ARIESTA SYARIAH
09320180195
Halaman
Daftar Pustaka - iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Daftar Gambar - v
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Halaman
Daftar Lampiran - vi
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis melakukan Kerja Praktek agar dapat mengetahui tahapan alur bisnis
pertambangan pada proses penambangan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI).
7
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kegiatan tahapan
alur bisnis pertambangan di lokasi penambangan PT Ceria Nugraha
Indotama.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukan kegiatan kerja praktek ini adalah:
1. Mengetahui tahapan alur bisnis pertambangan pada PT Ceria Nugraha
Indotama (CNI).
2. Mengetahui tahapan penambangan pada PT Ceria Nugraha
Indotama (CNI).
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Nikel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam
paduan) antara besi (ferrum) dan nikel baja menggunakan produk alloy ini Nikel
bisa berasal dari Laterit (Ni Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan
Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses magmatisme. Sumber batuan Ultramafik
bisa dari Dunite,Peridotite, Lherzolite, Serpentinite (Darijanto, 2000).
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan
listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat menghasilkan
alloy yang sangat berharga.
9
Fe-oksida ( mineral hematite dan goethite) dengan kandungan nikel yang relatif
rendah.
Iron capping merupakan bagian paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi, dan sisa sisa organik
lainnya.
1. Lapisan Limonit merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir
lempung sampai pasir, tekstur batuan mulai dapat diamati walapun masih
sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1-10 m. Pada zone limonit
hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar Mgo hanya
tinggal kurang dari 2% berat dan kadar Sio2 berkisar 2-5% berat. Zone ini
didominasi mineral Goethit, disamping juga terdapat Magnetit, Hematit,
Kromit, serta Kuarsa sekunder.
2. Lapisan Saprolit merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk,
berupa bongkah bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai
kehijauan. Zona ini merupakan zona pengayaan unsu Ni. Komposisinya
berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur
batuan asal masih terlihat.
3. Bedrock ( batuan dasar) merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit.
Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit dan
secara umum tidak mengandung mineral ekonomis. Batuan dasar
merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umum nya merupakan batuan
beku ultra basa yaitu harzburgit dan dunite yang pada rekahannya telah
terisi oleh oksida besi 5-10%. Garnierit minor dan silika >35%.
Permeabilitas meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona
ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan
silika. Frakturisasi ini di perkirakan menjadi penyebab adanya root zone
yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi (Sufriadi Dkk,
2009).
2.3 Tambang Terbuka
1. Defenisi Tambang Terbuka
Tambang terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat di permukaan
tanah dengan bersentuhan langsung dengan sinar matahari, bertujuan untuk
10
mengambil Endapan nikel, dan akan dibiarkan tetap terbuka selama
penambangan nikel masih berlangsung. Untuk mencapai endapan nikel
yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan
penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari operasi
penambangan adalah menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga
dicapai keuntungan yang maksimal (Hartman, 1987).
Tahap I, Persiapan :
a. Persiapan, pengumpulan data tersedia (laporan peta)
b. Analisis data tersedia
c. Jenis dan jumlah contoh yang harus diambil
d. Biaya dan waktu yang tersedia
e. Tingkat ketelitian diharapkan
11
3. Tahap – Tahap Kegiatan Eksplorasi
a. Penyelidikan Pendahuluan yaitu merupakan tahap awal kegiatan
eksplorasi sebagai kelanjutan kegiatan prospeksi yang mempunyai tujuan
atau sasaran untuk melokalisir daerah jalur mineral.
b. Eksplorasi Tindak Lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan
penyelidikan pendahuluan dengan sasaran mengetahui sebaran endapan
mineral secara menyeluruh dan pasti dipermukaan kegiatan penyelidikan
bersifat taktis dimana objek penyelidikan dipilih pada tempat-tempat
tertentu, terutama pada daerah yang mempunyai anomali bahan galian dan
atau mineralisasi.
c. Eksplorasi Detail Jenis kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
pemboran yang tujuannya adalah untuk mengetahui sebaran bahan galian
dibawah permukaan, membuat peta surface dan mengetahui kadar rata-rata
sebaran mineralisasi pada titik bor (Nandang sudrajat, 2013).
