DISUSUN OLEH :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan dengan baik
dan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Kami juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pembimbing yang senentiasa memberikan masukan dan
saran dalam peyusunan laporan ini juga kepada PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) selaku owner dari proyek ini, juga kepada PT. PP (Persero), Tbk – PT.
Bumi Karsa, KSO. selaku pihak kontraktor pelaksana yang dengan sabar mau
membimbing, mengarahkan dan berbagi ilmu dengan kami selama pelaksanaan
kerja praktek ini.
Laporan Kerja Praktek ini berisi tentang gambaran umum kegiatan selama
Kerja Praktek yang kami dapatkan selama melaksanakan kerja praktek. Laporan ini
merupakan salah satu kelengkapan persyaratan yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa agar dapat menyelesaikan studi akhir pada Program Studi Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin.
Kami menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu sangat kami harapkan berbagai masukan, kritik dan
saran yang bersifat membagun demi sempurnanya laporan ini.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi kami semua selaku mahasiswa yang melakukan Kerja Praktek.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
2.5.1 Pelabuhan........................................................................... 12
iv
2.5.2 Revetment........................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
v
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.26 Layout Perkerasan Makassar New Port ......................................... 45
Gambar 4.27 Potongan Melintang Perkerasan Causeway ................................... 45
Gambar 4.28 Detail Perkerasan Causeway.......................................................... 46
Gambar 4.29 Slump Test ...................................................................................... 50
Gambar 4.30 Diagram Alir Metode Pelaksanaan Perkerasan Causeway ............ 52
Gambar 4.31 Alat Total Station dan Prisma Perkerasan Causeway .................... 53
Gambar 4.32 Levelling Pasir di Causeway dengan Bulldozer ............................. 53
Gambar 4.33 Pemadatan Lapisan Pasir Causeway dengan Vibro Roller ............ 54
Gambar 4.34 Pengujian CBR oleh Tim QC pada lapisan pasir Causeway ......... 54
Gambar 4.35 Proses Mobilisasi Material Batu 5/7 .............................................. 55
Gambar 4.36 Stockyard Material Pekerjaan Perkerasan Causeway .................... 55
Gambar 4.37 Penghamparan Batu 5/7 di Causeway dengan Bulldozer .............. 56
Gambar 4.38 Pemadatan Lapisan Batu 5/7 dengan Vibro Roller ........................ 56
Gambar 4.39 Pengujian CBR oleh Tim QC pada Lapisan Batu 5/7 ................... 57
Gambar 4.40 Pemasangan Patok sebelum memasang bekisting ......................... 57
Gambar 4.41 Pemasangan Bekisting di Causeway ............................................. 58
Gambar 4.42 Pemasangan Plastik Cor ................................................................ 58
Gambar 4.43 Pemasangan Wiremesh .................................................................. 59
Gambar 4.44 Dowel dan Tie Bar ......................................................................... 59
Gambar 4.45 Proses Pengecoran ......................................................................... 60
Gambar 4.46 Proses Perataan Permukaan Beton................................................. 61
Gambar 4.47 Proses Grooving Pada Permukaan Beton ...................................... 61
Gambar 4.48 Proses Curing Beton ...................................................................... 62
Gambar 4.49 Perkerasan Causeway yang telah selesai dikerjakan ..................... 62
Gambar 4.50 Papan HSE Induction ..................................................................... 65
Gambar 4.51 Pelaksanaan Program HSE Talk .................................................... 65
Gambar 4.52 Kegiatan Toolbox Meeting di Area Causeway .............................. 66
Gambar 4.53 Rambu – rambu K3 pada Proyek MNP ......................................... 71
Gambar 4.54 Rambu – rambu limbah B3 ............................................................ 71
Gambar 4.55 Tempat Sampah Pada area Proyek MNP ....................................... 72
viii
DAFTAR TABEL
ix
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Sipil, dan diharapkan setelah lulus nantinya mahasiswa tidak lagi canggung apabila
dihadapkan pada persoalan yang sedemikian rupa dalam lingkup pekerjaan yang
sesungguhnya dan juga mampu bersaing dan memanfaatkan dengan sebaik –
baiknya ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dalam dunia kerja.
