Anda di halaman 1dari 40

TUGAS

MAKALAH BETON PRACETAK


PONDASI PRACETAK

DISUSUN OLEH :
BELLA TANGIAN 16014013
EDWIN WIJAYA 16014031
YOSUA ELIAS 16014020
BRIAN SARUMPIA 16014004
SAMUEL TAKAALUMANG 16014006

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 2
BAB II ISI .......................................................................................................................... 5
2.1. Beton Pracetak .................................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Beton Pracetak .......................................................................... 5
2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak .................................................................... 6
2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak ................................................... 7
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak................................................ 8
2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional ................................ 10
2.2. Beton Prategang ................................................................................................ 11
2.2.1. Pengertian Beton Prategang ...................................................................... 11
2.2.2. Kelebihan beton prategang........................................................................ 12
2.3. Pondasi ............................................................................................................. 13
2.3.1. Penjelasan Pondasi .................................................................................... 13
2.3.2. Jenis-jenis Pondasi .................................................................................... 13
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah.............................. 18
2.3. Pondasi Pracetak ............................................................................................. 19
2.3.1. Tiang Pancang ........................................................................................... 19
2.3.2. Pondasi Piers ............................................................................................. 21
2.3.3. Sheet Pile .................................................................................................. 21
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak ......................................... 23
2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak ......................................................... 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 24
Kesimpulan ................................................................................................................... 24
REVISI ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi


pembetonan tradisional yang dilakukan di lokasi proyek pada beberapa jenis
konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya
dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton procetak ini antara lain terkait
dengan waktu, biaya, kualitas, predicability, keandalan, produktivitas, kesehatan,
keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability
(Gibb, 1999). Di Indonesia, hingga saat ini, telah banyak aplikasi teknologi beton
pracetak pada banyak jenis konstruksi dengan didukung oleh sekitar 16 perusahaan
spesialis beton pracetak, atau lebih dikenal dengan sebutan precaster (Sijabat dan
Nurjaman, 2007).

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika


dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi,
karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,
mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat
menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan
yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-
bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan
langka.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab


kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen
di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi
(transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan
system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat,
ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem


dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem
pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom
plat pantai.
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di
Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di
Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan
bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti
dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.

Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh


Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag,
Loser dll. Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia
Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru
melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa pada tahun
1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS
(Precast seismic Structure System).

Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti


tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem
pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti
Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing
Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem
Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen


secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan
dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur


beton tersebut: tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang.
Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan
dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai
komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur
utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka
mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan,
maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya
mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya.
Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah
besar.
BAB II
ISI
2.1. Beton Pracetak
2.1.1 Pengertian Beton Pracetak
Beton merupakan sebuah material yang menggunakan bahan baku semen,
pasir, abu batu, kerikil dan air. Semua bahan tersebut diaduk hingga menjadi
adonan yang siap dituang pada cetakan (bekisting). Sedangkan pengertian beton
pracetak adalah salah satu jenis beton yang proses pembuatannya adalah dengan
cara dicetak di sebuah pabrik menjadi panel-panel yang nantinya akan dirakit.
Pengertian tersebut adalah yang banyak dipahami oleh masyarakat pada
umumnya. Sebenarnya terdapat pengertian yang lebih teknis, yang mungkin
belum diketahui oleh orang awam. Sebagai pengetahuan kita bersama, berikut
dipaparkan lebih jelas tentang produk beton pracetak beserta fungsinya.
Berdasarkan kutipan dari Badan Standarisasi Nasional SNI, pengertian beton
pracetak adalah sebagai berikut:

