Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR UPT


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
DI BENGKULU
(Tinjauan Pelaksanaan Struktur dan Manjemen Konstruksi)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan


Tingkat Sarjana (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil
Universitas Bengkulu

Disusun Oleh :

ANGGIE SUKMA DEWI


G1B013001

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR UPT


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
DI BENGKULU
(Tinjauan Pelaksanaan Struktur dan Manjemen Konstruksi)

Disusun Oleh :

ANGGIE SUKMA DEWI


G1B013001

Laporan kerja praktek ini telah diperiksa dan dinyatakan


memenuhi persyaratan
Tanggal : April 2017

Disetujui
Koordinator Lapangan Dosen Pembimbing

Yuliantoro Agustin Gunawan, S.T.,M.Eng.


Site Manager NIP . 197708052005011003

Diketahui
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Besperi, S.T., M.T


NIP. 196904172000121003

ii
MOTTO

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara


kalian serta
orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat”
(Surat Al Mujadaah ayat 11)

“Bertakwalah pada Allah, maka Allah akan mengajarimu.


Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(surat Al-Baqarah ayat 282)

“Allah mencintai orang yang giat dalam bekerja dan selalu


memperbaiki prestasinya dalam bekerja”
(H.R. Tabrani )

“Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat


Maka haruslah memiliki banyak ilmu”
(HR. Ibnu Asakir)

“Dunia ini terlalu luas untuk hidup yang singkat ini, jangan
habiskan
Waktumu untuk menunggu, kejarlah, tak ada yang sia-sia.”
(Ai)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkanatas kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor
UPT Badan Kepegawaian Negara di Bengkuluguna melengkapi syarat untuk
mencapai gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bengkulu.
Penulisan laporan kerja praktek ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu
penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Drs. Boko Susilo, M.Kom., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Bengkulu
2. Bapak Besperi,S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Bengkulu sekaligus dosen penguji seminar kerja praktek.
3. Bapak Agustin Gunawan,S.T.,M.Eng. selaku dosen pembimbing kerja
praktek yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam
penyusunan laporan kerja praktek Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan
Kepegawaian Negara di Bengkulu.
4. Ibu Ade Sri Wahyuni,S.T.,M.Eng.,Ph.D. selaku desen pembimbing
akademik.
5. Ibu Anggi Nidya Sari,S.T.,M.eng.selaku dosen penguji seminar kerja
praktek yang telah memberikan banyak saran dalam penyusunan laporan kerja
praktek.
6. Ayah, ibu, dan adik tercinta, yang telah membantu baik doa, moral, dan
materi dalam menjalani kuliah di Program Studi Teknik Sipil ini.
7. Bapak Yuliantoroselaku pembimbing lapangan kerja praktek
Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara di
Bengkuluyang telah memberikan arahan dan banyak informasi kepada penulis
selama pelaksanaan kerja praktek.
8. Kontraktor Pelaksana PT.Abata Hasta Persada, beserta staf dan karyawan
yang telah membimbing penulis selama pelaksanaan proyek.

iv
9. Para pekerja yang telah bersedia menjadi temandan membantu penulis
dalam proses kerja praktek.
10. Mbak Yovika Sari dan Mbak Nani Suhastra, S.Pd selaku staf Program
Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang banyak membantu dalam
administrasi kerja praktek.
11. Ahmad Yani danImaduddin Azharyang telah bersama-sama menjalani
kerja praktek bersama penulis.
12. Teman- teman Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang
telah banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan
kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, April 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
MOTTO.................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Proyek 1
1.2 Tujuan Proyek 1
1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek 2
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek 2
1.5 Metode Pengumpulan Data 2
1.5.1 Pengumpulan data primer 2
1.5.2 Pengumpulan data sekunder 3
BAB IITINJAUAN PROYEK...............................................................................4
2.1 Lokasi dan Situasi Proyek4
2.2 Data Umum Proyek 5
2.3 Manfaat Proyek 5
2.4 Lingkup Pekerjaan Proyek 6
2.5 Struktur Organisasi Proyek 6
2.5.1 Organisasi dan personil 6
2.5.2 Hubungan masing-masing pihak secara organisasi 11
2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan
11
2.6.1 Waktu kerja 11
2.6.2 Upah kerja 12
2.6.3 Tenaga kerja 12
2.6.4 Material 12
2.6.5 Peralatan 16

vi
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA.........................................................................25
3.1 Perencanaan Bangunan 25
3.2 Bagian Perencanaan 25
3.2.1 Perencanaan struktur bawah 25
3.2.2 Perencanaan struktur atas 26
3.3 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Bawah / Sub Structure) 26
3.3.1Tie beam 26
3.3.2 Pile cap 26
3.4 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Atas / Upper Structure) 27
3.4.1 Kolom 27
3.4.2 Balok 29
3.4.3 Plat lantai 29
3.4.4Ring balok 30
3.5 Tahapan Perencanaan Konstruksi 30
3.5.1 Pekerjaan bekisting (formwork) 30
3.5.2 Pekerjaan scaffolding 31
3.5.3 Pekerjaan pembesian 32
3.5.4 Pekerjaan beton 32
3.5.5 Perawatan (curing) 36
3.6 Manajemen Konstruksi 36
3.6.1 Tujuan manajemen konstruksi 37
3.6.2 Fungsi dan proses manajemen 37
3.7 Ruang Lingkup Manajemen Konstruksi 38
3.8 Sarana Manajemen 38
3.8.1 Sumber daya manusia 39
3.8.2 Material (Materials)39
3.8.3 Mesin(Machine) 40
3.8.4 Metode(Methods) 40
3.8.5 Uang(Money) 40
3.8.6 Waktu(Time)41
3.9 Time Schedule 41
3.10 Manfaat Time Schedule 41

vii
3.11 Kurva S (Schedule Curve) 42
3.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 43
3.12.1 Kecelakaan kerja 43
3.12.2 Peralatan standar K3 di proyek 44
BAB IVPELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN..........................47
4.1 Umum 47
4.2 Pekerjaan Konstruksi Struktur Kantor UPT BKN Bengkulu 47
4.2.1 Pekerjaan pile cap 47
4.2.2 Pekerjaan tie beam 53
4.2.3 Pekerjaan kolom 58
4.2.4Pekerjaan balok dan plat lantai 62
4.3 Sarana Manajemen 68
4.3.1 Material (Materials)69
4.3.2 Sumber daya manusia 69
4.3.3 Metode 70
4.3.4 Mesin 70
4.3.5 Uang71
4.3.6Waktu 72
4.4Pengawasan dan pengendalian kualitas material 72
4.5 Pengawasan dan Pengendalian Kuantitas 74
4.6Pengawasan dan pengendalian biaya 74
4.7 Analisis Time Schedule 75
4.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 75
BAB VPENUTUP.................................................................................................77
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran 78
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................79

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Proyek pada Peta Kota Bengkulu.............................................4


Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemilik Proyek (Owner)......................................7
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Konsultan Perencana............................................8
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas............................................9
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana.........................................10
Gambar 2.6 Hubungan Organisasi Proyek.............................................................11
Gambar 2.7Besi Tulangan......................................................................................13
Gambar 2.8Agregat Halus......................................................................................14
Gambar 2.9Agregat Kasar......................................................................................14
Gambar 2.10 Sirtu .................................................................................................15
Gambar 2.11 Semen ..............................................................................................15
Gambar 2.12Styrobond..........................................................................................16
Gambar 2.13Truck Mixer.......................................................................................16
Gambar 2.14Truck..................................................................................................17
Gambar 2.15Concrete Pump..................................................................................18
Gambar 2.16Bar Bender........................................................................................18
Gambar 2.17Bar Cutter..........................................................................................19
Gambar 2.18Beton Vibrator...................................................................................19
Gambar 2.19 Scaffolding (Alat Perancah).............................................................19
Gambar 2.20 Bekisting Kayu.................................................................................20
Gambar 2.21 Meteran............................................................................................20
Gambar 2.22Teodolit Total Station (TS)................................................................21
Gambar 2.23 Beton Decking..................................................................................21
Gambar 2.24 Besi S...............................................................................................22
Gambar 2.25 Sendok Semen..................................................................................22
Gambar 2.26 Ruskam.............................................................................................22
Gambar 2.27 Gerobak Dorong...............................................................................23
Gambar 2.28 Unting-unting...................................................................................23
Gambar 2.29 Kawat Bendrat..................................................................................24

ix
Gambar 2.30 Excavator.........................................................................................24

Gambar 3.1 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan.................28


Gambar 3.2 Siklus Manajemen Proyek..................................................................38
Gambar 3.3 Bagan Pola Penggunaan Sarana Manajemen.....................................39
Gambar 3.4Personal Protective Equipment (PPE)................................................46
.
Gambar 4.1 Pekerjaan PenulanganPile Cap..........................................................48
Gambar 4.2Hasil PengecoranPile Cap...................................................................48
Gambar 4.3 Penggalian Lubang Lokasi Pile Cap..................................................49
Gambar 4.4 Penghancuran Tiang Pancang yang Tersisa.......................................49
Gambar 4.5 Lantai Kerja Pile Cap.........................................................................50
Gambar 4.6Proses Pembesian Pile Cap.................................................................51
Gambar 4.7 Hasil Bekisting Pile Cap....................................................................51
Gambar 4.8 Proses Pengecoran Pile Cap...............................................................52
Gambar 4.9 Hasil Pengecoran Pile Cap.................................................................52
Gambar 4.10 Alur Tie Beam...................................................................................53
Gambar 4.11Lantai Kerja Tie Beam Sudah Siap....................................................54
Gambar 4.12Proses Penulangan Tie Beam.............................................................55
Gambar 4.13 Hasil Penulangan Tie Beam..............................................................55
Gambar 4.14Bekisting Tie Beam Menggunakan Multiplek...................................56
Gambar 4.15 Penuangan Beton Ready Mix Menggunakan Talang.......................56
Gambar 4.16 Penuangan Beton Ready Mix Menggunakan Truk Pemompa..........57
Gambar 4.17 Proses Pengecoran Tie Beam dan Pile Cap......................................57
Gambar 4.18 Penulangan Kolom...........................................................................59
Gambar 4.19 Pabrikasi Penulangan Kolom...........................................................59
Gambar 4.20Bekisting Multiplek Kolom...............................................................60
Gambar 4.21Pengecoran Kolom Menggunakan Ember........................................61
Gambar 4.22 Pengecoran Kolom Menggunakan Concrete Pump.........................61
Gambar 4.23 Hasil Pengecoran Kolom..................................................................61
Gambar 4.24 Detail Penulangan Plat Lantai..........................................................63
Gambar 4.25 Pemasangan Scaffolding...................................................................64
Gambar 4.26 Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai..................................64
Gambar 4.27 Tulangan Balok yang Sudah Dirakit................................................65

x
Gambar 4.28Pekerjaan Pemasangan Tulangan Plat Lantai....................................66
Gambar 4.29 Penuangan Beton Ready Mix ke Concrete Pump.............................67
Gambar 4.30 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai........................................67
Gambar 4.31 Proses Meratakan Pengecoran..........................................................67
Gambar 4.32 Perawatan Beton Balok dan Plat Lantai...........................................68
Gambar 4.33 Tempat Penyimpanan Semen...........................................................72
Gambar 4.34 Tempat Penyimpanan Plafon............................................................73
Gambar 4.35 Tempat Penyimpanan Besi Tulangan...............................................73
Gambar 4.36 Tempat Penyimpanan Agregat.........................................................73
Gambar 4.37 Tempat Penyimpanan Bata...............................................................74
Gambar 4.38 Asuransi BPJS Ketenagakerjaan......................................................76

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Periode Minimum Bekisting Sebelum Pembongkaran..........................31


Tabel 4.1 Detail Tulangan Tie Beam......................................................................54
Tabel 4.2 Tulangan Kolom.....................................................................................58
Tabel 4.3 Detail Penulangan Balok Lantai.............................................................62

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Asistensi


LAMPIRAN 2 Surat-Surat Kerja Praktek
LAMPIRAN 3 Dokumentasi
LAMPIRAN 4 Daftar Hadir Kerja Praktek
LAMPIRAN 5 Time Schedule
LAMPIRAN 6 Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
LAMPIRAN 7 Gambar dan Detail Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek


Pemerintahterus berusaha memperbaiki kinerja kepegawaian negara melalui
peningkatan fasilitas pendukung.Badan kepegawaian negara yangdisingkat
BKNadalah lembaga pemerintah non kementerianyang bertugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang manajemenkepegawaian negara.
BKNregional Palembang selama ini melayani administrasi kepegawaian
untuk Provinsi Bengkulu, Riau, Jambi dan Lubuk Linggau. Rencananya untuk
provinsi Bengkulu dan Jambi akan mendirikan BKN regional yang berlokasi di
kota Bengkulu, sehingga kepengurusan kepegawaian negara akan lebih cepat dan
efisien.
Pembangunan gedung UPT BKN di Bengkulu dilakukan untuk memisahkan
antara kantor UPT BKN di Palembang dengan kantor UPT BKN di Bengkulu.
Kondisi gedung yang telah ada sudah tidak efektif untuk digunakan karena daya
tampung kantor yang sudah ada tidak mencukupi dan jarak tempuh yang jauh. Hal
ini dikarenakan meningkatnya jumlah pegawai negeri sipil setiap tahun,
sedangkan kondisi gedung yang lama relatif kecil dan jauh.
Lokasi proyek pembangunan gedung kantor UPT BKN berada di kelurahan
Pematang Gubernur kecamatan Muara Bangkahulu. Perencanaan kantor UPT
BKN dilaksanakan PT. Saritama Purnama, pengawas dari PT. Sewun Indo
Konsultan dan pelaksana PT. Abata Hasta Persada. Pembangunan UPT BKN
terdiri 3 lantai dengan luas lantai gedung 1500 m2.