Oleh karena itu dengan keikutsertaan penulis dalam mata kuliah Kerja
Praktek ini dan setelah mendapat persetujuan dari pihak PT. Pelabuhan Indonesia
IV (Persero) sebagai owner dan PT. PP (Persero), Tbk.- PT. Bumi Karsa, KSO
sebagai kontaktor, maka kami melakukan kegiatan Kerja Praktek (KP) pada Proyek
Makassar New Port.
1.2 Tujuan
Tujuan Kerja Paktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, yaitu :
a Menambah wawasan mengenai pekerjaan Teknik Sipil pada
pelaksanaannya langsung di lapangan, sehingga dapat mempersiapkan diri
sebelum terjun ke dunia kerja.
b Peserta Kerja Praktek mampu mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi
suatu masalah dan cara menyelesaikan masalah tersebut.
c Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dengan
kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang ilmu rekayasa sipil.
d Menumbuhkan dan menciptakan kemampuan mahasiswa untuk bisa
membandingkan, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan nyata di lapangan.
e Melatih adaptasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya sehingga pada
akhirnya memiliki kompetensi (hard skill dan soft skill) yang cukup untuk
memasuki dunia kerja.
f Menambah pengetahuan tentang tahap – tahap dalam pekerjaan konstruksi
dari tahap awal hingga selesai.
g Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengawasan
proyek pembangunan.
3
5
6
2.5.3 Geotextile
Geotextile merupakan bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tanpa
anyaman (non woven) dari benang – benang atau serat – serat sintetik yang
digunakan dalam pekerjaan tanah.
Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses
tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat bonded
(dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan
bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat
polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.
Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti
serat-asli (kertas, filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk
percepatan konsolidasi sebagi pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical
drain) yang banyak dilakukan di India atau dilakukan di Belanda dengan
menggunakan serat filter.
Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat
sintetis tenunan dengan tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai
kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi masalah untuk
perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan
efektif, antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi masalah pembuatan jalan
dan timbunan pada dasar tanah lunak, tanah rawa. Bahan baku material ini adalah
Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET) yang didukung oleh
hasil test dan hasil riset di laboratorium, mengikuti standar ASTM, antara lain :
kekuatan tarik, kekuatan terhadap tusukan, sobekan, kemuluran dan juga ketahanan
terhadap mico organisme, bakteri, jamur dan bahan-bahan kimia. Material ini
dibuat dalam berberapa macam tipe. Pemilihan tipe yang tepat tergantung pada
kondisi tanah dasar, fungsi dan beban yang direncanakan.
Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik)
adalah jenis geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain.
Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau
Polypropylene (PP).
16
mempunyai akibat yang besar terhadap struktur apabila dibebani secara lateral
(Wolfgang, 1977).
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen.
Seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an.
Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi
seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load
Bearing Wall (1997), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000)
(Ardiansyah, 2014).
Pada saat ini, industri konstruksi sudah sangat berkembang. Tidak hanya
menitik beratkan pada segi kekuatan dan kestabilan struktur, namun juga sangat
memperhatikan segi ekonomis, praktis, dan ketepatan waktu. Pemakaian beton
pracetak (pre-cast) dalam perencanaan struktur suatu gedung merupakan salah satu
alternatif untuk mencapai hal tersebut.
Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi
pembetonan tradisional yang dilakukan di lokasi proyek pada beberapa jenis
konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya.
