kilogram batang tarik untuk
batang bawah, 3370.7696 kilogram batang tarik untuk batang diagonal, 2045.6539
batang tarik untuk batang tegak, sehingga didapat penampang profil kuda-kuda
dengan ukuran 2L.60.60.6 untuk batang atas, 2L.50.50.5 untuk batang bawah,
2L.40.40.4 untuk batang diagonal, 2L.60.60.6 untuk batang tegak, dan dengan
menggunakan alat penyambung baut dengan ukuran diameter 12.7 milimeter.
Metode pelaksanaan konstruksi pada atap baja, proses pengiriman material baja,
material disiapkan, pengangkutan baja profil, penyambungan menggunakan baut,
pengecatan rangka, pemasangan atap, selesai.
Kata Kunci : Rangka Baja, Cara Analitis Metode Ritter, Dimensi Profil, Sambungan,
Metode Pelaksanaan Konstruksi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
penyertaan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dengan menggunakan data-data
yang ada.
Selama proses analisa sampai pada tahap penyusunan Skripsi ini, penulis
mendapat banyak pengalaman serta ilmu baru yang tentunya akan sangat membantu
sebagai bekal nanti pada saat memasuki dunia kerja. Dalam penysunan Skripsi ini
banyak sekali kendala yang terjadi, oleh karena itu penulis menyadari terselesainya
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rudolf Mait, ST.MT Selaku dosen pembimbing I
2. Bapak Noldie Kondoj, ST.MT selaku ketua Jurusan Teknik Sipil, sekaligus
dosen pembimbing II
3. Orangtua yang selalu mendukung dan menopang dalam doa.
4. Seluruh dosen, staf pegawai Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado.
5. Kepada seluruh teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
2013- 2015, squad tamfffan, animals yang banyak membantu baik tenaga
maupun waktu yang ada.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini belum lah sempurna dan
masih banyak kesalahan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk menjadi acuan serta koreksi dan penyempurnaan kedepannya. Sekali lagi
terima kasih atas bantuan seluruh pihak dan kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
`
Manado, 2019
Dresty H. Losu
ii
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir
Abstrak
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
Daftar Tabel.............................................................................................................v
Daftar Gambar.........................................................................................................vi
Notasi......................................................................................................................ix
Daftar Lampiran......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Perumusan Masalah................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................2
1.4 Manfaat Hasil penelitian.........................................................2
1.5 Pembatasan Masalah...............................................................3
1.6 Sistimatika Penulisan..............................................................3
Kuda-Kuda Baja......................................................................86
4.6.1 Perhitungan Sambungan Baut ................................................86
4.7 Perencanaan Plat Buhul ..........................................................90
4.8 Metode Pelaksanaan Konstruksi Atap ....................................95
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................96
5.2 Saran........................................................................................96
Lampiran
Daftar Pustaka
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
NOTASI
C = koefisien Angin
Ct = Angin Tiup
N = Gaya Maksimum
Ch = Angin Hisap
t = Tebal Plat
R = Tahanan Nominal Baut
m = Jumblah Bidang Geser
dn = bidang geser
dk = penguliran baut
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Baja
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur paduan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja bersikaran
antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja
adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi
kristal (cristal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam,
banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Unsur paduan lain yang bisa ditambahkan selain karbon adalah (titanium),
krom (chromium), nikel, vanadium dan lain-lain. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatantariknya (tensile strenght), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
(Deni Maulana 2012)
5. Kuda-kuda jenis 5
Kuda-kuda jenis ini sering digunakan untuk penggunaan gedung yang
memerlukan atap tinggi. Contoh bangunan yang memerlukan atap tinggi
adalah hanggar, gedung olahraga, ataupun gudang, dan lain-lain.
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja dengan bahan struktur termasuk kedalam baja yang penetrase zat
arang yang ringan (mild carbon steel), semakin tinggi zat arang yang
terkandung didalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya.
