LAPORAN
Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui untuk dinilai pada periode Semester Gasal
Tahun Akademik 2022/2023 di Program Studi Teknik Industri (S1) Fakultas Teknik dan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa yang telah
tugas Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dengan baik. Dimana tugas ini
penulis sajikan dalam bentuk yang sederhana, adapun judul penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang penulis ambil adalah sebagai berikut : “Analisis Waste
Pada Proses Produksi Dengan Metode Lean Manufacturing Pada PT Unza Vitalis
Salatiga”
Tujuan penulisan laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah
PKL (Praktik Kerja Lapangan) pada program Sarjana (S1) Universitas Bina Sarana
beberapa sumber literature yang mengandung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa
tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapang an ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada
3. Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik & Informatika Universitas
4. Bapak Ade Suryanto, M.Kom selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
iii
6. Bapak Nara Perdana Wijaya, S.Si selaku Supervisor Produksi PT Unza
Vitalis
Salatiga
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
Besar harapan penulis, semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.1.1. Sejarah Perusahaan................................................31
4.1.2. Bidang Usaha Perusahaan......................................32
4.1.3. Struktur Organisasi................................................33
4.2.Proses Produksi PT Unza Vitalis................................................................34
4.2.1. Proses Produksi......................................................34
4.2.2. Jenis dan Produksi Parfum.....................................35
4.2.3. Proses Produksi Bagian Mixing.............................37
4.2.4. Hasil Pengolahan Data...........................................39
4.2.5. Analisis dan Interpretasi Data................................45
BAB V................................................................................................................................2
PENUTUP.........................................................................................................................2
5.1.Kesimpulan 2
5.2.Saran 2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................4
SURAT KETERANGAN PKL/RISET..........................................................................6
FORMULIR PENILAIAN KULIAH KERJA PRAKTIK (KKP)..............................7
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................................14
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar II.1 Seven Waste.......................................................................................................
2. Gambar II.2. Diagram Fishbone..............................................................................................
3. Gambar IV.1. Diagram Aliran Proses Produksi PT Unza Vitalis Salatiga.............................
vii
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel IV.1. Proses chiller Produk Dhasing Edt Juventus 7 Bact size 300 kg.........................
2. Tabel IV.2. Proses chiller produk Romano Edp Grandios Bact size 200 kg..........................
3. Tabel IV.3. Proses chiller produk Enchanteur Edc Sensation Bact size 100 kg.....................
4. Tabel IV.4. Data Timbangan Chiller.......................................................................................
5. Tabel IV.5. Data Perhitungan Nilai t.......................................................................................
9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran A.1. Gambar Ooperator membawa bahan baku......................................................
2. Lampiran A.2. Gambar operator melakukan cheeksheet bahan baku.....................................
3. Lampiran A.3. Gambar operator memasukan bahan baku ke maintank mixer.......................
4. Lampiran A.4. Gambar proses premix bahan baku.................................................................
5. Lampiran A.5. Gambar proses mixing bahan baku.................................................................
6. Lampiran A.6. Gambar operator mengambil hasil sample.....................................................
7. Lampiran A.7. Gambar proses transfer...................................................................................
8. Lampiran A.8. Gambar proses maturasi..................................................................................
9. Lampiran A.9. Gambar proses chiller produk.........................................................................
1
0
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan yang pesat dalam dunia Industri berskala besar untuk menemukan
proses produksi yang lebih cepat dan efisien. Selain itu, kualitas dari produk juga harus
mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Tentunya dalam memproduksi suatu
barang ataupun jasa perusahaan akan berusaha untuk memenuhi apa yang diinginkan
konsumen, Untuk memenuhi apa yang diinginkan konsumen, suatu perusahaan harus
mampu untuk mengelola proses produksinya agar lebih efektif sekaligus efisien.
memilih kegitan proses produksi yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk
serta mampu untuk mengurangi waste yang terjadi selama proses produksi. Situasi
demikian menuntut perusahaan untuk melakukan perbaikan yang bersifat kontinu atau
berkelanjutan.
nilai tambah dalam proses produksi (Gaspersz, 2007). Munculnya waste tentu akan
menimbulkan proses produksi yang tidak efisien serta efektif. Waste yang terjadi
PT. Unza Vitalis merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pembuatan kosmetik yang berlokasi di Salatiga Jawa Tengah dengan produknya yang
mempunyai brand produk-produk yang di hasilkan oleh PT. Unza Vitalis antara lain
Vitalis Body Wash, Lotion, Cream (Lulur), Cologne, EDT, Sumber ayu feminine, Safi,
Aerosol Deodorant Spray, Aerosol Anti Perspirant, Roll On, Shower Gel dan masih
Proses produksi dalam PT. Unza Vitalis dilakukan beberapa tahapan yaitu dari
Manufacturing Record (BMR). Lanjut ke proses Mixing, lalu produk dibawah ke divisi
Quality Control, selanjutnya produk di transfer ke area filling, dan akan jalan ke tahap
packaging, kemudian akan disimpan di dalam gudang barang jadi sebelum produk di
Produk yang di produksi PT. Unza Vitalis ini mempunyai berbagai variant. Mulai dari
Eau de parfum, Eau de toilette, Eau de colonge produk ini memiliki variant sepeti
produk Romano Edp Grandiose, Enchanteur Edc Sensation, dan Dashing Juventus Edt
7.