Keunggulan Beton Precast :
a. Kualitas lebih konsisten karena diproduksi di pabrik dengan standar
pengendalian mutu;
b. Lebih ekonomis;
c. Tahan lama dan tidak memerlukan perawatan khusus;
d. Proses produksi dapat dilakukan secara parallel dengan kegiatan konstruksi
di lapangan dan tidak bergantung pada kondisi proyek;
e. Mengurangi pemakaian bekisting;
f. Mengurangi total waktu pelaksanaan pekerjaan proyek;
g. Mampu menekan biaya konstruksi seminimal mungkin sehingga dapat
menghasilkan bangunan yang ekonomis. (Readymixbdg)
2.5.5 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan jalan merupakan lapis perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
18
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu
lintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada
jalan-jalan lintas antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada
persimpangan bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton
sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya
diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur
(asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan
kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban pada
daerah yang relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yang
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat dari
material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak sebaik
pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar
Mulai
Tahap Persiapan :
• Mempersiapkan Kelengkapan Safety (Sepatu,
Helm, dan Rompi)
• Mempersiapkan Buku Catatan
• Mempersiapkan Kalkulator
• Mempersiapkan Alat Ukur seperti meteran
Selesai
20
21
24
25
Awal Kegiatan KP
Akhir Kegiatan KP
• Tes abrasi. Jika menggunakan AASHTO Test T 96, maka batuan tidak
boleh mengalami kehilangan sebesar 40% setelah 500 kali putaran.
• Pada lokasi dimana batuan yang terkena air garam, perlu dilakukan
sulfate soundness test (AASHTO Test T 104 untuk batuan dasar
menggunakan sodium sulfat). Kehilangan dari batuan pada hasil tes ini
tidak boleh mencapai 10% untuk 5 kali siklus.
• Ukuran batu yang digunakan sesuai dengan gambar rencana.
• Toleransi ukuran yang boleh digunakan adalah 0.75 D50 hingga 1.25 D50
(Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port Paket B)
b. Pengendalian Mutu Geotextile
Lapisan geotextile dimaksudkan untuk mencegah timbunan batu masuk
kedalam lapisan lumpur, atau lapisan tanah habis tergerus akibat gerakan air laut
dan agar pada bagian tertentu dapat mencegah perbedaan penurunan. Geotextile
umum harus mempunyai sifat dan spesifikasi seperti yang tertera dalam tabel di
bawah ini, kecuali disebutkan khusus dalam gambar desain.
Bahan geotextile yang dipergunakan adalah jenis non-woven (tidak
teranyam) yang dilengkapi dengan sertifikat pengujian dan harus disetujui oleh
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Geotextile tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Mulai
Staking Out
Pemasangan Geotextile
A
30
Selesai
Dalam tabel berikut ini merupakan daftar alat berat yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan revetment, yaitu :
a. Stake Out
Salah satu pekerjaan penting dalam surveying adalah melakukan stake-
out titik rencana desain geometri baik horizontal maupun vertikal di permukaan
bumi. Alat yang digunakan adalah total station. Prinsip staking out adalah
kebalikan dari konsep pengambilan data lapangan. Jika pada pengambilan data
lapangan pengukuran koordinat titik dari lapangan kemudian dijadikan dalam
pemetaan desain, prinsip staking out adalah mengembalikan titik-titik koordinat
dari desain ke lapangan. Stake out ini dilakukan untuk memastikan pekerjaan
revetment di causeway sudah sesuai dengan lokasi yang ada pada gambar desain.
31
Proses ini terjadi berulang hingga prisma ditempatkan tepat di titik yang
ditentukan oleh rancangan lalu titik tersebut ditandai dengan menggunakan patok
atau penanda dari kayu. Proses ini dilakukan oleh 1 orang surveyor pada total
station dan 1 orang surveyor yang mengatur lokasi prisma.
b. Pekerjaan Rehandling Slope
Sebelum melakukan pemasangan geotextile pada daerah revetment,
terlebih dahulu melakukan rehandling slope (pasir) dari elevasi +1,30 meter LWS
(Low Water Spring) hingga elevasi -1,95 meter LWS (kemiringan slope 1:5)
menggunakan alat Excavator Long Arm yang dioperasikan oleh seorang operator
dan dikontrol oleh surveyor menggunakan waterpass.
