Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Disetujui
Koordinator Lapangan Dosen Pembimbing
Diketahui
Ketua Program Studi Teknik Sipil
ii
MOTTO
“Dunia ini terlalu luas untuk hidup yang singkat ini, jangan
habiskan
Waktumu untuk menunggu, kejarlah, tak ada yang sia-sia.”
(Ai)
iii
KATA PENGANTAR
iv
9. Para pekerja yang telah bersedia menjadi temandan membantu penulis
dalam proses kerja praktek.
10. Mbak Yovika Sari dan Mbak Nani Suhastra, S.Pd selaku staf Program
Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang banyak membantu dalam
administrasi kerja praktek.
11. Ahmad Yani danImaduddin Azharyang telah bersama-sama menjalani
kerja praktek bersama penulis.
12. Teman- teman Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang
telah banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan
kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
MOTTO.................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Proyek 1
1.2 Tujuan Proyek 1
1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek 2
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek 2
1.5 Metode Pengumpulan Data 2
1.5.1 Pengumpulan data primer 2
1.5.2 Pengumpulan data sekunder 3
BAB IITINJAUAN PROYEK...............................................................................4
2.1 Lokasi dan Situasi Proyek4
2.2 Data Umum Proyek 5
2.3 Manfaat Proyek 5
2.4 Lingkup Pekerjaan Proyek 6
2.5 Struktur Organisasi Proyek 6
2.5.1 Organisasi dan personil 6
2.5.2 Hubungan masing-masing pihak secara organisasi 11
2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan
11
2.6.1 Waktu kerja 11
2.6.2 Upah kerja 12
2.6.3 Tenaga kerja 12
2.6.4 Material 12
2.6.5 Peralatan 16
vi
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA.........................................................................25
3.1 Perencanaan Bangunan 25
3.2 Bagian Perencanaan 25
3.2.1 Perencanaan struktur bawah 25
3.2.2 Perencanaan struktur atas 26
3.3 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Bawah / Sub Structure) 26
3.3.1Tie beam 26
3.3.2 Pile cap 26
3.4 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Atas / Upper Structure) 27
3.4.1 Kolom 27
3.4.2 Balok 29
3.4.3 Plat lantai 29
3.4.4Ring balok 30
3.5 Tahapan Perencanaan Konstruksi 30
3.5.1 Pekerjaan bekisting (formwork) 30
3.5.2 Pekerjaan scaffolding 31
3.5.3 Pekerjaan pembesian 32
3.5.4 Pekerjaan beton 32
3.5.5 Perawatan (curing) 36
3.6 Manajemen Konstruksi 36
3.6.1 Tujuan manajemen konstruksi 37
3.6.2 Fungsi dan proses manajemen 37
3.7 Ruang Lingkup Manajemen Konstruksi 38
3.8 Sarana Manajemen 38
3.8.1 Sumber daya manusia 39
3.8.2 Material (Materials)39
3.8.3 Mesin(Machine) 40
3.8.4 Metode(Methods) 40
3.8.5 Uang(Money) 40
3.8.6 Waktu(Time)41
3.9 Time Schedule 41
3.10 Manfaat Time Schedule 41
vii
3.11 Kurva S (Schedule Curve) 42
3.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 43
3.12.1 Kecelakaan kerja 43
3.12.2 Peralatan standar K3 di proyek 44
BAB IVPELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN..........................47
4.1 Umum 47
4.2 Pekerjaan Konstruksi Struktur Kantor UPT BKN Bengkulu 47
4.2.1 Pekerjaan pile cap 47
4.2.2 Pekerjaan tie beam 53
4.2.3 Pekerjaan kolom 58
4.2.4Pekerjaan balok dan plat lantai 62
4.3 Sarana Manajemen 68
4.3.1 Material (Materials)69
4.3.2 Sumber daya manusia 69
4.3.3 Metode 70
4.3.4 Mesin 70
4.3.5 Uang71
4.3.6Waktu 72
4.4Pengawasan dan pengendalian kualitas material 72
4.5 Pengawasan dan Pengendalian Kuantitas 74
4.6Pengawasan dan pengendalian biaya 74
4.7 Analisis Time Schedule 75
4.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 75
BAB VPENUTUP.................................................................................................77
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran 78
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................79
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 2.30 Excavator.........................................................................................24
x
Gambar 4.28Pekerjaan Pemasangan Tulangan Plat Lantai....................................66
Gambar 4.29 Penuangan Beton Ready Mix ke Concrete Pump.............................67
Gambar 4.30 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai........................................67
Gambar 4.31 Proses Meratakan Pengecoran..........................................................67
Gambar 4.32 Perawatan Beton Balok dan Plat Lantai...........................................68
Gambar 4.33 Tempat Penyimpanan Semen...........................................................72
Gambar 4.34 Tempat Penyimpanan Plafon............................................................73
Gambar 4.35 Tempat Penyimpanan Besi Tulangan...............................................73
Gambar 4.36 Tempat Penyimpanan Agregat.........................................................73
Gambar 4.37 Tempat Penyimpanan Bata...............................................................74
Gambar 4.38 Asuransi BPJS Ketenagakerjaan......................................................76
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi kegiatan kerja praktek berada di Jalan W.R. Supratman, Kelurahan
Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu.Waktu
pelaksanaan kerja praktek di mulai sejak tanggal 11 Oktober 2016 sampaitanggal
11 Januari 2016.
2
1.5.2 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder berupadata pendukung yang dipakai dalam pembuatan
laporan kerja praktek. Pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara :
a. Meminta data yang dibutuhkan melalui PT. Abata Hasta Persada selaku
kontraktor pelaksana. Data yang dibutuhkan meliputi time schedule,
spesifikasi teknis pelaksanaan proyek dan gambar rencana kerja.
b. Menggunakan referensi berupa buku yang berkaitan dengan tinjauan yang
dibahas sebagai pembanding antara teori dengan praktek di lapangan.
c. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di
lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PROYEK
4
2.2 Data Umum Proyek
a. Nama proyek : PembangunanGedung Kantor UPT BKN
b. Sumber dana : APBN 2016
c. Pemberi tugas : Badan Kepegawaian Negara (BKN)
d. Kontraktor pelaksana : PT. Abata Hasta Persada
e. Konsultan perencana : PT. Saritama Purnama
f. Konsultan MK : PT. Sewun Indo Konsultan
g. Nilai kontrak : Rp 7.000.000.000,- (Tujuh milyar rupiah)
h. Sistem pelelangan : Pelelangan Umum
i. Waktu pelaksanaan : 135hari kalender
Mulai : 29Juli 2016
Selesai : 10Desember 2016( Time Schedule )
: 16Januari 2017 (Adendum)
j. Jenis pekerjaan :Konstruksi bangunan
k. Lokasi pekerjaan
Propinsi :Bengkulu
Kabupaten/Kota : Kota Bengkulu
Alamat :JalanW.R. Supratman Kota Bengkulu
l. Kuantitas pekerjaan
Deskripsi proyek :Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan
Kepegawaian Negara
Luas total seluruh lantai : 1.500 m2
Fungsi : Gedung Kantor UPTBKN di Bengkulu
m. Material struktur beton : Beton bertulang mutu K-300 atau fc’= 25MPa
untuk struktur plat lantai beton, tie beam, pile
cap, balok, kolom beton dan pondasi bor pile.
n. Material baja : Struktur baja digunakan pada pekerjaan struktur
atap.