Pada proses pembuatan produk ini juga berbeda-beda dari sifat dan
karakteristik bahan baku seperti Air dan Alkohol yang dipakai hanya pada produk
Enchanteur Edc Sensation sedangkan Dashing Juventus Edt 7 dan Romano Edp
Grandiose tidak memakai bahan baku Air karena tingkat perbedaan bahan baku yang
apabila bertemu dengan air tidak menyatu dengan sempurna. Pada proses
pembuatannya dan juga bahan baku yang tidak di pakai Romano Edp Grandiose dan
Dashing Juventus Edt 7 yaitu salah satunya adalah bahan baku pengemulsi untuk
1
2
emulsi minyak dalam air pelarut, (Tagat). Yang hanya di pakai pada produk
Enchanteur Edc Sensation. Pada proses produksi ini juga memiliki waktu tahap atau
proses pematangannya diendapkan sampai batas waktu yang tetapkan. Proses ini hanya
dipakai pada variant produk Eau de toilette (Edt) dan Eau de parfum (Edp). Sedangkan
Proses Mesin yang digunakan untuk memproduksi produk ini adalah mesin
Chiller (pendinginan) dan mesin Mixer tank yang dipakai untuk produk Eau de toilette
dan Eau de parfum. Fungsi Mesin Chiller terdiri dari reservoir yang di isi dengan
cairan seperti air dan campuran seperti etilen glikol dimana sirkulasi air akan terus
terjadi.
atau sekarang balok pendinginan yang semakin banyak digunakan, sedangkan mesin
Mixer tank ini juga khusus digunakan untuk pengaduk atau pencampur salah satu
pengolahan cairan, terutama produk berbahan dasar cair. Fungsi mixing tank juga
Chiller dan Mixer tank juga dapat di kategorikan sebagai mesin pilihan untuk
umumnya menggunakan chiller kompresor (compresser chiller) yang terdiri dari empat
Sedangakan Mixer tank meliputi Stirring motor, control panel, tank body, colling
1
3
Dari berbagai uraian latar belakang proses produksi produk parfum ini penulis
menganalisis apakah adanya temuan pemborasan (waste) pada proses produksi parfum
yang merugikan. Oleh sebab itu maka akan di buat sebuah penelitian berjudul “Analisis
(Waste) Proses Produksi Parfum Dengan Metode Lean Manufacturing Pada PT.
1. Apakah benar adanya proses waste yang terindentifikasi dalam proses produksi
Adapun yang menjadi tujuan dari permasalahan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2. Sebagai pengetahuan suatu penelitian indikasi ke arah data/ informasi apa yang akan
1. Menemukan dan mengukur tingkat masalah yang diteliti pada proses produksi
1
4
parfum.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan peneliti yang
Unza Vitalis Salatiga. Dan waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai
Dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan yang akan di lakukan, penulis
pada kriteria penyusunan laporan dan membaginya dalam lima bab yang saling berkaitan
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang latar belakang, rumusan
sistematika penulisan.
analisis data untuk laporan praktik kerja lapangan yang berisi tahapan
pemecahan masalah.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis yang
BAB II
LANDASAN TEORI
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegitan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan barang dan jasa. (Assuari, 1995) Proses juga diartikan sebagai cara, metode
ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk
Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. (Ahyari 2002)
Pada industri manufaktur, proses produksi bisa terhambat ataupun kurang efisien jika
metode lean six sigma, dapat diharapkan mampu mereduksi waste yang terjadi selama
harus didasarkan pada permasalahan dari proses identifikasi waste yang berarti perlu alat
analisis atau identifikasi tersebut. Proses yang dipetakan dari awal sampai akhir dengan
baik pasti akan ditemukan sejumlah pemborosan. Pemborosan yang ditemukan bahkan
bisa lebih banyak dari aktivitas yang bernilai tambah. Menurut Gaspersz (2008).
dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang atau jasa) agar
memberikan nilai tambah kepada pelanggan (customer value). Tujuan utama konsep
lean adalah mengurangi pemborosan (waste). Waste merupakan segala hal yang tidak
bernilai tambah. Waste dianggap sebagai suatu hal yang dapat menurunkan produktivitas
Menurut Gaspersz (2011), Secara umum terdapat “Seven Type of Waste” yang
terdapat pada sistem produksi. Berikut adalah gambar Seven Type of Waste :
Gambar II.1.