c. Pemasangan Geotextile
Setelah pasir level, maka pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan
lembaran geotextile yang dipasang sepanjang area pekerjaan revetment di atas
lapisan pasir. Pemasangan ini melibatkan 4 orang pekerja yang menggunakan
perlengkapan renang lengkap. 3 orang bertugas untuk memasang geotextile non-
woven, dan seorang lainnya standby di bawah permukaan air untuk mengontrol
pemasangan geotextile sesuai dengan yang telah direncanakan. Pekerja yang
standby di bawah air dilengkapi dengan tabung oksigen. Pemasangan geotextile ini
berguna untuk memperkuat struktur tanah atau pasir dari terjangan air laut sehingga
kondisi lapisan tersebut tetap stabil dan juga sebagai pemisah antara lapisan pasir
dan material batu revetment di atasnya.
d. Pemasangan dan Perapihan Batu 25-50 kg/unit dan Batu 250 kg/unit
Material Batu 25-50 kg/unit, batu 250 kg/unit didatangkan dari berbagai
tempat (Gowa, Maros, dan Pangkep) menuju Makassar New Port menggunakan
Dump Truck. Lokasi stockyard dari material tersebut langsung di tempatkan pada
area pekerjaan revetment.
33
Tabel 4.3 Persentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve)
Diameter
10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
Saringan (mm)
Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan
batuan dengan ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi
persyaratan gradasi yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Tabel 1, untuk
saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm - 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam SNI atau
dalam tabel berikut ini standar JIS.
39
Tabel 4.4 Persentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1002 sieve)
Ukuran Saringan
Ukuran
Agregat 50 40 30 25 ( mm20) 15 10 5 2,5
Mulai
Staking Out
Selesai
Dalam tabel berikut ini merupakan daftar alat berat yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan revetment, yaitu :
Tabel 4.5 Daftar Alat Berat pada Pekerjaan Pemasangan L-Shape precast
No. Alat Berat Fungsi
1. Excavator PC-200 Melakukan pekerjaan penghamparan
batu 5/7 dan perataan batu 5/7.
2. Dump Truck Melakukan mobilisasi material batu
5/7 dari quarry hingga stockyard di
lokasi proyek.
3. Rafter Crane (60 Ton) Melakukan proses pengangkatan dan
pemasangan L-Shape precast.
4. Crawler Crane (80 Ton) Melakukan proses pengangkutan dan
pemasangan L-Shape precast.
5. Flatbed Trailer Truck Melakukan proses pengangkutan L-
Shape precast.
40
a. Stake Out
Salah satu pekerjaan penting dalam surveying adalah melakukan stake-
out titik rencana desain geometri baik horizontal maupun vertikal di permukaan
bumi. Alat yang digunakan adalah total station. Prinsip staking out adalah
kebalikan dari konsep pengambilan data lapangan. Jika pada pengambilan data
lapangan pengukuran koordinat titik dari lapangan kemudian dijadikan dalam
pemetaan desain, prinsip staking out adalah mengembalikan titik-titik koordinat
dari desain ke lapangan. Stake out ini dilakukan untuk memastikan pekerjaan
pemasangan L-Shape di causeway sudah sesuai dengan lokasi yang ada pada
gambar desain.
Proses ini terjadi berulang hingga prisma ditempatkan tepat di titik yang
ditentukan oleh rancangan lalu titik tersebut ditandai dengan menggunakan patok
atau penanda dari kayu. Proses ini dilakukan oleh 1 orang surveyor pada total
station dan 1 orang surveyor yang mengatur lokasi prisma.
b. Penghamparan Batu 5/7
Batu 5/7 dihamparkan di atas batu 25-50 kg pada elevasi +2,40 meter
LWS sebagai dudukan L-Shape. Penghamparan dilakukan menggunakan alat
Excavator PC-200 yang dijalankan oleh seorang operator hingga mencapai
ketebalan 10 cm dan setelah itu dilakukan levelling oleh surveyor. Excavator PC-
200 juga menjadi alat pemadat batu 5/7.