1.2 Tujuan Proyek


Tujuan dari Proyek Pembangunan Gedung UPT BKN di Bengkuluadalah :
a. Memisahkan antara Kantor UPT BKN di Palembang dengan kantor UPT
BKN di Bengkulu.
b. Memberikan tempat pelayanan kepada calon Aparatur Sipil Negara
(ASN)dalam melakukan seleksi Pegawai Negeri Sipil, penilaian kompetensi,
membina jabatan fungsional di bidang kepegawaian, dan menyelenggarakan
administrasi kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN).

1
1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi kegiatan kerja praktek berada di Jalan W.R. Supratman, Kelurahan
Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu.Waktu
pelaksanaan kerja praktek di mulai sejak tanggal 11 Oktober 2016 sampaitanggal
11 Januari 2016.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung UPT BKN
di Bengkulumeliputi pekerjaanpile cap, tie beam, plat lantai, kolom, balokserta
meninjau manajemen konstruksi proyek.

1.5Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan ini diperoleh
dari pengamatan secara langsung di lapangan dan menyesuaikannya dengan
referensi literatur yang relevan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara,
yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

1.5.1 Pengumpulan data primer


Data primer berupa data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan
selama berada dilapangan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan
melalui observasi, wawancara, dan diskusi. Pengumpulan data pada penulisan
laporan kerja praktek ini dilakukan dengan cara:
a. Melakukan pengamatan secara langsung dilapangan
selama 3 bulan.
b. Mengajukan pertanyaandengan pihak yang terlibat
secara langsung untuk mendapatkan informasi mengenai Proyek Pembangunan
Gedung UPT BKN di Bengkulu.
c. Mengambil gambar Pembangunan Gedung UPT BKN
dilapangan selama kerja praktek berlangsung.
d. Membuat catatan mengenai pekerjaan yang sudah
dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan.

2
1.5.2 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder berupadata pendukung yang dipakai dalam pembuatan
laporan kerja praktek. Pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara :
a. Meminta data yang dibutuhkan melalui PT. Abata Hasta Persada selaku
kontraktor pelaksana. Data yang dibutuhkan meliputi time schedule,
spesifikasi teknis pelaksanaan proyek dan gambar rencana kerja.
b. Menggunakan referensi berupa buku yang berkaitan dengan tinjauan yang
dibahas sebagai pembanding antara teori dengan praktek di lapangan.
c. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di
lapangan.

3
BAB II
TINJAUAN PROYEK

Tinjauan proyek mencakup keseluruhan yang terdapatdalamProyek


Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu.Tinjauan ini menjelaskan
mengenai lokasi, data umum proyek, struktur organisasi proyek, tenaga kerja,
waktu, material, dan alat-alat yang digunakan selama proyek berlangsung.

2.1 Lokasi dan Situasi Proyek


Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN berlokasi di Jalan
W.R.Supratman, Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu,
Kota Bengkulu. Lokasinya yang berada di dalam kota membuat akses menuju
lokasi menjadi mudah, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Lokasi lahan proyek dapat dilihat pada Gambar2.1.

Lokasi Proyek BKN

Sumber: Google map, 2016


Gambar 2.1Lokasi proyek pada peta Kota Bengkulu

4
2.2 Data Umum Proyek
a. Nama proyek : PembangunanGedung Kantor UPT BKN
b. Sumber dana : APBN 2016
c. Pemberi tugas : Badan Kepegawaian Negara (BKN)
d. Kontraktor pelaksana : PT. Abata Hasta Persada
e. Konsultan perencana : PT. Saritama Purnama
f. Konsultan MK : PT. Sewun Indo Konsultan
g. Nilai kontrak : Rp 7.000.000.000,- (Tujuh milyar rupiah)
h. Sistem pelelangan : Pelelangan Umum
i. Waktu pelaksanaan : 135hari kalender
Mulai : 29Juli 2016
Selesai : 10Desember 2016( Time Schedule )
: 16Januari 2017 (Adendum)
j. Jenis pekerjaan :Konstruksi bangunan
k. Lokasi pekerjaan
Propinsi :Bengkulu
Kabupaten/Kota : Kota Bengkulu
Alamat :JalanW.R. Supratman Kota Bengkulu
l. Kuantitas pekerjaan
Deskripsi proyek :Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan
Kepegawaian Negara
Luas total seluruh lantai : 1.500 m2
Fungsi : Gedung Kantor UPTBKN di Bengkulu
m. Material struktur beton : Beton bertulang mutu K-300 atau fc’= 25MPa
untuk struktur plat lantai beton, tie beam, pile
cap, balok, kolom beton dan pondasi bor pile.
n. Material baja : Struktur baja digunakan pada pekerjaan struktur
atap.
2.3 Manfaat Proyek
Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negaradibangun untuk
mempermudah pelayanan kepengurusan kepegawaian aparatur sipilagar lebih
cepat dan efisien.

2.4 Lingkup Pekerjaan Proyek


Kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Gedung
UPT Badan Kepegawaian Negara meliputi pelaksanaan pekerjaan :

5
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan struktur bawah (sub structure)
1) Pekerjaan pile cap
2) Pekerjaan tie beam
c. Pekerjaan struktur atas (upper structure)
1) Pekerjaan kolom
2) Pekerjaan balok
3) Pekerjaan plat lantai

2.5 Struktur Organisasi Proyek


Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau
lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama
dengan kemampuan dan keahlianya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan
sesuai yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan
akan memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.
Unsur-unsur tersebut adalah pemilik proyek, konsultan perencana,
kontraktor pelaksana, dan konsultan pengawas. Setiap unsur pelaksana
pembangunan mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
sesuai dengan kedudukan serta kegiatan yang dilakukan. Pelaksanaan unsur-unsur
ini saling berkaitan dan berhubungan mengikuti pola hubungan kerja yang telah
ditetapkan.
2.5.1 Organisasi dan personil
Pihak-pihak yang memiliki peranan penting di dalam proses Pembangunan
Gedung Kantor UPT BKN adalah :
a. Pemilik Proyek
Pemilik proyekadalah pihak yang memiliki proyek.Pemilik Proyek ini
adalah Badan Kepegawaian Negarayang juga sekaligus bertindak sebagai
pemberi tugas.Struktur organisasi Pemilik proyek dapat dilihat padaGambar
2.2.Tugas dan tanggung jawab dari pemilik proyek antara lain :
1) Menyediakan sumber dana untuk biaya perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan proyek.
2) Memberikan informasi, bantuan, dan kerjasama yang diperlukan
kontraktor sepanjang batas kewenangan dan kewajiban pemilik.

6
3) Memberikan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan
pengawas.
4) Memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila kontraktor
melanggar ketentuan yang terdapat pada kontrak tanpa persetujuan owner.

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Subagyo, S.Sos, M.Si

Pengelola Teknis
Agus Sutiadi

Ket: Hubungan Pemerintah


Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2016
Gambar 2.2 Struktur organisasi pemilik proyek

b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana bertindak selaku perencana pekerjaan struktur,
arsitektur, mekanikal, elektrikal dan interior dalam batas yang ditentukan.
Pemilik Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu
menunjuk PT. Saritama Purnama sebagai konsultan perencana. Struktur
organisasi konsultan perencana dapat dilihat pada Gambar 2.3.Tugas dan
tanggung jawab konsultan perencana antara lain :
1) Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pemilik proyek secara
keseluruhansesuai dengan ide, batas-batas teknis dan administrasi.
2) Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat,
perhitungan konstruksi maupun EE (Engineering Estimate).
3) Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada pemilik proyek maupun
kepada kontraktor yang menyangkut perencanaan demi kelancaran dan
kelangsungan proyek.

PT. SARITAMA PURNAMA


Direktur
Ferdiana Dwi Sari, S.T

Koor. Perencana
Drs. Muhamad Tofik, S.T.,M.T
7

Perencana
Rismawan
Ket: Hubungan Pemerintah

Sumber: PT. Saritama Purnama, 2016


Gambar 2.3 Struktur organisasi konsultan perencana

c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas pembangunan gedung adalah orang yang dipilih oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pemilik proyek
menunjuk PT. Sewun Indo Konsultan sebagai konsultas pengawas. Konsultan
Pengawasbertindak sepenuhnya mewakili pemilik proyek dalam memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.Struktur
organisasi konsultan pengawas dapat dilihat pada Gambar 2.4. tugas dan
tanggung jawab konsultan pengawasantara lain:
1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan, metode pelaksanaan, ketepatan
waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.
3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas,
dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.
4) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan
oleh kontraktor.
5) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama,
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan menyusun laporan
akhir pekerjaan pengawasan.

PT. SEWUN INDO KONSULTAN


Direktur
Evi Komala Sari

Team leader
Ir. Ninik Kusumowardani
8

Operational Pengawas Lapangan


Suyoto Narto
Ket: Hubungan Pemerintah
Sumber : PT. Sewun Indo Konsultan, 2016
Gambar 2.4Struktur organisasi konsultan pengawas

d. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah pihak yang bertugas untuk melaksanakan
pembangunan proyek yang dipilih melalui prosedur pelelangan.Kontraktor
pelaksana melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya
sesuai kesepakatan dengan pemilik proyek. Kontraktor pelaksana yang
ditunjuk pemilik proyek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT
BKN di Bengkulu adalah PT. Abata Hasta Persada. Struktur organisasi
kontraktor proyek dapat dilihat pada Gambar 2.5. Tugas dan tanggung jawab
Kontraktor pelaksana antara lain:
1. Melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dalam Kontrak Perjanjian
Pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek.
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, dan alat-alat pendukung
lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi serta
memperhatikan waktu, biaya, kualitas, dan keamanaan pekerjaan.
4. Bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah
disepakati
6. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan alasan yang sesuai
dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya tambahan waktu tersebut.
7. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib
pertolongan pertama pada kecelakaan.

9
PT. ABATA HASTA PERSADA

PROJECT MANAGER
Faizal Amin

SITE
SITE MANAGER
MANAGER
Yuliantoro
Yuliantoro

PELAKSANA
PELAKSANA LOGISTIK
LOGISTIK SURVEYOR
SURVEYOR DRAFTER
DRAFTER
Khafid
Khafid Fajar
Fajar Budianto
Budianto Rismawan
Rismawan

STRUKTUR
STRUKTUR
Partono
Partono

ARSITEK
ARSITEK
Kasiono
Kasiono Kasidi
Kasidi

MEKANIKAL
MEKANIKAL
Bambang
Bambang

MANDOR
MANDOR
Hidayat
Hidayat

Ket: Hubungan Pemerintah


Sumber : PT. Abata Hasta Persada, 2016
Gambar 2.5Struktur organisasi kontraktor pelaksana

2.5.2 Hubungan masing-masing pihak secara organisasi


Hubungan organisasi proyek merupakan skema atau gambaran alur
kerjasama yang melibatkan banyak pihak dalam sebuah proyek. Pada proyek ini
ada beberapa unsur atau pihak yang terlibat, unsur-unsur tersebut memiliki
hubungan kerja satu sama lain didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
masing-masing. Hubungan kerja antara organisasi proyek dapat dilihat pada
Gambar 2.6

10
Konsultan Perencana
PT. Saritama Purnama

Pemilik Proyek (Owner)


Badan Kepegawaian Negara

Konsultan Pengawas Kontraktor Pelaksana


PT. Sewun Indo Konsultan PT. Abata Hasta Persada

Ket: : Hubungan teknis

: Hubungan koordinasi dan administrasi


Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2016
Gambar 2.6Hubungan organisasi proyek

2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan
2.6.1 Waktu kerja
Waktu kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai atau
mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Pembagian waktu kerja pada
PembangunanGedung Kantor UPT BKN adalah :
a. Senin – Kamis : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat)
b. Jum’at : 08.00-17.00 WIB (11.30-13.30 istirahat)
c. Sabtu – Minggu : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat)

Waktu kerja 1 hari dihitung selama 8 jam kecuali pada hari jumat dan
minggu yaitu selama 7,5 jam. Waktu kerja lembur dilakukan apabila
pekerjaanakan segera diselesaikan atau melanjutkan pekerjaan yang tertunda
untuk mencapai target. Batas waktu kerja lembur adalah jam 22.00 WIB.

2.6.2 Upah kerja


Upah kerja adalah imbalan berbentuk uang kepada seorang pekerja atas
pekerjaan yang telah dilakukan. Gaji pekerja pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor UPT BKN di Bengkulu dibayar setiap satu minggu sekali dan berdasarkan
hari bekerja mulai dari hari Senin sampai Minggu.

11
2.6.3 Tenaga kerja
Tenaga kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu berasal dariPulau Jawa. Proyek ini memperkerjakan lebih kurang 24
orang. Jumlah pekerja akan semakin banyak jika volume pekerjaan yang akan
diselesaikan lebih besar dari pada sebelumnya. Tempat tinggal untuk tenaga kerja
terletak di belakang lokasi proyek yang telah disediakan oleh kontraktor. Tenaga
kerjaterdiri dari mandor,kepala tukang, tukang, dan pekerja.
Mandor bertugas memimpin dan mengatur kegiatan pekerja pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Mandor juga mengawasi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan target fisik, waktu dan mutu seperti
yang telah direncanakan.
Tugas kepala tukang adalah memimpin tukang agar bisa memahami dan
bekerja sesuai dengan arahan kontraktor pelaksana dan pengawas
lapangan.Kepala tukang dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf
tertentu.

2.6.4 Material
Material yangdigunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan,
baik yang menyangkut mutu bahan atau standar yang telah ditentukan karena
dapat mempengaruhi kualitas dari suatu bangunan. Material yang digunakan
dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKNadalah sebagai berikut:
a. Besi tulangan
Tulangan yang digunakan terdiri dari 2 macam, yaitu besi polos untuk
pembesian sengkang dan besi ulir untuk tulangan utama pada struktur.
Tulangan (Gambar 2.7) besi polos dan besi ulir digunakan sesuai dengan jenis
pekerjaannya, antara lain :
1) Kolom menggunakan tulangan utama D16mm dan tulangan sengkang D10–
100mm untuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 150mm untuk daerah
lapangan.
2) Balok menggunakan tulangan utama D19mm, sengkang D10–75 mmuntuk
daerah tumpuan dan sengkang D10 - 100 mm untuk daerah lapangan. dan
tulangan peminggang D13mm.
3) Tie beam menggunakan tulangan utama D19mm dan sengkang D10–75 mm
untuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 100 mm untuk daerah lapangan.

