Oleh:
Muhammad Ramadhan Algifary
104117099
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas kelimpahan rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kerja praktik yang berjudul “Metode Pelaksanaan
Pelat Lantai Pada Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera”.
Laporan ini disusun sebagai media penilaian dalam mata kuliah Kerja Praktik yang
merupakan salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Perencanaan Infrastruktur Universitas Pertamina.
Kerangka materi yang tersaji dalam laporan ini disusun berdasarkan hasil yang telah penulis dapatkan
dari kerja praktik selama dua bulan pada Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera. Penulis
sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini,
terutama kepada:
• Bapak Dr. Arianta, S. T., M. T. selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pertamina
• Bapak Teuku Mahlil, Ph. D. selaku dosen pembimbing dari pihak Universitas
Pertamina yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing selama
kerja praktik berlangsung.
• Bapak Joko Bambang selaku pembimbing dari pihak instansi PT. Totalindo Eka
Persada, Tbk yang telah bersedia menjadi pembimbing instansi selama kerja praktik
dilaksanakan.
• Bapak Dr. Ing. Yulizar selaku dosen wali dari pihak Universitas Pertamina yang
telah bersedia untuk membimbing saya secara akademik selama perkuliahan saya di
Program Studi Teknik Sipil Universitas Pertamina.
• Rekan-rekan kerja praktik atas kerjasama dan dukungannya.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktik ini jauh dari kata sempurna,
untuk itulah penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan di masa depan.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan berjudul “Metode Pelaksanaan Pelat Lantai
Pada Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera” ini dapat memberikan dampak positif
khususnya bagi penulis maupun bagi para pembaca. Demikian laporan ini dibuat, semoga segala
sesuatunya dapat bermanfaat.
Jakarta, 7 Juni 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................. 26
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2. Pelaksanaan Safety Induction untuk Mahasiswa Kerja Praktik .............................. 9
Gambar 3.5. Mengukur Elevasi Bekisting Pelat Lantai dengan Waterpass ............................... 11
Gambar 3.12. Formulir Pencatatan Arus Keluar Masuk Truk Mixer ........................................ 16
iv
Gambar 4.11. Tanda Selesai Pekerjaan Pemeriksaan ............................................................... 23
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kerja praktik yang dilakukan di Proyek Pembangunan Sky
House Alam Sutera adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi suatu masalah dan solusi yang ditawarkan selama masa pembangunan
proyek
2. Meningkatkan pengalaman beserta wawasan mengenai dunia teknik sipil dengan terjun
langsung ke lapangan disertai dengan bimbingan dari pihak-pihak yang terkait
3. Meningkatkan etika bekerja seperti disiplin waktu, kerja sama serta komunikasi antar
individu.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tabel 1.1. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2021 hingga 18 Maret 2021.
Lokasi proyek berada di Jl. Sutera Boulevard Line No.45, Alam Sutera, Tangerang No.5320,
Kunciran, Kec. Pinang, Kota Tangerang, Banten.
2
BAB II
PROFIL INSTANSI
3
untuk merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
Selain itu juga memberikan saran dan pertimbangan akan segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkembangan proyek tersebut. Perencana juga bertugas untuk memberikan jawaban
dan penjelasan atas hal-hal yang kurang jelas terhadap gambar rencana dan rencana kerja
dan syarat-syarat. Perencana juga harus membuat gambar revisi bila terjadi perubahan-
perubahan rencana dalam proyek. Pekerjaan perencanaan meliputi perencanaan arsitektur,
struktur, mekanikal dan elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran yang diperlukan
dalam pelaksanaan pembangunan (Ervianto, 2005). Tugas konsultan perencana dalam
proyek adalah melakukan perencanaan dalam proyek mulai dari gambar rencana yang sesuai
dengan kondisi lapangan, perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal elektrikal, landscape,
rancangan anggaran biaya (RAB), dan dokumen lainnya (Rahmah, 2019). Contoh produk
dari konsultan perencana adalah spesifikasi teknis seperti shop drawing, bill of quantity
(BoQ), kerangka acuan kerja (KAK), metode pelaksanaan, dan dokumen kontrak merupakan
sesuatu yang harus dijadikan pedoman oleh kontraktor serta pihak kontraktor tidak
diperbolehkan mengubahnya.