2.4 Kegiatan Penambangan
a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas
penambangan dimulai. Pembersihan lahan dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pengupasan tanah penutup (overburden) dan pengambilan
bijih nikel. Tahapan pembersihan lahan dimulai dari pembersihan semak-
semak hingga penebangan pohon. Kegiatan land clearing dilakukan dengan
menggunakan bulldozer dan excavator.
b. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)
Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan untuk memindahkan lapisan
tanah atau batuan yang berada di atas bijih nikel agar bijih nikel tersebut
menjadi tersingkap. Alat berat yang digunakan dalam pengupasan lapisan
tanah penutup yaitu excavator, dump truck dan bulldozer. Pengupasan
lapisan tanah penutup dapat dilakukan dengan metode pengangkutan
ataupun dengan metode direct dozing.
c. Penambangan Bijih Nikel (Ore Getting)
penambangan bijih nikel dillakukan dengan sistem tambang terbuka dan
metode open pit. Penambangan bijih nikel dilakukan untuk mengambil bijih
12
yang telah terekspos setelah tahapan land clearing dan overburden removal
selesai dikerjakan. Penambangan bijih nikel melibatkan kegiatan pemuatan
(loading) dan pengangkutan (hauling).
4. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)
Pemuatan dan pengangkutan dilakukan untuk memindahkan material-
material tambang seperti overburden dan bijih nikel. Alat berat yang
digunakan dalam proses pemuatan dan pengangkutan yaitu excavator dan
dump truck.
5. Pengapalan (Transhipping)
Pengapalan merupakan kegiatan yang dilakkukan untuk memindahkan bijih
nikel ke dalam kapal. Tahapan pengapalan dimulai dengan pemindahan bijih
nikel dari Exportable Fine Ore (EFO) menuju pelabuhan (jetty) yang
kemudian diangkut ke dalam tongkang. Setelah tongkang terisi penuh
selanjutnya bijih nikel akan dibawa menuju kapal.
6. Reklamasi Tambang
Reklamasi lahan pasca tambang merupakan usaha untuk memperbaiki
kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Tujuan dilakukannya
reklamasi adalah untuk menghindari kemungkinan timbulnya potensi
kerusakan lain seperti air asam tambang, penurunan daya dukung tanah, dan
kerusakan lahan lebih luas. Salah satu bentuk dari reklamasi tambang di
lokasi Kerja Praktik adalah revegetasi.
2.5 Nikel dan Proses Penambangan
Nikel yang ditambang pada PT Ceria Nugraha Indotama merupakan jenis
nikel laterit dengan proses penambangan open pit. Nikel adalah logam serbaguna
yang penting bagi kehidupan manusia khususnya dalam produksi stainless steel.
Endapan nikel laterit merupakan salah satu bahan galian yang sangat ekonomis
jika dijumpai dalam cadangan yang besar dengan kadar yang tinggi atau high
grade. Endapan nikel laterit ini ditandai dengan adanya logam oksida yang
mengandung Ni dan Fe. Endapan ini memiliki banyak kegunaan diantaranya
sebagai bahan produksi stainless steel atau baja tahan karat yang diaplikasikan
pada peralatan dapur (sendok dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri.
13
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis,
a. Metode Crushing
Crushing merupakan metode penghancuran material menggunakan alat
penghancur yang tepat untuk semua massa sampel serta sampai ukuran partikel
sampel yang sudah ditentukan. Adapun alat Crushing yaitu:
a. Jaw Crusher
Jaw Crusher adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan material dan
mendapatkan hasil keluaran -10 mm. Prinsip kerja jaw Crusher yaitu
dengan menggerakan salah satu jepit, sementara jepit yang lain diam.