12
4) Plat lantai dengan tebal 120 mm menggunakan D10–150mm.
5) Pile cap untuk tulangan pokok bawah menggunakan D19–100mm dan
tulangan pokok atas menggunakan D19–75mm.

Gambar 2.7Besi tulangan


b. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan adukan semen pada pekerjaan
pemasangan dinding dan perawatan beton sitemixadalah air yang bersih, tidak
menganduk minyak, bebas dari bahan organik, asam alkali, garam, dan
kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar yang dapat merusak beton dan
besi tulangan.
c. Agregat halus
Agregat halus digunakan pada pembuatanadukan antara semen, pasir, dan
air untuk pekerjaan pasangan dinding. Agregat halus(Gambar 2.8) juga
digunakan untuklantai kerja padapile cap dan tie beam.Agregat halus yang
digunakan berupa pasir yang berasal dari Kabupaten Rejang Lebong.

Gambar 2.8Agregat halus

d. Agregat kasar

13
Agregat kasaryang digunakan adalah agregat yang keras, bersih, tidak
berpori, tidak mengandung lumpur yang berlebih dan bahan lain yang merusak
beton. Proyek ini menggunakan beton ready mix yang agregat kasarnya berasal
dari Kota Argamakmur. Agregat kasar yang digunakan berupa split 10-20 dan
split 20-30. Pembuatan beton untuk kolom praktis menggunakan agregat kasar
(Gambar 2.9) dari kabupaten Rejang Lebong dengan ukuran split 10-20.

Gambar 2.9 Agregat kasar

e. Sirtu (Pasir bercampur batu)


Sirtu adalah campuran dari pasir dan batu. Sirtu berasal dari dua bagian
yakni yang berukuran besar yang merupakan material dari batuan beku,
metamorf dan sedimen, sedangkan yang berukuran halus terdiri dari pasir dan
lempung. Sirtu (Gambar 2.10)digunakan sebagai bahan campuran untuk
memadatkan komposisi tanah urugan pada area lantai dasar bangunan dan
perkerasan jalan kerja.

Gambar 2.10Sirtu

f. Semenportland komposit

14
Semen yang digunakan merupakan semen portlandkomposit (PCC).
Pembuatan beton site mix menggunakan semen dengan merek Tiga Roda.
Beton ready mix menggunakan semen portland komposit dengan merek Semen
Padang. Semen (Gambar 2.11) disimpan dalamgudang agar terhindar dari
basah dan tidak tercampur dengan bahan lain. Penimbunan semen maksimum 2
meter atau kurang lebih 10 tumpuk agar tidak terjadi pecah kantong semen
bagian bawah.

Gambar 2.11Semen

g. Styrobond
Styrobondmerupakan bahan tambahan untuk menambah gaya rekat beton
dan plesteran. Styrobond(Gambar 2.12) digunakan pada sambungan
pengecoran antara beton lama dan beton baru. Cara penggunaannya adalah
mencampurkan styrobond, dan air dengan perbandingan 1:3 yang kemudian
dituang ke permukaan beton lama yang sudah dalam keadaan lembab.

Gambar 2.12Styrobond

15
2.6.5 Peralatan
Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara
menggunakan beberapa peralatan yang sering digunakan pada pembangunan
bangunan, sehingga pekerjaan bisa lebih baik dan efisien.
a. Truck mixer
Proses pengadukan bahan campuran beton ready mix menggunakan truck
mixer. Beton ready mix berasal dari lokasi batching plantyang dipercayakan
kepada Perusahaan Jaya Beton Persada. Kapasitas truck mixer(Gambar
2.13)yang digunakan sebesar 6 m3. Kecepatan putaran drum mixer selama
pengangkutan adalah 8-12 putaran per menit. Drum mixer terus berputar
selama pengangkutan agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
Arah putaran drum mixer saat perjalanan menuju lokasi pengecoran berputar
searah putaran jarum jam. Pada saat penuangan adukan beton ke cetakannya
maka arah putaran drum mixerberlawanan arah jarum jam.

Gambar 2.13Truck mixer

b. Truck
Truck merupakan kendaraan yang berfungsi untuk mengangkut material
bangunan ke lokasi proyek. Material bangunan yang diangkut menggunakan
truckseperti tanah, pasir, semen, kerikil, kayu, dan lain sebagainya dari
supplier menuju ke lokasi proyek. Gambar Truckdapat dilihatseperti pada
Gambar 2.14.

16
Gambar 2.14Truck
c. Concrete pump
Concrete pump adalah mesin yang digunakan untuk menyalurkan adukan
beton segardari truk mixer ke lokasi pengecoran yang letaknya sulit dijangkau
oleh truck mixer. Concrete pumpdilengkapi dengan pompa dan lengan untuk
memompa campuran beton ready mix ke lokasi pengecoran. Pipa dan lengan
ini dapat dipasang kombinasi secara vertikal dan horisontal. Pengecoran lantai
yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump, dapat dilakukan dengan
menyambung pipa sehingga mencapai ketinggian dan posisi yang
diinginkan.Concrete pump (Gambar 2.15) mempunyai kapasitas 10 s/d 100m3
per jam.

Gambar 2.15Concrete pump

d. Bar bender
Bar bender (Gambar 2.16)adalah alat yang digunakan untuk
mempermudah membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut
sesuai dengan perencanaan.

17
Gambar 2.16Bar bender
e. Bar cutter
Bar cutter(Gambar 2.17)adalah alat yang digunakan untukmemotong
besi tulangan. Pekerjaan akan mengalami kesulitan jika memotong tulangan
secara manual, maka digunakan mesin pemotong agar proses pemotongan
tulangan dapat dilakukan dengan cepat.

Gambar 2.17Bar cutter


f. Betonvibrator
Beton vibrator (Gambar 2.18) berfungsi untuk memadatkan beton pada
saat pengecoran. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan kandungan udara
yang terjebak dalam air campuran beton. Getaran yang dihasilkan oleh
vibrator menyebabkan beton akan mengeluarkan gelembung udara dari beton
sehingga beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata.

18
Gambar 2.18Beton vibrator
g. Scaffolding (alat perancah)
Scaffolding (Gambar 2.19) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga beban yang ada diatasnya, seperti manusia, balok
dan plat lantai. Perancah yang digunakanpada proyek ini adalah perancah
frame.Fungsinya adalah untuk menyediakan tatakan elevasi yang mampu
menahan suatu beban tertentu.

Gambar 2.19 Scaffolding(alat perancah)


h. Bekisting
Bekisting berfungsi sebagai cetakan untukpile cap, tie beam, kolom,
balok, dan plat lantai. Bekisting adalah sebuah cetakan yang bersifat
sementara yang digunakan untuk menahan beton selama dituang dan dibentuk
sesuai bentuk yang diinginkan. Bekisiting akan dibuka kembali setelah
memenuhi standar waktu pengerasan beton yang dibutuhkan.Material yang
digunakan untuk bekisitingkayu yaitu berupa kayu dolken 5/7, 5/10, 8/12 dan
multiplek ukuran 9 mm (Gambar 2.20).

19
Gambar 2.20 Bekisting kayu
i. Rol meteran
Rol meteran digunakan untuk mengukur dan mengecek ukuran
dilapangan yang disesuaikan dengan gambar rencana. Meteran (Gambar 2.21)
digunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.

Gambar 2.21Meteran
j. Teodolit Total Station (TS)
Teodolit total station merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
sudut mendatar dan sudut tegak.Teodolit sering digunakan dalam pengukuran
polygon, pemetaan situasi, pengamatan matahari, dan mengukur luas lokasi.
Proyek inijuga menggunakan teodolit (Gambar 2.22)untuk mengukur sikuan
pada bangunan, sehingga kolom bisa tegak lurus dan pemasangan keramik
akan lebih presisi.

20
Gambar 2.22Teodolit Total Station (TS)
k. Beton decking
Beton decking(Gambar 2.23) adalah beton yang terbuat dari campuran
semen, pasir, dan air. Beton deckingbefungsiuntuk menjaga tebal selimut beton.
Tebal beton deckinguntuk pile cap adalah 5 cm. Tebalbeton decking untuk
balok dan kolom adalah 5 cm, sedangkan plat lantai memiliki ketebalan beton
decking sebesar 2,5 cm.

Gambar 2.23Beton decking


l. Besi S
Besi S digunakan untuk menjaga jarak tulangan agar tulangan bawah dan
tulangan atas tetap berada diposisi seharusnya dan tidak menyatu.Besi S
(Gambar 2.24)digunakan pada pekerjaan pembesian plat lantai. Besi S berupa
tulangan baja polos berdiameter 10 mm yang digunakan pada pekerjaan plat
lantai yang bertujuan sebagai pengendali ketinggian tebal plat lantai tersebut.

21
Gambar 2.24Besi S
m. Sendok semen dan ruskam
Sendok semen(Gambar 2.25) berfungsi untuk mengambil mortar dan
meratakan permukaanbeton yang telah dikerjakan.Ruskam(Gambar 2.26)
berfungsi untuk menghaluskan permukaan beton secara merata.

Gambar 2.25Sendok semen

Gambar 2.26 Ruskam

n. Gerobak dorong

22
Gerobak dorong berfungsi untuk membantu mengangkut material,
sehingga pekerjaan bisa lebih ringan. Pengangkutan pasir, batu dan adukan
beton juga menggunakan gerobak dorong(Gambar 2.27) sebagai alat
angkutnya.

Gambar 2.27Gerobak dorong


o. Unting-unting
Unting-untingmerupakan alat yang digunakan untuk meluruskan
pasangan bekisting kolom antara bagian atas dan bawah bekisting kolom.
Unting-unting digunakan agar kolom yang dibuat tidak miring dan sesuai
dengan yang direncanakan. Unting-unting(Gambar 2.28)dipasang pada setiap
sisi-sisi kolom, sehingga setiap sisinya bisa tegak lurus dan sesuai dengan
ukuran kolom.

Gambar 2.28Unting-unting
p. Kawat bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan antara
tulangan satu dengan yang lainnya. Kawat bendrat (Gambar 2.29)digunakan

23
pada tulangan kolom, balok, plat lantai, tie beam dan pile cap sehingga
membentuk suatu rangkaian elemen struktur yang siap dicor.

Gambar 2.29Kawat bendrat


q. Excavator
Excavator adalah salah satu alat berat yang digunakan dalam
pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu.
Fungsiexcavator(Gambar 2.30)adalah menggali tanah, memindahkan volume
tanah untuk membuat urugan lantai dasar serta untuk membuat jalur mobilitas
di dalam lokasi proyek.

Gambar 2.30Excavator

24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perencanaan Bangunan


Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen
proyek yang mencoba meletakan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan
segala program teknis dan administrastif agar dapat diimplementasikan (Husen,
2010).
Tujuan perencanaan struktur adalah melakukan usaha untuk memenuhi
persyaratan spesifikasiproyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu dan
waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan (Husen, 2010). Suatu
struktur disebut stabil bila tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama
umur bangunan yang direncanakan ( SNI 03-1729-2002 ).
Perencanaan merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan data,
informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan pada masa
mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara lain:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha
b. Menyusun rencana induk jagka panjang dan pendek
c. Menyumbang strategi dan prosedur operasi
d. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.
Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah sebagai alat pengawas
maupun pengendalian kegiatan atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta sarana
untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan (Widiasanti, 2013).
Bagian dari struktur yang direncanakan dan memerlukan penanganan
meliputi dimensi, jumlah, dan jenis material struktur yang akan dibangun.
Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama yaitu struktur bawah
(sub structure) dan struktur atas (upper structure).

3.2 Bagian Perencanaan


3.2.1 Perencanaan struktur bawah(Sub structure)
Struktur bawah adalah struktur yang terletak di bawah permukaan tanah dan
berfungsi untuk mendukung struktur yang berada di atasnya. Struktur bawah
merupakan bagian strukturyang mempunyai fungsi meneruskan beban bangunan
kedalam tanah pendukung. Perencanaan struktur bawah harus benar-benar

25
optimal, sehingga beban seluruh struktur dapat ditahan oleh lapisan tanah yang
kuat agar tidak terjadi penurunan diatas batas ketentuan, yang dapat menyebabkan
kehancuran atau kegagalan struktur (Kirun, 2013).
Menurut Puspantoro (1996) struktur bawah adalah bagian bangunan yang
berada dibawah permukaan tanah, khususnya pondasi. Pondasi adalah bagian
terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan
yang berada dibawahnya (Hardiyatmo, 1996).
3.2.2 Perencanaan struktur atas(Upper structure)
Struktur atas adalah bagian struktur yang berkaitan langsung dengan fungsi
bangunan dan berhubungan langsung dengan ruang aktivitas pengguna
(Budiutomo, 2013).Struktur bangunan atas harus mewujudkan perancangan
arsitektur sekaligus menjamin segi keamanan dan kenyamanan. Bahan-bahan
yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara
lain(Budiutomo, 2013):
a. Kuat.
b. Tahan api.
c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama.
d. Mudah didapat dan dibentuk.
e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).

3.3 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Bawah / Sub Structure)


3.3.1Tie beam
Tie beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada pemukaan
tanah.Tie beam sebagai balok pengikat biasanya digunakan untuk
menghubungkan antara pile cap satu dengan pile cap yang lainnya. Tie beam juga
berfungsi untuk menopang slab atau plat lantai yang berhubungan langsung
dengan permukaan tanah (Ahadi, 2009).

3.3.2 Pile cap


Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter
16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan dan
lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam.

26
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile
menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y
ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh
pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan
beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap
juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari
pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah
kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas
beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang
mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu (Kirun, 2013).

