Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

MAKALAH PRECAST
CONCRETE PILE

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD IQBAL YUHANDA 181000222201091


MARDATILLAH 181000222201079
KEVIN MILANO 1810002222010
AZMAWAR RAHMADANIL 181000222201027

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
BARAT

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
1.1. Latar Belakang.......................................................................................2
BAB II ISI..............................................................................................................5
2.1. Beton Pracetak.................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Beton Pracetak..........................................................................5
2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak....................................................................6
2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak...................................................7
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak...............................................8
2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional................................10
2.2. Beton Prategang...............................................................................................11
2.2.1. Pengertian Beton Prategang.....................................................................11
2.2.2. Kelebihan beton prategang.......................................................................12
2.3. Pondasi............................................................................................................13
2.3.1. Penjelasan Pondasi...................................................................................13
2.3.2. Jenis-jenis Pondasi...................................................................................13
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah.............................18
2.3. Pondasi Pracetak.................................................................................19
2.3.1. Tiang Pancang..........................................................................................19
2.3.2. Pondasi Piers............................................................................................21
2.3.3. Sheet Pile.................................................................................................21
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak...................................23
2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak................................................23
BAB III PENUTUP..............................................................................................24
Kesimpulan..................................................................................................................24
REVISI................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi


pembetonan tradisional yang dilakukan di lokasi proyek pada beberapa jenis
konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya
dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton procetak ini antara lain
terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predicability, keandalan, produktivitas,
kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta
relocatability (Gibb, 1999). Di Indonesia, hingga saat ini, telah banyak aplikasi
teknologi beton pracetak pada banyak jenis konstruksi dengan didukung oleh
sekitar 16 perusahaan spesialis beton pracetak, atau lebih dikenal dengan sebutan
precaster (Sijabat dan Nurjaman, 2007).

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika


dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi,
karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,
mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat
menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu
pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan
serta bahan- bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama
semakin mahal dan langka.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab


kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen
di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi
(transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan
system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang
cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem


dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem
pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom
plat pantai.
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di
Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di
Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan
bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti
dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.

Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman


oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG,
Prteussag, Loser dll. Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di
Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia,
ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa
pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan
PRESS (Precast seismic Structure System).

Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti


tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem
pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi
seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load
Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim
(1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen


secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu
pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen


struktur beton tersebut: tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan
dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat
dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang
sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya
menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka
mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan,
maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya
mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya.
Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah
besar.

BAB II

ISI

2.1. Beton Precast Concrete


Pile
2.1.1 Pengertian Precast
Concrete Pile

Tiang Pancang Beton Pracetak adalah jenis pondasi


dalam yang paling umum digunakan, untuk menyalurkan beban
melalui zona atas tanah yang buruk ke kedalaman di mana tanah
mampu memberikan dukungan yang memadai.
Tiang pancang beton pracetak adalah tiang pancang beton
bertulang yang dapat berbentuk lingkaran, persegi panjang,
bujur sangkar, atau segi delapan. Tulangan baja.
Ada dua jenis tiang pancang beton pracetak

1. Tiang Beton Pracetak Didorong


Tiang beton pracetak yang digerakkan dibangun dari beton bertulang di tempat
pengecoran dan setelah mencapai kekuatan yang cukup, tiang tersebut dipalu ke tanah
hingga kedalaman lebih dari 40m menggunakan palu.

2. Tiang Beton Pracetak Bosan


Tiang pancang beton pracetak bor adalah jenis tiang pancang pracetak yang dibangun
dengan beton bertulang di tempat pengecoran dan kemudian diturunkan ke dalam lubang
pracetak. Kemudian, ruang antara lubang pra-bor dan tumpukan di-grout

Keuntungan dari Tiang Beton Pracetak

1. Tiang pancang beton pracetak memadatkan tanah. Oleh karena itu, keuntungan
utama dari penggunaan tiang pancang ini adalah meningkatkan daya dukung tanah

2. Tiang pancang beton pracetak memadatkan tanah. Oleh karena itu, keuntungan
utama dari penggunaan tiang pancang ini adalah meningkatkan daya dukung tanah
.
3. Tumpukan ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan panjang dan
digunakan di lokasi. Akibatnya, kemajuan pekerjaan proyek akan lebih cepat.