Sifat-sifat bahan baja struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai
berikut:
a. Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas untuk semua baja adalah 28000 sampai 30000
ksi atau 193000 sampai 207000 Mpa. Nilai untuk desain lazimnya
diambil sebesar 29000 ksi atau 200000 Mpa. Nilai modulus
elastisitas baja adalah 2,1 x 10⁶ kg/cm² atau 2,1 x 10⁶ Mpa.
b. Modulus geser (G)
Nilai modulus geser baja adalah 0,81 x 10ˉ⁶ kg/cm² atau 0,81 x 105
Mpa.
c. Koefisien ekspansi adalah koefisien pemuai linier. Koefisien
ekspansi baja diambil 12 x 10ˉ⁶ per °C.
d. Tegangan leleh
Tegangan leleh ditentukan berdasarkan mutu baja.
e. Sifat-sifat lain yang penting
Sifat-sifat ini termasuk masa jenis baja, yang sama dengan 490 pcf
atau 7,85 t/m³.
Model pengujian yang paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik
material baja adalah dengan melakukan uji tarik terhadap suatu benda uji
baja. Uji tekan tidak dapat dapat memberikan data yang akurat terhadap
sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara
lain adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan ketidak
stabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi
sidalam benda uji lebih muda dilakukan untuk uji tarik dari pada uji tekan.
Gambar berikut mewujudkan contoh suatu hasil uji tarik material baja.
11
Tegangan
Jenis Tegangan Putus Leleh Peregangan
Baja Minimu fu (Mpa) Minimum fy minimum (%)
(Mpa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
f. Liat (Toughness)
Baja struktur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan
dan daktilitas. Suatu elemen baja masih terus dapat memikul beban
dengan deformasi yang cukup besar. Ini merupakan sifat material yang
penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa menerima deformasi
yang besar selama pabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa
menimbulkan kehancuran. Kemampuan material untuk menyerap
energi dalam jumlah yang cukup besar disebut toughness.
g. Tambahan pada struktur yang telah ada
Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian
bentang baru maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada portal
yang telah ada, bahkan jembatan baja seringkali diperlebar, dan lain-
lain. Kelebihan lain dari material baja strukktur adalah:
Kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keliling
maupun las
Cepat dalam pemasangan
Dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan
Kekuatan terhadap fatik
Kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran
Masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen
struktur.
2) Kekurangan
Secara umum baja mempunyai kelemahan seperti:
a. Biaya pemeliharaan
15
Baut yang banyak digunakan adalah baut A325 dan A490. Kepala
baut berbentuk segi enam. Kepala baut tertulis tanda A325 dan
A490. Dengan diameter lubang ddn + 1 mm.
Tabel 2.2 Demensi baut dan kuat tarik minimum
Dimana:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
W = Beban Angin
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kukuatan batas,
dan kemampuan layak batas harus memperhitungjan pengaruh-pengaruh dari
aksi sebagai akibat dari beba-beban berikut ini:
1) Beban mati dead loads (D)
Beban mati adalah segala sesuatu bagian stuktur yang bersifat tetap,
termasuk dalam hal ini berat sendiri struktur.
Pada perencanaan rangka atap, beben mati yaitu:
Beban sendiri kuda-kuda
Beban penutup atap dan gording
Beban plafound
2) Beban hidup live loads (L)
Beban hidup adalah semua beban yang bersifat dapat berpindah-pindah,
atau beban yang bersifat sementara yang ditempatkan pada suatu tempat
tertentu.
Beban hidup menurut PPIUG 1983 adalah sebagai berikut
Beban berguna P : 100 kg
Beban air hujan H : 40-0.8 a
3) Beban angin (W)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat
pengaruh struktur yang mem-blok aliran angin, sehingga energi kinetic
angin akan dikonversi menjadi tekanan energi potensial, yang
menyebabkan terjadinya beban angin.