2.3 Manfaat Proyek
Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negaradibangun untuk
mempermudah pelayanan kepengurusan kepegawaian aparatur sipilagar lebih
cepat dan efisien.
5
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan struktur bawah (sub structure)
1) Pekerjaan pile cap
2) Pekerjaan tie beam
c. Pekerjaan struktur atas (upper structure)
1) Pekerjaan kolom
2) Pekerjaan balok
3) Pekerjaan plat lantai
6
3) Memberikan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan
pengawas.
4) Memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila kontraktor
melanggar ketentuan yang terdapat pada kontrak tanpa persetujuan owner.
Pengelola Teknis
Agus Sutiadi
b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana bertindak selaku perencana pekerjaan struktur,
arsitektur, mekanikal, elektrikal dan interior dalam batas yang ditentukan.
Pemilik Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu
menunjuk PT. Saritama Purnama sebagai konsultan perencana. Struktur
organisasi konsultan perencana dapat dilihat pada Gambar 2.3.Tugas dan
tanggung jawab konsultan perencana antara lain :
1) Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pemilik proyek secara
keseluruhansesuai dengan ide, batas-batas teknis dan administrasi.
2) Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat,
perhitungan konstruksi maupun EE (Engineering Estimate).
3) Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada pemilik proyek maupun
kepada kontraktor yang menyangkut perencanaan demi kelancaran dan
kelangsungan proyek.
Koor. Perencana
Drs. Muhamad Tofik, S.T.,M.T
7
Perencana
Rismawan
Ket: Hubungan Pemerintah
c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas pembangunan gedung adalah orang yang dipilih oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pemilik proyek
menunjuk PT. Sewun Indo Konsultan sebagai konsultas pengawas. Konsultan
Pengawasbertindak sepenuhnya mewakili pemilik proyek dalam memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.Struktur
organisasi konsultan pengawas dapat dilihat pada Gambar 2.4. tugas dan
tanggung jawab konsultan pengawasantara lain:
1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan, metode pelaksanaan, ketepatan
waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.
3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas,
dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.
4) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan
oleh kontraktor.
5) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama,
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan menyusun laporan
akhir pekerjaan pengawasan.
Team leader
Ir. Ninik Kusumowardani
8
d. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah pihak yang bertugas untuk melaksanakan
pembangunan proyek yang dipilih melalui prosedur pelelangan.Kontraktor
pelaksana melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya
sesuai kesepakatan dengan pemilik proyek. Kontraktor pelaksana yang
ditunjuk pemilik proyek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT
BKN di Bengkulu adalah PT. Abata Hasta Persada. Struktur organisasi
kontraktor proyek dapat dilihat pada Gambar 2.5. Tugas dan tanggung jawab
Kontraktor pelaksana antara lain:
1. Melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dalam Kontrak Perjanjian
Pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek.
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, dan alat-alat pendukung
lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi serta
memperhatikan waktu, biaya, kualitas, dan keamanaan pekerjaan.
4. Bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah
disepakati
6. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan alasan yang sesuai
dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya tambahan waktu tersebut.
7. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib
pertolongan pertama pada kecelakaan.
9
PT. ABATA HASTA PERSADA
PROJECT MANAGER
Faizal Amin
SITE
SITE MANAGER
MANAGER
Yuliantoro
Yuliantoro
PELAKSANA
PELAKSANA LOGISTIK
LOGISTIK SURVEYOR
SURVEYOR DRAFTER
DRAFTER
Khafid
Khafid Fajar
Fajar Budianto
Budianto Rismawan
Rismawan
STRUKTUR
STRUKTUR
Partono
Partono
ARSITEK
ARSITEK
Kasiono
Kasiono Kasidi
Kasidi
MEKANIKAL
MEKANIKAL
Bambang
Bambang
MANDOR
MANDOR
Hidayat
Hidayat
10
Konsultan Perencana
PT. Saritama Purnama
2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan
2.6.1 Waktu kerja
Waktu kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai atau
mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Pembagian waktu kerja pada
PembangunanGedung Kantor UPT BKN adalah :
a. Senin – Kamis : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat)
b. Jum’at : 08.00-17.00 WIB (11.30-13.30 istirahat)
c. Sabtu – Minggu : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat)
Waktu kerja 1 hari dihitung selama 8 jam kecuali pada hari jumat dan
minggu yaitu selama 7,5 jam. Waktu kerja lembur dilakukan apabila
pekerjaanakan segera diselesaikan atau melanjutkan pekerjaan yang tertunda
untuk mencapai target. Batas waktu kerja lembur adalah jam 22.00 WIB.
11
2.6.3 Tenaga kerja
Tenaga kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu berasal dariPulau Jawa. Proyek ini memperkerjakan lebih kurang 24
orang. Jumlah pekerja akan semakin banyak jika volume pekerjaan yang akan
diselesaikan lebih besar dari pada sebelumnya. Tempat tinggal untuk tenaga kerja
terletak di belakang lokasi proyek yang telah disediakan oleh kontraktor. Tenaga
kerjaterdiri dari mandor,kepala tukang, tukang, dan pekerja.
Mandor bertugas memimpin dan mengatur kegiatan pekerja pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Mandor juga mengawasi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan target fisik, waktu dan mutu seperti
yang telah direncanakan.
Tugas kepala tukang adalah memimpin tukang agar bisa memahami dan
bekerja sesuai dengan arahan kontraktor pelaksana dan pengawas
lapangan.Kepala tukang dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf
tertentu.
2.6.4 Material
Material yangdigunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan,
baik yang menyangkut mutu bahan atau standar yang telah ditentukan karena
dapat mempengaruhi kualitas dari suatu bangunan. Material yang digunakan
dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKNadalah sebagai berikut:
a. Besi tulangan
Tulangan yang digunakan terdiri dari 2 macam, yaitu besi polos untuk
pembesian sengkang dan besi ulir untuk tulangan utama pada struktur.
Tulangan (Gambar 2.7) besi polos dan besi ulir digunakan sesuai dengan jenis
pekerjaannya, antara lain :
1) Kolom menggunakan tulangan utama D16mm dan tulangan sengkang D10–
100mm untuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 150mm untuk daerah
lapangan.
2) Balok menggunakan tulangan utama D19mm, sengkang D10–75 mmuntuk
daerah tumpuan dan sengkang D10 - 100 mm untuk daerah lapangan. dan
tulangan peminggang D13mm.
3) Tie beam menggunakan tulangan utama D19mm dan sengkang D10–75 mm
untuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 100 mm untuk daerah lapangan.
12
4) Plat lantai dengan tebal 120 mm menggunakan D10–150mm.