3.4 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Atas / Upper Structure)


3.4.1 Kolom
Kolom adalah komponen struktur yang bertugas menyangga beban aksial
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil (SNI-03-2847-2002). Sebuah kolom adalah suatu komponen
struktur yang diberi beban tekan sentris atau beban tekan eksentris (Gideon,
1993).Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok.Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke
elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ketanah melalui fondasi (Nawy,
1998).
Kolom dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya.Kolom pendek adalah
kolom yang kegagalannya berupa kegagalan material.Kolom panjang adalah
kolom yang kegagalannya ditentukan oleh tekuk (buckling) (Schodek, 1991).
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,
posisi beban pada penampangnya dan panjang kolom dalam hubungannya dengan
dimensi lateralnya (Nawy, 1998).
Nawy (1998) menyatakan bahwa, bentuk dan susunan tulangan pada kolom
dapat dibagi menjadi tiga kategori:

27
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
sengkang. (Gambar 3.1 (a)).
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa
sengkang atau spiral. (Gambar 3.1 (b)).
c. Kolom komposit terdiri atas beton dan profil baja struktural didalamnya. Profil
baja biasanya diletakkan didalam selubung tulangan biasa. (Gambar 3.1 (c)).

Sumber: Nawy, 1998


Gambar 3.1Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan
(a) KolomBersengkang; (b) Kolom Berspiral; (c) Kolom
Komposit.

Persyaratandetail penulangan kolom pengikat sengkang lateral menurutSK


SNI T-15-1991-03 yaitu sebagai berikut:
a. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang berbentuk segi
empat atau lingkaran terdiri dari 4 batang (pasal 3.3.9).
b. Jarak bersih antarabatang tulangan pokok memanjang kolom pengikat
sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 db atau 40 mm (pasal 3.16.6).
c. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk
beton berpengikat sengkang tidak boleh kurang dari 40 mm (pasal 3.16.7).
d. Semua batang tulangan non pratekan harus dilingkupi dengan sengkang dan
kait ikat lateral paling sedikit ukuran D-10 (pasal 3.16.7).

3.4.2 Balok
Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka struktur bangunan
yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap bangunan (SK SNI
T-15-1991-03). Balok merupakan bagian struktur yang berfungsi sebagai

28
pengekang dari struktur kolom. Balok dalam perencanaannya dapat mempunyai
bermacam-macam ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang akan
dipikul oleh balok tersebut.
Balok didefinisikan sebagai elemen struktural untuk menerima gaya-gaya
yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan
terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya. Balok merupakan
elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari plat lantai ke kolom
penyangga vertikal. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik,
yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Dipohusodo,
1999).

3.4.3 Plat lantai


Plat lantai adalah elemen tipis yang didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Plat lantai direncanakan mampu menahan
beban mati dan beban hidup pada waktu pelaksanaan konstruksi gedung
dioperasikan (Schodek, 1991). Plat lantai yang direncanakan harus kaku, rata,
lurus, dan mempunyai ketinggian yang sama.Fungsi plat lantai yaitu (Murdock
dkk., 1999):
a. Memisahkan ruang bawah dan atas.
b. Menahan beban yang bekerja padanya.
c. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.
d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.
Plat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut plat satu arah
(dy/dx>2), sedangkan plat yang berdefleksi dalam dua arah yang dipikul oleh
kolom yang disusun berbaris disebut plat dua arah (dy/dx≤2) (McCormac, 2000).
Plat satu arah adalah suatu lantai beton bertulang struktural yang angka
perbandingannya antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek sama
atau lebih besar dari 2,0. Jika perbandingan ini kurang dari 2,0 plat ini menjadi
plat dua arah (Nawy, 1998).

3.4.4 Ring balok

29
Ring balok adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak
diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk
meratakan beban dari struktur yang berada diatasnya, seperti beban yang diterima
oleh kuda-kuda (Denawi, 2008). Menurut Denawi (2008) ring balok adalah suatu
struktur bangunan berbentuk balok yang berfungsi untuk menahan dan menopang
beban atap (langit-langit dan kuda-kuda) dan memindahkan ke struktur bawahnya.

3.5 Tahapan Perencanaan Konstruksi


3.5.1 Pekerjaan bekisting (formwork)
Bekisting diperlukan agar dapat menghasilkan beton dengan ukuran dan
kualitas permukaan yang dikehendaki.Bekisting berfungsi mendukung beban dari
campuran beton sampai beban bisa didukung oleh struktur beton itu sendiri
(McComac, 2000).Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
bekisting yaitu (Antoni, 2007):
a. Bekisting harus kaku
Kekakuan bekisting diperlukan karena bekisting harus menahan beban yang
besar berupa tekanan dan getaran pada saat pengecoran.
b. Bekisting harus kuat
Bekisting harus mampu menahan beban para pekerja, berat sendiri, berat alat,
dan beban beton sebelum mencapai umur rencana,
c. Bekisting harus kedap air
Bekisting harus kedap terhadap air. Bekisting yang tidak kedap air akan
menyebabkan adanya penyerapan air yang akan mengurangi faktor air semen.
d. Bekisting harus bersih
Bekisting harus dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang
menempel dapat mengurangi mutu beton apabila tidak dibersihkan.
e. Bekisting harus mudah dibongkar
Bekisting harus mudah dibongkar setelah beton mencapai umur, sehingga tidak
merusak mutu beton yang pada saat pembongkaran bekisting.
Bekisting dapatdibongkar apabila beton sudah mengeras dan mampun unuk
menahan beban diatasnya. Syarat-syarat dapat dilakukan pembongkaran bekisting,
yaitu (Antoni, 2007):
a. Persyaratan konstruksi

30
Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang
terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai
pembongkaran scaffolding dimulai dari tengah.
b. Persyaratan waktu
Persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran bekisting, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1Periode minimum bekisting sebelum pembongkaran


Periode minimum sebelum
Jenis Bekisting
bekisting di bongkar
Bekisting vertikal untuk kolom, dinding,
24 jam
dan balok-balok besar
Dasar pada bekisting plat dengan
3 hari
penumpu ditinggalkan
Dasar pada bekisting untuk balok dengan
3 hari
penumpu ditinggalkan
Penumpu pada plat 10 hari
Penumpu pada balok 14 hari
Penumpu pada balok dan plat kantilever 17 hari
Sumber : Antoni, 2007

3.5.2 Pekerjaan scaffolding


Scaffolding merupakan alat penyanggah yang berupa rangka batang (frame)
yang berbentuk pipa baja bulat, penggunaan alat ini sangat efesien dan dapat
menghemat ruang yang banyak bila dibandingkan dengan perancah dari kayu
(Antoni, 2007). Scaffolding dalam pemasangan maupun pembongkarannya lebih
cepat, mudah, dan alat ini dapat dipakai berulang kali.Antoni (2007) menyatakan
bahwa, prinsip dasarScaffolding yaitu:
a. Kuat
b. Awet
c. Mudah dibongkar pasang (praktis)
d. Pemasangan joint pen antar main frame rata
e. Mudah dikontrol
f. Jika terlalu tinggi harus cross brace
g. Hindari terjadi melendut/melengkung
h. Rapi dan teratur
Scaffolding dimanfaatkan dalam mendukung beban bekisting kayu, adukan
beton pada saat pengecoran sampai beton mencapai kekuatan untuk menahan

31
beban sendiri. Scaffolding mempunyai batas kekuatan tertentu, sehingga perlu
dilakukan perhitungan terhadap jumlah alat yang dipakai (Nawy, 1998).

3.5.3 Pekerjaan pembesian


Beton kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu,
perlu tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban yang bekerja pada
beton (Nawy, 1998).
Pekerjaan pembesian adalah pembuatan rangka baja tulangan pada suatu
konstruksi beton bertulang.Perhitungan pekerjaan ini dilakukan dengan cermat
dan teliti serta diusahakan pemakaian bahan yang seefisien mungkin. Mengenai
jumlah, panjang dan diameter tulangan harus benar-benar diperhatikan karena bila
terjadi kesalahan akan sulit memperbaikinya (Nawy,1998).
Pekerjaan pembesian harus disesuaikan dengan spesifikasi yang telah
ditentukan baik jenis, mutu maupun dimensi tulangannya. Pekerjaan pembesian
diatur sedemikian rupa sehingga tebal selimut yang diperlukan serta jarak bersih
antar tulangan dalam beton sesuai dengan perencanaan. Peralatan yang digunakan
untuk pekerjaan pembesian yaitu (Nawy,1998) :
a. Alat pemotong tulangan (Bar cutter),
b. Alat pembengkok tulangan (Bar bender),
c. Alat pendukung lain.

3.5.4 Pekerjaan beton


Kekuatan beton berpengaruh dalam menahan gaya tekan, sehingga
perencanaan campuran beton yang harus dilakukan dengan matang. Antoni (2007)
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah material
penyusun beton, cara pembuatan, cara perawatan, dan kondisi tes.
a. Syarat-Syarat Komposisi Campuran Beton
Menurut SNI 03-2847-2002, proporsi material untuk campuran beton
harus ditentukan untuk menghasilkan sifat-sifat:
1) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam
cetakan dan ke celah di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi
pelaksanaan pengecoran yang harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi
atau bleeding yang berlebih.

32
2) Tahanterhadap pengaruh lingkungan, seperti pengaruh kondisi lingkungan
yang mengandung sulfat, air, dan klorida yang mengandung garam.
3) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari spek material yang
digunakan atau proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.
4) Proporsi beton, rasio air semen di tetapkan sesuai ketentuan 3 tahap dasar:
yaitu:
a. Penetapan deviasi standar.
b. Penetapan kuat rata-rata yang disyaratkan.
c. Pemilihan proporsi campuran disyaratkan untuk menghasilkan kuat rata-
rata tersebut, baik dengan prosedur campuran coba-coba konvensional
atau dengan catatan pengalaman sesuai.
b. Bahan-Bahan Penyusun Beton
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan beton adalah sebagai
berikut:
1) Semen
Semen portland menurut SNI 03-2847-2002 adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan. Cara penyimpanan semen dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Semen harus disimpan pada tempat yang kering, tidak langsung di atas
tanah yang lembab dan berada di ruangan yang beratap baik, agar
terlindung dari air hujan.
b) Saat penyimpanan, semen harus ditumpuk sebaiknya tidak lebih dari2 m
(maksimal 10 zak). Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang
berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban berat dalam
waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.
c) Penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi
mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen
secara teliti.
2) Agregat Halus
Agregat halus menurut SK SNI T 15-1991-03 adalah pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri

33
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm.Menurut SNI 02-
6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum
4,75 mm.
3) Agregat Kasar
Agregat kasar menurut SK SNI T 15-1991-03adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai
dengan 40 mm.Menurut Gideon (1993),batu pecah (kricak) adalah agregat
kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah, berukuran 5-70 mm.
Panggilingan/pemecahan biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu
(Jaw breaker/ crusher).Menurut ukurannya, krikil/kricak dapat dibedakan
atas :
a. Ukuran butir : 5 - 10 mm disebut krikil/kricak halus,
b. Ukuran butir : 10-20 mm disebut krikil/kricak sedang,
c. Ukuran butir : 20-40 mm disebut krikil/kricak kasar,
d. Ukuran butir : 40-70 mm disebut krikil/kricak kasar sekali.
e. Ukuran butir >70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop (cyclopen
concreten).
4) Air
Air yang akan digunakan untuk membuat suatu adukan harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat air yang boleh digunakan
sebagai campuran beton menurut SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut:
1. Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak
yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2. Air pecampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang di dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
c. Pengadukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton agar tidak
terjadi segregasi adalah (Nawy,1998):
1) Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi
jatuh penuangan adukan maksimum 1,5 m.

34
2) Pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa
penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari
atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3–4 m, beton yang dituang
akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, sehingga terjadi segregasi
(pemisahan agregat dari beton sehingga terjadi penumpukan agregat di
bagian bawah kolom).
3) Pengecoran yang tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui
bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh
penuangan.
4) Pekerjaan saat pengecoran pelat lantai dan balok,penuangan sebaiknya
dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau menghadap beton
yang telah dituang.
5) Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat
tertentu dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.
6) Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari
bawah ke atas, sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya
berat adukan beton yang baru ditambahkan.
d. Pemadatan
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang
sangat penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton. Pemadatan
beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu
setting awal dari beton segar (Antoni, 2007). Pengerjaan beton dengan
kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa potongan kayu atau besi
tulangan.Pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 m3, digunakan alat
pemadat yang dikenal vibrator.
Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-
rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatanmaksimal.Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah (Antoni, 2007):
1) Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4
jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2) Alat pemadat tidak boleh bergetar mengenai pembesian, karena akan
menghilangkan atau melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang
baru dicor.
3) Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan

35
agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar
(honey comb) di bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan
karena hanya terdiri dari pasta semen.
4) Pengecoran yang mempunyai bagian sangat tebal atau pengecoran massal,
penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan
tidak boleh lebih dari 500 mm.

3.5.5 Perawatan (curing)


Perawatan beton ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya
beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya
tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan menjadi keretakan
karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal 7 (tujuh)
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal 3 (tiga) hari serta harus
dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat (Mulyono, 2004).

3.6 Manajemen Konstruksi


Manajemen konstruksi adalah ilmu pengetahuan tentang seni memimpin
organisasiyang terdiri dari atas kegiatan perencanaan,pengorganisasian,
pelaksanan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam
usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Husen, 2010).
Widiasanti danLenggogeni (2013) menyatakan bahwa manajemen
konstruksi adalah kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan sekelompok orang dan berfungsi untuk melaksanakan
semua kegiatan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan dengan batas-batas
tertentu.

3.6.1 Tujuan manajemen konstruksi


Tujuan dari manajemen konstruksi ialah mengelola atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai
dengan persyaratan.Djojowirono (2001) menyatakan bahwa dalam pencapaian
tujuan ini perlu diperhatikan pula hal-hal mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan.

36
Pencapaian ini harus dilakukan dengan pelaksanaan pengawasan mutu
(quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan
penggunaan biaya (cost control).Ketiga kegiatan pengawasan ini harus
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.Penyimpangan yang terjadi dari salah
satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Djojowirono, 2001).