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif yang dinyatakan dalam kg/m² ini ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup dengan koefisien-koefisien angin harus diambil
20
minimum 25 kg/m², kecuali untuk daerah laut dan tepi laut sampai sejauh
5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil
minimum 40 kg/m². (PPIUG 1983)
Untuk atap pada bangunan tertutup, koefisien angin yang bekerja, dapat
dilihat pada gambar berikut:
2. Beban Hidup
4. Kombinasi Pembebanan
a. Akibat beban tetap
M = M beban mati + M beban hidup
b. Akibat beban sementara
M = M beban mati + M beban hidup + M beban angin
5. Kontrol Tegangan
a. Akibat beban tetap
Mx My
σ= + ≤ τ =1600 kg/cm ² ....................................(2.10)
Wx Wy
b. Akibat beban sementara
Mx My
σ= + ≤ τ =1600 kg/cm ² ....................................(2.11)
Wx Wy
Dimana:
23
6. Kontrol Lendutan
1
∗b
fmax = 240 ...................................................................................(2.12)
5 Qx . b 4 1 Px . b3 5 qx .b 4
fx= ∗ + ∗ + ∗
384 Ely 48 Ely 384 Ely .....................................(2.13)
5 Qy . b 4 1 Py . b3 5 qy . b 4
fy= ∗ + ∗ + ∗
384 Elx 48 Elx 384 Elx ….................................(2.14)
Dimana:
fx : Lendutan arah X
fy : Lendutan arah Y
E : Modulus elastisitas
Ix : Momen inersia penampang X
Iy : Momen inersia penampang Y
B : Jarak kuda-kuda
Ae = Au..............................................................................................(2.20)
Dimana:
A : Luas penampang
U : Faktor reduksi
x
U=1- ≤ 0,9.................................................................................(2.21)
L
Dimana:
x: eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah tarik, antara titik berat
penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan (mm)
L: panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut yang
terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik (mm).
Untuk mengurangi problem yang terkait dengan lendutan besar dan vibrasi, maka
komponen struktur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini
L
berdasarkan pada rasio kelangsingan 𝜆 = r . Dengan 𝜆 adalah angka
kelangsingan struktur, L adalah panjang komponens struktur, sedangkan r adalah
jari-jari girasi (r
√ 1
A
). Nilai 𝜆 diambil maksimum 240 untuk batang tarik utama,
2. Batang Tekan
Komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban
terfaktor Nu, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Nu ≤ Φ Nn ...................................................................................................(2.22)
Dimana:
Φ : faktor reduksi kekuatan (Φ= 0,85)
Nn : kuat tekan nominal komponen struktur, Ag.fcr
a. Perbandingan kelangsingan
Kelangsingan elemen penampang
27
250
𝜆 ..................................................................................................
√ fy
(2.23) Dimana :
D : Diameter penampang
T : Ketebalan profil (mm)
Kelangsingan komponen struktur (SNI 2002 hal. 29)
k .L
𝜆 < 200.........................................................................................
r
(2.24)
Dimana :
k : faktor panjan tekuk
L : panjang komponen struktur tekan
r : jari-jari komponen struktur
Dengan : 𝜆c =
λ
π √ Fy
ω
Dimana :
𝜆c : rasio kelangsingan
fy : tegangan leleh (Mpa)
ω : koefisien tekuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
c. Revisi
1. Data primer
Data primer yang didapatkan dari lapangan dan instansi yang terkait adalah,
sebagai berikut:
a. Data proyek
Nama proyek : Pembangunan Rusun K45 Yonif 712 Raider
Lokasi proyek : Manado, Tuminting bailang kampung loreng
Kontraktor : PT. Lumbungmas konstrindo utama
2. Data sekunder
a. Buku-buku referensi, artikel-artikel dan kajian dari sumber yang terakreditasi.
b. Konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak-pihak yang memiliki
keahlian dibidang struktur rangka atap baja.
Berikut ini dilampirkan diagram alir metode skripsi:
Mulai
Rumusan Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pembahasan
Perhitungan panjang batang
Perencanaan gording
Perhitungan beban kuda-kuda
Perhitungan rangka batang cara
analitis metode RITTER
Perencanaan dimensi profil rangka
kuda-kuda
Perencanaan sambungan
Metode pelaksanaan konstruksi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
T4 = tan a * (B1+B2+B3+B4)
= 3.7305 m
Q = a*G
= 8.6624 kg
Qx = Q* sin a
= 3.6606 kg
Qy = Q*cos a
= 7.8508 kg
Mx1 = 1/8.Qy.b2
= 24.5315 kg.m
My1 = 1/8.Qx.b2
= 11.44 kg.m
b. Beban Angin (W)
35
b. Kontrol Lendutan
E = 2.1 * 106 Qx = 3.6608
b =5m Qy = 7.8508
= 500 cm Px = 42.6818
qx = 4.4798 Py = 90.6308
qy = 9.6069
1
fmax = ∗b = 2 cm
250
5 Qx .b ⁴ 1 Px . bᶟ 5 qx . b ⁴
fx = * + * +¿ *
384 Ely 48 Ely 384 Ely
= 0.4841 + 0.0179 + 0.5925
= 1.0945 cm
5 Qy . b ⁴ 1 Py . b ᶟ 5 qy .b ⁴
fy = * + * +¿ *
384 Elx 48 Elx 384 Elx
= 0.1476 + 0.5377 + 0.1807
= 0.866 cm
39
Diambil maksimumnya
f ≤ fmax = 1.0945 cm ≤ 2 cm
Maka profil kanal C.10 dapat digunakan untuk profil gording.