5) Pile cap untuk tulangan pokok bawah menggunakan D19–100mm dan
tulangan pokok atas menggunakan D19–75mm.
d. Agregat kasar
13
Agregat kasaryang digunakan adalah agregat yang keras, bersih, tidak
berpori, tidak mengandung lumpur yang berlebih dan bahan lain yang merusak
beton. Proyek ini menggunakan beton ready mix yang agregat kasarnya berasal
dari Kota Argamakmur. Agregat kasar yang digunakan berupa split 10-20 dan
split 20-30. Pembuatan beton untuk kolom praktis menggunakan agregat kasar
(Gambar 2.9) dari kabupaten Rejang Lebong dengan ukuran split 10-20.
Gambar 2.10Sirtu
f. Semenportland komposit
14
Semen yang digunakan merupakan semen portlandkomposit (PCC).
Pembuatan beton site mix menggunakan semen dengan merek Tiga Roda.
Beton ready mix menggunakan semen portland komposit dengan merek Semen
Padang. Semen (Gambar 2.11) disimpan dalamgudang agar terhindar dari
basah dan tidak tercampur dengan bahan lain. Penimbunan semen maksimum 2
meter atau kurang lebih 10 tumpuk agar tidak terjadi pecah kantong semen
bagian bawah.
Gambar 2.11Semen
g. Styrobond
Styrobondmerupakan bahan tambahan untuk menambah gaya rekat beton
dan plesteran. Styrobond(Gambar 2.12) digunakan pada sambungan
pengecoran antara beton lama dan beton baru. Cara penggunaannya adalah
mencampurkan styrobond, dan air dengan perbandingan 1:3 yang kemudian
dituang ke permukaan beton lama yang sudah dalam keadaan lembab.
Gambar 2.12Styrobond
15
2.6.5 Peralatan
Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara
menggunakan beberapa peralatan yang sering digunakan pada pembangunan
bangunan, sehingga pekerjaan bisa lebih baik dan efisien.
a. Truck mixer
Proses pengadukan bahan campuran beton ready mix menggunakan truck
mixer. Beton ready mix berasal dari lokasi batching plantyang dipercayakan
kepada Perusahaan Jaya Beton Persada. Kapasitas truck mixer(Gambar
2.13)yang digunakan sebesar 6 m3. Kecepatan putaran drum mixer selama
pengangkutan adalah 8-12 putaran per menit. Drum mixer terus berputar
selama pengangkutan agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
Arah putaran drum mixer saat perjalanan menuju lokasi pengecoran berputar
searah putaran jarum jam. Pada saat penuangan adukan beton ke cetakannya
maka arah putaran drum mixerberlawanan arah jarum jam.
b. Truck
Truck merupakan kendaraan yang berfungsi untuk mengangkut material
bangunan ke lokasi proyek. Material bangunan yang diangkut menggunakan
truckseperti tanah, pasir, semen, kerikil, kayu, dan lain sebagainya dari
supplier menuju ke lokasi proyek. Gambar Truckdapat dilihatseperti pada
Gambar 2.14.
16
Gambar 2.14Truck
c. Concrete pump
Concrete pump adalah mesin yang digunakan untuk menyalurkan adukan
beton segardari truk mixer ke lokasi pengecoran yang letaknya sulit dijangkau
oleh truck mixer. Concrete pumpdilengkapi dengan pompa dan lengan untuk
memompa campuran beton ready mix ke lokasi pengecoran. Pipa dan lengan
ini dapat dipasang kombinasi secara vertikal dan horisontal. Pengecoran lantai
yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump, dapat dilakukan dengan
menyambung pipa sehingga mencapai ketinggian dan posisi yang
diinginkan.Concrete pump (Gambar 2.15) mempunyai kapasitas 10 s/d 100m3
per jam.
d. Bar bender
Bar bender (Gambar 2.16)adalah alat yang digunakan untuk
mempermudah membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut
sesuai dengan perencanaan.
17
Gambar 2.16Bar bender
e. Bar cutter
Bar cutter(Gambar 2.17)adalah alat yang digunakan untukmemotong
besi tulangan. Pekerjaan akan mengalami kesulitan jika memotong tulangan
secara manual, maka digunakan mesin pemotong agar proses pemotongan
tulangan dapat dilakukan dengan cepat.
18
Gambar 2.18Beton vibrator
g. Scaffolding (alat perancah)
Scaffolding (Gambar 2.19) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga beban yang ada diatasnya, seperti manusia, balok
dan plat lantai. Perancah yang digunakanpada proyek ini adalah perancah
frame.Fungsinya adalah untuk menyediakan tatakan elevasi yang mampu
menahan suatu beban tertentu.
19
Gambar 2.20 Bekisting kayu
i. Rol meteran
Rol meteran digunakan untuk mengukur dan mengecek ukuran
dilapangan yang disesuaikan dengan gambar rencana. Meteran (Gambar 2.21)
digunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.
Gambar 2.21Meteran
j. Teodolit Total Station (TS)
Teodolit total station merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
sudut mendatar dan sudut tegak.Teodolit sering digunakan dalam pengukuran
polygon, pemetaan situasi, pengamatan matahari, dan mengukur luas lokasi.
Proyek inijuga menggunakan teodolit (Gambar 2.22)untuk mengukur sikuan
pada bangunan, sehingga kolom bisa tegak lurus dan pemasangan keramik
akan lebih presisi.
20
Gambar 2.22Teodolit Total Station (TS)
k. Beton decking
Beton decking(Gambar 2.23) adalah beton yang terbuat dari campuran
semen, pasir, dan air. Beton deckingbefungsiuntuk menjaga tebal selimut beton.
Tebal beton deckinguntuk pile cap adalah 5 cm. Tebalbeton decking untuk
balok dan kolom adalah 5 cm, sedangkan plat lantai memiliki ketebalan beton
decking sebesar 2,5 cm.
21
Gambar 2.24Besi S
m. Sendok semen dan ruskam
Sendok semen(Gambar 2.25) berfungsi untuk mengambil mortar dan
meratakan permukaanbeton yang telah dikerjakan.Ruskam(Gambar 2.26)
berfungsi untuk menghaluskan permukaan beton secara merata.
n. Gerobak dorong
22
Gerobak dorong berfungsi untuk membantu mengangkut material,
sehingga pekerjaan bisa lebih ringan. Pengangkutan pasir, batu dan adukan
beton juga menggunakan gerobak dorong(Gambar 2.27) sebagai alat
angkutnya.
Gambar 2.28Unting-unting
p. Kawat bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan antara
tulangan satu dengan yang lainnya. Kawat bendrat (Gambar 2.29)digunakan
23
pada tulangan kolom, balok, plat lantai, tie beam dan pile cap sehingga
membentuk suatu rangkaian elemen struktur yang siap dicor.
Gambar 2.30Excavator
24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
25
optimal, sehingga beban seluruh struktur dapat ditahan oleh lapisan tanah yang
kuat agar tidak terjadi penurunan diatas batas ketentuan, yang dapat menyebabkan
kehancuran atau kegagalan struktur (Kirun, 2013).
Menurut Puspantoro (1996) struktur bawah adalah bagian bangunan yang
berada dibawah permukaan tanah, khususnya pondasi. Pondasi adalah bagian
terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan
yang berada dibawahnya (Hardiyatmo, 1996).