Seven Waste
kecacatan. Selain itu, over production terjadi karena variasi produk yang di
2. Waiting Time (Delay) Waiting time disebabkan karena tidak seimbangan pada
5. Motion Motion merupakan jenis pemborosan yang disebabkan oleh gerakan yang
tidak diperlukan oleh seorang operator atau mekanik seperti berjalan, mencari
alat atau bahan. Ini dikatakan limbah ketika melihat seorang operator yang aktif
bergerak dan terlihat sibuk sehingga sering melakukan gerakan yang tidak
diperlukan.
Inventory dapat berupa raw materials, work in process atau finished goods.
7. Defect Product Jenis pemboran ini dapat disebut scrap yang disebabkan oleh
Untuk memahami ketujuh waste tersebut, perlu didefinisikan tiga tipe aktivitas
yang terjadi dalam sistem produktivitas tersebut antara lain sebagai berikut :
produk atau jasa yang dapat memberikan nilai tambah dimata konsumen
manufaktur seperti menghasilkan output yang sempurna (sesuai target dan tanpa
cacat).
2. Necessary but non value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak
membrikan nilai tambah di mata costumer pada suatu material atau produk yang
diproses tapi perlu dilakukan. Aktivitas ini tidak dapat dihilangkan, namun dapat
dijadikan lebih efektif dan efisien. Contoh dalam manufaktur adalah aktifitas
3. Non value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses.
Aktivitas ini bisa direduksi atau dihilangkan, karena aktivitas ini murni waste
Value Stream Mapping adalah salah satu analisis dalam metode pemetaan aliran
produksi dan informasi dalam proses produksi atau produk. Proses pemetaan ini
bertujuan untukn performance yang lebih baik dalam usulan future state map keutungan
keseluruhan aliran produksi yang mencakup aliran informasi dan material. Dalam value
stream mapping terdapat 2 pemetaan yang harus digambarkan yaitu current state map
dan future map (kurniawan, 2015) berikut penjelasan mengenai hal tersebut :
Current state map merupakan gambaran bagaimana aliran produksi, material dan
informasi pada kondisi sekarang. Current state map dibuat menujukan jenis kegiatan
yang bersifat non value added activity yang merupakan waste selama proses
produksi. Dengan mengidentifikasi waste pada tiap proses, maka akan diketahui
cara untuk melakukan tindakan perbaikan sehingga waste tersebut dapat dikurangi.
Future state map merupakan gambaran bagaimana aliran produksi, material dan
informasi pada kondisi usulan. Future state map dibuat untuk menunjukan proses
state map sama dengan pembuatan currebt state map. Namun dalam future state map
peningkatan nilai value stream tiap proses untuk mengurangi pemborosan atau non
VALSAT merupakan metode yang dikembangkan oleh Hines dan Rich yang
mengevaluasi Waste yang terjadi secara lebih detail. Value Stream Analysis Tool
(VALSAT) merupakan analisis yang dilakukan dengan pemilihan Detail Mapping yang
dianggap paling representatif untuk mengidentifikasikan lebih lanjut letak waste yang
terjadi pada Value Stream sistem produksi di Perusahaan.Pemilihan tool ini dilakukan
dengan mengalikan skor rata-rata tiap waste dengan matriks kesesuaian Value Stream
Mapping. Pada penelitian ini tiga tool dengan total nilaiterbesar menurut hasil VALSAT
Terdapat tujuh tools yang paling umum digunakan dalam detail mapping value
proses secara detail langkah demi langkah serta untuk mengidentifikasi waktu
yang diperlukan untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh dan produktivitas
baik dari aliran fisik produk maupun aliran informasi produk. Penggunaanya
tidak hanya di lingkup perusahaan tetapi ada juga pada area lainya dalam
supply chain.
2. Supply chain response matrix adalah suatu grafik hubungan antara lead time
kenaikan atau penurunan tingkat persediaan dan panjang lead time pada tiap
area supply chain. Tujuan penggunaan tool ini untuk menjaga dan
meningkatkan service level kepada konsumen pada tiap jalur distribusi dengan
dengan cara melakukan plot pada sejumlah variasi produk yang dihasilkan
dalam setiap tahap proses manufaktur. Teknik ini dapat digunakan untuk
produk specific dan dapat menunjukkan area bottle neck pada desai proses yang
jangka pendek. Tool ini memperlihatkan tiga tipe cacat kualitas yang berbeda
dalam bentuk grafik yang mendeskripsikan jumlah produk untuk setiap tahap
ini dapat digunakan untuk menunjukan bagaimana perubahan time bucket yang
kebijakan inventory.
produksi yang berbeda, dengan trade of antara lead time masing-masing option
dengan tingkat inventory yang diperlukan untuk mengcover selama proses lead
time.