14
Tenaga yang dihasilkan oleh bagian yang bergerak mampu menghasilakn
tenaga untuk menghancurkan batuan yang keras. Kapasitas jaw Crusher
ditentukan oleh ukuran Crusher.
b. Double Roll
Double roll adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan material dan
mendapatkan hasil keluaran -3mm. Prinsip kerja Double roll Crusher
melakukan peremukan dengan cara menjepit benda yang hendak
diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal dengan sebutan Crushing
roll.
c. Pulverizer
Pulverizer adalah alat yang dipergunakan untuk menghancurkan atau
menggiling material menjadi butiran halus (powder) dengan ukuran 200
mesh. Prinsip kerja pulverizer yaitu pada tahap pertama sampel nikel akan
dimasukkan ke dalam bowl yang berfungsi sebagai media pendukung
grinding. Selanjutnya bowl akan dimasukkan ke dalam alat untuk dilakukan
proses grinding dengan interval waktu yang bervariasi mulai dari 3 menit
sampai 5 menit sesuai dengan kebutuhan.
b. Metode reduksi
Reduksi merupakan proses pengurangan material sesuai dengan standar
yang telah ditentukan. Adapun metode reduksi yaitu:
a. Metode Quartering
Quartering merupakan metode reduksi dengan cara membagi 4 bagian
sampel dan sampel saling berhadapan yang akan diambil.
b. Metode Matriks
Metode matriks merupakan metode yang dilakukan dengan cara sampel
dibentuk persegi dan direduksi memakai scoop yang telah ditentukan.
c. Metode Halving
Sampel dimasukkan ke dalam halving yang akan membagi sampel menjadi 2
bagian. Kemudian, salah satu dari 2 bagian yang telah dipilih secara random
disebut sebagai sampel setelah reduksi.
15
d. Metode Mixing
Metode mixing merupakan proses mencampurkan/homogen suatu material
agar mencapai hasil yang optimal. Pada PT Ceria Nugraha Indotama alat
yang digunakan untuk mixing sampel yaitu sekop dan plastik sampel.
Press Pellet dan Alat Analisa (ED-XRF) Sebelum sampel di analisa terlebih
dahulu dilakukan pengepresan untuk memadatkan sampel menggunakan alat press
pellet. Press pellet adalah berfungsi untuk menekan sampel dengan tekanan
tertentu hingga berbentuk kepingan agar dapat dianalisa menggunakan instrument
XRF. Wadah sampel untuk press pellet dinamakan Aluminium cup yang memiliki
diameter sebesar 300 mm dan 40 mm.
Quality Control (QC) adalah proses pengecekan dan pengujian yang
dilakukan untuk mengukur serta memastikan kualitas produk telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan dalam bisnis. Tujuan quality control
untuk menunjang kelancaran Operational pertambangan terutama dalam kegiatan
mencapai jaminan mutu.
1) Preparasi sampel
Pengambilan sample QC pada saat proses preparasi merupakan suatu upaya
untuk mengontrol sample yang di kerjakan di sample house yang tujuannya
sebagai data untuk menjamin kualitas sampel yang telah di uji. Sample-Sample
QC yang di ambil di antaranya :
2) Sample Blank (Silica)
Sampel blank merupakan pengontrol kontaminasi alat pada tahap preparasi.
Sampel blank berasal dari batu gamping yang memiliki kadar Ni (0). Pada sampel
blank memiliki toleransi sebesar 5% artinya pada saat blank telah melalui tahap
preparasi dan mendapatkan hasil analisa <5% maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kontaminasi pada alat tersebut, sedangkan jika hasil analisa blank >5%
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kontaminasi pada alat.
3) Sample DPL (Duplicate Sample)
DPL merupakan sampel pengontrol homogenitas. Pengambilan DPL
dilakukan pada wet -10mm. DPL memiliki nilai toleransi 15% dari hasil ori.
Artinya jika DPL melewati batas nilai toleransi, maka dapat disimpulkan bahwa
16
sampel tersebut kualitasnya kurang bagus dikarenakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi.