3.2.2 Perencanaan struktur atas(Upper structure)
Struktur atas adalah bagian struktur yang berkaitan langsung dengan fungsi
bangunan dan berhubungan langsung dengan ruang aktivitas pengguna
(Budiutomo, 2013).Struktur bangunan atas harus mewujudkan perancangan
arsitektur sekaligus menjamin segi keamanan dan kenyamanan. Bahan-bahan
yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara
lain(Budiutomo, 2013):
a. Kuat.
b. Tahan api.
c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama.
d. Mudah didapat dan dibentuk.
e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).
26
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile
menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y
ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh
pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan
beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap
juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari
pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah
kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas
beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang
mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu (Kirun, 2013).
27
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
sengkang. (Gambar 3.1 (a)).
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa
sengkang atau spiral. (Gambar 3.1 (b)).
c. Kolom komposit terdiri atas beton dan profil baja struktural didalamnya. Profil
baja biasanya diletakkan didalam selubung tulangan biasa. (Gambar 3.1 (c)).
3.4.2 Balok
Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka struktur bangunan
yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap bangunan (SK SNI
T-15-1991-03). Balok merupakan bagian struktur yang berfungsi sebagai
28
pengekang dari struktur kolom. Balok dalam perencanaannya dapat mempunyai
bermacam-macam ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang akan
dipikul oleh balok tersebut.
Balok didefinisikan sebagai elemen struktural untuk menerima gaya-gaya
yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan
terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya. Balok merupakan
elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari plat lantai ke kolom
penyangga vertikal. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik,
yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Dipohusodo,
1999).
29
Ring balok adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak
diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk
meratakan beban dari struktur yang berada diatasnya, seperti beban yang diterima
oleh kuda-kuda (Denawi, 2008). Menurut Denawi (2008) ring balok adalah suatu
struktur bangunan berbentuk balok yang berfungsi untuk menahan dan menopang
beban atap (langit-langit dan kuda-kuda) dan memindahkan ke struktur bawahnya.
30
Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang
terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai
pembongkaran scaffolding dimulai dari tengah.
b. Persyaratan waktu
Persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran bekisting, dapat
dilihat pada tabel berikut:
31
beban sendiri. Scaffolding mempunyai batas kekuatan tertentu, sehingga perlu
dilakukan perhitungan terhadap jumlah alat yang dipakai (Nawy, 1998).
32
2) Tahanterhadap pengaruh lingkungan, seperti pengaruh kondisi lingkungan
yang mengandung sulfat, air, dan klorida yang mengandung garam.
3) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari spek material yang
digunakan atau proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.
4) Proporsi beton, rasio air semen di tetapkan sesuai ketentuan 3 tahap dasar:
yaitu:
a. Penetapan deviasi standar.
b. Penetapan kuat rata-rata yang disyaratkan.
c. Pemilihan proporsi campuran disyaratkan untuk menghasilkan kuat rata-
rata tersebut, baik dengan prosedur campuran coba-coba konvensional
atau dengan catatan pengalaman sesuai.
b. Bahan-Bahan Penyusun Beton
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan beton adalah sebagai
berikut:
1) Semen
Semen portland menurut SNI 03-2847-2002 adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan. Cara penyimpanan semen dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Semen harus disimpan pada tempat yang kering, tidak langsung di atas
tanah yang lembab dan berada di ruangan yang beratap baik, agar
terlindung dari air hujan.
b) Saat penyimpanan, semen harus ditumpuk sebaiknya tidak lebih dari2 m
(maksimal 10 zak). Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang
berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban berat dalam
waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.
c) Penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi
mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen
secara teliti.
2) Agregat Halus
Agregat halus menurut SK SNI T 15-1991-03 adalah pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
33
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm.Menurut SNI 02-
6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum
4,75 mm.
3) Agregat Kasar
Agregat kasar menurut SK SNI T 15-1991-03adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai
dengan 40 mm.Menurut Gideon (1993),batu pecah (kricak) adalah agregat
kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah, berukuran 5-70 mm.
Panggilingan/pemecahan biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu
(Jaw breaker/ crusher).Menurut ukurannya, krikil/kricak dapat dibedakan
atas :
a. Ukuran butir : 5 - 10 mm disebut krikil/kricak halus,
b. Ukuran butir : 10-20 mm disebut krikil/kricak sedang,
c. Ukuran butir : 20-40 mm disebut krikil/kricak kasar,
d. Ukuran butir : 40-70 mm disebut krikil/kricak kasar sekali.
e. Ukuran butir >70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop (cyclopen
concreten).
4) Air
Air yang akan digunakan untuk membuat suatu adukan harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat air yang boleh digunakan
sebagai campuran beton menurut SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut:
1. Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak
yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2. Air pecampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang di dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
c. Pengadukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton agar tidak
terjadi segregasi adalah (Nawy,1998):
1) Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi
jatuh penuangan adukan maksimum 1,5 m.
34
2) Pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa
penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari
atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3–4 m, beton yang dituang
akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, sehingga terjadi segregasi
(pemisahan agregat dari beton sehingga terjadi penumpukan agregat di
bagian bawah kolom).
3) Pengecoran yang tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui
bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh
penuangan.
4) Pekerjaan saat pengecoran pelat lantai dan balok,penuangan sebaiknya
dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau menghadap beton
yang telah dituang.
5) Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat
tertentu dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.
6) Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari
bawah ke atas, sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya
berat adukan beton yang baru ditambahkan.
d. Pemadatan
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang
sangat penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton. Pemadatan
beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu
setting awal dari beton segar (Antoni, 2007). Pengerjaan beton dengan
kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa potongan kayu atau besi
tulangan.Pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 m3, digunakan alat
pemadat yang dikenal vibrator.
Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-
rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatanmaksimal.Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah (Antoni, 2007):
1) Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4
jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2) Alat pemadat tidak boleh bergetar mengenai pembesian, karena akan
menghilangkan atau melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang
baru dicor.
3) Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan
35
agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar
(honey comb) di bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan
karena hanya terdiri dari pasta semen.
4) Pengecoran yang mempunyai bagian sangat tebal atau pengecoran massal,
penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan
tidak boleh lebih dari 500 mm.
36
Pencapaian ini harus dilakukan dengan pelaksanaan pengawasan mutu
(quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan
penggunaan biaya (cost control).Ketiga kegiatan pengawasan ini harus
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.Penyimpangan yang terjadi dari salah
satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Djojowirono, 2001).
Perencanaan
Evaluasi Organisasi
37
Pengendalian Pelaksanaan
Sumber : Djojowirono, 2001
Gambar 3.2Siklus Manajemen Proyek
3.8 Sarana Manajemen
Sarana manajemen merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.Sumber yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam manajemen berupa unsur dasar atau sarana/alat yang
meliputi manusia, bahan, mesin, metode, uang, dan waktu (Djojowirono,
2001).Sumber tersebut dikenal dengan singkatan 5 M + T.Pola menggunakan
sarana manajemen dalam pencapaian tujuan/sasaran, dapat dilihat pada Gambar
3.3.