7. Physical structure mapping merupakan tool baru yang dapat digunakan untuk
memahami sebuah kondisi supply chain di industry. Hal ini diperlukan untuk
pada area yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang cukup. Alat ini
Terdapat faktor-faktor yang dapat membantu proses untuk menggali suatu elemen
aktivitas kerja yang merupakan kategori proses non value added activity. Faktor
tersesbut antara lain adalah manusia, mesin, metode material dan lingkungan.
1. Manusia
2
4
Faktor manusia yaitu semua permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya
manusia atau tenaga kerja. Dalam manufaktur mengacu pada orang-orang yang
bekerja seperti manjer, operator, dan karyawan lainya.
2. Mesin
Faktor mesin yaitu fasilitas produksi yang digunakan untuk mengolah. Dalam
manufaktur contohnya seperti generator, dan perlengkapan produksi lainya
3. Metode
Faktor metode yaitu mengenai cara manusia melakukan pekerjaannya. Dalam
manufaktur contohnya standar prosedur (SOP) dalam penggunaan perlengkapan
produksi dan first in-first out (FIFO) pada area pergudangan.
4. Material
Faktor material yaitu mengenai bahan baku yang digunakan. Dalam manufaktur
contohnya bahan baku industri mebel adalah kayu dan bahan baku industri perak
adalah biji perak.
5. Lingkungan
Faktor lingkungan (enviroment) yaitu mengenai lingkup area produksi. Dalam
manufaktur contohnya kondisi tempat penyimpanan perlatan, suhu ruangan
inspeksi, dan keadaan atmosfer pada area produksi.
PROBLEM
STATEMENT
Gambar II.2.
Diagram Fishbone
Sumber Vincent Gaspersz (2000)
DMAIC merupakan suatu metodologi yang digunakan dalam six sigma untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul. Metodologi ini bertujuan untuk
perbaikan berkelanjutan terhadap proses untuk mencapai standard dan keinginan serta
kepuasan pelanggan. DMAIC terdiri dari lima tahapan, tahapan-tahapan yang digunakan
yaitu. Define, Measure, Analyze, Improve, Control.
1. Define
Tahap define merupakan langkah untuk mengidentifikasi aliran proses produksi,
aktivitas produksi, waste, serta critical to quliality (CTQ) pada proses produksi parfum
PT. Unza Vitalis. Mengidentifikasi setiap tahap proses produksi mulai dari awal proses
bahan baku tiba sampai tahap mixing dan chiller hingga transfer. Mengidentifikasi value
added activity, Necessary but non value adding activity, Non value adding activity
proses produksi parfum dan waste yang berpengaruh baik berupa waste waiting, exess
transportasion, inventory, defect, overproduction, excess processing, atau uncessary
motion. Pada proses produksi parfum. PT. Unza Vitalis. Value added activity merupakan
setiap aktivitas yang memberikan nilai tamba dalam proses produksi, Necessary but non
value adding activity merupakan aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai
tambah dalam proses produksi. Sedangkan non value added merupakan setiap aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses produksi.
2. Measure
Tahap ini bertujuan untuk mengukur waste yang terjadi dengan lagkah mengukur
waktu standar setiap aktivitas proses menggunakan stopwatch time, membuat value
stream mapping, perhitungan value added, necessary but non value added, dan non
value added, menampilkan seven waste yang terjadi sepanjang value stream,
menentukan critical to waste untuk waste yang paling berpengaruh pada masing-masing
2
6
waste.
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan
kualitas proses produksi terdapat beberapa hal pokok yang harus dilakukan yaitu:
a. Melakukan dan mengembangkan rencana pengumpulan data yang dapat
dilakukan pada tingkat proses, dan/atau output.
b. Mengukur kinerja sekarang (current performance) untuk ditetapkan
sebagai baseline kinerja pada awal proyek
3. Analyze
Langkah ketiga Tahap analyze adalah pemeriksaan terhadap proses bisnis yang
bertujuan umtuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecatatan dan
kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas,
memenuhi kebutahan pelanggan dengan lebih baik. Untuk mencari akar penyebab
permasalahan menggunakan fishbone diagram dan uji hipotetsis statistik pada masing-
masing critical to waste apakah terindikasi waste. Analisis Merupakan langkah
operasional industri pada kondisi yang memiliki stabilitas (stability) dan kemampuan
(capability) sehingga mencapai tingkat kegagalan nol (zero defect oriented)
4. Improve
Setelah sumber-sumber dan akar penyebab permasalahan kualitas teridentifikasi,
maka perlu dilakukan penentapan rencana tindakan (action plan) untuk melaksanakan
peningkatan kualitas six sigma yaitu dengan tools. Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) yang mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan
atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana itu.