- SNI 7832-2012: beton pracetak merupakan konstruksi yang komponen


pembentuknya dicetak atau difabrikasi. Pengolahannya baik di lahan
produksi (bengkel) ataupun di lapangan yang kemudian dipasang di
lapangan, sehingga membentuk sebuah bangunan.
- SNI 03-2847-2002: beton pracetak merupakan pencampuran semen
portland atau semen hidraulik lain, agregat halus (ukuran ≤ 5mm), agregat
kasar (ukuran 5mm-40mm), dan air serta ditambah dengan bahan tambahan
yang dapat membentuk masa padat.
Dari kedua pengertian beton pracetak diatas menunjukkan bahwa beton
pracetak merupakan sebuah proses pengolahan dari beberapa campuran beton.
Bahan material pembuatnya terdiri dari semen portland, pasir (agregat halus),
kerikil (agregat kasar), air dan zat-zat aditif menjadi sebuah massa padat yang
dilakukan secara fabrikasi (cetak).
Hasil pencetakan tersebut nantinya akan dipasang di lapangan untuk
membentuk sebuah bangunan. Dapat disimpulkan bahwa cetakan / panel beton
yang dihasilkan merupakan sebuah bagian / elemen dari bangunan yang akan
disusun pada site.
Lebih dalam lagi, disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 bahwa beton pracetak
dapat berupa betorn bertulang ataupun tidak bertulang. Mutu beton yang biasa
dipersyaratkan untuk beton pracetak adalah mutu beton f’c = 14,5 MPA (K-
175) dan f’c = 14,5 MPA (K-350) dengan toleransi slump (12 ± 2) cm.
Khusus beton pracetak structural menggunakan mutu beton K-350. Beton
pracetak yang dapat diangkat dalam 24 jam setelah proses pencetakannya
dengan komposisi sebagai berikut (SNI 03-2847-2002) :

Bahan Satuan Indeks

Portland Cement (PC) Kg 448,000

Pasir Beton Kg 667

Kerikil (max. 30mm) Kg 1000

Zat Additive Beton Liter 4,5

Air Liter 200

Dengan catatan bahwa bobot pasir beton yang digunakan 1400 kg/m3, kerikil
1350 kg/m3 dan bukling factor pasir 20%.

2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mutu beton yang dipersyaratkan ada
dua yaitu K-175 dan K-350. Angka tersebut menunjukan bahwa beton precast
dapat memenuhi dua fungsi. Fungsi pertama adalah beton non structural yang
menggunakan mutu beton K-175 dan kedua beton structural dengan
menggunakan mutu beton K-350.
a. Beton Pracetak Non Struktural
Beberapa contoh fungsi beton pracetak non structural antara lain:
- Paving block & Grass block
- Buis beton
- Pagar panel beton
- U-ditch
- Road Barrier Beton (batas tol, kanstin)
- Ruang pompa
b. Beton Pracetak Struktural
Sedangkan contoh untuk beton pracetak structural adalah :
- Pondasi
- Box culvert
- Jembatan, dsb

Sedangkan fungsi umum dari beton precast adalah untuk menggantikan


beton cor ditempat dalam rangka untuk mempermudah proses
pembangunan. Proses pembangunan menggunakan system precast
diharapkan menjadi lebih cepat serta aman dari polusi, baik polusi suara
ataupun udara. Selain itu, degan menggunakan beton precast, maka akan
didapatkan konsistensi ukuran dan mutu beton pada setiap panel, sehingga
dihasilkan kekuatan struktur bangunan yang optimal.

2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak


Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan
gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
- Tiang pancang
- Sheet pile dan dinging diaphragm
- Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-
T, channel slabs dan lain-lain.
- Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
- Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
- Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian
dari single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai
pendukung beban (shear wall)atau tidak mendukung beban.
- Jenis komponen pracetak lainnya, seperti: tangga, balok parapet,
panelpanel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan
atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak


Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
struktur konvensional, antara lain:
1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.
2. Waktu pelaksanaan yang cepat.
3. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
Proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
4. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
5. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ)
adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa
digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang
baku,pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
6. Penyelesaian finishing mudah.
7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat
dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut
di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai
dengan rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih
bersih dan ramah lingkungan.
9. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih
bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
10. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
11. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
12. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan,
maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang diakui
secara internasional.
13. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-
alat penunjang, seperti: scaffolding dan lain-lain.
14. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
produksi

Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen pracetak juga


memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.