P
O S
E
P R P A
MAN N
E G E S
MATERIAL G
R A L A
MACHINES E
E N A R
METHODS N
N I K A
MONEY D
C S S
TIME A
A A A
L
N S N
I
A I A
A
A A
N
N N
38
bulannya dan diberi beberapa fasilitas lain dalam rangka memelihara produktivitas
kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaan. Adanya
tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh
pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah kebutuhan tenaga
kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang
seharusnya (Husen, 2010).
3.8.3 Mesin(Machine)
Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan
dalam suatu proyek, kondisi kerja serta kondisi peralatan perlu diidentifikasikan
dahulu. Tujuannya agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara
efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu diidentifikasikan adalah (Husen,
2010):
a. Medan kerja, identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari
tingkat mudah, sedang, atau berat.
b. Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan
lahan terbuka.
c. Mobilisasi peralatan ke lokasi proyek perlu direncanakan dengan detail,
khususnya untuk peralatan-peralatan berat.
d. Komunikasi yang memadai antar operator dengan pengendali pekerjaan harus
terjalin baik, dengan peralatan komunikasi yang cukup dan harus tersedia agar
langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.
39
e. Fungsi peralatan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
menghindari tingkat pemakaian yang tidak efektif dan efisien.
f. Kondisi peralatan harus layak pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena
peralatan rusak.
3.8.4 Metode(Methods)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan.
Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipunmetode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan.Peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
3.8.5 Uang(Money)
Keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-hati agar pada akhir proyek,
proyeksi keuntungan yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Beberapa bentuk laporan keuangan proyek yang dapat menjadi
informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan selanjutnya
(Husen, 2010) :
a. Laporan berkala harian, mingguan, dan tahunan dalam bentuk rinci, memuat
pemasukan dan pengeluaran proyek oleh devisi/unit.
b. Laporan akhir proyek yang memuat pemasukan dan pengeluaran total proyek
dibuat secara global dan bersifat informatif.
c. Penggunaan keuangan selama berlangsungnya proyek dalam bentuk subjadwal
induk.
d. Jadwal induk penggunaan keuangan selama pelaksanaan.
3.8.6 Waktu(Time)
Pelaksanaan sarana 5 M diatas dibutuhkan suatu proses pengendalian waktu
dalam pelaksanaannya. Waktu merupakan sarana yang paling penting dalam suatu
proses manajemen proyek, pengendalian waktu kegiatan akan mempengaruhi
cepat atau terlambatnya suatu proyek sehingga dibutuhkan suatu perencanaan
yang cermat dalam proses pelaksanaan kegiatan(Ervianto,2005).
40
3.9Time Schedule
Time Scheduleadalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-
masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu
yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek (Ahadi, 2011).
41
pekerjaan dalam prosen sebagai ordinatnya.Fungsi kurva S adalah sebagai berikut
(Husen, 2010):
a. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek.
b. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
c. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat dan pekerja yang akan
dipakai untuk pekerjaan tertentu.
Perubahan pada kurva S, terjadi apabila terdapat penambahan atau
pengurangan pekerjaan pada waktu pelaksanaan. Perubahan tersebut diakibatkan
oleh misalnya (Husen, 2010):
a. Harga-harga material yang naik.
b. Personel dalam proyek turn over cukup tinggi.
c. Jadwal aliran masuk dan keluar material tidak sesuai.
d. Kesalahan dalam menghitung volume.
e. Ketidaksesuaian antara peralatan dengan pekerjaan.
Keseragaman dan kekonsistenan mutu untuk setiap produk pada proyek ini
dengan manfaat utama untuk menghindari pekerjaan ulang.Bagian terpenting
dalam metode pengendalian proyek adalah acuan pencapaian mutu sesuai yang
ditentukan (costumer satisfaction). Ervianto (2005) menyatakan waktu
pelaksanaan pekerjaan tambahan tersebut diusahakan masih tetap berada dalam
rentang waktu didalam kurva S rencana, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi
kemunduran waktu rencana pelaksanaan proyek.
Biayatambahan akibat pekerjaan tambahan harus dikonfirmasikan terlebih
dahulu ke tim tender dan selanjutnya kepemilik proyek. Kurva S yang ada
tergantung seberapa besar tingkat pekerjaan tambahan dan biaya tambahan.
Ervianto (2005) menyatakan presentase biaya tambahan itubiasanya sangat kecil,
yaitu 1-3 % terhadap keseluruhan sehingga kurva S tidak perlu direvisi.Presentase
biaya tambahan yang besar yaitu 3-10 %, maka kurva S perlu direvisi.
42
umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal
tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai catatan yang buruk dalam
hal keselamatan dan kesehatan kerja (Ervianto, 2005).
Hubungan antar pihak yang berkewajiban memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja adalah kontraktor utama dengan subkontraktor.
Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya
selama masa pembangunan berlangsung. Rentang waktu selama pelaksanaan
pembangunan, kontraktor utama maupun subkontraktor sudah selayaknya tidak
mengizinkan pekerjanya untuk beraktifitas bila terjadi hal-hal berikut :
a. Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja.
c. Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman.
43
terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang
yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Selama pelaksanaan proyek
berlangsung tidak banyak pekerja yang menyadari betapa pentingnya peralatan-
peralatan ini digunakan (Ervianto, 2005).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting.
Semua perusahaan kontraktor pelaksana berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective
Equipment (PPE). Perlengkapan perlindungan diri (Gambar 3.6) disiapkan untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Perlengkapan dan perlindungan diri
untuk karyawan yang bekerja yaitu sebagai berikut (Ervianto, 2005):
a. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja ialah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
b. Sepatu kerja
Sepatu kerja merupakan perlindungan terhadap kaki agar tidak terluka oleh
benda-benda tajam dilokasi proyek. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai
sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan tanpa terluka oleh
benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian
muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda
dari atas.
c. Kacamata kerja
Kaca mata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.Pekerjaan pengelasan besi
harus menggunakan kacamata agar tidak terkena percikan api.
d. Penutup telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
e. Sarung tangan
Tujuan utama penggunaan sarung adalah melindungi tangan dari benda-benda
keras dan tajam selama menjalankan kegiatan.
f. Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala. Penggunaan helm
pada saat bekerja merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk
menggunakannya dengan benar.
g. Masker
Pelindung bagi pernafasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri.
44
h. Jas hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja
adalah dengan menggunakan jas hujan.
i. Sabuk pengaman
Pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada
posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.
j. Tangga
Tangga merupakan alat yang digunakan membantu pekerja ke tempat yang
lebih tinggi. Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian
tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
k. Safety simbol
Safety simbol harus ada di lokasi proyek selama proyek dilaksanakan. Safety
simbol bertujuan untuk mengingkatkan pekerja akan pentingnya kesehatan dan
keselamatan pada saat bekerja.
l. P3K
Pertolongan pertama di proyek dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja baik
yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi. Pelaksana
konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan
pertama. Obat-obatan yang disediakan di dalam kotak P3K adalah betadine,
alkohol, perban, minyak kayu putih, dan kelengkapan pertolongan pertama
lainnya.