5. Control
Merupakan tahap operasional terahkir dalam proyek peningkatan kualitas six
sigma. Pada tahap ini prosedur-prosedur serta hasil-hasil peningkatan kualitas
didokumentasikan untuk dijadikan pedoman kerja standard guna mencegah masalah
yang sama atau praktek-praktek lama terulang kembali, kemudian kepemilikan atau
tanggung jawab ditransfer dari tim six sigma kepada penanggung jawab proses, dan ini
berarti proyek six sigma berakhir pada tahap ini.
Tinjaun studi berguna bagi peneliti dalam memberikan pedoman untuk penganga
penelitian yang selanjutnya akan dibuat, yang nantinya dengan adanya penelitian
bermanfaat. Dalam beberapa yang berhubungan dengan waste seperti pada penelitian
terdahulu adalah :
Menurut dari Cahyanti, Choiri, & Yuaniarti pada tahun 2013 terdapat 4 jenis
waste yang muncul pada proses produksi botol yaitu defect, overproduction, waiting,
dan inventories (Cahyanti, Choiri, & Yuniarti, 2013). Melihat dari penelitian lain yang
berjudul implementasi lean six sigma sebagai Upaya Meminimasi waste pada PT. Prime
Line International tahun 2012 juga muncul 3 jenis waste paling dominan yaitu defect,
Dari hasil penelitian Dewi dan Setyabto pada tahun 2012, waste mempengaruhi
berbagai tambahan biaya yang tidak perlu. Seperti ketika muncul waste berupa defect,
maka produk yang mengalami defect tersebut tidak akan di pasarkan atau akan melalui
proses tambahan agar produk tersebut dapat dipasarkan. Ketika harus melalui proses
tambahan maka akan menimbulkan waste baru yaitu waiting karena proses akan
terhambat dengan munculnya tahap untuk mengurangi defect. Begitu pula dengan waste
yang berupa overproduction, dampak yang muncul ketika suatu perusahaan mengalami
Dan dari hasil penelitian (Erdin Dwi Suhaharnata 2019). Berdasarkan analisisnya
yang dilakukan bahwa waste yang berpengaruh pada proses produksi wajan adalah
unnecassary inventory dengan nilai sigma 0.8, defect dengan nilai sigma 2.72981.
innapprotation dengan nilai sigma 2.7811, excess transportation dengan nilai sigma
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian yang dilakukan bertempat pada PT Unza Vitalis Salatiga, Jl.
Soekarno Hatta, RT. 11/ RW. 04, Dukuh Brajan, Noborejo, Kec. Argomulyo, Kota
Salatiga, Jawa Tengah 50736. Waktu pelaksanaan penelitian di mulai pada tanggal 19
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari objek penelitian. Studi ini bertujuan untuk memperoleh data-data
perusahaan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi di bagian area
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal langsung dari proses kerja di perusahaan
yaitu data yang sesuai dengan pengamatan pada setiap operator dalam melakukan
2
9
proses mixing dimana dilihat hasil produk pada keseluruhan mengenai proses produksi
2. Data Sekunder
Data ini adalah data yang di kumpulkan oleh pihak yang terkait dengan
penelitian yang dapat diperoleh melalui catatan harian kegiatan kerja praktik,
dokumentasi proses produksi di PT. Unza Vitalis Salatiga dan gambaran umum
Dalam penelitian pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara yaitu observasi atau
bagian mixing. dan dokumentasi data-data yang akan diteliti dari proses produksi adalah
sebagai berikut :
Salah satu cara untuk dapat mengetahui proses dibagian produksi mixing ialah
dengan observasi serta mengamati keadaan produksi yang sedang berlangsung dimana
dilakukan pada langkah-langkah yang sesuai dari bahan mentah menjadi bahan jadi
atau siap pakai. Melakukan pengamatan pada operator dari awal proses mixing bahan
baku dalam mixer tank hingga chiller (pendinginan) dan hasil uji coba sampling
spesifikasi product dengan merekap data hasil pengamatan sesuai tingkat keberhasilan
2. Wawancara
mendapatkan data dan informasi pada bagian produksi mixing dengan tanya jawab
3
0
secara langsung pada operator yang mengetahui tentang objek yang akan di kerjakan.
dan dapat memberikan data sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam proses mulai
3. Dokumentasi
Yaitu dengan mempelajari dan memperoleh data langsung dari dari tempat
penelitian meliputi: laporan jumlah produksi, jumlah planning kerja yang relevan,
Untuk melakukan analisis data, dengan 2 cara yaitu, analisis secara kuantitatif
dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif maupun statistik keduanya memiliki kekuatan
pada data pengamatan yang berbentuk nominanal angka, dimana metode analisis secara
ini selalu ditegaskan meningkat kerap kali ada anggapan kalau tidak dianalisis secara
statistik hasil penelitian lemah mutunya. Sedangkan analisis kualitatif pada dasarnya
menggunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, dengan induksi, dedukasi, analogi,
BAB IV
yang bergerak dibidang pembuatan kosmetik. Unza Vitalis berdiri sejak tahun 1986
sebagai perusahaan lokal dengan nama PT. Kosmetika Alam Pesona Mandiri.