2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan
dalam pemasangan di lapangan.
3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas
alat angkat dan alat angkut.
4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan
untuk handling dan erection.
6. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
pada beton pracetak.
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional
Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama,
beban-beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang
digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan
adalah :
1. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur
beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat
muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan
analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo
kita menganalisa beton secara konvensional.
2. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan
beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan
beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
3. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan
di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.
2.2. Beton Prategang
2.2.1. Pengertian Beton Prategang
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya
ditarik/ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan system
kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton)
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar.
Karena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekan dan sebaliknya lemah serta
rapuh terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat
ditingkatkan dengan pemberian pratekan (Collins & Mitchell, 1991).
Sedangkan menurut komisi ACI, beton prategang adalah beton yang mengalami
tegangan dalam dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban luar.
Pada elemen beton bertulang, system prategang dilakukan dengan menarik
tulangannya.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam
konstruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-
tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan
sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-
beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan.
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja
tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan jauh lebih
kokoh dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan juga menyebabkan gaya
dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan
menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunakan dalam beton prategang adalah beton yang mempunyai
kuat tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang
tinggi dan mengalami rangkak ultimate yang lebih kecil yang menghasilkan
kehilangan prategangan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini
diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran
tendon, mencegah terjadinya keretakan.
2.2.2. Kelebihan beton prategang

 Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
 Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
 Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan
 Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmental.
2.3. Pondasi
2.3.1. Penjelasan Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh
beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban
yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban
rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah
tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Beton bertulang adalah material yang
paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang maupun bangunan
baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban dari kolom yang bekerja
pada pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang cukup luas sehingga
tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika tegangan tekan melebihi tekanan
yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan tiang pancang untuk
membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada struktur.

2.3.2. Jenis-jenis Pondasi


Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%,
maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi Dangkal
a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

c. Pondasi Tikar (Raft Foundations)


d. Pondasi Rakit

e. Pondasi Sumuran
f. Pondasi Umpak

g. Pondasi Plat Beton Lajur


2. Pondasi Dalam
a. Pondasi Tiang Pancang

b. Pondasi Piers (dinding diafragma)

c. Bor Pile
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah
- Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal:
pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau
pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
- Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
- Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
- Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
- Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg
tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan
tanah keras.
2.3. Pondasi Pracetak
2.3.1. Tiang Pancang
Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada
tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma
tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam.
Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah: bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja,
dan beton bertulang.
2.3.1.1. Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Alat dan Bahan
- Pile (tiang pancang)
- Diesel Hummer
- Service Crane
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pemancangan
- Karakteristik tanah
- Jenis tiang pancang
- Cara/jenis pembebanan
- Metode pukulan
3. Langkah Kerja
1.) Penentuan tititk-tititk dimana tiang pancang akan diletakkan
Penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah
ditentukan oleh perencana. Jika sudah fix titik mana yang akan
dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang sudah bisa
dilakukan.
2.) Mendirikan alat pemancang
Alat pemancang tiang didirikan didaerah titik letak pemancangan
pondasi yang akan di pancang, dimana alat pemancang ini harus berdiri
tegak terhadap muka tanah.
3.) Proses pengangkutan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang, terlebih
dahulu menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik ini di
dasarkan pada momen-momen lentur khusus yang dikembangkan selama
waktu pengambilan tiang pancang.
Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan
dilakukan dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane
,tiang dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang
sudah berada tepat diarea titik pancang.
4.) Penyambungan tiang pancang dengan jenis pemukul tiang
Setelah tiang pancang berdiri, lalu diantara kepala penumbuk dan
tiang pancang diberi suatu bantalan dengan tujuan melindungi ujung
tiang dari tegangan lokal yang berlebihan, dan mempunyai pengaruh
khusus pada gelombang tegangan yang timbul pada tiang selama
pemancangan. Pemilihan bantalan didasarkan pada karakteristik
pemancangan tiang, seberapa dalam tiang dapat dipancang, daya dukung
tiang dll.
5.) Pemancangan Tiang
Pemancangan tiang siap dilakukan setelah Pile terpasang dan posisi
alat sudah berada pada titik pemancangan.
Pemancangan dihentikan jika telah mencapai tanah keras, indikasi
jika pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari hammer
sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada
ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka segera dilakukan
pembacaan kalendering.
6.) Kalendering
Kalendering adalah grafik catat yang berada pada alat
pancangdimana berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemancangan
yang telah dilakukan sudah memenuhi spesifikasi daya dukung yang
diinginkan.
2.3.2. Pondasi Piers
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur
pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi
pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian
yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi
pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu,
aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah
mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier
dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom
vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang
ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini
mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.
Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton
yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana
ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton
pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan
bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan
ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat
juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering
kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun
secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan
dengan konstruksi diatasnya.
2.3.3. Sheet Pile
Sheet Pile adalah dinding vertical relative tipis yanh berfungsi untul
menahan tanah dan untuk masuknya air ke dalam lubang galian. Karena
pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanan yang relative murah, turap
banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti :
i. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
ii. Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan fondasi langsung atau
pondasi menerus, dan pembuatan basement
iii. Bangunan-bangunan di pelabuhan misalnya dinsing dermaga dan dok kapal
iv. Bandungan elak