3.6.2 Fungsi dan proses manajemen


Widiasanti dan Lenggogeni (2013) menyatakan bahwa manajemen memiliki
fungsi-fungsi sebagai fungsi beikut:
a. Perencanaan yaitu tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data
informasi, asumsi maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan
pada masa mendatang.
b. Pengorganisasian yaitu tindakan guna mempersatukan kumpulan kegiatan
manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu
sama lain dengan tata cara tertentu.
c. Pelaksanaan adalah menggerakkan orang yang tergabung dalam organisasi agar
melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning.
d. Pengendalian adalah usaha yang tersistematis dari perusahaan untuk mencapai
tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan membuat
tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.

3.7 Ruang Lingkup Manajemen Konstruksi


Manajemen pada dasarnya mencakup suatu metode/teknik atau proses untuk
mencapai suatu tujuan tertentu secara sistematik dan efektif. Caranya melalui
tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling) dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia secara efisien (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).

Perencanaan

Evaluasi Organisasi

37
Pengendalian Pelaksanaan
Sumber : Djojowirono, 2001
Gambar 3.2Siklus Manajemen Proyek
3.8 Sarana Manajemen
Sarana manajemen merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.Sumber yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam manajemen berupa unsur dasar atau sarana/alat yang
meliputi manusia, bahan, mesin, metode, uang, dan waktu (Djojowirono,
2001).Sumber tersebut dikenal dengan singkatan 5 M + T.Pola menggunakan
sarana manajemen dalam pencapaian tujuan/sasaran, dapat dilihat pada Gambar
3.3.

P
O S
E
P R P A
MAN N
E G E S
MATERIAL G
R A L A
MACHINES E
E N A R
METHODS N
N I K A
MONEY D
C S S
TIME A
A A A
L
N S N
I
A I A
A
A A
N
N N

Sumber : Djojowirono, 2001


Gambar 3.3Bagan Pola Penggunaan Sarana Manajemen

3.8.1 Sumber daya manusia


Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga tidak tetap.Tenaga kerja/karyawan yang
berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap

38
bulannya dan diberi beberapa fasilitas lain dalam rangka memelihara produktivitas
kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaan. Adanya
tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh
pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah kebutuhan tenaga
kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang
seharusnya (Husen, 2010).

3.8.2 Material (Materials)


Untuk proyek manufaktur, ketepatan waktu ataupun kesesuaian jumlah yang
diinginkan sangat mempengaruhi jadwal lainnya.Tanpa material tidak akan
tercapai hasil yang diinginkan dan dikehendaki. Ketepatan waktu atau dikenal
pula istilah Juts in Time adalah dimana pemesanan, pengiriman serta ketersediaan
material saat dilokasi sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Istilah ini
mungkin lebih tepat digunakan pada pekerjaan beton dimana pengiriman material
dari batchingplant ke proyek sering menemui kendala waktu.Kebutuhan material
biasanya disediakan oleh pemasok yang hubungan kontraknya berlangsung
dengan kontraktor pelaksana dan telah disetujui oleh pemilik proyek melalui
wakilnya (Husen, 2010).

3.8.3 Mesin(Machine)
Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan
dalam suatu proyek, kondisi kerja serta kondisi peralatan perlu diidentifikasikan
dahulu. Tujuannya agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara
efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu diidentifikasikan adalah (Husen,
2010):
a. Medan kerja, identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari
tingkat mudah, sedang, atau berat.
b. Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan
lahan terbuka.
c. Mobilisasi peralatan ke lokasi proyek perlu direncanakan dengan detail,
khususnya untuk peralatan-peralatan berat.
d. Komunikasi yang memadai antar operator dengan pengendali pekerjaan harus
terjalin baik, dengan peralatan komunikasi yang cukup dan harus tersedia agar
langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.

39
e. Fungsi peralatan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
menghindari tingkat pemakaian yang tidak efektif dan efisien.
f. Kondisi peralatan harus layak pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena
peralatan rusak.

3.8.4 Metode(Methods)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan.
Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipunmetode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan.Peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.

3.8.5 Uang(Money)
Keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-hati agar pada akhir proyek,
proyeksi keuntungan yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Beberapa bentuk laporan keuangan proyek yang dapat menjadi
informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan selanjutnya
(Husen, 2010) :
a. Laporan berkala harian, mingguan, dan tahunan dalam bentuk rinci, memuat
pemasukan dan pengeluaran proyek oleh devisi/unit.
b. Laporan akhir proyek yang memuat pemasukan dan pengeluaran total proyek
dibuat secara global dan bersifat informatif.
c. Penggunaan keuangan selama berlangsungnya proyek dalam bentuk subjadwal
induk.
d. Jadwal induk penggunaan keuangan selama pelaksanaan.

3.8.6 Waktu(Time)
Pelaksanaan sarana 5 M diatas dibutuhkan suatu proses pengendalian waktu
dalam pelaksanaannya. Waktu merupakan sarana yang paling penting dalam suatu
proses manajemen proyek, pengendalian waktu kegiatan akan mempengaruhi
cepat atau terlambatnya suatu proyek sehingga dibutuhkan suatu perencanaan
yang cermat dalam proses pelaksanaan kegiatan(Ervianto,2005).

40
3.9Time Schedule
Time Scheduleadalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-
masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu
yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek (Ahadi, 2011).

3.10 Manfaat Time Schedule


Djojowirono (2001) menyatakan bahwatime schedule dapat digunakan
untuk berbagai macam keperluan, antara lain :
a. Alat koordinasi bagi pemimpin
Pimpinan pelaksanaan pekerjaan dapat melaksanakan pekerjaan koordinasi
semua kegiatan yang ada dilapangan mulai dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyelesaian dari bagian-bagian pekerjaandengan
menggunakan rencana kerja.

b. Pedoman kerja para pelaksana


Para pelaksana di lapangan dapat menggunakan rencana kerja sebagai
pedoman kerja, terutama dalam kaitannya dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dari rencana kerja untuk tiap masing-masing bagian pekerjaan.
c. Penilaian kemajuan pekerjaan
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk setiap bagian pekerjaan dapat dinilai
dengan perantaraan rencana kerja dalam hubungannya ketepatan jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan.
d. Evaluasi hasil pekerjaan
Hasil pekerjaan dari masing-masing bagian pekerjaan perlu diadakan evaluasi
berdasarkan rencana kerja. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai
pedoman untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang sejenis.

3.11Kurva S (Schedule curve)


Kurva S adalah kurva yang dibuat dari hasil kumulatif presentase bobot
pekerjaan yang menunjukkan idealnya urutan pekerjaan. Kurva S berbentuk grafik
yang menyatakan hubungan antara waktu sebagai absis dengan bobot komulatif

41
pekerjaan dalam prosen sebagai ordinatnya.Fungsi kurva S adalah sebagai berikut
(Husen, 2010):
a. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek.
b. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
c. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat dan pekerja yang akan
dipakai untuk pekerjaan tertentu.
Perubahan pada kurva S, terjadi apabila terdapat penambahan atau
pengurangan pekerjaan pada waktu pelaksanaan. Perubahan tersebut diakibatkan
oleh misalnya (Husen, 2010):
a. Harga-harga material yang naik.
b. Personel dalam proyek turn over cukup tinggi.
c. Jadwal aliran masuk dan keluar material tidak sesuai.
d. Kesalahan dalam menghitung volume.
e. Ketidaksesuaian antara peralatan dengan pekerjaan.
Keseragaman dan kekonsistenan mutu untuk setiap produk pada proyek ini
dengan manfaat utama untuk menghindari pekerjaan ulang.Bagian terpenting
dalam metode pengendalian proyek adalah acuan pencapaian mutu sesuai yang
ditentukan (costumer satisfaction). Ervianto (2005) menyatakan waktu
pelaksanaan pekerjaan tambahan tersebut diusahakan masih tetap berada dalam
rentang waktu didalam kurva S rencana, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi
kemunduran waktu rencana pelaksanaan proyek.
Biayatambahan akibat pekerjaan tambahan harus dikonfirmasikan terlebih
dahulu ke tim tender dan selanjutnya kepemilik proyek. Kurva S yang ada
tergantung seberapa besar tingkat pekerjaan tambahan dan biaya tambahan.
Ervianto (2005) menyatakan presentase biaya tambahan itubiasanya sangat kecil,
yaitu 1-3 % terhadap keseluruhan sehingga kurva S tidak perlu direvisi.Presentase
biaya tambahan yang besar yaitu 3-10 %, maka kurva S perlu direvisi.

3.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita
perhatian berbagai organisasi, karena mencakup permasalahan segi
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban
serta citra organisasi itu sendiri. Proses pembangunan proyek konstruksi pada

42
umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal
tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai catatan yang buruk dalam
hal keselamatan dan kesehatan kerja (Ervianto, 2005).
Hubungan antar pihak yang berkewajiban memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja adalah kontraktor utama dengan subkontraktor.
Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya
selama masa pembangunan berlangsung. Rentang waktu selama pelaksanaan
pembangunan, kontraktor utama maupun subkontraktor sudah selayaknya tidak
mengizinkan pekerjanya untuk beraktifitas bila terjadi hal-hal berikut :
a. Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja.
c. Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman.

3.12.1 Kecelakaan kerja


Tenaga kerja adalah orang yang bekerja disuatu perusahaan atau ditempat
kerja(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PER/M/2008).Kecelakaan
kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena
hubungan kerja ditempat kerja (Ervianto, 2005). Banyak kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, secara umum dapat
dibedakan menjadi :
a. Faktor pekerja itu sendiri
b. Faktor metoda konstruksi
c. Peralatan
d. Manajemen
Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini
mungkin. Ervianto (2005) menyatakan tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkan
sesuai tingkat resikonya.
b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya.
c. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan.
d. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek.
e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi.

3.12.2 Peralatan standar K3 di proyek


Beberapa peralatan yang digunakan dalam bidang konstruksi untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa

43
terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang
yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Selama pelaksanaan proyek
berlangsung tidak banyak pekerja yang menyadari betapa pentingnya peralatan-
peralatan ini digunakan (Ervianto, 2005).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting.
Semua perusahaan kontraktor pelaksana berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective
Equipment (PPE). Perlengkapan perlindungan diri (Gambar 3.6) disiapkan untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Perlengkapan dan perlindungan diri
untuk karyawan yang bekerja yaitu sebagai berikut (Ervianto, 2005):
a. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja ialah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
b. Sepatu kerja
Sepatu kerja merupakan perlindungan terhadap kaki agar tidak terluka oleh
benda-benda tajam dilokasi proyek. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai
sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan tanpa terluka oleh
benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian
muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda
dari atas.
c. Kacamata kerja
Kaca mata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.Pekerjaan pengelasan besi
harus menggunakan kacamata agar tidak terkena percikan api.
d. Penutup telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
e. Sarung tangan
Tujuan utama penggunaan sarung adalah melindungi tangan dari benda-benda
keras dan tajam selama menjalankan kegiatan.
f. Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala. Penggunaan helm
pada saat bekerja merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk
menggunakannya dengan benar.
g. Masker
Pelindung bagi pernafasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri.

44
h. Jas hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja
adalah dengan menggunakan jas hujan.
i. Sabuk pengaman
Pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada
posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.

j. Tangga
Tangga merupakan alat yang digunakan membantu pekerja ke tempat yang
lebih tinggi. Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian
tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
k. Safety simbol
Safety simbol harus ada di lokasi proyek selama proyek dilaksanakan. Safety
simbol bertujuan untuk mengingkatkan pekerja akan pentingnya kesehatan dan
keselamatan pada saat bekerja.
l. P3K
Pertolongan pertama di proyek dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja baik
yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi. Pelaksana
konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan
pertama. Obat-obatan yang disediakan di dalam kotak P3K adalah betadine,
alkohol, perban, minyak kayu putih, dan kelengkapan pertolongan pertama
lainnya.

45
Sumber: Google image, 2016
Gambar 3.4Personal Protective Equipment (PPE)
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum
Pelaksanaan proyek dapat dilaksanakan setelah tahap perencanaan dan
perancangan selesai dilakukan. Tahapan pelaksanaan proyek meliputi pekerjaan
persiapan, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Pekerjaan persiapan
meliputi pekerjaan survei lokasi, pengukuran lokasi, dan pembersihan lokasi.
Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan sub structure (pondasi), upper structure
(struktur gedung) dan struktur atap. Pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan
finishing.
Penulisan laporan kerja praktekmembahas mengenai tatacara pelaksanaan
pekerjaan pada Proyek Pembangunan Gedung KantorUPT Badan Kepegawaian
Negara (BKN) di Bengkulu. Pekerjaan yang ditinjaudimulai dari pekerjaan
struktur bawah (substructrure), struktur atas (upperstructure) dan manajemen
konstruksi. Pekerjaan struktur bawah yaitu pile cap, dantie beam. Pekerjaan

46
struktur atas meliputistruktur kolom, struktur balok,pekerjaan lantai dasar,
pekerjaan plat lantai dan struktur atap. Laporan kerja praktek ini dibuat sesuai
dengan kondisi lapangan.