d. Konsultan Pengawas
Pada proyek ini, yang berperan sebagai konsultan pengawas adalah PT. Dacrea. Dalam
sebuah proyek, konsultan pengawas ditunjuk langsung oleh owner. Tugas konsultan
pengawas yang terutama adalah mengawasi pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan konstruksi
dari segi kualitas, kuantitas, serta laju pencapaian volume (Dipohusodo, 1996). Tugas
tersebut dilaksanakan agar tidak terjadi penyelewengan rencana selama berlangsungnya
tahap konstruksi yang dapat mengakibatkan terjadi kekacauan terhadap mutu dan hasil
proyek. Apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan, maka hal yang dilakukan konsultan
pengawas adalah konsultan pengawas akan melakukan konfirmasi kepada owner. Kemudian,
tahap berikutnya adalah dapat melakukan re-design atau desain ulang sesuai dengan kondisi
lapangan.
4
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Proyek
Sumber: PT. Totalindo Eka Persada, Tbk
5
2.2. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Totalindo Eka Persada, Tbk (TOPS) didirikan dan mulai beroperasi pada tanggal
31 Oktober 1996. Berdasarkan Anggaran Dana Perusahaan, TOPS merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan umum, industri, pertanian, jasa,
percetakan, pengangkutan darat, perbengkelan. Kegiatan utama yang dilakukan TOPS
adalah jasa konstruksi yang terintegrasi mulai dari jasa konsultasi dan desain konstruksi,
pekerjaan persiapan, struktur, arsitektur sampai dengan mekanikal elektrikal, dan pemipaan
(plumbing) untuk apartemen, rusun, hotel, pusat perbelanjaan, pabrik, sekolah, tempat
ibadah, jalan tol dan jembatan (Lotus Online Trading System, 2017).
Selama 24 tahun berdiri, terdapat banyak sekali pencapaian dan penghargaan yang
telah diraih oleh TOPS (PT. Totalindo Eka Persada, Tbk, 2017). Beberapa pencapaian dan
penghargaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Totalindo menerima Sertifikat Penghargaan untuk penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Sektor Industri Jasa Konstruksi dari Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
2. Totalindo menerima Sertifikasi Registrasi untuk pemenuhan persyaratan OHSAS
18001:2007 kategori General Building Construction dari MS Certification Services
PVT. Ltd
3. Totalindo menerima Sertifikasi Registrasi untuk pemenuhan persyaratan OHSAS
18001:2007 kategori General Building Construction dari MS Certification Services
PVT. Ltd
4. Totalindo menerima Sertifikasi Registrasi untuk pemenuhan persyaratan ISO 9001:2015
kategori General Building Construction dari MS Certification Services PVT. Ltd.
5. Totalindo menerima Sertifikat Keanggotaan dari Konsil Bangunan Hijau Indonesia.
6
Gambar 2.2. Lokasi Proyek 1
Sumber: www.peta-hd.com (Diakses pada 5 Juni 2021 pukul 19:15 WIB)
7
2.4. Data Proyek
Data Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera adalah sebagai berikut.
8
BAB III
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan kerja praktik yang telah
dilaksanakan selama dua bulan di Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera. Kegiatan-kegiatan
tersebut di antaranya adalah safety induction, tool box meeting (TBM), quality control struktur, dan
quality control pada saat proses pengecoran.
3.1. Safety Induction
Kegiatan safety induction merupakan kegiatan yang wajib dilakukan pertama kali oleh
pekerja baru maupun mahasiswa kerja praktik sebelum diizinkan memasuki area proyek. Kegiatan
ini merupakan pengenalan mengenai standar keselamatan kerja yang diberlakukan di Proyek
Pembangunan Sky House Alam Sutera. Standar keselamatan tersebut diantaranya berupa himbauan
untuk wajib memakai alat keamanan seperti helm safety beserta tali dagunya, romi keselamatan,
sepatu safety, dan sebagainya. Selain itu, diperkenalkan juga mengenai zona yang memperbolehkan
untuk melepas APD dan merokok dan zona yang melarang melepas APD dan merokok. Safety
induction dilaksanakan tepat didepan ruang K3.
9
3.2. Tool Box Meeting (TBM)
Kegiatan tool box meeting (TBM) merupakan kegiatan yang sama dengan upacara dimana
seluruh pekerja dan para staff dikumpulkan dan dibariskan di lapangan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk mengecek kehadiran pekerja di setiap bagian divisi. Selain mengecek kehadiran
pekerja, pada kegiatan ini juga terdapat pengarahan-pengarahan mengenai keselamatan pekerja,
diskusi terkait progres pembangunan, masalah yang terjadi di lapangan, dan sebagainya. Kegiatan
ini dilakukan setiap hari senin, rabu, dan jumat pada pukul 08:00 WIB.