Sheet pile tidak cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena
akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile juga
tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan, karena
menyulitkan pemancangan.
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak
SNI Pondasi Tiang Pancang Pracetak  SNI 03-4434-1997
Kekentalan Beton pada Sheet Pile  SKSNI T15-1990-03
SNI Pile Cap  SNI 03-2847-2002

2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak


1. PT. Mitra Karya
2. PT. Angel Irawan Concrete
3. PT. Dayacipta Anekareksa
4. PT. Inter Pile
5. PT. Wahana Cipta Concretindo
6. PT. Arka Jaya Mandiri
7. PT. Hume Sakti Indonesia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Secara umum pengertian beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang
proses pembuatannya adalah dengan cara dicetak di sebuah pabrik menjadi
panel-panel yang nantinya akan dirakit.
 Beton pracetak terbagi atas beton pracetak structural dan beton pracetak non
structural
 Pondasi tiang pancang, pondasi piers, dan sheet pile merupakan beton
pracetak.
REVISI
1. Apa yang terjadi bila tiang pancang retak?
 Metode Perbaikan :
1. Material
- Sikadur 731 (komponen A + B) atau yang setara.
- Bonding Agent (bahan perekat antara beton lama dengan beton baru),
dapat digunakan Sikalatex.
- Semen portland dan semen putih
2. Peralatan
- Gerinda/chipping tools
- Palu
- Sikat Kawat
- Sendok semen dan pisau dempul
- Kuas
3. Prosedur Perbaikan
1.) Gerinda bagian badan tiang yang mengalami retak ringan atau
chipping bagian badan tiang yang sompel/kropos/terkelupas.
2.) Bersihkan dan kasarkan permukaan beton lama dengan menggunakan
sikat kawat.
Oleskan bonding agent pada permukaan beton lama secara merata
menggunakan kuas.
Isi badan tiang yang telah di gerinda/chipping dengan Sikadur 731
yang sudah tercampur (A+B) sampai penuh menggunakan sendok
semen.
3.) Tunggu sampai Sikadur 731 mengeras dan kering total.
Lakukan finishing dengan melapisi permukaan dengan acian dari
semen portland + semen putih menggunakan pisau dempul.

Demikianlah cara memperbaiki badan tiang pancang beton yang mengalami


kerusakan minor/ringan agar dapat tetap digunakan. Kriteria material dapat
diterima atau tidaknya khususnya untuk material tiang pancang beton yang
terdapat kerusakan-kerusakan minor/ringan tergantung dari aturan kontrak,
vendor maupun dari pemberi kerja. Selama ada rekomendasi dari pihak
produsen yang dapat menjamin mutu material yg diperbaiki tersebut tetap
memenuhi atau dari pihak konsultan pengawas maka hal tersebut dapat
dilakukan.

2. Cara menyambung tiang pancang ?


 a. Struktur

 Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian
bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
 Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung
baja yang dibuat secara terfabrikasi.
 Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti
pada tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk
penampang persegi.
 Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses
pemancangan.
 Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat alur untuk pengelasan.
 Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu
menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama
dengan kapasitas tiang.
 Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar


Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi

Gambar 1. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

b. Pelaksanaan
1.) Persiapan penyambungan

 Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum


penyambungan dilakukan;
 Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris
dengan tiang pancang yang disambungnya;
 Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian
kepala dan bagian bawah disatukan menggunakan las;
 Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

2.) Pelaksanaan di lapangan

 Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan
cat dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
 Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah
(low hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan
selanjutnya digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
 Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari
terak dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan
dibersihkan dengan sikat bulu;
 Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit
sehingga kawat las harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya
cairan las ke bawah.