45
Sumber: Google image, 2016
Gambar 3.4Personal Protective Equipment (PPE)
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pelaksanaan proyek dapat dilaksanakan setelah tahap perencanaan dan
perancangan selesai dilakukan. Tahapan pelaksanaan proyek meliputi pekerjaan
persiapan, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Pekerjaan persiapan
meliputi pekerjaan survei lokasi, pengukuran lokasi, dan pembersihan lokasi.
Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan sub structure (pondasi), upper structure
(struktur gedung) dan struktur atap. Pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan
finishing.
Penulisan laporan kerja praktekmembahas mengenai tatacara pelaksanaan
pekerjaan pada Proyek Pembangunan Gedung KantorUPT Badan Kepegawaian
Negara (BKN) di Bengkulu. Pekerjaan yang ditinjaudimulai dari pekerjaan
struktur bawah (substructrure), struktur atas (upperstructure) dan manajemen
konstruksi. Pekerjaan struktur bawah yaitu pile cap, dantie beam. Pekerjaan
46
struktur atas meliputistruktur kolom, struktur balok,pekerjaan lantai dasar,
pekerjaan plat lantai dan struktur atap. Laporan kerja praktek ini dibuat sesuai
dengan kondisi lapangan.
D19-150mm
47
Gambar 4.2 Hasil pengecoranpile cap
48
1. Memberi tanda ujung bor pileyang akan dihancurkan sejarak dari ujung
atas bor pile sampai permukaan tanah galian pile cap.
2. Dengan menggunakan hammer jack, ujung atas bor pile dihancurkan
sampai terlihat tulangan yang akan disambungkan antara tulangan bor
piledan pile cap.
49
untuk tulangan bagian atas dan bagian bawah.Tulangan peminggang pada pile
cap menggunakan besi ulir D13 mm (Gambar 4.7).
Tulangan peminggang atau yang biasa disebut tulangan susut diperlukan
untuk menjaga beton agar tetap baik setelah proses pengikatan berlangsung.
Tulangan peminggang digunakan karena menurut peraturan yang berlaku
jarak pada beton tidak boleh lebih dari 30 cm. Dimensi pile cap pada proyek
ini melebihi dari 30 cm, oleh karena itu pada tulangan pile cap tulangan
peminggang dengan diameter 13 mm.
Setelah proses pembesian maka selanjutnya pembuatanbekisting untuk
proses pengecoran pile cap. Bekisting yang digunakan untuk pile cap dibuat
dari multiplek sehingga dapat digunakan kembali pada pengecoran pile cap
yang berikutnya.
50
Pekerjaan pengecoran pile capdilakukan menggunakan beton ready mix
dengan mutu K-300 atau fc’= 25 MPa. Beton ready mix dibawa dari lokasi
batching plant ke lokasi proyek menggunakan truck mixer. Uji slump
dilakukan sebelum pengecoran dilakukan. Nilai uji slump tidak boleh melebihi
12 cm. Untuk mengontrol mutu beton dibuat empat benda uji berbentuk kubus
untuk sampel pengujian kuat tekan beton. Proses pengecoran pile cap dan
hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.
51
menyentuh besi tulangan pada saat pemadatan. Hal ini dapat berakibat
pecahnya bekisting dan merenggangnya begel tulangan. Proses pembengkokan
yang tidak sempurna pada tulangan, mengakibatkan selimut beton pada pile
cap akan berkurang ketebalannya.
52
Gambar 4.11Lantai kerja tie beamsudah siap
53
Gambar 4.12Proses penulangantie beam
Ø 10-150mm
3D19mm
25cm
25cm
54
Gambar 4.14Bekisting tie beammenggunakan
multiplek
e. Pengecoran tie beam
Pengecoran tie beam dilakukan setelah pekerjaan penulangan dan
pemasangan bekisting telah selesai. Pengecorantie beam menggunakan beton
ready mix dengan mutu K-300 atau fc’= 25 MPa. Lokasi pengecoran
sebelumnya dibersihkan dari kotoran-kotoran dan besi-besi kecil yang akan
mengganggu kualitas dari beton. Proses pengecoranya beton ready mixke
lokasi pengecoran tie beam menggunakan alat bantu talang (Gambar 4.15)
danapabila lokasi pengecoran tidak dapat dijangkau oleh talang, digunakan truk
pemompa sebagai alat bantu proses pengecoran. Pengecoran tie beam
dilakukan bersamaan dengan pengecoran pile cap seperti yang terlihat pada
Gambar 4.16.
55
Gambar 4.16 Penuangan beton ready mix
menggunakan truk pompa
56
4.2.3 Pekerjaan kolom
Pekerjaan kolomdilakukan secara bersamaan dengan pengerjaan pile cap.
Pekerjaan ini dilakukan bersamaan karenapenulangannya yang menjadi satu
dengan penulangan pile cap, namun pada bagian pengecorantidak dilakukan
secara bersamaan (monolit). Kolom untuk lantai1 setinggi 4,1 meter,lantai 2
setinggi 4 meter dan lantai 3 setinggi 5,12 meter. Tahapan pekerjaan untuk kolom
diuraikan seperti berikut:
a. Pekerjaan penulangan kolom
Tulangan kolom dipotong sesuai dengan rencana menggunakan bar
cutter. Pembengkokkan sengkang juga dilakukan sesuai rencana menggunakan
bar bender. Detail tulangan kolom dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2Detail penulangan kolom
TIPE
Tumpuan Lapangan Tumpuan
k-1 500x500
Tulangan pokok 16 D16 16 D16 16 D16
Sengkang Ø 10-100 Ø 10-150 Ø 10-100
Sengkang dalam 1 D 10-100 1 D 10-200 1 D 10-100
TIPE
Tumpuan Lapangan Tumpuan
k-4 300x300
Tulangan pokok 8 D16 8 D16 8 D16
Sengkang Ø 10-150 Ø 10-200 Ø 10-150
Sengkang dalam D 10-200 D 10-300 D 10-200
Sumber : PT.Saritama Purnama, 2016
57
Ø 10-150mm
16 D16
58
5. Pemberian penyangga pada kolom persegi disetiap sisinya. Penyangga
kolom berupa kayu 5/10 cm. Pemberian penyangga berfungsiagar kolom
tidak bergeser dari as kolom dan menjaga posisi tegak lurus kolom pada
saat pengecoran.
6. Setelah pengecoran dilakukan pengecekan ulang vertikal.
Kayu 5/10
Kayu 5/7
59
Gambar 4.21Pengecoran kolommenggunakan
ember
60
e. Pembahasan pekerjaan kolom
Langkah-langkah pekerjaan kolom kurang sesuai dengan Rencana Kerja
Syarat (RKS) dangambar rencana. Tebal selimut beton pada kolom sudah
sesuai dengan peraturan SNI T-15-1991-03, yaitu tidak boleh kurang dari 40
mm.