Perusahaan ini memiliki brand produk yaitu Vitalis. Kemudian pada tahun 2004
berganti nama menjadi PT. Unza Vitalis yang dikuisisi oleh Unza Holding Group yang
berkantor pusat di Singapura. Pada tahun 2007 Unza Vitalis diakuisisi oleh Wipro
India Barat. Hal ini membuat PT. Unza Vitalis menjadi Departemen dari Wipro
Limited dan menjadi Wipro Unza. Selain bergerak dibidang IT Wipro Limited juga
Unza Vitalis oleh Ltd, Ternyata membuat Produk-produk kosmetika yang dihasilkan
oleh Unza dan Wipro meningkat di pasar Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Pada tahun 2006, PT. Unza Vitalis mendirikan pusat produksi di JL. Soekarno –
Hatta Km 5,5, Dukuh Brajan RT. 11/ RW. 04, Kelurahan Noborejo, Kecamatan.
Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, dan mulai beroperasi di tahun 2007. Luas
area PT. Unza Vitalis adalah 30.000 m2 PT. Unza Vitalis memiliki gedung perusahaan
1. Pemasaran Lokal
Pada sistem pemasaran ini produk dari PT Unza Vitalis diproduksi di PT Unza
Vitalis Salatiga yang kemudian di kirim di distributor PT Unza Vitalis Jakarta dari
Solo, Jakarta, Pasuruan, Surabaya, Blitar, Kediri, Tuban, Malang, Madiun, Jombang,
Timur.
2. Pemasaran Export
masing.
Malaysia.
3
3
Produk-produk yang hasilkan oleh PT. Unza Vitalis antara lain lotion, cream
(Lulur), Safi, Cologne EDT, Aerosol Spray, Aerosol Anti Perspirant, Roll On, Shower
Gel, dan masih banyak lagi yang di hasilkan perusahaan ini PT. Unza Vitalis juga telah
Management mutu atau yang dikenal dengan ISO 9001:2008, Serifikat Good
Kosmetik yang Benar (CPKB). Selain itu. PT. Unza Vitalis juga telah mendapat
sertifikat HALAL dengan Grade A dan Sertifikat Zero Accident. Produk yang
POM yang menjamin keamanan, keselamatan dan mutu produk tersebut terhadap
pamakainya. Perusahaan ini juga didukung oleh sumber daya manumur yang
berstandar internasional.
guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan orang atau badan
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat. Untuk memproduksi
barang dan jasa tersebut diperlukan adanya proses produksi. Proses produksi
merupakan tahapan-tahapan yang harus dilewati dalam memproduksi barang dan jasa.
pembuatan gedung pencakar langit, pembuatan pesawat terbang, pembuatan kapal dan
lain-lainnya. Dalam proses produksi membutuhkan waktu yang berbeda-beda ada yang
caranya, proses produksi digolongkan dalam tiga macam antara lain sebagai berikut:
Proses produksi yang pendek atau cepat dalam menghasilkan barang atau jasa
Proses produksi yang memakan waktu lama. Pada proses produksi ini
membutuhkan waktu yang lama sekali produksi dan tidak dapat langsung
dinikmati hasilnya.
3
5
tahap dalam pengerjaan sampai menjadi suatu barang jadi. Bahan tersebut akan
melewati tahap-tahap dari proses mesin secara terus-menerus untuk menjadi suatu
barang jadi.
Gambar IV.1.
Diagram Aliran Proses Produksi PT. Unza Vitalis
Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa
aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh
manusia, objek atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan minyak
wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum, parfum Eau
Eau De Toilette (EDT) : Jenis wewangian dengan aroma yang ringan, dengan waktu
tahan lama 3-4 jam. Memiliki kadar alkohol yang tinggi dengan konsentrat bahan
wewangian berkisar 4-8%. Wewangian ini pada umumnya hadir dalam bentuk spray.
Eau De Parfum (EDP) : Eau de parfum ini memiliki wawangian yang memiliki kadar
wanginya akan cukup tahan lama hingga 4-6 jam. Jenis Eau de Parfum sangat cocok
Eau De Cologne (EDC) : Merupakan jenis wewangian yang paling ringan dengan
wangi hanya bertahan sekitar 2-3 jam. Mengandung 2-4% konsentrat bahan
wewangian dan kadar alkohol yang paling tinggi dibanding keempat golongan lainya.
Edc dipasarkan biasa dikenal sebagai Body Mist, Body Spray atau Body splash.