4) Sample DPS (Duplicate Sample Splitter)
DPS merupakan sampel pengontrol homogenitas. Pengambilan DPS
dilakukan pada dry -3 mm. DPS memiliki nilai toleransi 10% dari hasil ori.
5) Sample DPP (Duplicate Sample Pulp)
DPP merupakan sampel pengontrol homogenitas. Pengambilan DPP
dilakukan pada pulp -200 mesh. DPP memiliki nilai toleransi 5% dari hasil ori.
6) Analisa sampel
Pengontrol yang digunakan pada instrument ED-XRF yaitu CRM (Certified
Reference Material). CRM adalah bahan atau zat yang memiliki sifat-sifat tertentu
yang cukup homogen dan stabil, yang telah ditetapkan untuk dapat digunakan
dalam pengukuran atau dalam pengujian. Jenis CRM yang digunakan pada
laboratorium PT Ceria Nugraha Indotama yaitu Oreas. Oreas digunakan untuk
mengontrol nilai pembacaan pada alat, serta memastikan presisi dan akurasi dari
nilai rata-rata pengujian.
17
BAB III
METODOLOGI KERJA PRAKTEK
Metode penelitian pada kerja praktek ini dimulai dari tahap pendahuluan,
tahap pengambilan data, tahap pengolahan data dan tahap penyusunan laporan.
18
b. Standar operasional prosedur (SOP) PT Ceria Nugraha Indotama
19
TAHAP PENDAHULUAN
1. Studi Pustaka
2. Penyusunan Proposal
3. Persiapan Perlengkapan
SEMINAR
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
3. Batuan di hancurkan menggunakan jaw Crusher/martil.
4. Kemudian gabungkan dengan soft material.
5. Homogenkan batuan dan soft material.
6. Matriks dengan ukuran 4 x 5. Kemudian dilakukan pengambilan sampel ori,
backup, dan DPL (untuk quality control) menggunakan scoop 30D.
7. Sampel dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu ±105°C
selama 12 jam.
8. Setelah sampel kering, maka dilakukan penghancuran -10mm menggunakan
alat jaw Crusher.
9. Kemudian dilakukan penghancuran -3mm menggunakan alat double roll.
10. Selanjutnya sampel di reduksi menggunakan splitter untuk mendapatkan ori,
backup, dan DPS.
11. Sampel dihaluskan hingga -200 mesh dengan menggunakan mesin
pulverizer selama ±10 menit.
12. Homogenisasi sampel dengan menggunakan plastik sampel.
13. Ratakan sampel di atas talang dan buat matriks 4 x 5.
14. Lakukan pengambilan sampel ori, backup, dan DPP menggunkan scoop 1D
per kotak matriks dan dimasukkan ke dalam masing-masing plastik .
15. Kirim sampel pulp ke ruang press sampel. Lakukan press pellet terhadap
sampel A (Original) dan Duplikat.
16. Kemudian sampel press pellet dianalisa menggunakan X-ray.
17. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan area kerja, serta semua alat
di kembalikan ketempat nya masing masing
Laboratorium Babarina
Tahap preparasi sampel lab babarina sebagai berikut:
1. Siapkan sampel yang akan di kerjakan yaitu sampel RUSH.
2. Kemudian kita mixing 3 kali untuk menghomogenkan.
3. Lalu kita quartering 2x2 misalnya kita buat bulatan kemudian kita bagi 2x2
di tandai dengan AB dan CD trus kita silang A ke D dan B ke C. kemudian
A dan D kita teruskan ke proses selanjutnya sedangkan B dan C kita buang.
4. Kita mixing lagi sebanyak 3 kali sampai mencapai 500 gr.
5. Masukan oven pada suhu ± 105°C selama 1 jam.
22
6. Setelah selesai pengeringan di oven kita hancurkan -10mm menggunakan
alat jaw crusher.
7. Kemudian di reduksi menggunakan spliter untuk mendadapatkan
ori,backup,dan quality control yaitu DPL.
8. Kemudian dilakukan penghancurkan -3mm munggunakan alat double roll.
9. Selanjutnya sampel direduksi lagi menggunakan alat spliter untuk
mendapatkan ori, backup, dan DPS.