4.2 Pekerjaan Konstruksi Struktur Kantor UPT BKN Bengkulu


Pekerjaanpembangunan konstruksi struktur Gedung Kantor UPT BKN
Bengkuluini meliputi pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan pile cap
b. Pekerjaan tie beam
c. Pekerjaan kolom
d. Pekerjaanbalok
e. Pekerjaan plat lantai

4.2.1 Pekerjaan pile cap


Pekerjaan pile capdilakukan setelah pekerjaan pondasi bor pileselesai
dikerjakan. Penulis tidak melaporkan pekerjaan pondasi karena telah dikerjakan
sebelum kerja praktek. Pekerjaanpile capberjumlah 30 pile cap menggunakan
beton ready mixdengan mutu K-300 atau fc’= 25MPa.Tulangan yang digunakan
pada pile cap adalah D19-150mm untuk bagian bawah dan bagian atas. Gambar
potongan pile cap dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

D19-150mm

Gambar 4.1Pekerjaanpenulanganpile cap

47
Gambar 4.2 Hasil pengecoranpile cap

Pekerjaan pile capterdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


a. Penggalian tanahpile cap
Penggalian tanahpile cap bertujuan untuk tempat peletakan bekisting
yang terbuat dari multiplek. Pembesian pile capdikerjakan di lokasi pile cap
yang telah digali. Lubang galian yang dibuat memiliki kedalaman 20cm dari
muka tanah.Penggalian lokasi pile cap menggunakan tenaga manusia,tidak
hanya penggalianuntuk lokasi pile cap, tetapi pada saat yang bersamaan
penggalian untuk tie beam juga dilakukan sehingga pekerjaan menjadi lebih
efisien. Proses pekerjaan penggalian lokasi pile capseperti terlihat pada
Gambar 4.3.

Gambar 4.3Penggalian lubang lokasi pile cap


b. Penghancuran Ujung Atas Bor Pile
Penghancuran ujung atasbor piledilakukan setelah pekerjaan dan
penggalian lokasi pile cap selesai. Penghancuran ujung atasbor pilebertujuan
untuk menyambungkan tulangan pile cap ke atas bor pile. Langkah – langkah
proses penghancuran ujung atas kepala bor pilesebagai berikut:

48
1. Memberi tanda ujung bor pileyang akan dihancurkan sejarak dari ujung
atas bor pile sampai permukaan tanah galian pile cap.
2. Dengan menggunakan hammer jack, ujung atas bor pile dihancurkan
sampai terlihat tulangan yang akan disambungkan antara tulangan bor
piledan pile cap.

Gambar 4.4Penghancurantiang pancang yang tersisa

c. Pembuatan lantai kerja pile cap


Pembuatan lantai kerja bertujuan untuk memisahkan antara tulangan pile
cap dengan tanah, sehingga pada saat pengecoran tidak mengalami kontak
langsung dengan tanah.Tebal lantai kerja untukpile cap sebesar 50 mm. Lantai
kerja pile capdapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.5Lantai Kerja Pile Cap

d. Pembesian dan pemasangan bekistingpile cap


Pembesian pile cap dilakukan langsung di lokasi pembuatan. Tulangan
bor pile dari hasil penghancuran ujung bor piledibengkokkan kedalam
tulangan pile cap. Tulangan utama pile capmenggunakan besi ulir D19 mm

49
untuk tulangan bagian atas dan bagian bawah.Tulangan peminggang pada pile
cap menggunakan besi ulir D13 mm (Gambar 4.7).
Tulangan peminggang atau yang biasa disebut tulangan susut diperlukan
untuk menjaga beton agar tetap baik setelah proses pengikatan berlangsung.
Tulangan peminggang digunakan karena menurut peraturan yang berlaku
jarak pada beton tidak boleh lebih dari 30 cm. Dimensi pile cap pada proyek
ini melebihi dari 30 cm, oleh karena itu pada tulangan pile cap tulangan
peminggang dengan diameter 13 mm.
Setelah proses pembesian maka selanjutnya pembuatanbekisting untuk
proses pengecoran pile cap. Bekisting yang digunakan untuk pile cap dibuat
dari multiplek sehingga dapat digunakan kembali pada pengecoran pile cap
yang berikutnya.

Gambar 4.6Proses pembesian pile cap

Gambar 4.7Hasil bekistingpile cap

e. Pengecoran pile cap

50
Pekerjaan pengecoran pile capdilakukan menggunakan beton ready mix
dengan mutu K-300 atau fc’= 25 MPa. Beton ready mix dibawa dari lokasi
batching plant ke lokasi proyek menggunakan truck mixer. Uji slump
dilakukan sebelum pengecoran dilakukan. Nilai uji slump tidak boleh melebihi
12 cm. Untuk mengontrol mutu beton dibuat empat benda uji berbentuk kubus
untuk sampel pengujian kuat tekan beton. Proses pengecoran pile cap dan
hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.

Gambar 4.8Proses pengecoran pile cap

Gambar 4.9 Hasil pengecoran pile cap

f. Pembahasan pekerjaan pile cap


Pelaksanaan pekerjaan pile cap seperti penggalian pile cap, pembuatan
lantai kerjapile cap, pembesian, bekisting dan pengecoran sudah sesuai dengan
gambar rencana. Tebal lantai kerja dan tulangan yang digunakan untuk
pekerjaan pile capjuga sudah sesuai dengan spesifikasi.
Kekurangan saat pelaksanaan dilapangan adalahcara pemadatan yang
tidak sesuai.Seharusnya kepala alat penggetar (vibrator) tidak boleh

51
menyentuh besi tulangan pada saat pemadatan. Hal ini dapat berakibat
pecahnya bekisting dan merenggangnya begel tulangan. Proses pembengkokan
yang tidak sempurna pada tulangan, mengakibatkan selimut beton pada pile
cap akan berkurang ketebalannya.

4.2.2 Pekerjaan tie beam


Pekerjaan tie beam pada proyek ini berfungsi untuk menyatukan antara pile
cap yang satu dengan yang lainya sehingga,pondasi bor pile akan menjadi satu
kesatuan untukmeningkatkan kekakuan gedung. Konstruksi strukturnya berupa
beton bertulang dengan mutu K-300atau fc’= 25 MPa serta menggunakan besi
tulangan konvensional pada pekerjaan pembesian.Tahapan pekerjaan tie
beamadalah sebagai berikut :
a. Penggalian alur tie beam
Penggalian alur tie beam merupakan hal yang pertama kali dilakukan
untuk membentuk alur pengecoran tie beam seperti pada gambar rencana
kerja. Galian tanah yang dikerjakan memiliki kedalaman sekitar 15 cm dan
lebar 40 cm dan membentuk pola yang saling terhubung ke pile cap.

Gambar 4.10 Alur tie beam

b. Pembuatan lantai kerja tie beam


Pembuatan lantai kerja tie beam dilakukan agar tidak terjadi kontak
secara langsung antara tanah dengan besi penulangan tie beam. Pembuatan
lantai kerja dapat mempermudah pekerjaan karena permukaannya menjadi
lebih merata.Lantai kerja dibuat dengan ketebalan lantai kerja rencana 50
mm(Gambar 4.11).

52
Gambar 4.11Lantai kerja tie beamsudah siap

c. Pekerjaan penulangan tie beam


Pekerjaan penulangan dilakukan di lokasi pembuatan tie beam. Tulangan
utama menggunakan besi ulir yang dipotong menggunakanbar cutter.
Tulangan sengkang juga telah di tekuk menggunakan bar bender sebelum
dirangkai bersama tulangan utama menjadi kesatuan penulangan tie beam.
Detail tulangan tie beam dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Detail PenulanganTie Beam
Tipe Tumpuan Lapangan Tumpuan
Tie Beam S-1 250X500
Tulangan atas 6 D19 3 D19 6 D19
Tulangan bawah 3 D19 3 D19 3 D19
Sengkang Ø 10-100 Ø 10-150 Ø 10-100
Peminggang 2 D13 2 D13 2 D13
Sumber: PT. Saritama Purnama, 2016

Tulangan tie beam tidak langsung menyentuh permukaan lantai kerja,


tetapi terdapat beton tahu sebagai pengganjal, sehingga terdapat jarak antara
tulangan dan lantai kerja. Selimut beton tie beam memiliki ketebalan
5cm.Proses penulangan tie beam dapat dilihat pada Gambar 4.12.dan Gambar
4.13.

53
Gambar 4.12Proses penulangantie beam

Ø 10-150mm
3D19mm

25cm
25cm

Gambar 4.13Hasilpenulangan tie beam

d. Pekerjaan bekisting tie beam


Pekerjaan bekisting bertujuan untuk membentuk tie beamsesuai desain
perencanaan dan sebagai penghalang bagi tanah urugan disela-sela alur agar
tidak jatuh dan masuk kembali ke dalam alur tie beam. Pekerjaan bekisting
dilakukan setelah pekerjaan lantai kerja selesai..
Pelaksanaan bekisting tie beam menggunakan multiplek (Gambar 4.14).
Penggunaan multiplek sebagai bekisting semi permanen bertujuan untuk
mempercepat pekerjaan pengecoran dan menghemat biaya, karena bekisting
bisa dilepas kembali saat umur beton 8 jam dan bisa digunakan untuk
bekisting tie beam yang belum di cor.

54
Gambar 4.14Bekisting tie beammenggunakan
multiplek
e. Pengecoran tie beam
Pengecoran tie beam dilakukan setelah pekerjaan penulangan dan
pemasangan bekisting telah selesai. Pengecorantie beam menggunakan beton
ready mix dengan mutu K-300 atau fc’= 25 MPa. Lokasi pengecoran
sebelumnya dibersihkan dari kotoran-kotoran dan besi-besi kecil yang akan
mengganggu kualitas dari beton. Proses pengecoranya beton ready mixke
lokasi pengecoran tie beam menggunakan alat bantu talang (Gambar 4.15)
danapabila lokasi pengecoran tidak dapat dijangkau oleh talang, digunakan truk
pemompa sebagai alat bantu proses pengecoran. Pengecoran tie beam
dilakukan bersamaan dengan pengecoran pile cap seperti yang terlihat pada
Gambar 4.16.

Gambar 4.15Penuangan beton ready mix


menggunakan talang

55
Gambar 4.16 Penuangan beton ready mix
menggunakan truk pompa

Gambar 4.17Proses pengecoran tie beam


danpile cap

f. Pembahasan pekerjaan tie beam


Langkah–langkah pekerjaan tie beam seperti penggalian alur tie beam,
pembuatan lantai kerja tie beam, pembesian, bekisting dan pengecoran sudah
sesuai dengan gambar rencana dan Rencana Kerja Syarat (RKS). Tebal lantai
kerja dan tulangan yang digunakan untuk pekerjaan tie beam juga sudah sesuai
dengan gambar rencana proyek.
Kekurangan saat pelaksanaan dilapangan adalah cara pemadatan pada
saat pengecoran. Cara pemadatan tidak sesuai dengan RKSkarena seharusnya
kepala alat penggetar (vibrator) tidak boleh menyentuh besi tulangan pada saat
pemadatan.

56
4.2.3 Pekerjaan kolom
Pekerjaan kolomdilakukan secara bersamaan dengan pengerjaan pile cap.
Pekerjaan ini dilakukan bersamaan karenapenulangannya yang menjadi satu
dengan penulangan pile cap, namun pada bagian pengecorantidak dilakukan
secara bersamaan (monolit). Kolom untuk lantai1 setinggi 4,1 meter,lantai 2
setinggi 4 meter dan lantai 3 setinggi 5,12 meter. Tahapan pekerjaan untuk kolom
diuraikan seperti berikut:
a. Pekerjaan penulangan kolom
Tulangan kolom dipotong sesuai dengan rencana menggunakan bar
cutter. Pembengkokkan sengkang juga dilakukan sesuai rencana menggunakan
bar bender. Detail tulangan kolom dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2Detail penulangan kolom
TIPE
Tumpuan Lapangan Tumpuan
k-1 500x500
Tulangan pokok 16 D16 16 D16 16 D16
Sengkang Ø 10-100 Ø 10-150 Ø 10-100
Sengkang dalam 1 D 10-100 1 D 10-200 1 D 10-100
TIPE
Tumpuan Lapangan Tumpuan
k-4 300x300
Tulangan pokok 8 D16 8 D16 8 D16
Sengkang Ø 10-150 Ø 10-200 Ø 10-150
Sengkang dalam D 10-200 D 10-300 D 10-200
Sumber : PT.Saritama Purnama, 2016

Penulangan kolom dibuat ditempat yang berbeda sampai penulangan


kolom selesai, sehingga pada saat pengecoran pile cap selesai dan mengering
(8 jam), tulangan kolomdapat langsung ditegakkan. Untuk menegakkan
kolom di pile cap, sebelumnya sudah dibuat stek untuk penyambungan
kolom. Panjang tulangan sambungan atau stek yaitu 40D, tulangan kolom
yang disambung dan diikat dengan mengunakan kawatbendrat.

57
Ø 10-150mm

16 D16

Gambar 4.18Penulangan kolom

Gambar 4.19Pabrikasi penulangan kolom


b. Pekerjaan bekisting kolom
Pekerjaan bekisting kolom menggunakan metode konvensional dengan
materialmultiplek9 mm, kayu balok ukuran 5/10 dan 5/7(Gambar 4.20).Ukuran
bekisting yang digunakan sesuai dengan ukuran kolom yang direncanakan.
Tahapan pemasangan bekisting adalah sebagai berikut:
1. Permukaan dalampada bekisting tersebut di lapis denganoli. Pemberian oli
bertujuan agar beton yang akan dicetak tidak menempel pada bekisting
tersebut, selain itu juga berguna untuk mencegah penyerapan air adukan
oleh bekisting itu sendiri.
2. Pembuatansepatu kolom sesuai dengan marking as yang telah ditentukan.
Pemberian sepatu kolom berfungsisebagai presisi kolom terhadap vertikal
dan sikunya.
3. Bekisting kolom dipasang. Pengunci bekisting berupa kayu 5/7 cm pada
kolom persegi dan setiap sisinya diberi baut.
4. Pengecekan bekisting dalam keadaan vertikal menggunakan unting-unting.

58
5. Pemberian penyangga pada kolom persegi disetiap sisinya. Penyangga
kolom berupa kayu 5/10 cm. Pemberian penyangga berfungsiagar kolom
tidak bergeser dari as kolom dan menjaga posisi tegak lurus kolom pada
saat pengecoran.
6. Setelah pengecoran dilakukan pengecekan ulang vertikal.