41
c. Pemasangan L – Shape
L-Shape yang digunakan merupakan beton precast dengan mutu K-400 ,
dimana mobilisasi dilakukan menggunakan flatbed trailer truck dan ditempatkan di
sepanjang causeway bagian utara dan sebagian lainnya ditempatkan pada sebelah
timur dari container yard.
42
L-Shape precast ini diletakkan mulai STA 1+376 hingga STA 2+055.
Selanjutnya L-Shape dipasang di atas batu 5/7 pada elevasi +2,50 meter LWS.
Metode penyambungan antar L-Shape precast ini yaitu metode ikatan terapan, di
mana L-shape dihubungkan satu dengan yang lainnya secara lego (permainan balok
susun) atau bisa juga disebut dengan metode saling menggigit antar joint L-Shape.
Metode penyambungan ini memungkinkan tanpa adanya alat/bahan penunjang atau
pembantu. Produktivitas pemasangan L-Shape precast dapat mencapai 60
meter/hari.
44
STA 2+055
STA 1+762
Rigid Pavement
Paving Block
STA 0+000
Detail perkerasan kaku (rigid pavement) pada area causeway terdiri atas
3 pengerjaan lapisan seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
46
Ukuran partikel yang digunakan dalam tes harus dapat mewakili material
timbunan yang digunakan di lapangan. Berat dari ukuran 0.063 mm adalah relatif
terhadap berat ukuran partikel 2mm. Kontraktor harus memastikan bahwa bahan
timbunan dan pemadatannya tidak akan merubah kesesuaian terhadap pondasi dan
pekerjaan pemancangan. Bahan timbunan harus tidak terkontaminasi dari bahan
yang beracun atau dapat membahayakan lingkungan
Setiap lapis material timbunan yang dipadatkan harus dilakukan
pengujian CBR lapangan dengan jarak interval maksimum 25 m dalam arah
memanjang maupun melintang atau sesuai dengan permintaan Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan
metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka
pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin Konsultan
Pengawas. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan
alat pemadat sampai nilai CBR yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan
Pengawas. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan untuk pemadatan yang selanjutnya
(Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port Paket B).
48
Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan,
segera setelah itu kerucut diangkat vertikal dengan hati-hati, dan penurunan tinggi
puncak kerucut, terhadap tingginya semula diukur.
Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari
kekentalan adukan beton tersebut. Untuk semua pekerjaan beton pada perkerasan
rigid dan pembuatan L-Shape ini, konsistensi adukan (slump) beton yang
disyaratkan adalah 10±2 cm (Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port Paket B).
Tabel 4.10 Job Mix Formula Ready Mix Beton K-400 Makassar New Port
Job Mix Formula
Ready Mix Beton K-400
No. Bahan Komposisi (per m3)
1. Semen 466 kg
2. Pasir 654 kg
3. Kerikil 990 kg
4. Air 215 kg
5. W/C Ratio 0,46
Setiap nilai rata-rata kuat tekan dari 3 tes yang berurutan haruslah
minimum sama dengan 𝑓′𝑐. Tidak ada satupun nilai kuat tekan individu (rata-rata
dari dua contoh silinder) yang nilainya jatuh dibawah 𝑓′𝑐 lebih daripada 3.5 MPa
jika 𝑓′𝑐 adalah 35 MPa atau kurang; atau lebih daripada 0.10 𝑓′𝑐 jika 𝑓′𝑐 adalah
lebih besar daripada 35 MPa (Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port Paket B).
4.1.3.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Causeway
Mulai
Staking Out
Pemasangan Bekisting
Proses Pengecoran
A
52
Pembukaan Bekisting
Selesai
Dalam tabel berikut ini merupakan daftar alat berat yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan revetment, yaitu :
a. Stake Out
Salah satu pekerjaan penting dalam surveying adalah melakukan stake-
out titik rencana desain geometri baik horizontal maupun vertikal di permukaan
bumi. Alat yang digunakan adalah total station. Prinsip staking out adalah
kebalikan dari konsep pengambilan data lapangan. Jika pada pengambilan data
lapangan pengukuran koordinat titik dari lapangan kemudian dijadikan dalam
pemetaan desain, prinsip staking out adalah mengembalikan titik-titik koordinat
dari desain ke lapangan. Stake out ini dilakukan untuk memastikan pekerjaan
perkerasan di causeway sudah sesuai dengan lokasi yang ada pada gambar desain.