3.) Pemeriksaan visual


Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat
yang cukup besar di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil
pemeriksaan visual dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu,
misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang memerlukan alat bantu lain,
misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan diperiksa.
Pemeriksaan visual meliputi :

 Las harus bebas dari cacat retak


 Permukaan las harus cukup halus
 Sambungan las harus terbebas dari kerak
3. Kapan harus menggunakan tiang pancang dan kapan harus
menggunakan bor pile ?
 Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bengunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bengunan beban yang bekerja
padanya (Sardjono HS, 1998). Atau apabila tanah yang mempunyai daya
dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah
kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang
pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-benban dari
konstruksi di atasnya (supers struktur) ke lapisan tanah leras yang lertaknya
sangat dalam.
Tiang bor pile merupakan salah satu pondasi yang dipergunakan untuk
bangunan, apabila tanah dasarnya tidak mempunyai daya dukung tanah untuk
memikul berat bangunan. Bor pile adalah pondasi dalam yang masih satu tipe
dengan tiang pancang, yang membedakan adalah cara
pemasangannya/pembuatannya. Bor pile adalah alternative lain apabila dalam
pelaksanaan lokasi dangat sulit atau beresiko apabila menggunakan tiang
pancang (spoon pile). Seperti masalah mobilisasi peralatan, dampak yang
ditimbulkan terjadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, dll) dan kondisi
lain yang dapat mempengaruhi kegiatan pekerjaan.

4. Apa kelebihan dan kekurangan pondasi pracetak (tiang pancang) ?


 Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari :
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah
cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
a. Keuntungan memakai precast reinforced concrete pile :
- Mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung dari mutu
beton yang digunakan.
- Tiang pancang ini dapat dihitung baik sebagai end bearing pile
maupun friction pile.
- Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka
air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan
galian tanah yang banyak untuk poernya.
- Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang korosif asal beton
dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
b. Kerugian memakai precast reinforced concrete pile :
- Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena
itu tiang pancang jenis ini dibuat di lokasi pekerjaan.
- Tiang pancang ini dipancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai beton ini
dapat dipergunakan.
- Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya makin
sulit dan memerlukan waktu yang lama
- Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang
pancang ini tergantung dari alat pancang (pile driving) yang tersedia
maka untuk melakukan penyambungan adalah sukar dan
memerlukan alat pemancang khusus.
2. Prcast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang
yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.
a. Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile, yaitu :
- Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
- Tiang pancang tahan terhadap karat.
- Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
b. Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile :
- Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
- Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
- Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk
disambung.

5. Bagaimana cara agar tiang pancang tidak retak saat di pancang ?


 Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah
ujung dan menyebabkan retak tuang pancang harus dihindari dengan
membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang.
Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan
bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan
tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tianag pancang dalam
posisi yang relative pada tempatnya.

6. Bagaimana system pengangkatannya ?


 Proses pengangkatan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang, terlebih dahulu
menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik ini di dasarkan pada
momen-momen lentur khusus yang dikembangkan selama waktu
pengambilan tiang pancang. Beberapa letak titik pengikatan adalah sebagai
berikut

Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan dilakukan


dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane, tiang
dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang sudah berada
tepat diarea titik pancang.

7. SNI untuk beton pracetak


 Spesifikasi tiang pancang beton pracetak SNI 03-4434-1997.
Tata cara perancangan beton pracetak dan prategang untuk bangunan gedung
SNI 7833-2012.
Untuk menentukan mutu tiang pancang, dapat dilihat syarat nya di SNI 03-
4434-1997.
Untuk penyambungan Tiang pancang dengan cara Epoxy syarat dan ketentuan
yang berlaku ada dalam SNI 03-3448-1994.