Berat Atap
G = atap spandek 3.2 kg/m
a = jarak gording 2.707 kg
b = jarak kuda-kuda 5 m
1
P2 = G* a *b
2
= 21.67 kg
Diambil jarak kira-kira (overstek) (d) = 0.8 m
40
Berat Gording
q : berat gording = 10.6 kg (tabel profil baja)
b : jarak kuda-kuda = 5 m
p = q*b
= 53 kg
Berat plafond
P = 18*b*(L/jumlah batang bawah)
= 160 kg
1
Pada titik A=B = 160 kg
2
P = 80 kg
b. Beban Hidup
41
Beban takterduga
P = 100 kg
1
Pada titik A=B = .P
2
= 50 kg
1
Pada titik b = * Wh
2
= - 67.675 kg
a. Potongan 1-1
ΣJ = 0
VA*L1-P1*L1-B1*T1
1705.8348
B1=B8 =
0.9326
= 1829.1174 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
3852.200
A1=A8 =
−0.9326
= - 4557.74 kg (Batang Tekan)
a. Potongan 2-2
44
ΣJ = 0
VA* L1- P1* L1-B2*L1- D1* T1
357.3225
D1= D6 =
0.9326
= 383.1466 kg (Batang Tarik)
b. Potongan 3-3
1707.7
A2= A7 =
−0.8452
= - 2020. 469 kg (Batang Tekan)
c. Potongan 4-4
ΣD = 0
VA* L2- P1* L2-P2*L1+A3* d2
4714.12
A3= A6 =
−1.6904
= - 2788.77 kg (Batang Tekan)
ΣL = 0
VA*L3- P1* L3-P2*L2-P2*L1-B3*T3
3415.08
B3= B6 =
2.7978
= 1220.64 kg (Batang Tarik)
ΣK = 0
VA*L2- P1* L2-P2*L1-B3*T2-D2*e2
569.32
D2= D6 =
1.0857
= 524.4082 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
46
P2* L1+P2*L2+T2*L2
1708.1
T2= T6 =
−4
= -437.025 kg (Batang Tekan)
d. Potongan 5-5
ΣE = 0
VA* L3- P1* L3-P2*L2- P2*L1+A4*d3
3416.04
A4= A5 =
2.5357
= 1347.1783 kg (Batang Tekan)
ΣM = 0
VA*L4- P1* L4-P2*L3-P2*L2- P2*L1- B4*T4
3416.04
B4= B5 =
3.7307
= 915.6566 kg (Batang Tarik)
ΣL = 0
VA*L3- P1* L3-P2*L2- P2*L1-B3*T3-D3*e3
47
854.22
D3= D4 =
1.3225
= 650.3388 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
P2* L1+P2*L2+P2*L3+T3*L3
3416.04
T3= T5 =
−6
= -569.34 kg (Batang Tekan)
T4 =0
a. Potongan 1-1
ΣJ = 0
VA*L1-P1*L1-b1*T1
1120
B1=B8 =
0.9326
= 1198.7990 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
VA*L1-P1*L1-A1*d1
1120
A1=A8 =
−0.8452
= - 1322.7633 kg (Batang Tekan)
49
b. Potongan 2-2
ΣJ = 0
VA*L1-P1*L1-B2*T1+D1*e1
158.6083
D1=D6 =
0.6820
= 232.5643 kg (Batang Tarik)
50
c. Potongan 3-3
ΣD = 0
VA*L2-P1*L2-P2*L1-A3*d2
51
1920
A3=A6 =
−1.6905
= - 1135.7586 kg (Batang Tekan)
ΣL = 0
VA*L3-P1*L3-P2*L2-P2*L1-B3*T3
2400
B3 = B6 =
2.7978
= 857.8186 kg (Batang Tarik)
ΣK = 0
VA*L2-P1*L2- P2*L2 –B3*T2-D1*e2
320
D2=D5 =
1.0847
= 295.0124 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
P2*L1+ P2*L2+T2*L2
940
T2=T6 =
−4
= - 240 kg (Batang Tekan)
e. Potongan 5-5
ΣE = 0
