Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SAMBUNGAN BETON PRACETAK


(SISTEM JASUBAKIM)

Disusun untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Beton Pracetak dan Prategang


Tahun 2019

Dosen Pengampu :
Baehaki,ST.,M.Eng

Disusun Oleh :
Rosyida Hutami 3336160035

JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2019
1. Definisi Sambungan
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen,seperti
tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970 an. Sistem
pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi
seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All
Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim
(1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
Sistem JASUBAKIM merupakan kategori sistem pracetak komposit hybrid
berbentuk langka. Sistem ini mengkombinasikan monolit konversional,
formwork dan pracetak. Komponen pracetak ini selain bersifat struktur
juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk beton cor di tempat.
Pada tahun 1998 metode sambungan ini dikembangkan oleh perusahaan BUMN
yaitu PT.Istaka Karya yang selanjutnya bertindak sebagai pemegang hak lisensi
tunggal. Setelah melalui tahap pengujian dan uji coba tahun 1998, produk Sistem
Jasubakim telah digunakan pada pembangunan Rumah Susun di Kawasan
Industri Pulau Batam tahun 2000, 2002, 2003 dan Rumah Susun Desa Begalon,
Surakarta 2004. Sambungan sistem ini menggunakan metoda las pada titik
kumpulnya. Komponen pracetak terdiri dari kolom, balok U dan pelat U. Selain
untuk rumah susun, sistem ini dapat digunakan untuk sekolah, rumah sakit,
pertokoan, dll.

2. Metode Sambungan
a. Sistem Struktur
Sistem JASUBAKIM merupakan kategori sistem pracetak komposit hybrid
berbentuk langka. Sistem ini mengkombinasikan monolit konversional,
formwork dan pracetak. Komponen pracetak ini selain bersifat struktur
juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk beton cor di tempat.
Gambar 1. Hybrid Concrete Precast System

Pada umumnya sambungan-sambungan bisa dikelompokkan sebagai berikut :


a. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban
(biasanya beban vertikal) akibat beban sendiri dari komponen.
b. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang
selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi
persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
d. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata
menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan.

Gambar 2. Sambungan
b. Sistem Erection
Sistem ini erection dilakukan perbagian yang memerlukan landasan yang
cukup kuat. Mobil crave bergerak memenuhi jarak jangkau dengan lengan
momen untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih
leluasa. Sistem ini biasa digunakan untuk bangunan bertingkat 3-5 lantai.

3. Tahapan Pengerjaan
a. Pemasangan Komponen Kolom
Sama seperti pada umumnya pemasangan komponen kolom dilakukan
setelah dibangunnya pondasi. Tulangan kolom kemudian dicor di tempat
bersaaam dengan tulangan konsol sampai batas yang sudah ditentukan.

Gambar 3. Pemasangan Komponen Kolom


b. Pemasangan Komponen Balok U
Untuk sistem ini balok yang digunakan daam konstruksi yaitu balok U
sebagai balok induknya. Balok induk dipasang terlebih dahulu sebelum balok
anak setelah itu dilakukan pengelasan pada titik kumpulnya.

Gambar 4. Pemasangan Komponen Balok U


c. Pemasangan Komponen Balok
Pemasangan balok anak dilakukan setrlah pemasangan balok induk dan
setelah terpasang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan pelat. Dalam
pemasangannya menggunakan crane dan juga dibantu dengan tenaga
manusia untuk mempresisikan posisi sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.

Gambar 4. Pemasangan Komponen Balok


d. Pemasangan Komponen Balok Kuda-Kuda Atap
Setelah kolom, balok dan pelat didirikan maka pemasangan komponen balok
kuda-kuda atap bisa dilaksanakan. Pada tahap ini perancah biasanya
menggunakan struktur yang sudah didirikan sebelumnya namun juga ada
yang menggunakan perancah buatan untuk lebih mempermudah dalam
pengerjaan dan meningkatkan faktor keamanannya.

Gambar 5. Pemasangan Komponen Balok Kuda-Kuda Atap


e. Pengujian Titik Kumpul Terhadap Beban Gempa
Tahap terakhir yaituu melakukan pengujian titik kumpul terhadap beban
gempa untuk memastikan apakah bangunan yang didirikan dapat menerima
beban gempa yang direncanakan.

Gambar 6. Pengujian Titik Kumpul Terhadap Beban Gempa

4. Acuan yang Digunakan


Adapun acuan yang digunakan dalam sistem sambungan ini adalah sebagai
berikut :
a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983;
b. Pedoman Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Rumah dan Gedung
Departemen Pekerjaan Umum;
c. SK SNI-T-15-1991.

5. Aplikasi
Sistem konstruksi pracetak JASUBAKIM telah diterapkan pada lima bangunan
di Indonesia, yaitu Kantor Jalan Kalimalang dengan konstruksi bangunan 2
lantai pada tahun 1999, dengan konstruksi bangunan 4 lantai pada tahun 2001,
Rusun Mukakuning dengan konstruksi bangunan 4 lantai pada tahun 2002,
Rusun Begalon dengan konstruksi bangunan 4 lantai pada tahun 2004 dan pada
tahun yang sama didirikan Rusun Marunda dengan konstruksi bangunan 5 lantai.
Gambar 7. Rusun Marunda Jakarta

Gambar 8. Rusun Mukakuning Batam

Gambar 9. Rusun Batu Ampar Batam


Gambar 10. Rusun Begalon Surakarta

Anda mungkin juga menyukai