8. Pondasi Sheet Pile


- Pengertian Sheet Pile
Sheet Pile yaitu dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk
membendung tanah dan untuk membendung masuknya air ke dalam lubang
galian.
- Manfaat Sheet Pile
Karena pemasangan yang lumayan mudah dan biaya pekerjaan yang
relatif murah, turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan, seperti :
o Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing
sungai.
o Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan pondasi langsung
atau pondasi menerus dan pembuatan basement.
o Bangunan-bangunan dipelabuhan misalnya dinding dermaga dan
dok kapal.
o Bendungan elak.
9. Sambungan Tiang Pancang
 Dalam penyambungan antar tiang pancang adalah menggunakan sambungan
las dengan cara mengelas ujung-ujung tiang-tiang yang akan di sambung yang
telah dilapisi pelat besi.
Adapun juga cara penyambungan dengan cara Epoxy atau diberi sebuah zat dan
bahan bahan adiktif pada selubung baja yang menjadi penyambung pondasi tiang
pancang. Epoxy juga merupakan bahan perekat yang menyambung beton pada
system sambungan serta menahan beban. Dengan langkah pekerjaan sebagai
berikut :
Olesi secara merata seluruh permukaan beton kepala tiang, bagian dalam selubung
baja dan tulangan penyambung dengan epoksi dengan ketebalan 1,0 mm sampai
dengan 1,5 mm;
Pasang selubung baja di kepala tiang. Celah antara bagian dalam selubung baja
dan permukaan tiang harus sepenuhnya terisi epoksi; Olesi secara merata di
seluruh permukaan beton pada ujung tiang penyambung serta lubang-lubang
tempat tulangan sambungan dengan epoksi setebal 1,0 mm sampai dengan 1,5
mm; Angkat tiang penyambung sesuai prosedur yang berlaku, kemudian ujung
bawah tiang dimasukkan ke dalam selubung baja dengan memperhatikan :
a) Posisi tiang harus sentris terhadap tiang yang disambung;
b) Masukkan tulangan penyambung ke dalam lubang-lubang;
c) Epoksi harus dapat menutup celah antara bagian dalam selubung dan
permukaan beton;
d) Tambahkan epoksi jika masih terdapat rongga, dan dimasukkan ke dalam
selubung melalui celah pada keempat sisinya;
e) Tutup bagian bawah seluruh baja dengan penjepit baja yang dapat dibuka
kembali setelah epoksi mengeras, agar epoksi tidak meleleh ke luar.

Gambar diameter tulangan


Gambar skema pemasangan selubung

10. Apa yang terjadi bila dalam proses pemancangan terjadi kemiringan
pemancangan
 Toleransi Umum Pekerjaan Pemancangan
Dalam pekerjaan pemancangan, toleransi ditetapkan oleh Konsultan, baik
Konsultan Desain maupun Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi
Yang diberikan toleransinya di bagian ini adalah tiang pancang yang bertujuan
sebagai pondasi struktural dan bukan sebagai shoulder pile atau sheet pile
Apabila tidak ada ketentuan yang diberikan, dapat dipakai toleransi umum
yang banyak berlaku dan didasarkan dari standar yang umum digunakan dalam
pekerjaan, sebagai berikut:
a. Kelurusan Material Tiang Pancang
Penyimpangan kelurusan tiang pancang pada umumnya tidak boleh
melebihi 1/250 panjang tiang dan secara total tidak boleh melebihi 50 mm
(5 cm) untuk tiap segmen tiang pancang yang digunakan
b. Toleransi Kemiringan Vertikal
Toleransi kemiringan vertikal yang umum diberikan adalah :
- 2 % (setara 1:50 atau 1°) untuk pemancangan di tanah berpasir dan
lempung lunak
- 4% (setara 1:25 atau 2°) untuk pemancangan di tanah yang mempunyai
lapisan yang sulit dipancang dan tidak seragam atau lapisan tanah
berbatu (boulder ridden soil, gravelly)
- 2% untuk pemancangan di konstruksi pantai/laut yang lebih dari 50%
panjang tiangnya berada di permukaan tanah
Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang yang disambung pada
umumnya diberikan nilai 1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar
sambungan tiang pancang)
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih dari toleransi yang
ditetapkan, harus dilakukan review atau analisa oleh engineer pondasi atau
Konsultan Desain, mencakup pertimbangan gaya horizontal dan pengaruh
ke tiang pancang lain, serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan
c. Toleransi Posisi Titik Pancang
Toleransi posisi titik pancang yang bergeser pada umumnya ditetapkan
sebesar 75 mm atau 3 inchi -- untuk pergeseran lebih dari nilai tersebut harus
dianalisa untuk perubahan daya dukung atau perubahan pile cap yang
diperlukan
Beberapa konsultan memberikan toleransi 150 mm atau 6 inchi untuk tiang
yang berukuran besar, tergantung dari kondisi tanah dan kesulitan pekerjaan
d. Toleransi Penyimpangan Sumbu Penampang Tiang Pancang
Untuk tiang pancang yang bukan berbentuk bundar (bukan spun pile), yang
sumbu penampang tiangnya diperhitungkan dalam analisa pondasi maupun
kelompok tiang, penyimpangan sumbu penampang tiang pancang terhadap
posisi/arah sumbu utama yang direncanakan tidak boleh lebih dari 10°
(setara 1:6 atau 15%)
e. Jarak Antar Titik Pancang
Untuk tiang dengan dukungan end-bearing (tahanan ujung) :
- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari 2 kali diameter tiang bundar
(spun-pile) atau 2 kali sisi tiang berbentuk persegi (square pile) atau 1
kali dimensi terbesar untuk tiang berbentuk lain
- jarak minimal dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung
tidak boleh kurang dari 1 kali diameter