VA*L3-P1*L3-P2*L2- P2*L1-A4*d3
2400
A4=A5 =
−2.5357
Tabel 4.6 Data Perhitungan Gaya Batang Akibat Beban Tak Terduga
a. Potongan 1-1
ΣJ = 0
VA*L1-P1*L1-B1*T1
700
B1 = B8 =
0.9326
= 750.5898 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
VA* L1- P1* L1-A1*d1
54
700
A1=A8=
−0.8452
= - 828.2063 kg (Batang Tekan)
b. Potongan 2-2
ΣJ = 0
VA* L1- P1* L1-B2*L1- D1* e1
100.05
D1= D6 =
0.6821
= 146.6794 kg (Batang Tarik)
55
c. Potongan 3-3
700
A2= A7 =
−0.8452
1200
A3= A6 =
−1.6904
= - 709.8492 kg (Batang Tekan)
ΣL = 0
VA*L3- P1* L3-P2*L2-P2*L1-B3*T3
1500
B3= B6 =
2.7978
= 536.1164 kg (Batang Tarik)
ΣK = 0
VA*L2- P1* L2-P2*L1-B3*T2-D2*e2
200.04
D2= D6 =
1.0857
= 184.4120 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
P2* L1+P2*L2+T2*L2
600
T2= T6 =
−4
= - 150 kg (Batang Tekan)
e. Potongan 5-5
ΣE = 0
VA* L3- P1* L3-P2*L2- P2*L1+A4*d3
1500
A4= A5 =
−2.5357
= - 591.5526 kg (Batang Tekan)
ΣM = 0
VA*L4- P1* L4-P2*L3-P2*L2- P2*L1- B4*T3
1600
B4= B5 =
3.7307
= 571.880 kg (Batang Tarik)
ΣL = 0
VA*L3- P1* L3-P2*L2- P2*L1-B3*T3-D3*e3
100
D3= D4 =
1.3225
= 75.66 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
P2* L1+P2*L2+P2*L3+T3*L3
1200
T3= T5 =
−6
= - 200 kg (Batang Tekan)
T4 = 0
58
a. Potongan 1-1
ΣJ = 0
VA*L1-P1*L1-B1*T1
1894.88
B1=B8 =
0.9326
= 2031.5250 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
VA* L1- P1* L1-A1*d1
1894.88
A1=A8=
−0.8452
= - 2241.9419 kg (Batang Tekan)
b. Potongan 2-2
ΣJ = 0
VA* L1- P1* L1-B2*L1- D1* e1
1734.9012
D1= D6 =
0.6821
= 255.4716 kg (Batang Tarik)
c. Potongan 3-3
ΣD = 0
VA* L2- P1* L2-P2*L1+A3* d2
3248.64
A3= A6 =
−1.6904
= - 1921.7036 kg (Batang Tekan)
ΣL = 0
VA*L3- P1* L3-P2*L2-P2*L1-B3*T3
4060.8
B3= B6 =
2.7978
= 1451.4262 kg (Batang Tarik)
ΣK = 0
VA*L2- P1* L2-P2*L1-B3*T2-D2*e2
541.4398
D2= D6 =
1.0857
= 499.1609 kg (Batang Tarik)
ΣA = 0
P2* L1+P2*L2+T2*L2
1136.544
T2= T6 =
−4
= - 284.136 kg (Batang Tekan)
e. Potongan 5-5
62
1. Angin Kiri
a. Potongan 1-1
ΣJ = 0
VA*L1+HA*L1-P1cos a*L1-B1*T1
424.6328
B1 =
0.9326
= 488.3214 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
VA* L1- P1 cos a* L1-A1*d1
150.6236
A1 =
−0.8452
= - 178.2106 kg (Batang Tekan)
b. Potongan 3-3
ΣK = 0
VA*L2+HA*T2-P1cos a*L2-P1sin a*T2-P2cos a*L2-P2sin a*(T2 – T1)-
B2-T2
470.1147
B2 =
1.8652
= 252.0452 kg (Batang Tarik)
ΣC = 0
VA*L1-P1cos a*L1+P2 sin a*T1+A2*d1
163.9598
A2 =
−0.8452
65
d. Potongan 5-5
66
e. Potongan 4-4
67
ΣD = 0