Kekurangan saat pelaksanaan adalah cara pemadatan saat pengecoran
dan tinggi jatuh adukan beton. Cara pemadatan saat pengecoran tidak sesuai
karena seharusnya kepala alat penggetar (vibrator) tidak boleh menyentuh besi
tulangan. Tinggi jatuh adukan beton juga tidak sesuai karena seharusnya tinggi
jatuh adukan beton tidak boleh lebih dari 1,5 m.
61
TIPE
BALOK B-3 200X250 Tumpuan Lapangan Tumpuan
Tulangan atas 2 D19 2 D19 2 D19
Tulangan bawah 2 D19 2 D19 2 D19
Sengkang Ø10-100 Ø10-100 Ø10-100
Sumber: PT. Saritama purnama, 2016
+3,95 12
62
pemasangan u-head jack. Jarak bentang antar kolom 5 meter menggunakan
2,5 set scaffolding dan jarak 4 meter menggunakan 2 set scaffolding.
2) Bekisting balok dan plat lantai yang sudah disiapkan dipasang dan distel di
atas kayu yang telah dirangkai dan dipaku pada Scaffolding.
b. Pekerjaan pembesian
Tahap pertama pada pekerjaan pembesian adalah pemotongan besi untuk
tulangan utama dan tulangan sengkang menggunakanbar cutter sesuai dengan
ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Pembengkokan sengkang
untuk balok menggunakan alat bar bender.
Tulangan yang telah dipotong dan dibengkokkan dibawa ke lokasi
pembuatan untuk dirangkai. Tulangan utama dan tulangan sengkang balok
dirangkai berdasarkan jumlah dan ukuran yang sudah ditentukan.Jarak
penulangan antar sengkang saat perakitan sengkang balok juga diatur
berdasarkan gambar rencana.Pengikat antar tulanganbalok dan tulangan
63
sengkang menggunakan kawat bendrat sehingga tidak terjadi perubahan jarak
antar tulangan pokok dan antar tulangan sengkang.
Beton tahu diletakkan tepat dibawah tulangan balok yang sudah dirakit
untuk mendapatkan ketebalan selimut beton.Tebal selimut beton pada balok
adalah5 cm. Proses pekerjaan pemasangan dan perangkaian tulangan balok
pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN dapat dilihat pada
Gambar 4.27.
64
Gambar 4.28Pekerjaan pemasangan tulangan
plat lantai
c. Pengecoran balok dan plat lantai
Pengecoran balokdilakukan secara monolit dengan pengecoran plat
lantai. Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah tulangan balok dan tulangan
plat lantai telah dirangkai.Pengecoran baru dapat dimulai jika seluruh luas area
yang akan dicor dibersihkan dari kotoran-kotoran selama pembesian dan
dilakukan penyiraman air pada area yang akan dicor.
Penyiraman airbertujuan agar terjadi penurunan temperatur pada
permukaan bidang yang akan dicor jika pengecoran dilakukan pada siang terik.
Penurunan temperatur dapat memperlambat proses pengerasan pada beton,
sehingga mengurangi terjadinya gelembung-gelembunghasil dari penguapan
pada hasil pengecoran.
Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan mutu K-300. Proses
pengecoran menggunakan concrete pump. Pengecoran dilakukan apabila
adukan beton telah diuji slump dan diambil 4 sampel cetakan kubus yang
berukuran 15x15x15 cm. Slump yang diizinkan adalah 8-12 cm. Nilai slump
yang terlalu kecil dapatmenyulitkan concrete pump untuk mempompa beton
ready mix.Rata-rata niai slump yang didapat adalah 10 sampai 11.
Proses pengecoran dilakukan dengan menuangkan beton ready mix dari
truck mixer ke bucket concrete pump (Gambar 4.29). Concrete pump akan
mempompa beton ready mix ke lokasi pengecoran yang tinggi. Pekerjaan lantai
yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump dapat dilakukan dengan
penyambungan pipa secara vertikal dan horizontal. Proses pemadatan
dilakukan menggunakan vibrator. Selanjutnya betondiratakan dengan
65
menggunakan sendok semen dan ruskamsampai diperoleh ketebalan slab yang
direncanakan (Gambar 4.31).
66
d. Perawatan beton
Tahapperawatan dilakukan setelah semua tahap selesai. Perawatan beton
balok dan beton platlantai dilakukan dengan menyiramkan air ke beton balok
dan beton plat lantai (Gambar 4.32). Penyiraman ini bertujuan agar tidak
terjadi retak-retak pada hasil pengecoran.Proyek Pembangunan Gedung UPT
BKN di Bengkulu juga mengandalkan air hujan sebagai perawatan.
4.3Sarana Manajemen
Manajemen proyek terdiri dari komponen atau sarana manajemen yang
dapat menentukan kemajuan proyek. Komponen tersebut berupa 5 M + T
(Materials, Men, Methods,Machine, Money dan Time). Bab ini membahas tentang
5 M + T pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu yang
telah diamati selama kerja praktek berlangsung.
67
4.3.1 Material (Materials)
Pemilihan bahan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor UPT BKN di Bengkulusudah setara dengan bahan yang ada di spesifikasi
teknis, atau pada spesifikasi teknis telah menyebutkan produk tunggal yang
digunakan. Material pada proyek ini yaitu semen, pasir, agregat kasar dan besi
tulangan. Penyimpanan material semen ditempatkan di gudang, tetapi untuk
material lain di simpan di luar ruangan. Material yang sensitif pada cuaca seperti
besi tulangan akan berkurang kualitas mutunya akibat korosi yang dialami karena
terkena air hujan.
Pengadaan material suatu proyek diatur oleh bagian logistik tetapi pada
kenyataannya di lapangan tugas logistik tersebut diambil alih oleh site manajer.
Logistik bertugas pada pendatangan, penyimpanan dan penyaluran material ke
bagian pelaksanaan. Seminggu sebelum pekerjaan konstruksi dimulai bagian
logistik akan mengecek ketersediaan material, sehingga tidak terjadi kekurangan
material yang bisa menghambat pekerjaan.
4.3.2 Sumber daya manusia(Men)
Proyek Pembangunan Gedung kantor UPT BKN di Bengkulumemiliki 53
tenaga kerja. Tenaga kerja kayu 9 orang, tenaga kerja besi 8 orang, tenaga kerja
batu 10 orang, tenaga kerja elektrikal dan sanitasi10 orang, tenaga kerja plafon 5
orang, tenaga kerja arsitek 6 dan tenaga kasar 5 orang. Tenaga kerja pada proyek
ini berasal dari luar Provinsi Bengkulu. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan
jumlah dan kemampuannya, sehingga dapat menunjang tercapainya efisiensi
dalam suatu pekerjaan proyek. Tingkatan dalam tenaga pekerja di proyek ini
adalah :
a. Tenaga kerja ahli
Pekerja yang bertugas dalam pekerjaan proyek yang sedang berlangsung.