Proses produksi Eau de parfum, Eau de toilette dan Eau de colonge contonya
sebagai berikut :
1. Dashing Juventus Edt 7 bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan produk ini
adalah alkohol, bht, parfume, glucam p-20, tinogard Q, tinograd TL. Berikut adalah
2. Enchanteur Edc Sensation bahan yang diperlukan dalam pembuatan produk ini
adalah Alkohol, air Ro, Tagat, Gluco, PG (propyl glycolic), parfume. Berikut adalah
3. Romano Edp Grandiose bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan produk ini
1. Bahan baku : Proses Bahan baku tiba dari penimbangan melalui Batch
baku sesuai dengan list Batch manufacturing record (BMR) agar memastikan tidak
3. Proses memasukan bahan baku ke Maintank Mixer: Proses mixer salah satu alat
pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dipersi yang seragam
atau homogen. Setelah mengetahui bahan baku yang sesuai dengan BMR operator
melakukan pembagian Air dan Alkohol yang sesuai dengan BMR, setelah air dan
alkohol sudah mencapai angka yg akan di pakai atau dibutuhkan masukan bahan
baku lainya yang sesuai dengan list BMR untuk proses pembuatan produk.
4. Premix : adalah pencampuran bahan baku yang kemungkinan tidak bisa larut di
dalam mixer tank atau homogen sehingga premix di pakai pada bahan baku tertentu.
5. Proses Mixing : Proses pencampuran (mixing) ini pengadukan material atau bahan
baku seperti air, alkohol, Gluco, PG (propyl glycolic) dll. sehingga diperoleh hasil
yang merata atau homogen pencampuran ini berlangsung sesuai dengan waktu yang
di pakai.
6. Sampling Spesifikasi : Proses sampling spesifikasi adalah proses sampling awal dari
produk yang telah di mixing untuk pengujian spek produk ke divisi quality control.
7. Transfer : Setelah melewati proses rangkain produk akan di transfer dari mixer tank
ke tangki/storange yang nanti akan melewati tahapan proses maturasi dan chiller.
8. Maturasi : adalah tahapan atau proses produk menjadi matang dan berkembang
9. Chiller (Pendinginan): Dari proses maturasi produk yang telah tercapai waktunya
akan melewati tahapan chiller (pendinginan) fungsi dari chiller ini juga untuk
membersikan partikel-partikel endapan yang ada di bulk produk melalui filter dan
sirkulasi selama 15 menit. Dimana selama proses chiller ini suhu yang terpakai yaitu
mendekati -9°C.
Data pengamatan 3 produk selama proses produksi parfum yang berdasarkan Batch
size masing-masing produk yang diambil waktu baku selama proses pembuatan
produk.
Tabel IV.1.
Proses chiller Produk Dhasing Edt Juventus 7 Bact size 300 kg
Tabel IV.2.
Proses chiller produk Romano Edp Grandios Bact size 200 kg
Tabel IV.3.
Proses chiller produk Enchanteur Edc Sensation Bact size 100 kg
∑ Xi
Rumus : = s
N
100 %
Rumus : Wh = Wn x − Allowance %
100 %
Dimana diketahui :
Allowance = 60 menit
= 60 menit/420
= 0,125%
= 12,5%
Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi yang yang dihasilkan waktu
beberapa faktor.
1. Overproduction
2. Transportation
Tidak terdapat waste transportation karena jarak dari setiap area proses produksi
3. Inventories
Tidak terdapat adanya waste inventory dalam jumlah yang besar dikarenakan
perusahaan menerapkan sistem make to order sehingga tidak ada penumpukan yang
berlebihan.
4. Motion
penyambung dan selang transfer) sehingga tidak menambah nilai dalam pencarian
tersebut.
5. Excessive processing
Pada proses produksi parfum, tidak terdapat proses berlebih. Semua proses yang
6. Waiting
Proses produksi parfum terdapat waste waiting yaitu Adanya pemborosan waktu
7. Defect
4
2
Dalam proses produksi parfum adanya rework karena tidak sesuai dengan
spesifikasi quality control yang telah ditentukan, jenis rewor (di filter ulang atau
Perhitungan hipotesis uji t ini memiliki tujuan ingin mengetahui apakah terdapat
waste yang signifikan terhadap perbedaan timbangan sebelum dan sesudah chiller angka
yang dibutuhkan untuk mengetahui. Karena itu peneliti mengambil sampel acak
terhadap 15 produk pada bulan oktober. Berikut adalah angka timbangan sebelum dan
sesudah chiller data berikut dihitung dalam waktu proses sebelum dan sesudah.
Tabel IV.4.
Data Timbangan Chiller
0,025
maka α alpha 5% = 0,05 % (dua sisi) = 2,15
14
Probability 0,025 Df 14
ᵗ (0,025,14) = 2,15 Karena uji dua sisi maka nilai ᵗ tabel adalah – 2,15 dan 2,15
Tabel IV.5.