4. Posisi tulangan pada tiang ini tidak terganggu dari posisi semula

5. Konstruksi tiang pancang ini dapat diawasi dengan baik, dan setiap cacat yang
terdeteksi dapat diperbaiki sebelum digunakan

6. Tiang pancang pracetak dapat segera dimuat setelah dipancang.


Kerugian dari Tiang Pracetak

1.Tiang pancang beton pracetak berat. Oleh karena itu, mereka memerlukan jenis
peralatan khusus untuk penanganan, transportasi dan mengemudi.

2.Jika tidak cukup hati-hati, Jika tidak cukup hati-hati, tumpukan ini dapat pecah
selama pengangkutan atau mengemudi.

3.Tiang pancang pracetak membutuhkan mesin penggerak tiang pancang yang berat
untuk pemasangannya.

4.Ini membutuhkan penguatan ekstra untuk menahan penanganan dan tekanan


mengemudi yang sebaliknya tidak diperlukan. Oleh karena itu tumpukan ini mahal

Jenis palu yang digunakan untuk pemancangan tiang adalah :


• Palu kerja tunggal
• Palu kerja ganda
• palu diesel
• palu getar
2.3. Pondasi
2.3.1. Penjelasan Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh
beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan
beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun,
beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat
beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal
ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Beton bertulang adalah
material yang paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang
maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban dari
kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang
cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika tegangan
tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan
tiang pancang untuk membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan
kolom pada struktur.
2.3.2. Jenis-jenis Pondasi
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%,
maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi Dangkal
a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

c. Pondasi Tikar (Raft Foundations)


d. Pondasi Rakit

e. Pondasi Sumuran
f. Pondasi Umpak

g. Pondasi Plat Beton Lajur


2. Pondasi Dalam
a. Pondasi Tiang Pancang

b. Pondasi Piers (dinding diafragma)

c. Bor Pile
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah
- Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal:
pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang
atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
- Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
- Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
- Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
- Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg
tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut
digolongkan tanah keras.
2.2. Pondasi Pracetak
2.3.1. Tiang Pancang
Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada
tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma
tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam.
Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah: bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja,
dan beton bertulang.
2.3.1.1. Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Alat dan Bahan
- Pile (tiang pancang)
- Diesel Hummer
- Service Crane
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pemancangan
- Karakteristik tanah
- Jenis tiang pancang
- Cara/jenis pembebanan
- Metode pukulan
3. Langkah Kerja
1.) Penentuan tititk-tititk dimana tiang pancang akan diletakkan
Penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah
ditentukan oleh perencana. Jika sudah fix titik mana yang akan
dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang sudah bisa
dilakukan.
2.) Mendirikan alat pemancang
Alat pemancang tiang didirikan didaerah titik letak pemancangan
pondasi yang akan di pancang, dimana alat pemancang ini harus berdiri
tegak terhadap muka tanah.
3.) Proses pengangkutan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang,
terlebih dahulu menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik
ini di dasarkan pada momen-momen lentur khusus yang dikembangkan
selama waktu pengambilan tiang pancang.
Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan
dilakukan dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane
,tiang dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang
sudah berada tepat diarea titik pancang.
4.) Penyambungan tiang pancang dengan jenis pemukul tiang
Setelah tiang pancang berdiri, lalu diantara kepala penumbuk dan
tiang pancang diberi suatu bantalan dengan tujuan melindungi ujung
tiang dari tegangan lokal yang berlebihan, dan mempunyai pengaruh
khusus pada gelombang tegangan yang timbul pada tiang selama
pemancangan. Pemilihan bantalan didasarkan pada karakteristik
pemancangan tiang, seberapa dalam tiang dapat dipancang, daya
dukung tiang dll.
5.) Pemancangan Tiang
Pemancangan tiang siap dilakukan setelah Pile terpasang dan posisi
alat sudah berada pada titik pemancangan.
Pemancangan dihentikan jika telah mencapai tanah keras, indikasi
jika pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari hammer
sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada
ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka segera dilakukan
pembacaan kalendering.
6.) Kalendering
Kalendering adalah grafik catat yang berada pada alat
pancangdimana berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemancangan
yang telah dilakukan sudah memenuhi spesifikasi daya dukung yang
diinginkan.
2.3.2. Pondasi Piers
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur
pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi
pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian
yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal.
Pondasi pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena
itu, aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah
mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier
dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom
vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan
yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton
diafragma ini mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di
atas dinding diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah
atau struktur. Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini,
dimana beton yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah
tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau
taman. Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam
berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi
memanjang dengan ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang
diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton
bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah
digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik
kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.
2.3.3. Sheet Pile
Sheet Pile adalah dinding vertical relative tipis yanh berfungsi untul
menahan tanah dan untuk masuknya air ke dalam lubang galian. Karena
pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanan yang relative murah, turap
banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti :
i. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
ii. Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan fondasi langsung atau
pondasi menerus, dan pembuatan basement
iii. Bangunan-bangunan di pelabuhan misalnya dinsing dermaga dan dok kapal
iv. Bandungan elak