10
Gambar 3.4. Mengukur Tebal Pelat Lantai yang Direncanakan
11
3.4. Quality Control Pengecoran
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengendalikan mutu alat dan bahan pada
saat pengecoran agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengecoran terbagi
menjadi beberapa tahap area pengecoran yaitu zona 1, zona 2, dan zona 3. Pada umumnya
untuk satu lantai dapat diselesaikan dalam waktu 1 minggu. Pekerjaan quality control ini
dilakukan pada saat dilakukan kegiatan storing. Storing merupakan kegiatan yang
mengharuskan pekerja untuk standby menjaga proses pengecoran serta melakukan
dokumentasi ketika pengecoran. Setiap mahasiswa kerja praktik wajib melakukan storing
satu minggu sekali. Pekerjaan yang dilakukan pada saat storing meliputi uji slump,
Peninjauan saat pengecoran, dan pencatatan arus keluar masuk truk mixer (TM).
3.4.1. Uji Slump
Uji slump dilakukan untuk mengetahui kadar kekentalan dari adukan beton yang
akan digunakan agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar kekuatan beton
mencapai kuat tekan yang telah direncanakan. Mutu beton yang digunakan ketika proses
pengecoran adalah fc’ 40 dan fc’ 35 dengan syarat slump sebagai berikut.
• Untuk fc’ 40 syarat slumpnya adalah 14 +-2 cm (beton mutu ini digunakan untuk
pengecoran struktur kolom)
• Untuk fc’ 35 syarat slumpnya adalah 12 +-2 cm (beton mutu ini digunakan untuk
pengecoran pelat lantai dan balok)
Nilai slump diatas diambil berdasarkan tabel dari buku Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971 berikut.
Tabel 3.1. Nilai-Nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan Beton
No Elemen Struktur Slump maks (cm) Slump min (cm)
1 Plat pondasi, pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulangan 9,0 2,5
kaison, dan konstruksi di bawah
tanah
3 Plat (lantai), balok, kolom dan 15,0 7,5
dinding
4 Jalan beton bertulang 7,5 5,0
5 Pembetonan massal 7,5 2,5
Sumber: Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah kerucut berbahan logam dengan
tinggi 30 cm, diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm beserta dengan mistar
12
pengukurnya dan meteran untuk mengukur tinggi slump-nya. Uji slump dilakukan setiap
kedatangan truk mixer 1, 5, 10, 20 dan kelipatan 10 seterusnya.
Setelah dilakukan uji slump pada sampel beton, sampel beton akan dimasukan pada
cetakan berbentuk silinder dan kemudian akan diberi tanda pada bagian atas sampel tersebut
dengan tujuan untuk mengidentiikasi sampel tersebut ketika pengujian. Setelah 10 jam,
sampel tersebut akan dimasukan ke bak perendaman beton selama 28 hari. Tujuan dari
perendaman ini adalah untuk menjaga kelembapan beton, mencegah beton kekurangan air
pada saat-saat setting time concrete dan lainnya.
13
3.4.2. Peninjauan Saat Pengecoran
Pada saat proses pengecoran lantai telah berlangsung, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
• Penambahan cairan water proofing integral
Ketika truk mixer sudah datang ke lokasi proyek, beton cair akan ditambahkan cairan
water proofing integral sebanyak 12 liter. Penambahan cairan integral berfungsi agar
beton ketika sudah mengering menjadi kedap terhadap air untuk mencegah kerusakan
beton akibat air.
14
Gambar 3.10. Penggunaan Vibrator Ekstenal
15
Gambar 3.12. Formulir Pencatatan Arus Keluar Masuk Truk Mixer
16
BAB IV
17
Dalam metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai, terdapat beberapa tahapan.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada Proyek
Pembangunan Sky House Alam Sutera.
4.2.1. Metode Pemasangan Bekisting Pelat Lantai
Dalam metode pemasangan bekisting pelat lantai terdapat beberapa tahap dan
langkah yang dilakukan. Tahap dan langkah tersebut dilakukan agar Proyek Pembangunan
Sky House Alam Sutera memperoleh hasil pekerjaan yang diharapkan. Berikut merupakan
tahap dan langkah dalam pemasangan bekisting pelat lantai:
1. Pengukuran Elevasi
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengukur dan memastikan agar balok dan pelat lantai
berada pada ketinggian dan kerataan yang sesuai dengan yang ada pada shop drawing (yang
direncanakan). Pekerjaan ini dilakukan sebelum penmasangan bekisting dan sesudah.