VA*L3+ HA*T3-P1cos a*L3-P1sin a*T3-P2cos a*L2-P2sin a*(T3-T1)-
D2*e1-B3*T3-T2*L1
55.8915
T2 =
−2
= - 27.9458 kg (Batang Tekan)
f. Potongan 7-7
ΣM = 0
VA*L4+HA*T4-P1cos a*L4-P1sin a*T4-P2cos a*L3-P2sin a*(T4– T1)-
P2cos a*L2- P2sin a*(T4 – T2)-P2cos a*(T4 – T3)- B4-T4
789.5582
B4 =
3.7305
= 211.6494 kg (Batang Tarik)
ΣE = 0
VA*L3-P1cos a*L3-P2cos a*L2+P2 sin a*T1-P1 cos a*L1+P2sin
a*T2+P2sin a*T3+A4*d3
68
381.9393
A4 =
−2.5357
= - 150.6248 kg (Batang Tekan)
ΣL = 0
VA*L3+HA*T3-P1cos a*L3-P1sin a*T3-P2cos a*L2-P2sin a*(T3-T1)-
P2 cos a*L1-P2sin a*(T3-T2)-B4*T3-D3*e3
−111.1331
D3 =
1.3217
= 56.9703 kg (Batang Tarik)
g. Potongan 6-6
f. Potongan 14-14
ΣP = 0
-VB*L1+HB*T7-P3cos a*L1+P3sin a*T7+B8*T7
−433.5699
B8 =
−0.9326
= 464.9044 kg (Batang Tarik)
ΣI = 0
-VB*L1-P3cos a*L1 –A8*d1
−657.558
A8 =
0.8452
= - 777.9910 kg (Batang Tekan)
g. Potongan 12-12
70
h. Potongan 13-13
106.0755
T7 =
2
= 53.0377 kg (Batang Tarik)
i. Potongan 10-10
j. Potongan 11-11
k. Potongan 8-8
73
ΣM = 0
-VB*L4+HB*T6-P3cos a*L4+P3sin a*T4-P4cos a*L3+P4sin a*(T4-T7)-
P4cos a*L2+P4sin a*(T4-T6)- P4cos a*L1+P4sin a*(T4-T5)+B5*T4
−3287.7864
B5 =
−3.7305
= 881.3259 kg (Batang Tarik)
ΣG = 0
-VB*L3-P3cos a*L3 –P4cos a*L2+P4sin a*T7+P4cos a*L1+P4sin a*T6
+P4sin a*T5+A5*d3
−2372.5997
A5 =
2.5357
= - 935.6784 kg (Batang Tekan)
ΣN = 0
-VB*L3+HB*T5-P3cos a*L3+P3sin a*T5- P4cos a*L2+P4sin a*(T5-T7)
+P4sin a*(T5-T6)+B5*T6 +D4*e3
449.4088
D4 =
−1.3235
= - 339.5608 (Batang Tekan)
74
l. Potongan 9-9
A3 2788.77 -
A4 1347.18 -
A5 1347.18 -
A6 2788.77 -
A7 2020.47 -
A8 4557.74 -
B1 - 1829.12
B2 - 2098.76
B3 - 1120.64
B4 - 915.657
B5 - 915.657
B6 - 1120.64
B7 - 2098.76
B8 - 1829.12
D1 - 383.147
D2 - 524.408
D3 - 650.339
D4 - 650.339
D5 - 524.408
D6 - 383.147
T1 283.74 -
T2 427.025 -
T3 569.342 -
T4 0 -
T5 569.342 -
T6 427.025 -
T7 283.74 -
A3 1135.76 -
A4 946.671 -
A5 946.671 -
A6 1135.76 -
A7 1325.13 -
A8 1322.76 -
B1 - 1198.8
B2 - 1030.87
B3 - 857.817
B4 - 915.005
B5 - 915.005
B6 - 857.817
B7 - 1030.87
B8 - 1198.8
D1 - 232.564
D2 - 295.012
D3 - 121.046
D4 - 121.046
D5 - 295.012
D6 - 232.564
T1 1.3917 -
T2 240 -
T3 320 -
T4 0 -
T5 320 -
T6 240 -
T7 1.3917 -
A3 709.849 -
A4 591.553 -
A5 591.553 -
A6 709.849 -
A7 824.206 -
A8 828.206 -
B1 - 750.59
B2 - 643.303
B3 - 536.116
B4 - 571.878
B5 - 571.878
B6 - 536.116
B7 - 643.303
B8 - 750.59
D1 - 146.679
D2 - 184.412
D3 - 75.66
D4 - 75.66
D5 - 184.412