Sheet pile tidak cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena
akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile
juga tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan,
karena menyulitkan pemancangan.
2.3. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak
SNI Pondasi Tiang Pancang Pracetak  SNI 03-4434-1997
Kekentalan Beton pada Sheet Pile  SKSNI T15-1990-03
SNI Pile Cap  SNI 03-2847-2002

2.4. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak


1. PT. Mitra Karya
2. PT. Angel Irawan Concrete
3. PT. Dayacipta Anekareksa
4. PT. Inter Pile
5. PT. Wahana Cipta Concretindo
6. PT. Arka Jaya Mandiri
7. PT. Hume Sakti Indonesia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

 Secara umum pengertian beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang
proses pembuatannya adalah dengan cara dicetak di sebuah pabrik menjadi
panel-panel yang nantinya akan dirakit.
 Beton pracetak terbagi atas beton pracetak structural dan beton pracetak non
structural
 Pondasi tiang pancang, pondasi piers, dan sheet pile merupakan beton
pracetak.
REVISI
1. Apa yang terjadi bila tiang pancang retak?
 Metode Perbaikan :
1. Material
- Sikadur 731 (komponen A + B) atau yang setara.
- Bonding Agent (bahan perekat antara beton lama dengan beton baru),
dapat digunakan Sikalatex.
- Semen portland dan semen putih
2. Peralatan
- Gerinda/chipping tools
- Palu
- Sikat Kawat
- Sendok semen dan pisau dempul
- Kuas
3. Prosedur Perbaikan
1.) Gerinda bagian badan tiang yang mengalami retak ringan atau
chipping bagian badan tiang yang sompel/kropos/terkelupas.
2.) Bersihkan dan kasarkan permukaan beton lama dengan menggunakan
sikat kawat.
Oleskan bonding agent pada permukaan beton lama secara merata
menggunakan kuas.
Isi badan tiang yang telah di gerinda/chipping dengan Sikadur 731
yang sudah tercampur (A+B) sampai penuh menggunakan sendok
semen.
3.) Tunggu sampai Sikadur 731 mengeras dan kering total.
Lakukan finishing dengan melapisi permukaan dengan acian dari
semen portland + semen putih menggunakan pisau dempul.

Demikianlah cara memperbaiki badan tiang pancang beton yang


mengalami kerusakan minor/ringan agar dapat tetap digunakan. Kriteria
material dapat diterima atau tidaknya khususnya untuk material tiang pancang
beton yang terdapat kerusakan-kerusakan minor/ringan tergantung dari aturan
kontrak,
vendor maupun dari pemberi kerja. Selama ada rekomendasi dari pihak
produsen yang dapat menjamin mutu material yg diperbaiki tersebut tetap
memenuhi atau dari pihak konsultan pengawas maka hal tersebut dapat
dilakukan.

2. Cara menyambung tiang pancang ?


 a. Struktur

 Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan


bagian bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
 Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung
baja yang dibuat secara terfabrikasi.
 Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti
pada tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk
penampang persegi.
 Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses
pemancangan.
 Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat alur untuk pengelasan.
 Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las
mampu menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya
sama dengan kapasitas tiang.
 Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar


Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi

Gambar 1. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

b. Pelaksanaan
1.) Persiapan penyambungan

 Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum


penyambungan dilakukan;
 Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris
dengan tiang pancang yang disambungnya;
 Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian
kepala dan bagian bawah disatukan menggunakan las;
 Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

2.) Pelaksanaan di lapangan

 Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan
lapisan cat dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
 Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah
(low hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan
selanjutnya digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
 Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari
terak dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan
dibersihkan dengan sikat bulu;
 Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit
sehingga kawat las harus digerakan agak ke atas untuk menahan
lelehnya cairan las ke bawah.