10. Kemudian sampel dihaluskan hingga -200 mesh dengan menggunakan
mesin pulverizer selama ±10 menit.
11. Lalu di sec 7 kali menggunakan plastik untuk menghomogenkan sampel.
12. Kemudian kita matrix final 2x5 di sini kita ambil ori, backup, dan DPP nya.
13. Sampel di kirim ke pulp ke ruangan press pellet lakukan press pellet ke
sampel ori dan backup.
14. Kemudian sampel press pellet dianalisa menggunakan x-ray.
15. Finish.
Untuk sampel dome dan burging sebagai berikut :
1. Siapkan sampel DOME 10 ingkrimen atau 10 sampel.
2. Kemudian sampel 10 ingkrimen kita bagi 2 tahap per 5 ingkrimen
3. Kemudian 5 ingkrimen pertama kita kerjakan.
4. Kita mixing dulu sebanyak 3 kali.
5. Kemudian disini kita tidak menggunakan quartering seperti sampel RUSH
tapi kita menggunakan matrix 6x5
6. Setelah dimatrix 6x5 kita simpan kemudian kita kerjakan lagi 5 ingkrimen
lagi pada tahap ke 2
7. 5 ingkrimen tersebut prosesnya masih sama seperti 5 ingkrimen di awal tadi.
8. Setelah 5 ingkrimen ke 2 selesai.
9. Kemudian kedua sampel tersebut kita satukan lalu kita matrix 4x5 disini kita
ambil ori dan backup nya.
10. Kemudian kita keringkan menggunakan oven besar dengan suhu 105°C
selama 12 jam.
11. Setelah selesai pengeringan kita hancurkan -10mm menggunakan alat jaw
crusher.
23
12. Kemudian direduksi menggunakan spliter unruk mendapatkan ori, backup,
dan DPL.
13. Kemudian ori nya diteruskan ke alat double roll penghancuran -3mm.
14. Kemudian kita reduksi lagi menggunakan alat spliter kita ambil ori, backup,
dan DPS.
15. Kemudian orinya kita teruskan dengan penghancuran -200 mesh dengan
menggunakan alat pulverizer
16. Lalu di sec 7 kali menggunakan plastik untuk menghomogenkan sampel.
16. Kemudian kita matrix final 4x5 di sini kita ambil ori, backup, dan DPP nya.
17. Sampel di kirim ke pulp ke ruangan press pellet lakukan press pellet ke
sampel ori dan backup.
18. Kemudian sampel press pellet dianalisa menggunakan x-ray.
19. Finis. Gambar bagan (Lampiran A)
4.3 Tahap Mine Technical Service
Tahap Mine technical service sebagai berikut :
1. Mine geologi , setelah di validasi geologi kemudian mine geologi
memvalidasi model penambangan dan memvalidasi sumberdaya cadangan.
Kemudian, mine geologi berikan pada LTP untuk planning tahunan dan di
rekonsiliasikan ke STP untuk model planning mingguan & bulanan.
2. Long time plan ( jangka panjang ), mengatur planning tahunan yaitu, 1
tahun, 3 tahun dan 5 tahun.
3. Sort time plan (jangka pendek), mengatur planning sehari-hari, mingguan, 3
bulan. Kemudian di berikan kepada kontraktor PT tersebut. Kemudian,
kontraktor berikan ke production dan grade control
4. Survey, tim survey memberikan topo update, collar update x,y dan z
kemudian di berikan ke tim STP. Tim survey juga membantu untuk
pemasangan titik atau batas ore dan pemasangan patok penambangan.
Gambar bagan (Lampiran A)
4.4 Tahap Grade Control dan Operation
Tahap grade control dan operation sebagai berikut :
1. Pada tahap ini perencanaan jangka pendek dilakukan dengan memberikan
tugas kepada operation dan grade control.
24
2. Setelah plan pit dilakukan operation masuk untuk melakukan land clearing
(pembersihan lahan), kemudian dilakukan stripping (pengupasan) top soil
dan over burden (ob).