Kayu 5/10

Kayu 5/7

Gambar 4.20Bekisting multiplekkolom

c. Pekerjaan pengecoran kolom


Pekerjaan pengecoran kolom menggunakan beton ready mix dengan
mutu beton K-300 atau fc’= 25 MPa. Dalam melakukan pengecoran ada dua
cara yang digunakan, dengan metode manual dan concrete pump. Metode
manual yaitu pengangkutan adukan beton dengan ember secara estafet,
sedangkan dengan cara concrete pump beton ready mix yang dibawa oleh
truck mixer dimasukkan kedalam bucket concrete pumpdanbeton ready
mixdipompa melalui pipa ke dalam kolom yang akan dicor. Tinggi jatuh
pengecoran pada kolomadalah 4 meter. Tinggi jatuh 4 m menurut RKS tidak
dibenarkan karena dapat menimbulkan segregasi.
Proses pekerjaan pengecoran menggunakan alat beton vibratoryang
berfungsi untuk memadatkan beton (Gambar 4.21). Penggetaran dilakukan
bersamaan dengan penuangan beton. Proses penggetaran dihentikan apabila
beton sudah dalam keadaan diam dan tidak turun lagi.

59
Gambar 4.21Pengecoran kolommenggunakan
ember

Gambar 4.22Pengecoran kolom menggunakan


concrete pump

Gambar 4.23Hasil pengecoran kolom

d. Perawatan beton kolom


Proses perawatan struktur kolomdengan cara melakukan penyiraman
terhadap kolom selama 3 hari.Penyiraman beton juga mengandalkan air hujan
sebagai perawatan kolom.

60
e. Pembahasan pekerjaan kolom
Langkah-langkah pekerjaan kolom kurang sesuai dengan Rencana Kerja
Syarat (RKS) dangambar rencana. Tebal selimut beton pada kolom sudah
sesuai dengan peraturan SNI T-15-1991-03, yaitu tidak boleh kurang dari 40
mm.
Kekurangan saat pelaksanaan adalah cara pemadatan saat pengecoran
dan tinggi jatuh adukan beton. Cara pemadatan saat pengecoran tidak sesuai
karena seharusnya kepala alat penggetar (vibrator) tidak boleh menyentuh besi
tulangan. Tinggi jatuh adukan beton juga tidak sesuai karena seharusnya tinggi
jatuh adukan beton tidak boleh lebih dari 1,5 m.

4.2.4Pekerjaan balok dan plat lantai


Pekerjaan balok dan plat lantai di lapangan dilakukan secara bersama-sama,
supaya pada saat pengecoran antara balok dan plat lantai menjadi
monolit.Tulangan balok terdiri dari tulangan tumpuan dan tulangan lapangan,
daerah tulangan tumpuan terletak pada jarak ¼ L, dan daerah tulangan lapangan
terletak pada jarak ½ L. Detail tulangan balok lantai dapat dilihat pada tabel 4.3
Pekerjaan tulangan plat lantai dari lantai satu sampai atap dakmenggunakan
besi polosØ10 dengan jarak 15cm dan ketebalan plat sebesar 120 mm. untuk
mendapatkan ketebalan dan jarak antar tulangan atas dan bawah mengunakan
beton tahu dan besi S.
Tabel 4.3Detail penulangan balok
TIPE
BALOK B-1 250X500 Tumpuan Lapangan Tumpuan
Tulangan atas 7 D19 3 D19 7 D19
Tulangan bawah 4 D19 4 D19 4 D19
Sengkang Ø 10-75 Ø 10-100 Ø 10-75
Peminggang 2 D13 2 D13 2 D13
TIPE
BALOK B-2 200X300 Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tulangan atas 3 D16 3 D16 3 D16


Tulangan bawah 3 D16 3 D16 3 D16
Sengkang Ø10-100 Ø10-100 Ø10-100

61
TIPE
BALOK B-3 200X250 Tumpuan Lapangan Tumpuan
Tulangan atas 2 D19 2 D19 2 D19
Tulangan bawah 2 D19 2 D19 2 D19
Sengkang Ø10-100 Ø10-100 Ø10-100
Sumber: PT. Saritama purnama, 2016

+3,95 12

Gambar 4.24Penulangan plat lantai

Tahapan-tahapan pekerjaan balok dan plat lantai antara lain :


a. Pekerjaan bekisting
Bekisting berfungsi untuk membentuk beton balok dan plat lantai ketika
pengecoran. Pemasangan bekisting pada pekerjaan balokdan plat lantai
dilakukan sebelum pekerjaan perangkaian pembesian tulangan balokdan plat
lantai dilaksanakan. Ukuran bekisting yang digunakan sesuai dengan ukuran
balokdan plat lantai yang akan dibuat. Tahapan pemasangan bekisting adalah
sebagai berikut:
1) Pemasangan scaffolding(Gambar 4.25)dilakukan sebelum pemasangan
bekisting balok dan plat lantai. Komponenscaffolding terdiri dari main
frame, cross brace, joint pen, u-head jack dan jack base. Langkah pertama
pemasangan scaffolding adalah mengatur ketinggian base jack dengan
memutar naik dan turun. Base jack dipasang pada landasan yang kuat dan
stabil. Langkah selanjutnya adalah pemasangan frame diatas base jack yang
sudah disiapkan. Selanjutnya adalah pemasangan cross sebagai penguat
perancah dan dilanjutkan pemasangan frame berikutnya dengan
memperhatikan kelurusan dan kedatarannya. Kemudian dilanjutkan dengan

62
pemasangan u-head jack. Jarak bentang antar kolom 5 meter menggunakan
2,5 set scaffolding dan jarak 4 meter menggunakan 2 set scaffolding.

Gambar 4.25Pemasangan Scaffolding

2) Bekisting balok dan plat lantai yang sudah disiapkan dipasang dan distel di
atas kayu yang telah dirangkai dan dipaku pada Scaffolding.

Gambar 4.26Pemasangan bekisting balok dan plat lantai

b. Pekerjaan pembesian
Tahap pertama pada pekerjaan pembesian adalah pemotongan besi untuk
tulangan utama dan tulangan sengkang menggunakanbar cutter sesuai dengan
ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Pembengkokan sengkang
untuk balok menggunakan alat bar bender.
Tulangan yang telah dipotong dan dibengkokkan dibawa ke lokasi
pembuatan untuk dirangkai. Tulangan utama dan tulangan sengkang balok
dirangkai berdasarkan jumlah dan ukuran yang sudah ditentukan.Jarak
penulangan antar sengkang saat perakitan sengkang balok juga diatur
berdasarkan gambar rencana.Pengikat antar tulanganbalok dan tulangan

63
sengkang menggunakan kawat bendrat sehingga tidak terjadi perubahan jarak
antar tulangan pokok dan antar tulangan sengkang.
Beton tahu diletakkan tepat dibawah tulangan balok yang sudah dirakit
untuk mendapatkan ketebalan selimut beton.Tebal selimut beton pada balok
adalah5 cm. Proses pekerjaan pemasangan dan perangkaian tulangan balok
pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN dapat dilihat pada
Gambar 4.27.

Gambar 4.27Tulangan balok yang sudah dirakit

Pemasangan tulangan plat lantai (Gambar 4.28) dilakukan setelah


pekerjaan penulangan balok selesai. Beton tahu diletakkan diatas bekisting
plat lantai yang sudah selesai dikerjakan. Beton tahu berfungsi untuk menjaga
ketebalan selimut beton. Ketebalan beton tahu plat lantaiadalah 2,5 cm. Besi
tulangan dirangkai dengan jarak spasi yang sesuai dengan gambar rencana.
Besi tulangan dipasang secara bersilangan arah x dan y.Setiap persilangan
diikat dengan kawat bendrat.Besi tulangan lapisan pertama dipasang melewati
besi tulangan balok yang belum dicor.
Pemasangan besi Sbertujuan untuk menjaga jarak antara lapisan tulangan
pertama dan lapisan tulangan kedua agar sesuai dengan tebal yang
direncanakan.Besi S diikat pada lapisan tulanganpertamadan lapisan tulangan
kedua.

64
Gambar 4.28Pekerjaan pemasangan tulangan
plat lantai
c. Pengecoran balok dan plat lantai
Pengecoran balokdilakukan secara monolit dengan pengecoran plat
lantai. Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah tulangan balok dan tulangan
plat lantai telah dirangkai.Pengecoran baru dapat dimulai jika seluruh luas area
yang akan dicor dibersihkan dari kotoran-kotoran selama pembesian dan
dilakukan penyiraman air pada area yang akan dicor.
Penyiraman airbertujuan agar terjadi penurunan temperatur pada
permukaan bidang yang akan dicor jika pengecoran dilakukan pada siang terik.
Penurunan temperatur dapat memperlambat proses pengerasan pada beton,
sehingga mengurangi terjadinya gelembung-gelembunghasil dari penguapan
pada hasil pengecoran.
Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan mutu K-300. Proses
pengecoran menggunakan concrete pump. Pengecoran dilakukan apabila
adukan beton telah diuji slump dan diambil 4 sampel cetakan kubus yang
berukuran 15x15x15 cm. Slump yang diizinkan adalah 8-12 cm. Nilai slump
yang terlalu kecil dapatmenyulitkan concrete pump untuk mempompa beton
ready mix.Rata-rata niai slump yang didapat adalah 10 sampai 11.
Proses pengecoran dilakukan dengan menuangkan beton ready mix dari
truck mixer ke bucket concrete pump (Gambar 4.29). Concrete pump akan
mempompa beton ready mix ke lokasi pengecoran yang tinggi. Pekerjaan lantai
yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump dapat dilakukan dengan
penyambungan pipa secara vertikal dan horizontal. Proses pemadatan
dilakukan menggunakan vibrator. Selanjutnya betondiratakan dengan

65
menggunakan sendok semen dan ruskamsampai diperoleh ketebalan slab yang
direncanakan (Gambar 4.31).

Gambar 4.29Penuangan beton ready mix ke


concrete pump

Gambar 4.30 Proses pengecoran balok dan


plat lantai

Gambar 4.31Proses meratakan pengecoran

66
d. Perawatan beton
Tahapperawatan dilakukan setelah semua tahap selesai. Perawatan beton
balok dan beton platlantai dilakukan dengan menyiramkan air ke beton balok
dan beton plat lantai (Gambar 4.32). Penyiraman ini bertujuan agar tidak
terjadi retak-retak pada hasil pengecoran.Proyek Pembangunan Gedung UPT
BKN di Bengkulu juga mengandalkan air hujan sebagai perawatan.

Gambar 4.32Perawatan beton balok dan


plat pantai

e. Pembahasan pekerjaan balok dan plat lantai


Langkah–langkah pekerjaan balok dan plat lantai seperti pembesian,
pemasangan bekisting, pengecoran, perawatan dan pembongkaran bekisting
sudah sesuai dengan gambar rencana yang ada pada proyek. Kekurangan saat
pelaksanaan dilapangan adalah cara pemadatan pada saat pengecoran. Cara
pemadatan tidak sesuai karena seharusnya kepala alat penggetar (vibrator)
tidak boleh menyentuh besi tulangan pada saat pemadatan.

4.3Sarana Manajemen
Manajemen proyek terdiri dari komponen atau sarana manajemen yang
dapat menentukan kemajuan proyek. Komponen tersebut berupa 5 M + T
(Materials, Men, Methods,Machine, Money dan Time). Bab ini membahas tentang
5 M + T pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu yang
telah diamati selama kerja praktek berlangsung.

67
4.3.1 Material (Materials)
Pemilihan bahan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor UPT BKN di Bengkulusudah setara dengan bahan yang ada di spesifikasi
teknis, atau pada spesifikasi teknis telah menyebutkan produk tunggal yang
digunakan. Material pada proyek ini yaitu semen, pasir, agregat kasar dan besi
tulangan. Penyimpanan material semen ditempatkan di gudang, tetapi untuk
material lain di simpan di luar ruangan. Material yang sensitif pada cuaca seperti
besi tulangan akan berkurang kualitas mutunya akibat korosi yang dialami karena
terkena air hujan.
Pengadaan material suatu proyek diatur oleh bagian logistik tetapi pada
kenyataannya di lapangan tugas logistik tersebut diambil alih oleh site manajer.
Logistik bertugas pada pendatangan, penyimpanan dan penyaluran material ke
bagian pelaksanaan. Seminggu sebelum pekerjaan konstruksi dimulai bagian
logistik akan mengecek ketersediaan material, sehingga tidak terjadi kekurangan
material yang bisa menghambat pekerjaan.
4.3.2 Sumber daya manusia(Men)
Proyek Pembangunan Gedung kantor UPT BKN di Bengkulumemiliki 53
tenaga kerja. Tenaga kerja kayu 9 orang, tenaga kerja besi 8 orang, tenaga kerja
batu 10 orang, tenaga kerja elektrikal dan sanitasi10 orang, tenaga kerja plafon 5
orang, tenaga kerja arsitek 6 dan tenaga kasar 5 orang. Tenaga kerja pada proyek
ini berasal dari luar Provinsi Bengkulu. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan
jumlah dan kemampuannya, sehingga dapat menunjang tercapainya efisiensi
dalam suatu pekerjaan proyek. Tingkatan dalam tenaga pekerja di proyek ini
adalah :
a. Tenaga kerja ahli
Pekerja yang bertugas dalam pekerjaan proyek yang sedang berlangsung.
Tenaga kerja memegang peranan terhadap sistem koordinasi dan sistem
manajemen pekerja lainnya.
b. Mandor
Mandor bertugas mengawasi langsung dan mengkoordinasi pekerja selama di
lapangan dengan bidangnya. Mandor menerima tugas dari kontraktor
pelaksana bagian lapangan dan selanjutnya memberikan perintah dari
kontraktor kepada pekerja di lapangan.
c. Tenaga tukang

68
Tukang adalah tenaga yang mempunyai keterampilan dalam bidang tertentu.
Seperti tukang besi, tukang kayu, tukang batu dan tukang las.
d. Tenaga kasar atau pembantu tukang.
Tugas pembantu tukang adalah membantu tukang dalam pelaksanaan
pekerjaan. Misalnya mengangkut adukan beton, mengangkut mortar dan
mengangkut material yang akan digunakan.
Tenaga kerja dalam Proyek Pembangunan Gedung kantorUPT BKN di
Bengkulu sampai saat ini melaksanakan tugas dengan baik.Sistem manajemen dan
koordinasi berjalan dengan baik, sehingga pekerja dapat menyelesaikan
pekerjaaan sesuai dengan yang direncanakan.