Tenaga kerja memegang peranan terhadap sistem koordinasi dan sistem
manajemen pekerja lainnya.
b. Mandor
Mandor bertugas mengawasi langsung dan mengkoordinasi pekerja selama di
lapangan dengan bidangnya. Mandor menerima tugas dari kontraktor
pelaksana bagian lapangan dan selanjutnya memberikan perintah dari
kontraktor kepada pekerja di lapangan.
c. Tenaga tukang
68
Tukang adalah tenaga yang mempunyai keterampilan dalam bidang tertentu.
Seperti tukang besi, tukang kayu, tukang batu dan tukang las.
d. Tenaga kasar atau pembantu tukang.
Tugas pembantu tukang adalah membantu tukang dalam pelaksanaan
pekerjaan. Misalnya mengangkut adukan beton, mengangkut mortar dan
mengangkut material yang akan digunakan.
Tenaga kerja dalam Proyek Pembangunan Gedung kantorUPT BKN di
Bengkulu sampai saat ini melaksanakan tugas dengan baik.Sistem manajemen dan
koordinasi berjalan dengan baik, sehingga pekerja dapat menyelesaikan
pekerjaaan sesuai dengan yang direncanakan.
69
seperti gergaji, palu, meteran, cangkul, dan lain-lain. Peralatan yang digunakan
sudah dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ada tanpa mengalami hambatan.
4.3.6Waktu (Time)
Jangka waktu pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN
di Bengkulu adalah selama 135 hari kalender. Pelaksanaan proyek dimulai dari
tanggal ditetapkan Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK). Surat perintah mulai kerja
dikeluarkan pada tanggal 28Agustus 2016 dan selesai pada tanggal 11 Desember
2016. Keterlambatan pekerjaan di lapangan mengakibatkan adanya adendum yang
di berikan, sehingga waktu pelaksanaan proyek berakhirtanggal 16 Januari 2017.
70
4.4Pengawasan dan pengendalian kualitas material
Perawatan dan penyimpanan material diperhatikan agar tidak terjadi
penurunan kualitas material. Material ditempatkan di sekitar lokasi proyek.
Material yang mudah terpengaruh keadaan lingkungan dihindarkan dari kontak
langsung dengan tanah dan cuaca luar dengan penyimpanan di dalam gudang
seperti semen dan material plafon(Gambar 4.33 dan Gambar 4.34). Besi baja
tulangan ditempatkan secara langsung diatas tanah dekat dengan tempat
pemotongan dan pembengkokkan besi (Gambar 4.35). Material seperti agregat
kasar, agregat halus, batako ditempatkan langsung di atas tanah dan terkena sinar
matahari (Gambar 4.36 dan Gambar 4.37).
71
Gambar 4.35Tempat penyimpanan besi tulangan
72
Pemeriksaan kuantitas pekerjaan di lapangan dilakukan setiap satu bagian
pekerjaan selesai dilaksanakan. Selama masa pelaksanaan proyek, pihak
kontraktor membuat gambar-gambar dan catatan perhitungan mengenai proses
kemajuan pekerjaan,hasil tersebut diperiksa oleh konsultan pengawas.
73
yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Schedule harian, Schedule
mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu yang dibuat
oleh PT. Abata Hasta Persadaselaku kontraktor pelaksana. Waktu pelaksanaan
yang direncanakan adalah 135 hari kalender yang dimulai dari tanggal 28Agustus
2016.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu sudah mengalami keterlambatan jika dilihat dari time schedule.
Keterlambatan pekerjaan disebabkan oleh besarnya kebutuhan beton beton ready
mix yang tidak dapat dipenuhi oleh PT. Jaya Beton sehingga harus menunda
waktu pengecoran. Keterlambatan mengakibatkan adanya adendum yang
diberikan, sehingga waktu pelaksanaan proyek berakhir pada tanggal 16Januari
2017.
74
75
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan di lapangan selama
melakukan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu adalah:
1. Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu dilaksanakan
dalam rangka mengoptimalkan pelayanan Aparatur Sipil Negara (ASN).
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap suatu proyek konstruksi adalah suatu hal
yang sangat penting. Pengawasan dilakukan supaya pekerjaan yang dilakukan
oleh kontraktor sesuai dengan rencana, pedoman pelaksanaan konstruksi yang
ada, spesifikasi teknis dan gambar rencana proyek. Pada proyek ini dilakukan
pengawasan terhadap mutu bahan, pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian waktu serta evaluasi kemajuan pekerjaan.
3. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan didasarkan atau berpedoman pada gambar
bestek, apabila terjadi perubahan rencana gambar harus ada persetujuan dari
ownermelalui konsultan perencana dan konsultan pengawas.
4. Beton yang digunakan pada pengecorandi Proyek Pembangunan terlebih
dahulu dilakukan uji slump untukmemastikan bahwa campuran beton tersebut
tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental.
5. Slump yang diizinkan adalah 8-12 cm. Slump terlalu kecil dapat menyulitkan
pekerjaan pengecoran yang menggunakan concrete pump.
6. Pengendalian kualitas material sudah cukup baik, seperti semen yang di
simpan di dalam gudang. Kekurangnnya terdapat pada penyimpanan besi
tulangan yang di letakkan ditempat terbuka sehingga terkena cahaya matahari
dan air hujan.
7. Penulangan padapile cap, tie beam, kolom, balok, dan plat lantai sudah
memenuhi spesifikasi teknis. Jarak dan diameter yang digunakan telah sesuai
dengan gambar rencana.
8. Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak
76
mengalami ganguan. Perawatan beton K300 ini minimal selama 3 (tiga) hari
serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab.
9. Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu mengalami keterlambatan jika dilihat dari Time Schedule. Adanya
adendum waktu Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu, sehingga jadwal pembangunan berakhir pada tanggal 16Januari
2017.
10. Kontraktor sudah menyiapkan tentang K3 namun dari beberapa pekerja
kurang menaatiK3 pada saat bekerja.
5.2 Saran
Saran yang ingin disampaikanuntuk pelaksanaan pekerjaan pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkuluadalah sebagai berikut:
1. Kontraktor pelaksana maupun pengawas sebaiknya lebih meningkatkan
pengawasan dan koreksi pelaksanaan pekerjaan, karena masih banyak
pekerjaan yang tidak memakai perlengkapan pengaman saat melakukan
pekerjaan yang mana hal itu merupakan salah satu prosedur pelaksanaan
proyek.
2. Material harus tersedia sebelum pelaksanaan dimulai karena bisa
menghambat pekerjaan jika material yang dibutuhkan tidak ada di lapangan.
3. Baja tulangan sebaiknya disimpanpada tempat yang terlindung dari pengaruh
cuaca dan dihindarkan kontak langsung dengan tanah.
4. Segera melakukan perbaikan apabila terdapat fasilitas yang rusak.
5. Perawatan terhadap material perlu diperhatikan, agar tidak terjadi penurunan
kualitas material.
77
DAFTAR PUSTAKA
78
SK SNI 03-2847-2002.2004.Persyaratan Beton Struktur Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
SNI T-15-1991-03. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
SNI 02-6820-2002, 2002. Spesifikasi Agregat Halus dan Kasar untuk Pekerjaan
Pengadukan. Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
SNI 03-1729-2002, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung. Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
Widiasanti, I. & Lenggogeni. 2013. Manajemen konstruksi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
79