3. Setelah itu, tim grade control masuk untuk melakukan pengambilan sampel
check (sc) sebelum di hauling ke disposal. Dengan menggunakan metode 9
titik dengan jarak 5 meter setiap titik nya.
4. Kemudian, lanjut ore expose dan di lakukan clean up (membersihkan).
Setelah itu, ore getting (penggalian ore) tim dari grade control masuk untuk
melakukan pengambilan sampel mining (sm) dengan cara setiap 5 bucket
sebelum di tumpuk dilakukan pengambilan sampel didalam bucket.
5. Setelah itu di hauling, tim grade control masuk untuk melakukan
pengambilan sampel face production (SFP) dengan interval 5 dt, setiap dt ke
5 di ambil sampel nya di dalam bucket.
6. kemudian, tim grade control untuk verifikasi geologi terkait zona blue
zone/cut of grade dengan menggunakan metode 9 titik untuk memastikan
tidak adanya lagi ore.
7. Setelah itu, dilakukan mine out/penimbunan dengan menggunakan material
Ob/top soil. Gambar Bagan (Lampiran A)
4.5 Tahap Stockpile
Tahap stockpile sebagai berikut :
1. Setelah proses hauling ke stockpile, langsung di lakukan pengambilan
sampel dengan interval 1 dt dengan 2 sisi saling berhadapan 1/2 per 1 dt
dengan tinggi 1/3 dari bawah tumpukan. agar bisa mewakili material soft
dan rock dengan menggunakan scoop 125d. 2 dt masing-masing 1/2
incriment digabung dalam 1 karung sampel (incriment). Jadi, 1 sublot terdiri
dari 20 dt akan di peroleh 10 incriment (karung).
2. Selanjutnya, blending di lakukan dengan cara pencampuran 2 kadar berbeda
untuk hasil yang di inginkan.
3. Setelah itu, burging pengambilan sampel dilakukan dengan interval 2 dt dari
2 sisi saling berhadapan. Mengambil ½ incriment per 1dt menggunakan
skoop 140d dengan tinggi 1/3 dari bawah tumpukan. untuk memastikan
material di ambil proporsional antara soft dan rock sehingga mewakili
25
material secara keseluruhan. Kemudian, sampel 2 dt tersebut di jadikan 1
incriment. Jadi, 70 incriment terdiri (140 Dt) dan dijadikan 1 lot. Gambar
bagan (Lampiran A)
4.6 Tahap Transhipment
Tahap transhipment sebagai berikut :
1. Pada tahap awal , dilakukan penentuan keseimbangan pada kapal sebelum
dilakukan pengisisan. Tergantung pasang surutnya air laut.
2. Kemudian, ketika air pasang dilakukan pengisian bagian depan agar ramp
door tetap stabil. Begitupun sebaliknya, ketika air surut dilakukan pengisian
bagian belakang agar ramp door tetap stabil.
3. Setelah itu, demisioning untuk uji kelayakan kapal agar memastikan
kelayakan kapal tersebut sebelum di lakukan pengisian.
4. Kemudian, commens yaitu dt pertama atau awal pengisian burging.
5. Setelah itu, dilakukan intermedite untuk mengetahui jumlah yang dimuat
dengan menggunakan metode perhitungan estimasi. Gambar bagan
(Lampiran A)
4.7 Tahap Reklamasi
Tahap reklamasi sebagai berikut :
1. Pada tahap awal, dilakukan recountouring (penataan lahan) merapikan
kembali bekas tambang agar memudahkan dalam penanaman dan sistem air
berjalan dengan baik.
2. Kemudian, membuat bentuk transtering atau jenjang dengan slope 45o-55o,
tinggi <10 meter, lebar bench 1-5 meter (di sesuaikan dengan kondisi di
lapangan), dan kemiringan bench 10o.
3. Selanjutnya dibuat saluran drainase dan di ujung saluran diberikan batu
agar memperlambat laju air yang kemudian mengarah ke sedimen pon.