Untuk tiang dengan dukungan friction (tahanan friksi):

- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari keliling penampang tiang
pancang yang digunakan dengan ketentuan minimum jarak = 1 m' jika
keliling tiang kurang dari 1 m' [diambil nilai terbesar antara keliling
penampang tiang pancang atau 1 m']
- jarak dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak
boleh kurang dari 1/2 keliling penampang tiang pancang dengan
ketentuan minimum jarak = 500 mm (50 cm) -- [diambil nilai terbesar
antara setengah keliling penampang tiang pancang atau 50 cm]
f. Safety Factor
Safety factor untuk pengujian static maupun dynamic pada umumnya
diambil nilai 2 - 2,25 untuk beban tetap dan 1,5 untuk beban sementara.

11. Apakah pondasi ada usia ?


 Menurut kami pondasi memiliki usia yang cukup lama, selama pondasi itu
masih mampu menahan beban bangunan atau beban struktur di atasnya maka
pondasi itu tetap berguna/bertahan dengan waktu yang sangat lama.
12. Proses penyambungan tiang pancang

1. Setelah tiang pancang yang pertama terbenam, untuk menyambung pada


tiang pancang yang kedua sebaiknya menyisakan tiang pancang diatas
permukaan tanah sepanjang 30 cm untuk memudahkan pengelasan tiang
2. Selanjutnya pengangkatan tiang pancang dan penyesuaian pada titik yang
akan dipancangkan, sebagai tambahan,jika tiang pancang kurang pas
dengan tiang yang akan disambungkan, maka pekerja pemukul tumpuan
tiang dengan palu sampai berada pada posisi sambungan
3. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama
4. Ujung bawah tiang didudukan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu
5. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh disekeliling pertemuan
kedua pelat ujung
6. Tempat sambungan las dilapisi degan anti karat
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama, penyambungan dapat diulangi sampai
kedalaman tanah keras yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://readymixbdg.com/pengenalan-beton-precast-untuk-konstruksi-fungsi-dan-
definisi/

http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.com/2016/01/macam-macam-
pondasi.html

https://asiacon.co.id/blog/pengertian-beton-pracetak-fungsi-beton-precast

http://blog.nobelconsultant.com/pondasi-tiang-pancang-beton-pracetak/

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pemancangan-pondasi-
tiang-beton-pracetak

http://duniabangunan87.blogspot.com/2013/06/sejarah-beton-pracetak.html

https://megaconbeton.com/produk/tiang-pancang/

https://www.academia.edu/30866709/METODE_KERJA_PEMASANGAN_SHE
ET_PILE

http://projectmedias.blogspot.com/2013/10/pengertian-pile-cap-dan-
fungsinya.html

Anda mungkin juga menyukai