4.3.3 Metode (Methods)


ProyekPembangunanGedung Kantor UPT BKN di Bengkuludalam
pelaksanaannya menggunakan metode secara bertahap. Untuk mengejar waktu
yang telah tertinggal dari jadwal,proses pengecoran struktur gedung, baik lantai,
balok, dan kolom,umumnya dicor bertahap.Luas area dan volume pekerjaan yang
besar serta banyaknya permintaan beton ready mix di lapangan, sehingga PT. Jaya
Beton tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk sekali pengecoran. Volume
pekerjaan yang besar membutuhkan sistem agar proyek dapat berjalan sesuai
rencana, sehingga dibuat sistem zona pengecoran. Pada pekerjaan di lapangan
terdapat dua zona yaitu zona kiri dan zona kanan. Zona kiri dilakukan pekerjaan
pengecoran, sedangkan zona kanan dilakukan pekerjaan pembesian. Setelah
pekerjaan pembesian pada zona kanan selesai, dilakukan pekerjaan pengecoran
dan zona kiri dilakukan pekerjaan pembesian, begitu seterusnya sampai pekerjaan
struktur selesai.

4.3.4 Mesin (Machine)


Peralatan yang digunakan mempunyai workability (kemudahan kerja).
Workability suatu alat dapat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk
pekerjaan, sehingga dapat mempengaruhi penggunaan uang.
Peralatan yang digunakan didalam proyek ini antara lain peralatan berat
seperti excavator, truck mixer, dan concrete pump.Peralatan pendukung seperti
bar bender,bar cutter, las sambung trafo, dan mesin bor listrik. Peralatan perkakas

69
seperti gergaji, palu, meteran, cangkul, dan lain-lain. Peralatan yang digunakan
sudah dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ada tanpa mengalami hambatan.

4.3.5 Uang (Money)


Sumber dana untuk Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu ini adalah dari APBN dengan jumlah dana sebesar Rp. 7.000.000.000-
(Tujuh Miliyar Rupiah) Pembayaran biaya dari pemilik proyek dilakukan dengan
sistem progress fisik yang sesuai dengan kontrak kerja. Adapun tahapan
pembayaran adalah sebagai berikut :
a. Pembayaran pertama sebesar 20% dari harga kontrak dibayarkan sebelum
pembangunan gedung atau sebagai uang muka. Uang muka ini nantinya akan
dikembalikan lagi dengan angsuran mengurangi biaya setiap pembayaran
selanjutnya.
b. Pembayaran kedua sebesar 50% dari harga kontrak akan dibayarkan setelah
pembangunan fisik gedung yang bersangkutan telah mencapai 25% dan
dinyatakan dengan laporan kemajuan pekerjaan setiap minggunya yang
ditandatangani olehkonsultan pengawasserta pemberi kerja atau pejabat yang
ditunjuk.
c. Pengembalian uang muka akan dipotong sesuai dengan presentase pembayaran
pekerjaan pada saat pembayaran sampai dengan progress80%
d. Sistem pembayaran upah pekerja dilakukan sebulan sekali. PT. Abata Hasta
Persadaakan menghitung pekerjaan yang telah dilakukan oleh pekerja selama
satu bulan dan memberi upah pekerja kepada mandor. Mandor akan
membayarkan upah kepada pekerja sesuai dengan hasil dari pekerjaan yang
mereka lakukan. Pembayaran upah pekerja telah terlaksana dengan baik tanpa
kendala.

4.3.6Waktu (Time)
Jangka waktu pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN
di Bengkulu adalah selama 135 hari kalender. Pelaksanaan proyek dimulai dari
tanggal ditetapkan Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK). Surat perintah mulai kerja
dikeluarkan pada tanggal 28Agustus 2016 dan selesai pada tanggal 11 Desember
2016. Keterlambatan pekerjaan di lapangan mengakibatkan adanya adendum yang
di berikan, sehingga waktu pelaksanaan proyek berakhirtanggal 16 Januari 2017.

70
4.4Pengawasan dan pengendalian kualitas material
Perawatan dan penyimpanan material diperhatikan agar tidak terjadi
penurunan kualitas material. Material ditempatkan di sekitar lokasi proyek.
Material yang mudah terpengaruh keadaan lingkungan dihindarkan dari kontak
langsung dengan tanah dan cuaca luar dengan penyimpanan di dalam gudang
seperti semen dan material plafon(Gambar 4.33 dan Gambar 4.34). Besi baja
tulangan ditempatkan secara langsung diatas tanah dekat dengan tempat
pemotongan dan pembengkokkan besi (Gambar 4.35). Material seperti agregat
kasar, agregat halus, batako ditempatkan langsung di atas tanah dan terkena sinar
matahari (Gambar 4.36 dan Gambar 4.37).

Gambar 4.33Tempat penyimpanan semen

Gambar 4.34Tempat penyimpanan plafon

71
Gambar 4.35Tempat penyimpanan besi tulangan

Gambar 4.36Tempat penyimpanan agregat

Gambar 4.37Tempat penyimpanan bata


4.5Pengawasan dan Pengendalian Kuantitas
Pengawasan dan pengendalian kuantitas bertujuan untuk menjaga agar
jumlah barang dan jasa sesuai dengan perjanjian kontrak. Pengendalian kuantitas
berhubungan dengan volume pekerjaan. Perhitungan volume pekerjaan dilakukan
dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan spesifikasi.

72
Pemeriksaan kuantitas pekerjaan di lapangan dilakukan setiap satu bagian
pekerjaan selesai dilaksanakan. Selama masa pelaksanaan proyek, pihak
kontraktor membuat gambar-gambar dan catatan perhitungan mengenai proses
kemajuan pekerjaan,hasil tersebut diperiksa oleh konsultan pengawas.

4.6Pengawasan dan pengendalian biaya


Pengendalian yang digunakan dalam suatu pelaksanaan proyek yaitu
rencana biaya proyek, maka disusun Rencana Anggaran Proyek. RAP didalam
terdapat biaya proyek yang meliputi penggunaan bahan, peralataan, gaji pegawai,
tenaga, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. Hal yang
diperlukan pada akhir proyek yaitu diadakan evaluasi terhadap biaya berupa
prestasi ditambah dengan sisa material lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
yang terdapat pada RAP.Pengawasan dan pengendalian biaya dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Pengawasan dan pengendalian biaya material
Kebutuhan barang dalam proyek ditangani oleh bagian logistik. Pengendalian
harga tergantung pada kecakapan logistik untuk memperoleh barang dengan
harga serendah mungkin dengan kualitas yang diharapkan tanpa terlepas dari
RAP yang telah disusun. Pelaksana dalam mengadakan pengendalian biaya
material dengan cara :
1) Membuat daftar kebutuhan material dan meminta persetujuan konsultan
pengawas.
2) Pelaksana menyerahkan daftar kebutuhan material tersebut kepada bagian
logistik.
3) Bagian logistik memesan dan menyediakan barang sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pengawasan dan pengendalian biaya peralatan
Peralatan yang digunakan dalam Proyek pembangunan gedung Kantor UPT
BKN di Bengkulu semua peralatandisewa baik dari Kota Bengkulu maupun
dari luar Provinsi Bengkulu.

4.7 Analisis Time Schedule


Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-
masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu

73
yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Schedule harian, Schedule
mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu yang dibuat
oleh PT. Abata Hasta Persadaselaku kontraktor pelaksana. Waktu pelaksanaan
yang direncanakan adalah 135 hari kalender yang dimulai dari tanggal 28Agustus
2016.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu sudah mengalami keterlambatan jika dilihat dari time schedule.
Keterlambatan pekerjaan disebabkan oleh besarnya kebutuhan beton beton ready
mix yang tidak dapat dipenuhi oleh PT. Jaya Beton sehingga harus menunda
waktu pengecoran. Keterlambatan mengakibatkan adanya adendum yang
diberikan, sehingga waktu pelaksanaan proyek berakhir pada tanggal 16Januari
2017.

4.8Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah hal yang penting dalam
pelaksanaan suatu proyek. Kontraktor dapat dituntut jika terjadi kecelakaan kerja
dan pihak pekerja memang tidak dilengkapi K3.Ketentuan dari Kementerian
Tenaga Kerja RI, antara lain:
a. Mengasuransikan semua tenaga kerja proyek ke Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK).
b. Kontraktor menyediakan semua keperluan peralatan dan perlengkapan
perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE).
c. Menyediakan perlengkapan PPPK yang berguna untuk mengantisipasi
kecelakaan atau luka yang ringan.

Gambar 4.38Asuransi BPJS Ketenagakerjaan

74
75
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan di lapangan selama
melakukan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di
Bengkulu adalah:
1. Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu dilaksanakan
dalam rangka mengoptimalkan pelayanan Aparatur Sipil Negara (ASN).
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap suatu proyek konstruksi adalah suatu hal
yang sangat penting. Pengawasan dilakukan supaya pekerjaan yang dilakukan
oleh kontraktor sesuai dengan rencana, pedoman pelaksanaan konstruksi yang
ada, spesifikasi teknis dan gambar rencana proyek. Pada proyek ini dilakukan
pengawasan terhadap mutu bahan, pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian waktu serta evaluasi kemajuan pekerjaan.
3. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan didasarkan atau berpedoman pada gambar
bestek, apabila terjadi perubahan rencana gambar harus ada persetujuan dari
ownermelalui konsultan perencana dan konsultan pengawas.
4. Beton yang digunakan pada pengecorandi Proyek Pembangunan terlebih
dahulu dilakukan uji slump untukmemastikan bahwa campuran beton tersebut
tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental.
5. Slump yang diizinkan adalah 8-12 cm. Slump terlalu kecil dapat menyulitkan
pekerjaan pengecoran yang menggunakan concrete pump.
6. Pengendalian kualitas material sudah cukup baik, seperti semen yang di
simpan di dalam gudang. Kekurangnnya terdapat pada penyimpanan besi
tulangan yang di letakkan ditempat terbuka sehingga terkena cahaya matahari
dan air hujan.
7. Penulangan padapile cap, tie beam, kolom, balok, dan plat lantai sudah
memenuhi spesifikasi teknis. Jarak dan diameter yang digunakan telah sesuai
dengan gambar rencana.
8. Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak

76
mengalami ganguan. Perawatan beton K300 ini minimal selama 3 (tiga) hari
serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab.
9. Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu mengalami keterlambatan jika dilihat dari Time Schedule. Adanya
adendum waktu Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pusat UPT BKN di
Bengkulu, sehingga jadwal pembangunan berakhir pada tanggal 16Januari
2017.
10. Kontraktor sudah menyiapkan tentang K3 namun dari beberapa pekerja
kurang menaatiK3 pada saat bekerja.

5.2 Saran
Saran yang ingin disampaikanuntuk pelaksanaan pekerjaan pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkuluadalah sebagai berikut:
1. Kontraktor pelaksana maupun pengawas sebaiknya lebih meningkatkan
pengawasan dan koreksi pelaksanaan pekerjaan, karena masih banyak
pekerjaan yang tidak memakai perlengkapan pengaman saat melakukan
pekerjaan yang mana hal itu merupakan salah satu prosedur pelaksanaan
proyek.
2. Material harus tersedia sebelum pelaksanaan dimulai karena bisa
menghambat pekerjaan jika material yang dibutuhkan tidak ada di lapangan.
3. Baja tulangan sebaiknya disimpanpada tempat yang terlindung dari pengaruh
cuaca dan dihindarkan kontak langsung dengan tanah.
4. Segera melakukan perbaikan apabila terdapat fasilitas yang rusak.
5. Perawatan terhadap material perlu diperhatikan, agar tidak terjadi penurunan
kualitas material.

77
DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, 2009,Pile Cap dan Tie Beam. http://www.ilmusipil.com/. 20 Desember


2016, 15.35WIB.
Antoni, 2007, Teknologi Beton. Surabaya.
Budiutomo,2013.Struktur Atas Bangunan.http://tanpawaton.blogspot.co.id.20
Desember 2016,16.15 WIB.
Denawi, 2008. Ring Balok Beton. http://www.struktur-rumah.com. 30 Desember
2016, 19.31 WIB.
Dipohusodo, I., 1999, Teori – Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Andi
Offset, Yogyakarta.
Djojowirono, S.,2001. Manajemen Konstruksi.Bandung : Biro Penerbit UGM.
Ervianto, W.I., 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Gideon, H.K., 1993. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta: Erlangga.
Hardiyatmo, H.C., 1996. Teknik Fondasi 1.Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Husen, A., 2010. Manajemen Proyek (Rev. Ed.). Yogyakarta: Andi Offset.
Kirun, Wae., 2013. Pile cap dan fungsinya. http://projectmedias.blogspot.co.id. 30
Desember 2016, 19.46 WIB.
McCormac, J.C., 2000. Desain Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga.
Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Murdock, L. J., Brook, K. M., Hindarko, S., 1999. Bahan dan Praktek Beton,
Erlangga, Jakarta.
Nawy, E.G., 1998.Beton Bertulang, Bandung: Refika Aditama.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:09/PER/M/2008., Pedoman Sistem
Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan. Jakarta.
Puspantoro, B., 1996. Konstruksi Bangunan Gedung Tidak
Bertingkat.,Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Schodek, D. L., 1991. Struktur. PT Eresco, Bandung.

78
SK SNI 03-2847-2002.2004.Persyaratan Beton Struktur Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
SNI T-15-1991-03. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
SNI 02-6820-2002, 2002. Spesifikasi Agregat Halus dan Kasar untuk Pekerjaan
Pengadukan. Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
SNI 03-1729-2002, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung. Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit PU,
Bandung.
Widiasanti, I. & Lenggogeni. 2013. Manajemen konstruksi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

79

Anda mungkin juga menyukai