4. Tahap kedua, pelebaran zona perakaran dengan memanfaatkan top soil
sebagai bahan utama dan masih memiliki unsur hara.
5. Tahap ketiga, pengendalian erosi dengan penanaman cover croup
6. Tahap keempat, revegetasi (penghijauan/penanaman) yaitu penyediaan bibit
dan penanaman pionir.
26
7. Tahap Selanjutnya, dilakukan pemeliharaan yang meliputi: pengendalian
gulma, penyulaman, pemangkasan dan pemupukan , serta pengendalian
hama.
8. Tahap monitoring (pemantauan) yang meliputi : kesuburan tanah,
penumbuhan tanaman, dan kualitas air di sedimen pon. Di sedimen pon
dilakukan pengerukan lumpur agar proses pengendapan berjalan dengan
baik. Gambar bagan (Lampiran A)
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Tahapan alur bisnis dalam proses pertambangan melalui tahapan sebagai
berikut:
a. Eksplorasi dilakukan untuk melakukan pengambilan data geologi dan
data penunjang lainnya yang digunakan sebagai acuan sebelum di lakukan
proses penambangan atau tahapan penambangan selanjutnya.
b. Laboratorium dilakukan untuk preparasi atau MRAL untuk mendapatkan
hasil analisis dari kadar nikel yang belum di peroleh.
c. Mine technical service dilakukan untuk mengkhususkan diri dalam
audit basis data, estimasi sumberdaya dan cadangan, planning
penambangan, penjadwalan tambang, studi penambangan, audit operasi, dan
kegiatan.
d. Operation dilakukan untuk memulai proses penambangan mulai dari
land clearing (pembersihan lahan) berupa pepohonan, dan stripping
(pengupasan) lapisan tanah penutup yaitu ob dan top soil.
e. Grade control dilakukan untuk mengawasi proses penambangan dan
melakukan pengontrol kualitas nikel yang di butuhkan. untuk menghasilkan
ore dengan kadar nikel setinggi-tingginya yang bisa diolah oleh pabrik
dengan lancar dan optimal.
f. Stock pile dilakukan untuk mengiventori atau menyimpan dengan
mengurangi moisture content (kadar air), dan melakukan blanding antar
material untuk mencampurkan dua kadar berbeda. Agar memenuhi
spesifikasi nikel yang akan di jual ke konsumen.
g. Transhipment dilakukan untuk memuat dan mengirimkan material yang
mengandung kadar nikel ke tujuan atau konsumen.
h. Reklamasi dilakukan untuk memulihkan atau mengembalikan lahan
pasca tambang sesuai dengan peruntukannya.
31
2. Tahapan penambangan sebagai berikut:
a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas
penambangan dimulai. Pembersihan lahan dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pengupasan tanah penutup (overburden) dan pengambilan
bijih nikel. Tahapan pembersihan lahan dimulai dari pembersihan semak-
semak hingga penebangan pohon. Kegiatan land clearing dilakukan dengan
menggunakan bulldozer dan excavator.
b. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)
Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan untuk memindahkan lapisan
tanah atau batuan yang berada di atas bijih nikel agar bijih nikel tersebut
menjadi tersingkap. Alat berat yang digunakan dalam pengupasan lapisan
tanah penutup yaitu excavator, dump truck dan bulldozer. Pengupasan
lapisan tanah penutup dapat dilakukan dengan metode pengangkutan
ataupun dengan metode direct dozing.
c. Penambangan Bijih Nikel (Ore Getting)
penambangan bijih nikel dillakukan dengan sistem tambang terbuka dan
metode open pit. Penambangan bijih nikel dilakukan untuk mengambil bijih
yang telah terekspos setelah tahapan land clearing dan overburden removal
selesai dikerjakan. Penambangan bijih nikel melibatkan kegiatan pemuatan
(loading) dan pengangkutan (hauling).
d. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)
Pemuatan dan pengangkutan dilakukan untuk memindahkan material-
material tambang seperti overburden dan bijih nikel. Alat berat yang
digunakan dalam proses pemuatan dan pengangkutan yaitu excavator dan
dump truck.