Data Perhitungan Nilai t
Nama produk Batch Timbangan Timbangan Selisih D- (D - D )²
Size awal akhir (deferensi) D
∑ D 36
D= = = 2,57
n 14
√
s D = ∑ ( D−¿−¿
D =
)² √34 =1,55 ¿ ¿
15−1
( n−1 )
2
ᵗ hitung = D = 1,55 = 4,82
s D √ n √ 15
Karena nilai ᵗ hitung sebesar 4,82 lebih besar dari ᵗ tabel sebesar 2,15 maka
hipotesis H0 di tolak
4. Kesimpulan
H0 : ( μ 1−μ 2 ¿=0 atau μ1=μ 2 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
sesudah chiller)
Terdapat Perbedaan antara rata-rata hasil angka timbangan sebelum dan sesudah
chiller yang tidak terlalu signifikan karena dengan uji hasil dua sisi t hitung >
4
6
dengan t tabel
output
Rumus perhitungan % yield = x 100 %
input
output
% yield = x 100 %
input
300.000
= x 100 %
228.000
= 131,5789%
Dengan cara sama diperoleh % yield dari parfum Dashing Edt Juventus 7 berat yang
hilang atau terbuang dalam menghasilkan berat parfum dalam bentuk (kg) berat parfum
= 2,000kg
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada proses produksi
1. Waste yang terjadi pada proses produksi parfum diantara 7 kategori waste yang
terdapat identifikasi adalah 3 waste yaitu : waste defect adanya rework karena tidak
sesuai dengan spesifikasi quality control yang telah ditentukan waste waiting
Adanya pemborosan waktu menganggur atau tidak melakukan aktivitas kerja waste
2. Dan untuk perhitungan uji paried T hipotetsis statistik berdasarkan hasil uji yang
dilakukan dengan menggunakan metode analisis data tidak terdapat waste yang
signifikan pada proses chiller karena Karena nilai ᵗ hitung sebesar 4,82 lebih besar
dari ᵗ tabel sebesar 2,15 sesuai dengan uji dua sisi maka permintaan H0 ditolak.
3. Pada perhitungan waktu baku proses chiiller terdapat performa waktu rating 110%
untuk pengerjaan setiap produk untuk di chiller dengan batch size 200 sampai 300
5.2. Saran
Penelitian ini memiliki batasan objek amatan hanya pada proses produksi bagian
3
4
mixing. Untuk penelitian selanjutnya alangkah lebih baik apabila mengamati bagian
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent, (2007). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries,
edisi 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Manufacturing pada PT Smart Tbk Surabaya.” Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. 2, PP.
123-132 Purba, Aisyah. 2017. Quality Improvement and Lean Six Sigma.
Yogyakarta. Expert. Hal. 291-318
Putranto, J. H., (2007). Penerapan Metode Lean Untuk Mengurangi Pemborosan Pada
Proses Produksi Cottugated Carton Box PT. SRC . Tesis Magister Management
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Ristono, Agus. 2010. Sistem Produksi Tepat Waktu. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hal. 7-
10Wang, John X. 2011. Lean Manufacturing Bussines Bottom-Line Base. CRC
Press : Florida, hal 1-3 dan 179-180
A. Biodata Mahasiswa
N.I.M : 73190032
Nama Lengkap : Mahatma Gama Abd A Reniwuryaan
Tempat & Tanggal Lahir : Namlea, 06 Agustus 1998
Alamat Lengkap : JLN.Dermaga Dusun Sehe RT 001/003
Kelurahan Namlea Kabupaten Buru 97571
Nilai
No Unsur Penilaian
Angka Huruf
Kedisiplinan
1 Ketepatan waktu/disiplin
2 Sikap kerja/prosedur kerja
3 Tanggung jawab terhadap tugas
4 Kehadiran/absensi
Prestasi kerja
5 Kemampuan kerja
6 Keterampilan kerja
7 Kualitas hasil kerja
Kemampuan beradaptasi
8 Kemampuan berkomunikasi
9 Kerjasama
10 Kerajinan/inisiatif
Lain-lain
11 Memiliki rasa percaya diri
12 Mematuhi aturan dan tata tertib PKL
13 Penampilan/kerapihan
Nilai Rata-rata
Ketentuan penilaian: Nilai diisi dengan angka antara 0 sampai 100 Pada kolom Huruf, berisi kalimat
dari angka. Contoh: Nilai 80, maka Huruf : Delapan Puluh
8
Persetujuan Penilaian
Tanda Tangan
(stempel instansi/
Tanda Tangan
perusahaan)
9
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran A.1. Gambar operator membawa bahan baku ke area mixing colonge
Lampiran A.2. Gambar operator melakukan cheeksheet bahan baku sesaui dengan
list BMR
Lampiran A.6. Gambar operator mengambil hasil sample untuk dibawa ke divis
quality control
16
Lampiran A.8. Gambar proses maturasi yang di diamkan selama waktu yang
ditetapakan