3.) Pemeriksaan visual


Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat
yang cukup besar di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil
pemeriksaan visual dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu,
misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang memerlukan alat bantu
lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan
diperiksa.
Pemeriksaan visual meliputi :

 Las harus bebas dari cacat retak


 Permukaan las harus cukup halus
 Sambungan las harus terbebas dari kerak
3. Kapan harus menggunakan tiang pancang dan kapan harus
menggunakan bor pile ?
 Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bengunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bengunan beban yang bekerja
padanya (Sardjono HS, 1998). Atau apabila tanah yang mempunyai daya
dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah
kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang
pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-benban dari
konstruksi di atasnya (supers struktur) ke lapisan tanah leras yang lertaknya
sangat dalam.
Tiang bor pile merupakan salah satu pondasi yang dipergunakan untuk
bangunan, apabila tanah dasarnya tidak mempunyai daya dukung tanah untuk
memikul berat bangunan. Bor pile adalah pondasi dalam yang masih satu tipe
dengan tiang pancang, yang membedakan adalah cara
pemasangannya/pembuatannya. Bor pile adalah alternative lain apabila dalam
pelaksanaan lokasi dangat sulit atau beresiko apabila menggunakan tiang
pancang (spoon pile). Seperti masalah mobilisasi peralatan, dampak yang
ditimbulkan terjadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, dll) dan kondisi
lain yang dapat mempengaruhi kegiatan pekerjaan.

4. Apa kelebihan dan kekurangan pondasi pracetak (tiang pancang) ?


 Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari :
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah
cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
a. Keuntungan memakai precast reinforced concrete pile :
- Mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung dari
mutu beton yang digunakan.
- Tiang pancang ini dapat dihitung baik sebagai end bearing pile
maupun friction pile.
- Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka
air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan
galian tanah yang banyak untuk poernya.
- Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang korosif asal beton
dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
b. Kerugian memakai precast reinforced concrete pile :
- Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh
karena itu tiang pancang jenis ini dibuat di lokasi pekerjaan.
- Tiang pancang ini dipancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai beton ini
dapat dipergunakan.
- Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya makin
sulit dan memerlukan waktu yang lama
- Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang
pancang ini tergantung dari alat pancang (pile driving) yang
tersedia maka untuk melakukan penyambungan adalah sukar dan
memerlukan alat pemancang khusus.
2. Prcast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.
a. Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile, yaitu :
- Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
- Tiang pancang tahan terhadap karat.
- Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
b. Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile :
- Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
- Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
- Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk
disambung.

5. Bagaimana cara agar tiang pancang tidak retak saat di pancang ?


 Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah
ujung dan menyebabkan retak tuang pancang harus dihindari dengan
membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang.
Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan
bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan
tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tianag pancang dalam
posisi yang relative pada tempatnya.

6. Bagaimana system pengangkatannya ?


 Proses pengangkatan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang, terlebih dahulu
menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik ini di dasarkan pada
momen-momen lentur khusus yang dikembangkan selama waktu
pengambilan tiang pancang. Beberapa letak titik pengikatan adalah sebagai
berikut

Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan dilakukan


dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane, tiang
dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang sudah berada
tepat diarea titik pancang.

7. SNI untuk beton pracetak


 Spesifikasi tiang pancang beton pracetak SNI 03-4434-1997.
Tata cara perancangan beton pracetak dan prategang untuk bangunan gedung
SNI 7833-2012.
Untuk menentukan mutu tiang pancang, dapat dilihat syarat nya di SNI 03-
4434-1997.
Untuk penyambungan Tiang pancang dengan cara Epoxy syarat dan ketentuan
yang berlaku ada dalam SNI 03-3448-1994.