29
5.2 Saran
Saran untuk perusahaan yaitu Meningkatkan kinerja di setiap tahapan
penambangan guna memaksimalkan setiap aspek yang berkaitan dengan alur
bisnis pertambangan dan produksi juga tentunya. Dan Melakukan pengawasan di
setiap kegiatan alur bisnis pertambangan agar berjalan secara optimal dan sesuai
dengan standar operasional prosedur (SOP) dari perusahaan tersebut.
Meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan kerja (K3), baik yang berada di
lokasi penambangan maupun yang berada di luar lokasi penambangan. Sebaiknya
perlu dilakukan studi kasus untuk optimasi laboratorium. Salah satu contohnya
yaitu melakukan perbandingan hasil analisa terhadap pemberian tekanan (press)
yang berbeda-beda beratnya pada sampel.
30
DAFTAR PUSTAKA
Darijanto, Y., 2000. Ganesa Bijih Nikel Lateritik Gebe. Jurnal Teknologi Mineral
ITB. 7(2), 95-108.
Hartman, L, Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, Canada : john
Wiley & Son, Inc
Kurniadi, A., Rosana,, FM, Yuningsih, TE, Pambudi, L., 2017. Karakteristik
Batuan Asal Pembentukan Nikel Laterit Di daerah Madang dan Serakaman
Tengah. Jurnal Geosains Padjadjaran, 1(2).
Nandang sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan indonesia, Pustaka Yustisia,
Cetakan ke 1, Yogyakarta, 2013
Purwaningsih, D.A., dan Mamas, 2017 Rancangan Teknis Desain Push Back
pada Penambangan Batubara Pit 10 Dan Pit 13 PT. Kayan Putra
Utama Coal Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Vol. 1,
No. 21
Sufriadi, A., Idrus., S., Pramumijoy., I.W. Warmada., I. Nur Suharto. 2009,
“Serpentinasi pada batuan ultramafik dan aplikasinya terhadap eksplorasi
endapan nikel laterit” Proceedding of International Conference on Eart
Science and Technology , Yogyakarta, 6th-7th August, C011C018.
(ISBN:978979175494- 1).
31
LAMPIRAN A
EKSPLORASI
STUDI LITERATUR
MAPPING
SURVEY LOKASI
PENGEBORAN
RUNNING
LOGGING
LAB
LAPORAN HASIL
32
Mulai
Batuan di palu/jaw
Soft material
crusher
(output -10mm)
Mixing
Matriks
Pengeringan
(±105°C, ±12 jam)
Penghancuran
(-10mm)
Penghancuran
(-3mm)
Splitter
Penghancuran
(200 mesh)
33
Matriks final
Press pellet
Analisa ED-
XRF
Selesai
34
SHORT TERM PLAN OPERATION
LAND CLEARING
STRIPPING
SAMPEL CHECK
HAULING DISPOSAL
GRADE CONTROL
ORE EXPOSE
CLEAN UP
VERIFIKASI GEOLOGI
MINE OUT
SAMPEL 10 INC
MIXING 3X
MATRIKS 6X5
MIXING
35
MATRIKS 4X5
OVEN 1 JAM-105O
OVEN 12 JAM
BACK UP ORI DPL
JAW
PULLFREEZER DPL
PLITTER
SPLITTER
MATRIKS 2X5
FRESHPELET
ORI BACK UP
ANALISA ED (X RAY)
BLENDING
BURGING SAMPEL
36
TRANSHIPMENT
DEMISIONING INTERMEDITE
COMMENS
REKLAMASI
TRASTERING PEMELIHARAAN
MONITORING
BENCH SLOPE
37
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI DI LAPANGAN
38
39
40
41
LA
LAMPIRAN C
42
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Kerja Praktek (PT Ceria Nugraha Indotama)
LAMPIRAN D
SERTIFIKAT KERJA PRAKTEK
43
LAMPIRAN E
CURRICULUM VITAE