DISUSUN OLEH :
BELLA TANGIAN 16014013
EDWIN WIJAYA 16014031
YOSUA ELIAS 16014020
BRIAN SARUMPIA 16014004
SAMUEL TAKAALUMANG 16014006
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 2
BAB II ISI .......................................................................................................................... 5
2.1. Beton Pracetak .................................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Beton Pracetak .......................................................................... 5
2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak .................................................................... 6
2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak ................................................... 7
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak................................................ 8
2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional ................................ 10
2.2. Beton Prategang ................................................................................................ 11
2.2.1. Pengertian Beton Prategang ...................................................................... 11
2.2.2. Kelebihan beton prategang........................................................................ 12
2.3. Pondasi ............................................................................................................. 13
2.3.1. Penjelasan Pondasi .................................................................................... 13
2.3.2. Jenis-jenis Pondasi .................................................................................... 13
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah.............................. 18
2.3. Pondasi Pracetak ............................................................................................. 19
2.3.1. Tiang Pancang ........................................................................................... 19
2.3.2. Pondasi Piers ............................................................................................. 21
2.3.3. Sheet Pile .................................................................................................. 21
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak ......................................... 23
2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak ......................................................... 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 24
Kesimpulan ................................................................................................................... 24
REVISI ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan catatan bahwa bobot pasir beton yang digunakan 1400 kg/m3, kerikil
1350 kg/m3 dan bukling factor pasir 20%.
Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan
Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmental.
2.3. Pondasi
2.3.1. Penjelasan Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh
beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban
yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban
rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah
tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Beton bertulang adalah material yang
paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang maupun bangunan
baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban dari kolom yang bekerja
pada pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang cukup luas sehingga
tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika tegangan tekan melebihi tekanan
yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan tiang pancang untuk
membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada struktur.
e. Pondasi Sumuran
f. Pondasi Umpak
c. Bor Pile
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah
- Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal:
pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau
pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
- Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
- Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
- Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
- Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg
tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan
tanah keras.
2.3. Pondasi Pracetak
2.3.1. Tiang Pancang
Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada
tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma
tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam.
Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah: bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja,
dan beton bertulang.
2.3.1.1. Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Alat dan Bahan
- Pile (tiang pancang)
- Diesel Hummer
- Service Crane
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pemancangan
- Karakteristik tanah
- Jenis tiang pancang
- Cara/jenis pembebanan
- Metode pukulan
3. Langkah Kerja
1.) Penentuan tititk-tititk dimana tiang pancang akan diletakkan
Penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah
ditentukan oleh perencana. Jika sudah fix titik mana yang akan
dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang sudah bisa
dilakukan.
2.) Mendirikan alat pemancang
Alat pemancang tiang didirikan didaerah titik letak pemancangan
pondasi yang akan di pancang, dimana alat pemancang ini harus berdiri
tegak terhadap muka tanah.
3.) Proses pengangkutan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang, terlebih
dahulu menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik ini di
dasarkan pada momen-momen lentur khusus yang dikembangkan selama
waktu pengambilan tiang pancang.
Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan
dilakukan dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane
,tiang dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang
sudah berada tepat diarea titik pancang.
4.) Penyambungan tiang pancang dengan jenis pemukul tiang
Setelah tiang pancang berdiri, lalu diantara kepala penumbuk dan
tiang pancang diberi suatu bantalan dengan tujuan melindungi ujung
tiang dari tegangan lokal yang berlebihan, dan mempunyai pengaruh
khusus pada gelombang tegangan yang timbul pada tiang selama
pemancangan. Pemilihan bantalan didasarkan pada karakteristik
pemancangan tiang, seberapa dalam tiang dapat dipancang, daya dukung
tiang dll.
5.) Pemancangan Tiang
Pemancangan tiang siap dilakukan setelah Pile terpasang dan posisi
alat sudah berada pada titik pemancangan.
Pemancangan dihentikan jika telah mencapai tanah keras, indikasi
jika pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari hammer
sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada
ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka segera dilakukan
pembacaan kalendering.
6.) Kalendering
Kalendering adalah grafik catat yang berada pada alat
pancangdimana berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemancangan
yang telah dilakukan sudah memenuhi spesifikasi daya dukung yang
diinginkan.
2.3.2. Pondasi Piers
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur
pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi
pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian
yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi
pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu,
aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah
mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier
dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom
vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang
ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini
mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.
Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton
yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana
ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton
pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan
bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan
ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat
juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering
kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun
secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan
dengan konstruksi diatasnya.
2.3.3. Sheet Pile
Sheet Pile adalah dinding vertical relative tipis yanh berfungsi untul
menahan tanah dan untuk masuknya air ke dalam lubang galian. Karena
pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanan yang relative murah, turap
banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti :
i. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
ii. Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan fondasi langsung atau
pondasi menerus, dan pembuatan basement
iii. Bangunan-bangunan di pelabuhan misalnya dinsing dermaga dan dok kapal
iv. Bandungan elak
Sheet pile tidak cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena
akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile juga
tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan, karena
menyulitkan pemancangan.