53
Proses ini terjadi berulang hingga prisma ditempatkan tepat di titik yang
ditentukan oleh rancangan lalu titik tersebut ditandai dengan menggunakan patok
atau penanda dari kayu. Untuk pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)
dilakukan oleh 2 orang surveyor dan 2 orang asisten surveyor.
Setelah lapisan pasir padat dan elavasi telah dikontrol oleh surveyor
menggunakan waterpass, selanjutnya dilakukan pengujian CBR Lapangan pada
lapisan pasir yang telah dipadatkan sesuai SNI 03-1744-1989. Nilai CBR yang
harus dicapai untuk lapisan pasir adalah minimal 10 % (Direktorat Jenderal Bina
Marga, Spesifikasi Umum 2010, Divisi 3). Pengujian CBR dilakukan setiap 50 cm
dari lapisan pasir hingga mencapai elevasi rencana. Pengujian juga dilakukan setiap
25 meter arah memanjang dan melintang (Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port
Paket B) dari lahan yang telah disiapkan. Pengujian CBR Lapangan dilakukan oleh
Tim Quality Control yang berjumlah 3 orang menggunakan alat CBR Lapangan
dan Dump Truck.
Gambar 4.34 Pengujian CBR oleh Tim QC pada lapisan pasir Causeway
55
Setelah lapisan batu 5/7 padat , mencapai ketebalan lapisan 15 cm, dan
elavasi telah dikontrol oleh surveyor menggunakan waterpass, selanjutnya
dilakukan pengujian CBR Lapangan pada lapisan batu 5/7 yang telah dipadatkan.
Nilai CBR yang harus dicapai untuk lapisan batu 5/7 adalah minimal 60 %
(Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum 2010, Divisi 5). Pengujian
57
CBR dilakukan setiap 25 meter dalam arah memanjang maupun melintang dari
lahan yang telah disiapkan (Syarat-Syarat Teknis Makassar New Port Paket B).
Pengujian CBR Lapangan dilakukan oleh Tim Quality Control yang berjumlah 3
orang menggunakan alat CBR Lapangan dan Dump Truck.
Gambar 4.39 Pengujian CBR oleh Tim QC pada Lapisan Batu 5/7
Untuk pekerjaan lapisan pasir dan pekerjaan lapisan batu 5/7 memiliki
produktivitas 1.400 m2/hari.
d. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan setelah pekerjaan levelling lapisan pasir
dan lapisan batu 5/7 selesai. Sebelum dipasang, surveyor terlebih dahulu melakukan
staking out atau menentukan koordinat peletakan bekisting menggunakan total
station agar letaknya sesuai dengan gambar desain.
Plastik Cor
Tulangan Pengaku
Dowel
Tie Bar
f. Pengecoran
Pengecoran dilakukan menggunakan concrete truck mixer kapasitas 7
m3. Beton yang digunakan adalah beton mutu K-400 dengan nilai slump sebesar 10
± 2 cm. Proses pengecoran ini melibatkan ± 10 pekerja. Setelah adonan beton
dituangkan, pemadatan adonan beton dilakukan dengan internal vibrator agar
adonan terdistribusi secara merata dan padat.
Setelah proses perawatan beton selesai dan beton telah kering dan
memadat, maka selanjutnya bekisting sudah dapat dilepaskan untuk digunakan
pada pengecoran selanjutnya. Akhirnya perkerasan telah dapat digunakan atau
dilewati oleh kendaraan. Pekerjaan perkerasan secara bertahap pada proyek
Makassar New Port ini sangat meningkatkan laju pekerjaan, karena proses
mobilisasi material menjadi lebih lancar karena seluruh kendaraan termasuk dump
truck dan alat berat lainnya sudah dapat melewati lapisan perkerasan tersebut.