8. Pondasi Sheet Pile


- Pengertian Sheet Pile
Sheet Pile yaitu dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk
membendung tanah dan untuk membendung masuknya air ke dalam
lubang galian.
- Manfaat Sheet Pile
Karena pemasangan yang lumayan mudah dan biaya pekerjaan
yang relatif murah, turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan,
seperti :
o Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing
sungai.
o Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan pondasi langsung
atau pondasi menerus dan pembuatan basement.
o Bangunan-bangunan dipelabuhan misalnya dinding dermaga dan
dok kapal.
o Bendungan elak.
9. Sambungan Tiang Pancang
 Dalam penyambungan antar tiang pancang adalah menggunakan sambungan
las dengan cara mengelas ujung-ujung tiang-tiang yang akan di sambung
yang telah dilapisi pelat besi.
Adapun juga cara penyambungan dengan cara Epoxy atau diberi sebuah zat dan
bahan bahan adiktif pada selubung baja yang menjadi penyambung pondasi tiang
pancang. Epoxy juga merupakan bahan perekat yang menyambung beton pada
system sambungan serta menahan beban. Dengan langkah pekerjaan sebagai
berikut :
Olesi secara merata seluruh permukaan beton kepala tiang, bagian dalam
selubung baja dan tulangan penyambung dengan epoksi dengan ketebalan 1,0
mm sampai dengan 1,5 mm;
Pasang selubung baja di kepala tiang. Celah antara bagian dalam selubung baja
dan permukaan tiang harus sepenuhnya terisi epoksi; Olesi secara merata di
seluruh permukaan beton pada ujung tiang penyambung serta lubang-lubang
tempat tulangan sambungan dengan epoksi setebal 1,0 mm sampai dengan 1,5
mm; Angkat tiang penyambung sesuai prosedur yang berlaku, kemudian ujung
bawah tiang dimasukkan ke dalam selubung baja dengan memperhatikan :
a) Posisi tiang harus sentris terhadap tiang yang disambung;
b) Masukkan tulangan penyambung ke dalam lubang-lubang;
c) Epoksi harus dapat menutup celah antara bagian dalam selubung dan
permukaan beton;
d) Tambahkan epoksi jika masih terdapat rongga, dan dimasukkan ke dalam
selubung melalui celah pada keempat sisinya;
e) Tutup bagian bawah seluruh baja dengan penjepit baja yang dapat dibuka
kembali setelah epoksi mengeras, agar epoksi tidak meleleh ke luar.

Gambar diameter tulangan


Gambar skema pemasangan selubung

10. Apa yang terjadi bila dalam proses pemancangan terjadi kemiringan
pemancangan
 Toleransi Umum Pekerjaan Pemancangan
Dalam pekerjaan pemancangan, toleransi ditetapkan oleh Konsultan, baik
Konsultan Desain maupun Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi
Yang diberikan toleransinya di bagian ini adalah tiang pancang yang
bertujuan sebagai pondasi struktural dan bukan sebagai shoulder pile atau
sheet pile Apabila tidak ada ketentuan yang diberikan, dapat dipakai toleransi
umum yang banyak berlaku dan didasarkan dari standar yang umum
digunakan dalam pekerjaan, sebagai berikut:
a. Kelurusan Material Tiang Pancang
Penyimpangan kelurusan tiang pancang pada umumnya tidak boleh
melebihi 1/250 panjang tiang dan secara total tidak boleh melebihi 50 mm
(5 cm) untuk tiap segmen tiang pancang yang digunakan
b. Toleransi Kemiringan Vertikal
Toleransi kemiringan vertikal yang umum diberikan adalah :
- 2 % (setara 1:50 atau 1°) untuk pemancangan di tanah berpasir dan
lempung lunak
- 4% (setara 1:25 atau 2°) untuk pemancangan di tanah yang mempunyai
lapisan yang sulit dipancang dan tidak seragam atau lapisan tanah
berbatu (boulder ridden soil, gravelly)
- 2% untuk pemancangan di konstruksi pantai/laut yang lebih dari 50%
panjang tiangnya berada di permukaan tanah
Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang yang disambung pada
umumnya diberikan nilai 1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar
sambungan tiang pancang)
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih dari toleransi yang
ditetapkan, harus dilakukan review atau analisa oleh engineer pondasi atau
Konsultan Desain, mencakup pertimbangan gaya horizontal dan pengaruh
ke tiang pancang lain, serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan
c. Toleransi Posisi Titik Pancang
Toleransi posisi titik pancang yang bergeser pada umumnya ditetapkan
sebesar 75 mm atau 3 inchi -- untuk pergeseran lebih dari nilai tersebut
harus dianalisa untuk perubahan daya dukung atau perubahan pile cap
yang diperlukan
Beberapa konsultan memberikan toleransi 150 mm atau 6 inchi untuk
tiang yang berukuran besar, tergantung dari kondisi tanah dan kesulitan
pekerjaan
d. Toleransi Penyimpangan Sumbu Penampang Tiang Pancang
Untuk tiang pancang yang bukan berbentuk bundar (bukan spun pile),
yang sumbu penampang tiangnya diperhitungkan dalam analisa pondasi
maupun kelompok tiang, penyimpangan sumbu penampang tiang pancang
terhadap posisi/arah sumbu utama yang direncanakan tidak boleh lebih
dari 10° (setara 1:6 atau 15%)
e. Jarak Antar Titik Pancang
Untuk tiang dengan dukungan end-bearing (tahanan ujung) :
- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari 2 kali diameter tiang bundar
(spun-pile) atau 2 kali sisi tiang berbentuk persegi (square pile) atau 1
kali dimensi terbesar untuk tiang berbentuk lain
- jarak minimal dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang
didukung tidak boleh kurang dari 1 kali diameter