Pengukuran elevasi sebelum pemasangan bekisting bertujuan memastikan kerataan
permukaan pelat lantai agar dapat dipasang bekisting untuk lantai berikutnya. Sedangkan
pengukuran elevasi sesudah pemasangan bekisting dilakukan untuk memastikan bahwa hasil
pemasangan bekisting pelat sudah benar dan elevasinya sama. Pekerjaan ini dilakukan oleh
para surveyor dengan menggunakan alat penanda elevasi dan juga waterpass.
2. Pemasangan Bekisting
Setelah selesai melakukan proses pengecoran baik kolom, balok dan juga pelat lantai
pada lantai sebelumnya, maka pekerjaan selanjutnya yang akan dilakukan adalah
pemasangan bekisting kolom, pelat lantai, dan balok yang akan digunakan untuk pengerjaan
lantai selanjutnya. Pekerjaan pemasangan bekisting pelat lantai balok merupakan suatu
pekerjaan yang sudah menjadi sebuah kesatuan berdasarkan shop drawing. Bekisting yang
digunakan pada Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera lantai 19 adalah bekisting
berbahan alumunium atau alumunium formwork karena bekisting jenis ini memiliki banyak
18
kelebihan yang dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pekerjaan pemasangan bekisting dilakukan
langsung di lokasi dengan menggunakan alat bantu yaitu palu untuk merapatkan sambungan
antar bekisting dan baut untuk mengunci sambungan tersebut.
3. Pemasangan Scaffolding
Setelah pemasangan bekisting selesai, pada bagian bawah bekisting dipasang
scaffolding. Scaffolding merupakan alat yang digunakan untuk menahan beban bekisting
horizontal. Pemasangan scaffolding pada Proyek Pembangunan Sky House Alam Sutera
lantai 19 menggunakan sistem ring lock dengan dimensi ring lock vertikal 1 m – 2 m dan
dimensi ring lock horizontal 0,9 m – 2,4 m. Pemasangan scaffolding harus memperhatikan
elevasi sesuai dengan gambar yang sudah dilakukan penandaan oleh surveyor. Mengatur
elevasi scaffolding dapat dilakukan dengan memutar bagian base jack atau U-head pada
rangkaian scaffolding dengan sistem ring lock.
19
4. Pemasangan Support pada Bekisting Arah Horizontal
Pemasangan support pada arah horizontal bekisting berfungsi untuk mencegah
adanya rongga antara sambungan bekisting dan dibuat serapat mungkin. Tujuannya adalah
agar bekisting dapat menahan beban pada saat pengecoran dan tidak ada beton yang
merembes keluar melalui rongga tersebut. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah
palu dan baut sebagai pengunci.
20
Gambar 4.6. Pemotongan Besi dengan Bar Cutter
21
Gambar 4.8. Pemasangan Beton Decking
Tulangan pelat lantai terdiri dari tulangan pelat atas dan tulangan pelat bawah. Untuk
menjaga jarak antara tulangan pelat atas dan tulangan pelat bawah menggunakan tulangan
kaki ayam yaitu potongan besi dengan diameter tertentu yang telah dipotong. Detail
penulangan pelat lantai dapat dilihat pada layout di halaman 46 dan 47. Dalam gambar layout
halaman 46, terdapat beberapa tulangan dengan diameter 13mm yang dipasang disamping
tulangan diameter 10 mm. Hal tersebut dikarenakan kemungkinan ketika perencanaan,
terdapat kelebihan beban tekan dan tarik yang ada pada bagian yang telah ditambahkan
tulangan tersebut.
22
Gambar 4.10. Pemasangan Tulangan Kaki Ayam
23
2. Pengecoran dan Pemadatan
Setelah pekerjaan checklis selesai dilakukan oleh pihak quality control (QC) dari
kontraktor, pihak owner dan pihak konsultan pengawas. Sebelum proses pengecoran akan
dilakukan, langkah yang dilakukan adalah menghitung volume pelat lantai dengan
persamaan panjang lebar x tinggi. Tujuan menghitung volume pelat lantai adalah untuk
menentukan berapa banyak truck mixer yang akan dipesan pada saat pekerjaan pengecoran.