D6 - 146.679
T1 100 -
T2 150 -
T3 200 -
T4 0 -
T5 200 -
T6 150 -
T7 100 -
A3 1191.7 -
A4 1601.45 -
A5 1601.45 -
A6 1191.7 -
A7 2242.12 -
A8 2241.94 -
B1 - 2031.53
B2 - 1741.71
B3 - 1451.43
B4 - 1596.53
B5 - 1596.53
B6 - 1451.43
B7 - 1741.71
B8 - 2031.53
D1 - 225.472
D2 - 499.161
D3 - 1433.31
D4 - 1433.31
D5 - 499.161
D6 - 225.472
T1 270.72 -
T2 284.136 -
T3 541.44 -
T4 0 -
T5 541.44 -
T6 284.136 -
T7 270.72 -
A2 193.989 -
A3 183.848 -
A4 150.625 -
A5 935.678 -
A6 824.909 -
A7 777.992 -
A8 777.991 -
B1 - 455.321
B2 - 252.045
B3 - 206.214
B4 - 211.649
B5 - 881.326
B6 - 781.692
B7 - 627.628
B8 - 464.904
D1 - 53.7576
D2 - 23.5473
D3 - 56.9703
D4 339.561 -
D5 146.064 -
D6 119.539 -
T1 36.668 -
T2 27.9468 -
T3 56.2229 -
T4 0 -
T5 - 273.212
T6 - 111.416
T7 - 53.0377
4.4
1.4D 1.2D+1.6L+0.8W 1.2D+0.8W
6380.836 -9901.70048 -3204.3533 2272
828.6566 -6863.19832 -3212.1763 2272
3904.278 -5876.16008 -1769.0149 2272
86.04962 -4497.37748 -2003.5619 -10861.34912 -108613.05 2272
86.04962 -5753.46324 -3259.6477 2272
3904.278 -6901.85752 -2794.7123 2272
828.6566 -7797.60128 -4146.5793 2272
6380.836 -10861.34912 -4164.0019 2272
60.76436 6638.65848 3330.8716 2000
2938.264 6034.06832 2561.55072 2000
T7
T6
T5
T4
T3
T2
T1
B8
B7
B6
B5
B4
B3
B2
B1
D6
D5
D4
D3
D2
D1
A8
A7
A6
A5
A4
A3
A2
A1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
34.17148 1723.00648 1093.71664 3439.10
273.212
111.416
53.0377
339.561
146.064
119.539
178.211
193.989
183.848
150.625
935.678
824.909
777.991
777.991
36.668
27.9468
56.2229
53.7576
23.5473
56.9703
455.321
252.045
206.214
211.649
881.326
781.692
627.628
464.904
80
81
1. Kontrol tegangan
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Dengan tumpuan sendi-sendi maka koefisien Kc =1
Karena double siku maka rmin = 2*ix/iy = 36.4 mm
λ =
√ Kc . L
rmin
< 200
λc =
√ √ λ
∏
¿
Fy
E
= 0.52
Karena 0.25 < λc < 1.2
1.43
Maka ω=
1.6−(0.7∗0.52)
= 1.15
82
1. Kontrol kelangsingan
L
λ = < 200
imin
= 71.42 < 200 ..... OK
2. Kontrol tegangan
a. Terhadap leleh
Ag = 2*480
= 960 mm2
Nu > Φ Nu
Φ Nu = Φ* Ag * Fy
= 207.360 N
= 20.736,00 kg
Nu > Φ Nu
2000 > 20.736.00 .... OK
84
3. Terhadap faktur
An = 2*480 = 960 mm2
e
U = 1− ≤ 0.9
L
= 0.984 ≤ 0.9
Maka untuk faktor reduksinya (U) adalah 0,9
Ag = U*An
= 864 mm2
Φ Nn = Φ*Ae*Fu
= 239.760 N
= 23.976 kg
Nu > Φ Nu
6653.9 > 239.760 .... OK
85
1. Kontrol kelangsingan
L
λ = < 200
imin
= 189.01 < 200 ..... OK