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak
SNI Pondasi Tiang Pancang Pracetak SNI 03-4434-1997
Kekentalan Beton pada Sheet Pile SKSNI T15-1990-03
SNI Pile Cap SNI 03-2847-2002
Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian
bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung
baja yang dibuat secara terfabrikasi.
Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti
pada tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk
penampang persegi.
Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses
pemancangan.
Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat alur untuk pengelasan.
Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu
menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama
dengan kapasitas tiang.
Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.
Gambar 1. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las
b. Pelaksanaan
1.) Persiapan penyambungan
Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan
cat dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah
(low hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan
selanjutnya digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari
terak dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan
dibersihkan dengan sikat bulu;
Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit
sehingga kawat las harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya
cairan las ke bawah.
10. Apa yang terjadi bila dalam proses pemancangan terjadi kemiringan
pemancangan
Toleransi Umum Pekerjaan Pemancangan
Dalam pekerjaan pemancangan, toleransi ditetapkan oleh Konsultan, baik
Konsultan Desain maupun Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi
Yang diberikan toleransinya di bagian ini adalah tiang pancang yang bertujuan
sebagai pondasi struktural dan bukan sebagai shoulder pile atau sheet pile
Apabila tidak ada ketentuan yang diberikan, dapat dipakai toleransi umum
yang banyak berlaku dan didasarkan dari standar yang umum digunakan dalam
pekerjaan, sebagai berikut:
a. Kelurusan Material Tiang Pancang
Penyimpangan kelurusan tiang pancang pada umumnya tidak boleh
melebihi 1/250 panjang tiang dan secara total tidak boleh melebihi 50 mm
(5 cm) untuk tiap segmen tiang pancang yang digunakan
b. Toleransi Kemiringan Vertikal
Toleransi kemiringan vertikal yang umum diberikan adalah :
- 2 % (setara 1:50 atau 1°) untuk pemancangan di tanah berpasir dan
lempung lunak
- 4% (setara 1:25 atau 2°) untuk pemancangan di tanah yang mempunyai
lapisan yang sulit dipancang dan tidak seragam atau lapisan tanah
berbatu (boulder ridden soil, gravelly)
- 2% untuk pemancangan di konstruksi pantai/laut yang lebih dari 50%
panjang tiangnya berada di permukaan tanah
Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang yang disambung pada
umumnya diberikan nilai 1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar
sambungan tiang pancang)
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih dari toleransi yang
ditetapkan, harus dilakukan review atau analisa oleh engineer pondasi atau
Konsultan Desain, mencakup pertimbangan gaya horizontal dan pengaruh
ke tiang pancang lain, serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan
c. Toleransi Posisi Titik Pancang
Toleransi posisi titik pancang yang bergeser pada umumnya ditetapkan
sebesar 75 mm atau 3 inchi -- untuk pergeseran lebih dari nilai tersebut harus
dianalisa untuk perubahan daya dukung atau perubahan pile cap yang
diperlukan
Beberapa konsultan memberikan toleransi 150 mm atau 6 inchi untuk tiang
yang berukuran besar, tergantung dari kondisi tanah dan kesulitan pekerjaan
d. Toleransi Penyimpangan Sumbu Penampang Tiang Pancang
Untuk tiang pancang yang bukan berbentuk bundar (bukan spun pile), yang
sumbu penampang tiangnya diperhitungkan dalam analisa pondasi maupun
kelompok tiang, penyimpangan sumbu penampang tiang pancang terhadap
posisi/arah sumbu utama yang direncanakan tidak boleh lebih dari 10°
(setara 1:6 atau 15%)
e. Jarak Antar Titik Pancang
Untuk tiang dengan dukungan end-bearing (tahanan ujung) :
- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari 2 kali diameter tiang bundar
(spun-pile) atau 2 kali sisi tiang berbentuk persegi (square pile) atau 1
kali dimensi terbesar untuk tiang berbentuk lain
- jarak minimal dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung
tidak boleh kurang dari 1 kali diameter
- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari keliling penampang tiang
pancang yang digunakan dengan ketentuan minimum jarak = 1 m' jika
keliling tiang kurang dari 1 m' [diambil nilai terbesar antara keliling
penampang tiang pancang atau 1 m']
- jarak dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak
boleh kurang dari 1/2 keliling penampang tiang pancang dengan
ketentuan minimum jarak = 500 mm (50 cm) -- [diambil nilai terbesar
antara setengah keliling penampang tiang pancang atau 50 cm]
f. Safety Factor
Safety factor untuk pengujian static maupun dynamic pada umumnya
diambil nilai 2 - 2,25 untuk beban tetap dan 1,5 untuk beban sementara.
http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.com/2016/01/macam-macam-
pondasi.html
https://asiacon.co.id/blog/pengertian-beton-pracetak-fungsi-beton-precast
http://blog.nobelconsultant.com/pondasi-tiang-pancang-beton-pracetak/
https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pemancangan-pondasi-
tiang-beton-pracetak
http://duniabangunan87.blogspot.com/2013/06/sejarah-beton-pracetak.html
https://megaconbeton.com/produk/tiang-pancang/
https://www.academia.edu/30866709/METODE_KERJA_PEMASANGAN_SHE
ET_PILE
http://projectmedias.blogspot.com/2013/10/pengertian-pile-cap-dan-
fungsinya.html