Untuk pelat lantai, kuat mutu beton (fc’) adalah 35 Mpa. Setelah melakukan pemesanan
beton, ketika truck mixer telah sampai pada lokasi proyek maka akan dilakukan uji slump
dengan persyaratan untuk fc’ 35 nilai slump yang diizinkan adalah 12 +/- 2 cm. Apabila
ketika uji slump sampel beton tidak sesuai dengan standar setelah uji slump sebanyak 3 kali,
maka beton yang sudah dipesan tersebut akan dikembalikan dan akan diganti dengan beton
yang baru hingga memenuhi standar yang telah dipesan.
Setelah uji slump sudah sesuai, beton cair dituangkan ke area yang akan dilakukan
pengecoran dengan menggunakan concrete pump dan juga dengan menggunakan concrete
bucket yang sudah disambung dengan selang lalu akan diangkat menggunsakan tower crane.
Ketika proses pengecoran, dilakukan juga proses pemadatan beton dengan menggunakan
vibrator baik eksternal maupun internal. Tujuan dari pemadatan ini adalah agar kandungan
udara karena dengan adanya udara dalam beton dapat megurangi kekuatan beton ketika beton
sudah mengering.
24
3. Perawatan Beton
Setelah proses pengecoran beton selesai dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
melakukan perawatan pada beton. Perawatan beton dilakukan dengan cara bagian yang telah
selesai dicor akan dibiarkan, ditutup dengan terpal dan diberikan air pada bagian atas terpal
dengan tujuan untuk memelihara kelembapan dan mengatur kondisi suhu beton baik di dalam
maupun diluar permukaan beton. Pekerjaan ini dilakukan dalam waktu semalaman setelah
proses pengecoran berakhir.
25
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
5.1. Tulangan
5.1.1. Pemotongan Tulangan Baja
Pemotongan tulangan baja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
manual dan dengan cara mekanis. Alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan
adalah gunting pemotong (manual) dan gunting blok (mekanis). Pemilihan alat dapat
ditentukan berdasarkan diameter tulangan. Tulangan dengan diameter sampai 12 mm
dipotong menggunakan gunting pemotong (manual), sedangkan tulangan dengan diameter
>12 mm dipotong dengan menggunakan gunting blok (mekanis). Pemotongan dapat
dilakukan batang per batang atau dapat juga beberapa batang dipotong secara bersamaan
apabila dengan cara mekanis (Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan, 2016).
Pada proyek ini, pemotongan tulangan menggunakan gunting blok atau bar cutter
karena pada proyek ini diameter besi tulangan yang digunakan adalah 10-32 mm sehingga
untuk memudahkan pemotongan besi maka cara mekanis dinilai lebih efektif.
5.1.2. Pembengkokan Tulangan
Pembengkokan besi beton berdasarkan data yang ada pada barlist. Ketentuan
untuk pembengkokan dan toleransinya mengacu pada standar pembesian yang ada, sesuai
spesifikasi yang berlaku. Identifikasi dan penyiapan peralatan yang diperlukan untuk
pembengkok tulangan manual disiapkan. Meja kerja dengan mal pembengkok sudah
diletakkan plat pembengkok dan pasak-pasak besinya. Kunci penekuk dari berbagai ukuran,
dan pembengkok tulangan mekanis disiapkan bar bender diameter 20 mm keatas.
Dalam pembengkokan, digunakan meja pembengkok terbuat dari balok kayu. Di
atas meja pembengkok terdapat sebuah pelat pembengkok dengan dua pasak besi kecil yang
dipakukan atau disekrup.
26
Gambar 5.2. Besi Pelipat
Membengkokan besi dengan menggunakan kunci besi, dari ukuran kecil sampai besar. Kunci
besi perlu ditambah sambungan pipa, agar dalam membengkokan menjadi lebih ringan.
Membengkokan besi beton dilakukan satu per satu pada setiap bengkokannya, batang per
batang (Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan, 2016).
Pada proyek ini, pembengkokan besi dilakukan dengan menggunakan alat bar bender beserta
dengan peralatan lain yang sama dengan yang telah disebutkan diatas namun dengan
perbedaan meja pembengkok yang berbahan baja dan pelat pelipat sudah terpasang pada alat
sehingga tidak perlu dipaku atau disekrup.
27
5.1.3. Pemasangan Tulangan Lantai
Berdasarkan buku “Materi Praktis Pekerja Konstruksi Pekerjaan Besi Beton” yang
ditulis oleh Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan pada tahun 2016, beberapa prosedur
pemasangan tulangan lantai adalah sebagai berikut.
a) Perakitan dan pemasangan tulangan
1. Perakitan dikerjakan dilokasi dekat pemotongan dan pembengkokan
2. Perakitan dengan cara langsung merakit tulangan yang sudah dibengkok dan
dipotong tersebut ketempat pemasangannya
3. Pemotongan dan perakitan dilakukan di pabrik, kemudian dibawah ke tempat
pemasangan.