Untuk tiang dengan dukungan friction (tahanan friksi):

- jarak antar tiang tidak boleh kurang dari keliling penampang tiang
pancang yang digunakan dengan ketentuan minimum jarak = 1 m' jika
keliling tiang kurang dari 1 m' [diambil nilai terbesar antara keliling
penampang tiang pancang atau 1 m']
- jarak dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak
boleh kurang dari 1/2 keliling penampang tiang pancang dengan
ketentuan minimum jarak = 500 mm (50 cm) -- [diambil nilai terbesar
antara setengah keliling penampang tiang pancang atau 50 cm]
f. Safety Factor
Safety factor untuk pengujian static maupun dynamic pada umumnya
diambil nilai 2 - 2,25 untuk beban tetap dan 1,5 untuk beban sementara.

11. Apakah pondasi ada usia ?


 Menurut kami pondasi memiliki usia yang cukup lama, selama pondasi itu
masih mampu menahan beban bangunan atau beban struktur di atasnya maka
pondasi itu tetap berguna/bertahan dengan waktu yang sangat lama.
12. Proses penyambungan tiang pancang

1. Setelah tiang pancang yang pertama terbenam, untuk menyambung pada


tiang pancang yang kedua sebaiknya menyisakan tiang pancang diatas
permukaan tanah sepanjang 30 cm untuk memudahkan pengelasan tiang
2. Selanjutnya pengangkatan tiang pancang dan penyesuaian pada titik yang
akan dipancangkan, sebagai tambahan,jika tiang pancang kurang pas
dengan tiang yang akan disambungkan, maka pekerja pemukul tumpuan
tiang dengan palu sampai berada pada posisi sambungan
3. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama
4. Ujung bawah tiang didudukan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit
dan menempel menjadi satu
5. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh disekeliling
pertemuan kedua pelat ujung
6. Tempat sambungan las dilapisi degan anti karat
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama, penyambungan dapat diulangi sampai
kedalaman tanah keras yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://readymixbdg.com/pengenalan-beton-precast-untuk-konstruksi-fungsi-dan-
definisi/

http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.com/2016/01/macam-macam-
pondasi.html

https://asiacon.co.id/blog/pengertian-beton-pracetak-fungsi-beton-precast

http://blog.nobelconsultant.com/pondasi-tiang-pancang-beton-pracetak/

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pemancangan-pondasi-
tiang-beton-pracetak

http://duniabangunan87.blogspot.com/2013/06/sejarah-beton-pracetak.html

https://megaconbeton.com/produk/tiang-pancang/

https://www.academia.edu/30866709/METODE_KERJA_PEMASANGAN_SHE
ET_PILE

http://projectmedias.blogspot.com/2013/10/pengertian-pile-cap-dan-
fungsinya.html

Anda mungkin juga menyukai