62
Geotextile
a. Bagi Pekerja
dan Karyawan
HSE
1 Baru
b. Tamu Continyu HSEO
INDUCTION
c. Mahasiswa KP atau
Kunjungan
Wajib diikuti oleh semua
2 HSE TALK Rabu HSEO
karyawan dan Pekerja
1 Minggu
a. Manager Proyek PM
sekali
Min 1
b. Senior Vice President PM
Kali/Bulan
HSE Min 2
3 c. GM Operasional Infra 2 PM
INSPECTION Kali/Bulan
d. Personil HSE & 1 Orang
Setiap Hari HSEO
Key Persons
e. Join Inspection Owner
Insidentil PM
dan MK
64
HSE Talk adalah program yang dilaksanakan setiap minggu yang bertujuan
untuk mengingatkan seluruh pekerja dan staf mengenai pentingnya keamanan dan
keselamatan kerja, dalam program ini biasanya juga diselipkan acara senam
bersama setiap dua minggu sekali untuk menjaga kebugaran dan sebagai sarana
refreshing para pekerja.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
• Setelah melaksanakan kegiatan kerja praktek pada Proyek Makassar New
Port Sulawesi Selatan selama kurang lebih dua bulan, kami mendapatkan
banyak pengalaman dalam meninjau pekerjaan secara langsung yaitu pada
pekerjaan revetment, pekerjaan pemasangan L-Shape dan pekerjaan
perkerasan causeway. Yaitu mengenai metode pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan tersebut di lapangan, berbagai penggunaan alat-alat berat selama
pekerjaan berlangsung, dan sebagainya.
• Sebelum memulai kegiatan kerja praktek di proyek ini, perlu diketahui
bahwa telah dilaksanakan adendum untuk waktu pengerjaan proyek yaitu
yang semula berakhir pada Desember 2018 berubah hingga Februari 2019.
Berdasarkan observasi kami di lapangan hal tersebut terjadi karena beberapa
kali terjadi revisi dalam perencanaan, sehingga pelaksanaan pekerjaan
menunggu revisi dari shop drawing terbaru hingga akhirnya terjadi
keterlambatan dan dibuatlah keputusan untuk melakukan adendum pada
proyek ini.
• Mengacu pada adendum yang terjadi, kemajuan yang dicapai proyek ini
selama kami melakukan kerja praktek yaitu cukup baik (tepat waktu).
Tercatat realisasi dari keseluruhan proyek ini hingga hari terakhir kami
melaksanakan kerja praktek adalah sebesar 90,63% dari target rencana yaitu
88,077%, sehingga nilai deviasi sebesar 2,832. Akan tetapi secara
keseluruhan proyek ini sebenarnya mengalami keterlambatan sehingga
harus dilakukan adendum tersebut.
• Secara keseluruhan proyek yang dimiliki oleh PT. Pelabuhan Indonesia
(Persero) IV ini sangat rapih dan pihak-pihak yang terlibat baik konsultan
maupun kontraktor sangat profesional dari pengamatan kami secara
langsung.
73
74
5.2 Saran
• Sebaiknya kegiatan kerja praktek dilaksanakan pada proyek yang memiliki
lingkup pekerjaan yang cukup besar sehingga dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman mahasiswa.
• Koordinasi antara pihak mahasiswa dengan pihak yang terlibat pada
pelaksanaan proyek perlu ditingkatkan sehingga dapat tercapai seluruh
tujuan dari kegiatan kerja praktek ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. (2014). Studi Manajemen Mutu Produk Beton Precast Pada PT.WIKA
BETON Lampung. Skripsi.
Civil Engineering Mercubuana. (2014, 10 1). Retrieved from Geotextile:
https://tekniksipilumb.wordpress.com/2014/10/01/geotextile/
Jawat, I. W. (2017). Metode Pelaksanaan Konstruksi Revetment. Paduraksa.