Pada proyek ini, proses perakitan dan pemasangan tulangan menggunakan
prosedur pada poin 1 yaitu perakitan dikerjakan dilokasi dekat dengan pemotongan dan
pembengkokan. Hal tersebut karena pada proyek ini, proses pemotongan dan
pembengkokan dilakukan di dekat lokasi pembangunan.
b) Pemasangan tulangan
Cara pelaksanaan pemasangan tulangan agar diperhatikan hal-hal seperti dibawah ini:
1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit gilingan baja, karat lepas, serta
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat baja dengan beton.
2. Tebal selimut beton dan penempatan / elevasi tulangannya. Oleh karena itu tulangan
harus dipasang dengan ganjal tulangan / beton dekking, kaki ayam atau spacer.
3. Tulangan rangkap dan tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh
batang penunjang (biasa disebut kaki ayam) atau ditunjang langsung pada cetakan
bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
Pada proyek ini, ketika proses pemasangan tulangan dilakukan pemeriksaan
kebersihan pada saat pekerjaan pemeriksaan. Selain itu, untuk memisahkan antara
tulangan pelat atas bawah menggunakan besi kaki ayam dan sebagai penanda selimut
beton menggunakan beton dekking seperti yang dijelaskan pada pekerjaan perakitan
tulangan besi.
c) Pengikatan baja beton
Beberapa bentuk dan cara pengikatan anyaman baja beton antara lain:
1. Silang cocok untuk menghubungkan batang-batang bersilangan pada plat lantai,
balok, dan kolom.
2. Lingkar dan silang, sama dengan A pada Gambar 5.4, tetapi untuk diameter yang
lebih besar.
3. Sadel/pelana, digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang dengan
tulangan sudut pada balok atau kolom.
28
4. Lingkar dan sadel. Sama dengan D pada Gambar 5.4, tetapi untuk diameter tulangan
yang lebih besar.
5. Silang ganda untuk
6. ikatan extra kuat
Pekerjaan pengikatan baja beton pada proyek ini menggunakan jenis dan bentuk pengikatan
single tie (snaptie) dan wall tie (wrap and snaptie) seperti yang dijelaskan pada halaman 22
dan bentuk pengikatannya dapat dilihat pada Gambar 5.5 sehingga dari segi mekanisme
kerja proses pengikatan baja beton pada proyek ini sudah sesuai dengan peraturan.
29
5.2. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Wigbout, 1997).
Adapun tipe-tipe bekisting yang ada pada dunia konstruksi adalah sebagai berikut:
5.2.1. Bekisting Konvensional
Bekisitng konvensional umumnya terdiri dari material balok atau kayu papan, dan
untuk konstruksi penopangnya tersusun dari kayu balok. Pada penggunaannya, bekisitng
konvensional yang sudah pernah dipakai dapat dibongkar susunannya dan disusun kembali
untuk bentuk lain, namun tentu material dari bekisitng konvensional ini memiliki umur yang
relatif pendek dan sebagian besar mudah rusak (Pramtama & Kristy Anggraeni, 2017).
Adapun kelebihan daripada bekising konvensional adalah sebagai berikut:
• Kemudahan dalam mencari material
• Untuk harga relatif lebih murah
• Pekerja ahli sangat sedikit digunakan
Namun selain itu terdapat juga kekurangan dari bekisting konvensional, yaitu:
• Pada penggunaan yang berulang, material ini tidak cukup awet.
• Proses bongkar dan pasang membutuhkan waktu tidak sedikit.
• Akan terdapat limbah dari penggunaan bekisting yang sudah rusak.
• Jika pengerjaan tidak bagus, maka kemungkinan bisa kurang presisi.
6.2.2. Bekisting Alumunium (Alumunium Formwork)
Pekerjaan pembangunan gedung-gedung tinggi atau pencakar langit, yang dimana
membutuhkan waktu penyelesaian yang cepat, maka diperlukan sesuatu penunjang yang bisa
membantu memangkas waktu pekerjaan serta meningkatkan efisien kerja. Bekisting yang
digunakan dalam hal ini adalah Alumunium Formwork, yaitu salah satu metode dengan
menggunakan bekisitng alumunium yang sudah terpasang pada semua elemen, baik itu
kolom, pelat lantai, balok dan dinding. Dengan menggunakan bekisitng alumunium tersebut,
pekerjaan bisa lebih cepat karena kita akan langsung mengecor keseluruhan elemen (per
lantai) dalam satu waktu yang bersamaan (Rizki, 2019).