2. Kontrol tegangan
Terhadap leleh
Ag = 2*308
= 616 mm2
Nu > Φ Nu
Φ Nu = Φ* Ag * Fy
= 133.056 N
= 13.306 kg
Nu > Φ Nu
86
Terhadap faktur
An = 2*308 = 616 mm2
e
U = 1− ≤ 0.9
L
= 1.0026 ≤ 0.9
Maka untuk faktor reduksinya (U) adalah 0,9
Ag = U*An
= 554.4 mm2
Φ Nn = Φ*Ae*Fu
= 153.846 N
= 15.385 kg
Nu > Φ Nu
3370.8 > 239.760 .... OK
87
1. Kontrol kelangsingan
L
λ = < 200
imin
= 110.39 < 200 ..... OK
2. Kontrol tegangan
3. Terhadap leleh
Ag = 2*691
= 1382 mm2
Nu > Φ Nu
Φ Nu = Φ* Ag * Fy
= 239.040 N
= 23.9040 kg
88
Nu > Φ Nu
2045.7 > 239.040 .... OK
4. Terhadap faktur
An = 2*691 = 1382 mm2
e
U = 1− ≤ 0.9
L
= 0.99 ≤ 0.9
Maka untuk faktor reduksinya (U) adalah 0,9
Ag = U*An
= 1243.8 mm2
Φ Nn = Φ*Ae*Fu
= 345.156 N
= 34.5156 kg
Nu > Φ Nu
2045.7 > 345.156 .... OK
Data perencanaan:
= 31384.5 N
= 3.138,45 kg
Nu = 2.0457 kg
ΦRn = 7.9920 kg
Nu
N baut =
ΦRn
= 0.256 → 2 baut
Jarak baut
a. 1.5 d ≤ S1 ≤ 3 d
= 2.5*d = 3.175 = 3 cm
b. 2.2d ≤ S2 ≤ 7 d
= 5*d = 6.35 cm = 6 cm
92
T1 2L.60.60.6 2 ø 12.7
T2 2L.60.60.6 2 ø 12.7
T3 2L.60.60.6 2 ø 12.7
T5 2L.60.60.6 2 ø 12.7
T6 2L.60.60.6 2 ø 12.7
T7 2L.60.60.6 2 ø 12.7
Total baut yang dipakai adalah 56 baut ø 12.7
h = r*tan a
= 186.5230 mm
Nual = -9901.701 N
Nualx = Nual*cos 25o = - 8973.9889 N
Nualy = Nual*sin 25o = - 4184.6397 N
Nub1 = - 8973.9889 N
94
b. Plat buhul B
d1 = (½*h)-eA
= (½ * 100)-12.2
= 37.800 mm
Momen (M) = N*d1 = 471663.5616 mm
Zx = 0.25*tpb*h2
= 0.25*10*1002
= 25000 mm3
Mn=0.9*Zx*fy
=0.9*25000*240
= 5400000 Nmm
Vn = 0.75*0.60*h*tpb*fy
= 0.75*0.60*100*10*240
= 108000 N
Nn = 0.85*tpb*h*fy
= 0.85*10*100*240
= 204000 N
Kontrol tegangan yang terjadi pada plat buhul A
N M V
=( + )² + ≤ 1.0
Nn Mn Vn
= 0.237 ≤ 1 ...OK
97
c. Plat buhul C
d1 = (½*h)-eA
= (½ * 100)-12.2
= 37.800 mm
Zx = 0.25*tpb*h2
= 0.25*10*1002
= 25000 mm3
Mn =0.9*Zx*fy
=0.9*25000*240
= 5400000 Nmm
Vn = 0.75*0.60*h*tpb*fy
= 0.75*0.60*100*10*240
= 108000 N
Nn = 0.85*tpb*h*fy
= 0.85*10*100*240
= 204000 N
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Dalam perencanaan struktur atap baja dan metode pelaksanaan konstruksi ini
perlu dilakukan penelitian untuk variasi model struktur atap yang lebih
banyak dan beragam.
2. Untuk penelitian lebih lanjut agar dapat memperhitungkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi beban atap yang terdapat pada SNI 03 - 1729 – 2002
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
101
DAFTAR PUSTAKA