Readymixbdg. (n.d.). Retrieved from Pengenalan Beton Precast untuk Konstruksi:
https://readymixbdg.com/pengenalan-beton-precast-untuk-konstruksi-
fungsi-dan-definisi/
Sulaiman, D. M. (2018). Bangunan Pengendali Erosi Pantai Berlumpur.
Yogyakarta: Deepublish.
Triatmodjo, B. (1999). Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmodjo, B. (2010). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Wolfgang, S. (1977). High Rise Building Structure. New York: John Wiley & Sons.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Job Safety Analysis
1. Toolbox Meeting / Pre-start - Salah pengertian instruksi 1. Memastikan kumpul dalam area yang aman
Briefing - Tertabrak Kendaraan atau 2. Memakai APD
Alat Berat 3. Melakukan koordinasi lapangan kepada semua pihak
terkait
4. Memastikan jalur kerja, area kerja, dan rambu-rambu
kerja telah siap
5. Mengikuti seluruh instruksi lapangan
6. Memastikan kesehatan dan kebugaran seluruh pekerja
7. Memastikan instruksi telah tersampaikan secara jelas
2. Mobilisasi alat berat dalam - Crawler Crane - Komponen alat berat tidak 1. Memastikan kelengkapan SIO dan SILO
area kerja - Flatbed Trailer Truck berfungsi dengan baik 2. Melakukan crosscheck secara visual pada alat berat
- Rafter Crane 3. Melakukan pre-start checklist pada alat berat
4. Memeriksa apakah seluruh bagian alat berat aman dari
gangguan hewan berbisa atau gangguan sejenisnya
5. Segera melaporkan pada pengawas jika didapatkan
kejanggalan pada saat pemeriksaan alat berat
No. Dokumen / Doc Number :
Tgl Berlaku / Application Date :
Job Safety Analysis Revisi ke / tgl / Revision Nr / Date :
Tgl Review / Review Date :
3. Persiapan Lifting - Crawler Crane - Komponen Crane tidak 1. Melakukan pre-start checklist terhadap alat berat
- Flatbed Trailer Truck berfungsi dengan baik 2. Memastikan operator dapat mengoperasikan alat berat
- Crawler Crane dengan baik
3. Memastikan tidak ada gangguan di dalam ataupun luar
kabin alat berat
- Supir truck tidak fokus dalam 1. Memastikan kelengkapan SIO
bekerja 2. Melakukan pergantian shift terhadap supir truck
3. Melakukan inspeksi terhadap operator alat
4. Memilih sopir truck yang berkompeten dalam bekerja
5. Melengkapi sopir truck dengan alat HT
- Terpeleset dan terjatuh 1. Membersihkan lumpur pada jalan masuk ke kabin
2. Membersihkan sepatu operator dari lumpur
3. Memperhatikan titik tumpu saat naik ataupun turun tangga
crane
4. Membersihkan alat berat secara berkala setiap selesai
digunakan
No. Dokumen / Doc Number :
Tgl Berlaku / Application Date :
Job Safety Analysis Revisi ke / tgl / Revision Nr / Date :
Tgl Review / Review Date :
Pekerjaan Causeway, Jala Akses & Revetment, Container Yard dan Pengerukan Alur & Kolam Pelabuhan
Penilaian Resiko Rating Sisa Resiko Referensi
Siapa yang PT. PP Referensi
Item Bahaya Resiko Pengendalian PIC
beresiko S L Rating S L Rating (Persero), Hukum
Tbk
Gunakan APD lengkap
Sesak nafas (helm, sepatu, masker , dan
kacamata)
BDE- Peraturan
Buatkan jalan khusus dump Menteri
truck dan jalan khusus SH- Tenaga
Mata terkena pasir pejalan kaki Kerja No.
Loading pasir Semua SOM 2015- Per.05/ME
dari pekerja
Dump truck Buatkan tanda / rambu N/1985
proyek,
untuk area dumping
2014 Pesawat
Tertabrak dump semua staf, 3 3 9 3 2 6
Angkat dan
truck semua ALAT Angkut,
pengunjung
Tenaga dan
proyek BERAT Produksi
Terlindas dump truck