Bekisting alumunium terbagi-bagi menjadi beberapa bagian yang nantinya akan
disatukan untuk menjadi panel untuk pengecoran dilapangan, Bagian yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a) Bekisting Kolom
1. Bekisting alumunium untuk kolom terdiri dari panel ukuran standar yang berbeda
dan fleksibel untuk nantinya digabungkan sesuai dengan dimensi yang diperlukan.
2. Memiliki stabilitas yang baik dan daya dukung tinggi hingga 60 kN per meter
persegi.
30
3. Pembongkaran panel dapat dilakukan sendiri sehingga menghemat waktu dan
tenaga.
b) Bekisting Dinding Geser atau Shearwall
1. Bekisting alumunium untuk dinding geser dapat didirikan dengan mudah dan
membantu menghindari pengecoran ganda sehingga menghemat banyak waktu dan
tenaga.
2. Penjajaran vertikal dan horizontal yang sempurna dapat dipertahankan.
c) Bekisting Balok dan Pelat Lantai
1. Kekuatan panel sangat kuat sehingga setelah dipasang, pekerjaan pembesian dapat
langsung dipasang diatasnya dan tanpa takut akan kekuatan panel.
2. Pengecoran balok dan pelat lantai sangat mungkin untuk dikerjakan secara
bersamaan.
d) Bekisting Area Lift
1. Pemasangan panel untuk area lift dapat dengan mudah didirikan tanpa banyak orang
atau tenaga.
2. Penjajaran vertikal dan horizontal yang sempurna dapat dipertahankan.
3. Sistem perakitan dan pemindahan cepat sehingga mempersingkat waktu ereksi dan
penghapusan.
e) Bekisting Tangga
1. Sistem perakitan yang mudah sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga.
2. Jika pembesian tangga sudah dipasang, maka dapat langsung ditutup oleh panel
sehingga langsung dapat dilalui bersamaan dengan proses pengecoran.
Tentu didalam pembuatan sesuatu yang dibuat oleh manusia, akan terdapat
kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Selanjutnya akan dijabarkan masing-masing
kekurangan serta kelebihan dari Bekisting Alumunium tersebut, yaitu:
Tabel 5.1. Kelebihan dan Kekurangan Bekisting Alumunium
KELEBIHAN KEKURANGAN
a) Konstruksi pekerjaan menjadi cepat a) Biaya investasi awal mahal
(dari perakitan hingga pengecoran b) Hanya untuk bangunan gedung
yaitu hanya 5 hari) bersifat tipikal
b) Biaya overhead menjadi lebih kecil c) Biaya perbaikan alumunium yang
karena dikerjakan dengan cepat cukup tinggi
c) Tidak memerlukan alat berat ataupun d) Kemungkinan tindak pencurian besar
tenaga kerja terampil untuk e) Membutuhkan ruang untuk
memasang bekisitng alumunium ini. menyimpan panel
31
d) Struktur bebas retak
e) Panel dapat digunakan kembali
hingga 250 kali
f) Tahan banting
g) Dapat mengecor berbagai elemen
secara bersamaan
h) Tidak menggunakan bahan-bahan
organic / ramah lingkungan
i) Hasil pengecoran berkualitas tinggi
j) Tanpa perlu melakukan plester untuk
hasil pengecorannya
k) Mengurangi resiko kecelakaan, karena
mobilisasi menggunakan tenaga
manusia
Sumber: Penggunaan Bekisting Alumunium (Formwork) pada Konstruksi
Apartemen Meisterstadt Batam (Rizki, 2019).
Pada proyek ini, ketika proses pengecekan dilakukan penandaan pada bagian mana
yang akan dilakukan pengecoran. Setelah melakukan penandaan, perencana akan
memperkirakan berapa kubik (m3) beton yang akan dipesan untuk melakukan pekerjaan
pengecoran pada area yang sudah ditandai tersebut untuk menghindari kurangnya beton
ketika proses pengecoran. Lalu, perencana juga melakukan pemeriksaan terhadap kondisi
alat dan ketersediaan alat serta tenaga kerja hingga proses penyelesaian akhir (finishing) agar
proses pengecoran berjalan tanpa henti hingga pengecoran berakhir agar kualitas beton tetap
seperti yang direncanakan. Selain pemeriksaan sebelumnya, pemeriksaan terhadap
pencahayaan dan keamanan kerja juga dilakukan agar proses pengecoran berjalan dengan
32
baik serta keamanan ketika proses lebih terjamin tanpa adanya kecelakaan kerja. Secara
keseluruhan, mekanisme pelaksanaan pada pekerjaan ini telah mengikuti standar yang
ditetapkan.
33
BAB VI
6.2. Saran
Berdasarkan pelaksanaan kerja praktik pada Proyek Pembangunan Sky House Alam sutera,
terdapat beberapa saran yang diharapkan mampu menunjang kualitas proyek konstruksi
tersebut diantaranya adalah sebgai berikut.
a. Pihak K3 perlu lebih tegas lagi untuk mendisiplinkan para pekerja selama berada di
lokasi proyek yang tidak menaati peraturan seperti melepas helm ketika berada di lokasi
proyek dan merokok ketika bekerja karena larangan pada saat berada di lokasi proyek
diantaranya adalah dilarang melepas alat perlindungan diri (APD) dan dilarang merokok
karena terdapat beberapa alat yang reaktif terhadap api.
34
b. Perencanaan kuantitas beton yang akan dipesan diharapkan agar dilakukan dengan tepat
agar ketika proses pengecoran tidak terjadi kekurangan beton.
c. Apabila terdapat keterlambatan, perlu dilakukan upaya untuk mengejar keterlambatan
seperti penambahan tenaga kerja dan kerja lembur.
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2018). Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota
Tangerang. Diakses pada 21 Februari 2021 pukul 18.30 WIB dari:
https://tangerangkota.bps.go.id/dynamictable/2018/11/21/97/jumlah-penduduk-
menurut-kecamatan-di-kota-tangerang-2017.html
Badan Standarisasi Indonesia (1995). Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton. Revisi SNI
03-3976-1995. Departemen Kerja Umum: Jakarta.
Badan Standarisasi Indonesia (2002). Tata Cara perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (Beta Version). SNI 03-2847-2002. Badan Standarisasi Indonesia: Bandung.
Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan (2016). Materi Praktis Pekerja Konstruksi Pekerjaan Besi
Beton. Diakses pada 10 Mei 2021.
Dipohusodo (1996). Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1. Kanisius: Yogyakarta.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (1979). Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung. Hal: 38
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). ANDI: Yogyakarta.
F.Wigbout (1997). Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga, Jakarta.
H. S. Pratama, R. K. Anggraeni, A. Hidayat, and R. R. Khasani (2017, Maret). Analisa
Perbandingan Penggunaan Bekisting Konvensional, Semi Sistem, dan Sistem (PERI)
pada Kolom Gedung Bertingkat. Jurnal Karya Teknik Sipil ,Volume 6, Nomor 1,
Tahun 2017. Universitas Dipononegoro: Semarang.
Lotus Online Trading System. Sejarah dan Profil Singkat TOPS (Totalindo Eka Persada Tbk).
Diakses pada 24 Februari 2021 pukul 19:42 WIB dari:
https://www.lots.co.id/news/news-updates/66918/Sejarah-dan-Profil-Singkat-TOPS-
Totalindo-Eka-Persada-Tbk
Mulyono, Tri. (2004). Teknologi Beton. ANDI: Yogyakarta
PT. Totalindo Eka Persada, Tbk (2019). Laporan Tahunan 2019. Diakses pada 1 Maret 2021 pukul
12:42 WIB dari:
https://www.totalindo.co.id/web_images/uploadresources/files/448cc42e031b5682f9
61566049e49565.pdf
Rahmah, Nidaiur (2019). Tugas Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, dan Kontraktor.
Diakses pada 3 Maret 2021 pukul 08:30 WIB dari:
https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/07/tugas-konsultan-perencana-konsultan-
pengawas-dan-kontraktor.html
Rizki, Fatkur (2019). Penggunaan Bekisting Alumunium (Formwork) Pada Konstruksi Apartemen
Meisterstadt Batam. Universitas Internasional Batam: Batam.
36
Sabaruddin, Arief (2018). Hakikat Hunian Vertikal di Perkotaan. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat: Jakarta.
Widiasanti. Irika, lenggogeni (2013). Manajemen Konstruksi. Rosda: Bandung.
37
38
39
40
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
41
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
42
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
43
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
44
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTIK
Maksimum Mahasiswa
45
1
2
3
4